PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area atau volume
tertentu (Sutaryo, 2018). Biomassa juga didefinisikan sebagai jumlah total materi organik
tanaman yang hidup di atas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per
unit areal (Malau, 2015).
Kandungan karbon absolut dalam biomassa pada waktu tertentu dikenal dengan
istilah cadangan karbon. Proses penimbunan karbon dalam tubuh tanaman hidup dikenal
sebagai sekuestrasi (C- sequestration) (Windusari, 2012). Variasi cadangan karbon pada
berbagai tingkatan tinggi tanaman lebih banyak ditentukan oleh variasi cadangan carbon
tanaman. Semakin tinggi tanaman dan semakin tua umur tanaman cadangan karbon
semakin meningkat (Suprihatno, 2012). Cadangan karbon dihitung dengan menggunakan
pendekatan biomassa, yaitu 50% dari biomassa adalah karbon yang tersimpan (Usmadi,
2015).
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Biomassa
Secara umum biomassa merupakan bahan yang dapat diperoleh dari tanaman baik secara
langsung maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam jumlah yang
besar. “Secara tidak langsung” mengacu pada produk yang diperoleh melalui peternakan dan
industri makanan. Biomassa disebut juga sebaga “fitomassa” dan seringkali diterjemahkan
sebagai bioresource atau sumber daya yang diperoleh dari hayati. Basis sumber daya meliputi
ratusan dan ribuan spesies tanaman, daratan dan lautan, berbagai sumber pertanian, perhutanan,
dan limbah residu dan proses industri, limbah dan kotoran hewan. Biomassa secara spesifik
berarti kayu, rumput Napier, rapeseed, eceng gondok, rumput laut raksasa, chlorella, serbuk
gergaji, serpihan kayu, jerami, sekam padi, sampah dapur, lumpur pulp, kotoran hewan, dan lain-
lain.
B. Cadangan Karbon
Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah
meningkatkan penyerapan karbon dan/atau menurunkan emisi karbon. Karbon yang diserap
oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomasa kayu, sehingga cara yang paling mudah untuk
meningkatkan cadangan karbon adalah dengan menanam dan memelihara pohon. Untuk
memperoleh potensial penyerapan karbon yang maksimum perlu ditekankan pada kegiatan
peningkatan biomasa di atas permukaan tanah bukan karbon yang ada dalam tanah. Hal ini
dikarenakan jumlah bahan organik tanah yang relatif lebih kecil dan masa keberadaannya
singkat.Hal ini tidak berlaku pada tanah gambut (Syam’ani, 2012).
C. Siklus Karbon Hutan
Secara alami, pelepasan karbon hutan ke atmosfir, atau disebut emisi, terjadi melalui
berbagai mekanisme seperti respirasi makhluk hidup, dekomposisi bahan organik serta
pembakaran biomasa. Pada saat tumbuhan atau satwa hutan mati, akan terjadi proses
dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO 2 ke atmosferMortalitas
tumbuhan juga secara alami selalu diimbangi dengan proses regenerasi, sehingga terjadi
keseimbangan ekologis termasuk keseimbangan karbon atau yang dikenal dengan istilah
“carbon neutral”. Namun pada saat unsur antropogenik terlibat secara berlebihan dalam ekologi
hutan, maka akan terjadi proses percepatan pelepasan emisi akibat dekomposisi. Dan pada
kenyataannya, pelepasan emisi antropogenik tersebut tidak dapat diimbangi oleh laju
penyerapan karbon oleh hutan. Sehingga luas dan kualitas hutan semakin menyusut (Manuri,
2011).
D. Estimasi biomassa hutan / pohon
Terdapat dua pendekatan untuk mengestimasikan biomassa di atas permukaan dari suatu
pohon / hutan. Dua Pendekatan tersebut adalah pendekatan langsung dengan membuat
persamaan allometrik dan pendekatan tidak langsung dengan mengggunakan “biomass
expansion factor”. Suatu Expansion factor akan menggandakan suatu jumlah nominal tertentu
(volume atau biomass), yang mencakup 1 atau beberapa bagian pohon ke jumlah nominal
lainnya yang mencakup keseluruhan pohon. Dalam hal ini Biomass Expansion Factor akan
menggandakan nilai biomassa batang menjadi biomassa keseluruhan pohon. Harus diingat
bahwa Expansion factor ini ada yang menggandakan data (1) pada satuan pohon ke data pada
satuan pohon, (2) data pada satuan tegakan ke data di satuan tegakan pula dan (3) data dari
nilai agregat ke nilai agregat lain (misalnya dari data volume panen secara komersial ke data
total biomassa yang hilang) (Sytaryo, 2009).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Pelaksanaan praktikum
3.1.1 Waktu praktikum
Jum’at, 29 Oktober 2021
3.1.2 Tempat Praktikum
Area kampus UNRAM.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat
a. Peta hutan rakyat/ lokasi sampling
b. Pita meter
c. Christen Hypsometer dan Galah 2 meter/ Hagameter
d. Tali plastik/ raffia 20 meter dan patok
e. Thally sheet, papan pencatat, dan alat tulis
f. Cat dan kuas/ kapur
g. GPS
3.3.2 Bahan
3.3 Prosedur Kerja
a. Penyiapan tim pengukur
Tim pengukur biasanya berjumlah 3 - 4 orang. Anggota tim memiliki tugas yaitu merintis dan
membuat plot, mengukur keliling pohon, menaksir tinggi pohon, mencatat dan membuat
sketsa plot, menentukan titik koordinat plot dan menandai pohon.
b. Penentuan sampel
Tidak semua lahan hutan rakyat/ lokasi diukur. Pengukuran karbon dapat dilakukan
berdasarkan sampel permanen plot. Sample plot tersebut dipilih secara acak dan tersebar.
Dalam satu area/ lokasi minimal terdapat 30 plot dan dalam setiap stasiun minimal terdapat
sampel minimal 10 jenis. Untuk kegiatan monitoring plot sampel ini akan kembali diukur
pada lokasi dan dengan metode yang sama.
c. Pembuatan plot (petak ukur)
Pembuatan plot dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menentukan titik ikat sebagai titik awal untuk pembuatan plot. Penentuan titik ikat dipilih
pada kondisi yang mewakili lahan setempat.
2) Menancapkan patok pada titik ikat tersebut,
3) Mentukan koordinat lokasi titik ikat dengan GPS.
4) Membuat plot dengan titik ikat terletak di salah satu sudut plot.
d. Pengukuran Parameter
Tahapan dalam pengukuran cadangan karbon sebagai berikut: 1) mengukur keliling pohon,
2) menaksir tinggi pohon, 3) menandai pohon (penomoran pohon) dengan menggunakan
cat, 4) mencatat nomor pohon, nama pohon, umur pohon, keliling pohon, tinggi pohon,
diamater tajuk, dan tinggi tajuk, 5) mencatat kelengkapan informasi lahan, 6) menggambar
sketsa pohon, ekodia horizontal dan ekodia vertikal.
e. Analisis Data
Tahap-tahap analisis data:
1. Input data lapangan dari tally sheet.
2. Mengelompokkan data berdasarkan berdasarkan jenis pohon.
3. Menghitung biomassa setiap jenis pohon sesuai rumus allometrik.
4. Menggabungkan data biomassa total masing-masing jenis pohon.
5. Mengkonversi data biomassa total dari seluruh jenis pohon ke dalam ton/ha.
6. Menghitung kandungan karbon Berikut uraian tahapan dalam analisis data karbon.