Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT

Dosen : Ns. Dwi Fitriyanti, M.Kep


Disusun Oleh :
AYU RUKMANA KUSUMAWATI / 120016

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI AKUT

A.      DEFINISI
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan, yang bersifat subyektif, yang diakibatkan oleh kerusakan
jaringan dan potensial kerusakan (Internasional Assosiation for the Study of Pain
[IASP], 2012). Nyeri bersifat sangat individual yang dipengaruhi aspek biologi,
sosial, dan spiritual. Sedangkan menurut NANDA Nursing Diagnosis (2011),
nyeri adalah ketidaknyamanan sendori dan pengalaman emosional disebabkan
adanya kerusakan jaringan secara aktual maupun potensial.
Secara umum, nyeri dikategorikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik.
Menurut NANDA (2011) nyeri akut adalah nyeri kurang dari 6 bulan dan nyeri
Kronis adalah nyeri dengan durasi lebih dari 6 bulan. Pengkategorian tersebut
sesuai dengan Smeltzer dan Barae (2010) bahwa nyeri dinyatakan kronis jika
telah timbul selama 6 bulan atau lebih, terlalu lama untuk mengungkapkan bahwa
nyeri termasuk nyeri kronis dan kemungkinan pasien mengalami kerusakan
jaringan semakin tinggi saat nyeri sudah menerap selama 6 bulan. Sementara itu,
Igtavicius dan Woekman (2010) mempunyai batasan waktu yang lebih singkat
jika durasi nyeri kurang dari 3 bulan dan nyeri kronis jika nyeri menetap selama
lebih dari 3 bulan.

B.       PATOFISIOLOGI
Nyeri terjadi apabila terdapat adanya rangsangan mekanikal, termal atau
kimiawi yangmelewati ambang rangsang  tertentu. Rangsangan ini terdeteksi oleh
nosiseptor yang merupakan ujung-ujung saraf bebas.Rangsangan akan dibawa
sebagai impuls saraf melalui serabut A delta yang bermielin, berkecepatan hantar
yang cepat dan bertanggung jawab terhadap nyeri yang cepat, tajam, terlokalisasi
serta serabut C yang tidak bermielin berkecepatan hantar saraf lambat dan
bertanggung jawab atas nyeri yang tumpul dan tidak terlokalisasi dengan jelas.
Teori gate control merupakan teori yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan natra nyeri dan emosi, dimana nyeri tidak hanya respon fisiologi tetapi
juga dipengaruhi ole faktor psikologis sperti perilaku dan emosi. Berdasarkan
teori ini, stimulus nyeri dialirkan melalui serabut syaraf tulang belakang (syaraf A
Delta dan Serabut C). stimulus nyeri ini berjalan menuju ujung dorsal syaraf
tulang belakang yang disebut dengan subtansi gelatiniosa. Sel-sel (Sel T) syaraf
tulang belakang yang terdapat di substansi gelatinosa dapat menghambat atau
memfasilitasi proses transmisi stimulus nyeri ke otak. Saat aktivitas sel T ini
terhambat, maka gerbang akan tertutup dan stimulus nyeri dapat ditransmisikan
ke otak, sebaliknya jika gerbang ini terbuka, maka stimulus nyeri dapat dihambat
dan tidak sampai ke otak,. Mekanisme ini juga terjadi di talamus dan korteks
serebri yang mengatur tentang persepsi dan emosi termasuk kepercayaan dan
keyakinan, saat nyeri muncul persepsi dan emosi seseorang dapat dimodifikasi
fenomena nyeri yang muncul sehingga nyeri yang dirasakan akan sesuai dengan
yang akan dipersepsikan. Teori ini sangata membantu perawat untuk memahami
nyeri secara kompresi yang memungkinkan perawat melakukan tindakan non
farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri (Ignatavicius &
Workman, 2010)

C.      KLASIFIKASI NYERI
Nyeri dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
1.     Nyeri nosiseptif disebabkan adanya kerusakan jaringan yang mengakibatkan
dilepaskannya bahan kimiawi yang disebut excitatory neurotransmitter seperti
histamin  dan bradikinin, yang bertanggung jawab terhadap timbulnya rekasi
inflamasi. Selanjutnya  bradikinin melepaskan prostaglandin dan substansi P,
yang merupakan neurotransmitter kuat. Nyeri nosiseptif dibagi menjadi nyeri
viseral dan nyeri somatik.
a.   Nyeri viseral terjadi akibat stimulasi nosiseptor yang berada di rongga
abdominal dan rongga thoraks.
b.  Nyeri  somatik terbagi menjadi nyeri somatik dalam dan nyeri
kutaneus. Nyeri somatik dalam berasal dari tulang, tendon, sarafdan
pembuluh darah, sedang nyeri kutaneus berasal dari kulit dan jaringan
bawah kulit.
2.   Nyeri neuropatik berasal dari kerusakan jaringan saraf akibat penyakit atau
trauma, disebut nyeri neuropatik perifer apabila disebabkan oleh lesi saraf
tepi, dan nyeri sentral apabila disebabkan lesi pada otak, batang otak atau
medula spinalis ([IASP],2012).
3.   Nyeri inflamasi
Nyeri yang disebabkan adanya kerusakan jaringan baik jaringan kulit, otot ,
contohnya pada penderita rematik (Ignatavicius & Workman, 2010).
4.    Nyeri psikogenik
Nyeri yang disebabkan keabnormalan fungsi saraf namun tanpa kerusakan
saraf (Ignatavicius & Workman, 2010). Contoh nyeri ini adalah
fibromiyalgia, nyeri lambung

D.      FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NYERI


Menurut Smeltzer, (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
a.       Pengalaman Masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan
dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri
dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi
kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali,
lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut
individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan
diakibatkan.
b.      Ansietas 
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan
ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini
mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat
memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau
menghilangkan nyeri.
c.       Budaya 
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.
Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai
kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya
akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan
untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2005).
d.      Usia 
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok
usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi
terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.
e.       Efek Plasebo 
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet,
kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas
gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki
efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk
ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga
menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).

E.    PATHWAY
I.       DAFTAR PUSTAKA
1.         IASP. (2009). IASP taxonomy. Diakses pada 23 Desember 2014 dari
http://www.iasp-pain.org/content/navigation
menu/generalresourcelinks/paindefinitions/default/htm
2.         Ignatavicius.,D.& Workman.,M.L. (2010).Medical surgical nursing:
critical thingking for colaborative care( 6th ed,.vol 1).Missouri: Elsevier
Saunders.
3.         Potter,P.A. & Perry,A.G.(2009). Fundamentals of Nursing (7Th ed).St.
Louis;Mosby Elsevier
4.         Smeltzers. S.S, Bare B.G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 2.Kuncara et., all(penerjemah), Jakarta: EGC
5.         Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai