Anda di halaman 1dari 73

RESPONS BIDAN PRAKTEK MANDIRI YANG BEKERJASAMA

DENGAN BPJS TENTANG PROSES PENGKLAIMAN DANA


NON KAPITASI DI KECAMATAN HUTAIMBARU
KOTA PADANG SIDEMPUAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH:
AMRIZA ANSARI NASUTION
NIM. 121000427

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


RESPONS BIDAN PRAKTEK MANDIRI YANG BEKERJASAMA
DENGAN BPJS TENTANG PROSES PENGKLAIMAN DANA
NON KAPITASI DI KECAMATAN HUTAIMBARU
KOTA PADANG SIDEMPUAN
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
AMRIZA ANSARI NASUTION
NIM. 121000427

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “RESPONS

BIDAN PRAKTEK MANDIRI YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS

TENTANG PROSES PENGKLAIMAN DANA NON KAPITASI DI

KECAMATAN HUTAIMBARU KOTA PADANG SIDEMPUAN TAHUN

2017”ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2017

Yang membuat pernyataan

Amriza Ansari Nasution

Universitas Sumatera Utara


ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Faktor terpenting yang dapat menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir
adalah dengan meningkatkan akses ibu hamil terhadap persalinan yang sehat
dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan untuk menghilangkan hambatan
finansial ibu hamil dan keluarga. Pelayanan kebidanan dan neonatal dapat
dimanfaatkan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Fasilitas tingkat pertama
dapat melakukan klaim non kapitasi pada BPJS Kesehatan.
Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, dilakukan pada 4 orang bidan
praktek mandiri, 2 orang klinik pratama dan dokter praktek perorangan, 2 orang
BPJS Kesehatan sebagai informan kunci
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons bidan praktek mandiri yang
bekerjasama dengan bpjs tentang proses pengklaiman dana non kapitasi yaitu
respons bidan dalam prosedur administrasi rumit. Kurangnya pemahaman bidan
tentang prosedur admnistrasi serta kurang aktifnya pihak BPJS memberikan
informasi tentang prosedur administrasi, waktu pelaksanaan klaim cukup lama,
besaran klaim tidak sesuai dengan yang diklaim, sikap petugas BPJS baik.
Disarankan kepada BPJS Kesehatan untuk memberikan sosialisasi tentang
prosedur administrasi, menghindari keterlambatan pengklaiman, menambah tim
verifikasi. Memberikan kelonggaran waktu pengajuan klaim. Kepada klinik
ataupundokter jejaring untuk membantu bidan memberitahukan keluarga peserta
bersalin menggunakan BPJS untuk menglengkapi dan membawa persyaratan
berkas ketika hendak melahirkan. Kepada bidan untuk menghindari kesalahan
pengisian berkas dan memberitahu klinik berkas klaim apa saja yang harus
dibawa oleh pasien.

Kata kunci: Klaim Dana Non Kapitasi, Bidan Praktek Mandiri

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
The most important factor that can decrease maternal and neonatal
mortality is by increasing the access of pregnant mother to healthy delivery by
giving financing facility to remove financial obstacle of pregnant mother and
family. Midwifery and neonatal care can be utilized at first-rate health facilities.
First-level facilities can make non-capitation claims on BPJS Health.
This research is a descriptive research with qualitative approach. Data
collection with in-depth interviews, conducted on 4 independent midwives, 2
primary clinics and individual practice physicians, 2 BPJS Health as key
informants
The results show that the response of independent midwives in
collaboration with bpjs regarding the process of claiming non-capitation funds is
the response of midwives in complicated administrative procedures. Lack of
understanding of midwives regarding administrative procedures and inactivity of
the BPJS provides information on administrative procedures, the timing of claims
is long enough, the amount of claims is not in accordance with what is claimed,
the attitude of BPJS officials either.
It is recommended to BPJS Health to provide socialization about
administrative procedures, avoid the delay of claiming, add to the verification
team. Provides timing of claim submission. To a clinic or a network of doctors to
help midwives inform families of birth attendants using BPJS to complete and
bring the file requirements when they are about to give birth. To the midwife to
avoid mistakes in filing and to tell the clinic what claims the patient should carry.

Keywords: Claim Non-Capitation Fund, Independent Midwives

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Respons Bidan Praktek Mandiri Yang Bekerjasama Dengan BPJS

Tentang Proses Pengklaiman Dana Non Kapitasi Di Kecamatan Hutaimbaru Kota

Padang Sidempuan Tahun 2017”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkansemangat,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya

kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan juga

selama menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing IIyang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan dan membantu untuk menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Universitas Sumatera Utara


5. Dr. Juanita. SE.M.Kes dan dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dosen Pembimbing Akademik, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh dosen dan staff di FKM USU khususnya Departemen AKK yang telah

memberikan ilmu dan membantu penulis menyelesaikan kepentingan

administrasi selama masa perkuliahan.

8. H. Agus Salim Nst, SE dan Elida, SH, selaku orang tua penulis yang selalu

memberikan dukungan, perhatian, kasih sayang serta doa yang tiada henti

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Bripda Afika Octarina Nasution dan Andini Sofina Nasution, selaku saudara

kandung yang telah memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian

skripsi ini.

10. Terkhusus untuk Syafiranedly Rangkuti yang selalu memberikan dukungan

dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

11. Untuk Sahabat (Fadlan Athfin, Rio Ferdi, Arief, Budi Setiawan, Ahmad

Taufik, Shirlia Vera, Nurul Husnah, Siti Dwi) untuk segala bantuan, motivasi,

doa dan kebersamaannya sejak semester satu hingga sekarang.

12. Untuk Rizky, Dolly, Angga, Sonda, Kandar, Lusi dan sepupu-sepupu yang

selalu mengingatkan, memberikan dukungan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

vi

Universitas Sumatera Utara


13. Untuk teman-teman FKM USU 2012 khususnya Peminatan AKK 2012 yang

telah memberikan arahan, bantuan dan dukumgan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

14. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, arahan

dan dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,

maka saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2017

Penulis

Amriza Ansari Nasution

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................... i


HALAMAN PENGASAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK........................................................................................................ iii
ABSTRACT....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
RIWAYAT HIDUP....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8


2.1 Teori Respons ...................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Respons..................................................................... 8
2.2 Bidan .................................................................................................. 13
2.2.1 Pengertian Bidan ....................................................................... 13
2.2.2 Izin Praktek Bidan..................................................................... 13
2.2.3 Hak dan Kewajiban Bidan ......................................................... 14
2.3 Kerjasama Bidan Fasilitas Kesehatan dan BPJS .................................. 15
2.3.1 Hak dan Kewajiban Faskes dan BPJS........................................ 16
2.4Prosedur Administrasi Pengklaiman BPJS ........................................... 17
2.4.1 Standart Pelayanan Kebidanan dan Neonatal ............................. 18
2.4.2 Kebidanan dan Neonatal dalam Pelaksanaan ............................. 23
2.4.3 Cakupan Pelayanan Kebidanan dan Neonatal ............................ 23
2.5 Verifikasi Klaim ................................................................................. 26
2.5.1 Verifikasi Administrasi ............................................................. 26
2.5.2 Verifikasi Pelayanan ................................................................. 27
2.6 Kerangka Pikir .................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 30


3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............. ................................................. 30

viii

Universitas Sumatera Utara


3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 30
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................................... 30
3.3 Informan Penelitian............................................................................ 31
3.3.1 Informan Penelitian .................................................................. 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 32
3.5 Triangulasi......................................................................................... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 34


4.1Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................. 34
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Hutaimbaru ................................ 34
4.1.2 Wilayah Kerja Kecamatan Hutaimbaru ..................................... 35
4.1.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan ............................................ 35
4.2 Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Proses Klaim Non Kapitasi
tentang Prosedur Administrasi Pengklaiman ...................................... 36
4.3 Respons Bidan Praktek Mandiri pada proses klaim Non Kapitasi
tentang Waktu Pengklaiman…………………………………………. 39
4.4 Respons Bidan Praktel Mandiri Pada Proses Klaim Non Kapitasi
tentang Kesesuaian Besaran Klaim..................................................... 41
4.5Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Klaim Non Kapitasi Tentang
Sikap Petugas BPJS ........................................................................... 42

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 45


5.1 Prosedur Administrasi Pengklaiman Dana Non Kapitasi BPJS ............ 45
5.2 Ketepatan Waktu Pengklaiman Dana Non Kapitasi BPJS.................... 47
5.3 Kesesuaian Besaran Dana Non Kapitasi .............................................. 49
5.4Sikap Petugas....................................................................................... 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 66


6.1 Kesimpulan......................................................................................... 66
6.2 Saran................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 69
LAMPIRAN

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Besaran Tarif Persalian...................................................................... 23

Tabel 3.1Informan Penelitian ............................................................................. 31

Tabel 4.1 Jumlah Desa dan Dusun Kecamatan Hutaimbaru................................ 35

Table 4.2 Sumber Daya Manusia Kecamatan Hutaimbaru.................................. 36

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .............................................................................. 28

xi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian

Lampiran 4. Dokumentasi Berkas

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Amriza Ansari Nasution

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 10 mei 1994

Suku Bangsa : Mandailing

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Agus Salim Nasution, SE

Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Elida Nasution, SH

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Riwayat Pendidikan

1. SD/ Tamat Tahun : SD Swasta Pertiwi /2006


2. SMP/ Tamat Tahun : SMP YP Medan Putri /2009
3. SMA/ Tamat Tahun : SMAN 8 Medan /2012
4. Lama studi di FKM USU : 2012-2017

xiii

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diselenggarakan dengan

mekanisme asuransi sosial dimana setiap peserta wajib membayar iuran guna

memberikan perlindungan terhadap peserta atau keluarganya. Dalam SJSN,

terdapat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bentuk komitmen

pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia

seluruhnya(UU RI No. 40 Tahun 2004).

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak

yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap manusia dan

pembangunan, kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik maupun

kesehatan mental. Keadaan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh keadaan

sosial ekonominya pada suatu bangsa dan negara yang sedang berkembang seperti

Indonesia. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya agar terwujud manusia Indonesia yang bermutu, sehat dan

produktif.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah

berupaya keras menurunkan AKI dan AKB melalui program Gerakan Sayang Ibu

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

1
Universitas Sumatera Utara
2

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Bidan berperan sangat penting dalam

menurunkan AKI dan AKB. Bidan sebagai ujung tombak atau tenaga kesehatan

yang berada di garis terdepan dan berhubungan langsung dengan masyarakat

dalam memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna berfokus

pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi

kesehatan, pertolongan persalinan normal dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan perempuan serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan

kebidanan (Kemenkes RI, 2013).

Faktor terpenting yang dapat menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir

adalah meningkatkan akses ibu hamil terhadap persalinan yang sehat dengan cara

memberikan kemudahan pembiayaan untuk menghilangkan hambatan finansial

pada ibu hamil dan keluarga, maka pada tahun 2010 Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang Jampersal. Tujuan dari

Jampersal yaitu untuk meningkatkan akses ibu hamil terhadap pelayanan

pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan bayi baru lahir,

perawatan nifas dan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2011).

Pelayanan kesehatan bagi peserta yang dijamin oleh BPJS Kesehatan

terdiri dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, dan Pelayanan Kesehatan

Rujukan Tingkat Lanjutan, Pelayanan Kesehatan bagi peserta dilaksanakan secara

berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis dimulai dari fasilitas tingkat pertama.

Sebagaimana tercantum dalam Permenkes RI No.71 Tahun 2013 tentang

pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Fasilitas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


3

pertama dapat berupa Puskesmas atau yang setara, Praktik Dokter, Praktik Dokter

gigi, Klinik Pratama atau yang setara(Permenkes RI No.71 tahun 2013).

Berdasarkan panduan praktis pelayanan kebidanan dan neonatal BPJS

Kesehatan Tahun (2004), JKN merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi

proses kehamilan, persalinan, pasca persalinan, penanganan pendarahan pasca

keguguran dan pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca salin pada fasilitas

kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kebidanan dan neonatal dapat dimanfaatkan

pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang terdiri dari puskesmas,

klinik pratama dan dokter praktek perorangan yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat melakukan klaim non

kapitasi pada BPJS Kesehatan, untuk mengajukan klaim persalinan FKTP harus

memasukkan data pelayanan dan identitas peserta dalam aplikas Primary Care (P-

Care), dilanjutkan dengan mencetak Formulir Pengajuan Klaim (FPK), disertakan

rekapitulasi pelayanan dan kuitansi. Klaim persalinan diajukan paling lambat

tanggal 10 pada bulan berikutnya.

Proses pengklaiman non kapitasi yang dilalui FKTP untuk mendapatkan

biaya klaim dari BPJS harus sesuai dengan ketentuan dan alur pengajuan klaim

yaitu seperti klaim persalinan, rawat inap dan rujukan oleh fasilitas kesehatan

tingkat I adalah berkas persalinan, rawat inap dan rujukan dari bidan praktek

mandiri yang diserahkan ke FKTP yang telah bekerjasama dengan bidan tersebut

sebelumnya, kemudian FKTP meneruskan klaim non kapitasi ke BPJS Kesehatan

Setelah itu BPJS Kesehatan melakukan verifikasi berkas dan melakukan

pembayaran klaim yang sudah diverifikasi dan pembayaran klaim dibayarkan ke

Universitas Sumatera Utara


4

rekening FKTP (Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan Neonatal BPJS

Kesehatan, 2014)

Profil Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan Tahun (2016) mencatat

bahwa bidan yang ada di Kota Padang Sidempuan sebanyak 245 orang bidan.

Bidan yang menjalankan praktek mandiri dan telah mempunyai Surat Izin Praktek

Bidan (SIPB) sebanyak 51 orang (20,8%) sedangkan Bidan Praktek Mandiri

(BPM) yang mengikuti program JKN hanya 26 orang (10,6%). Puskesmas

Hutaimbaru memiliki 24 orang bidan, 6 diantaranya mempunyai SIPB dan bidan

yang mengikuti JKN sebanyak 4 orang.

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, prosedur

administrasi yang cukup rumit, seperti melengkapi berkas yang memiliki syarat

yang cukup banyak yaitu, kuitansi asli rangkap 3 bermaterai, formulir pengajuan

klaim, rekapitulasi pelayanan, fotokopi identitas BPJS, partograf yang sudah

ditandatangani tenaga kesehatan penolong persalinan untuk pertolongan

persalinan, bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh faskes dan peserta

atau anggota keluarga seperti; salinan lembar pelayanan pada buku KIA sesuai

pelayanan yang diberikan untuk pemeriksaan pelayanan kehamilan, pelayanan

nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Apabila

peserta tidak memiliki buku KIA, maka dapat digunakan kartu ibu atau

keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang ditandatangani ibu

hamil/bersalin. sehingga bidan merasa kesulitan untuk melengkapinya.

Pembayaran klaim membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu lebih dari 1 bulan.

Kemudian pencairan dana tidak sesuai dengan jumlah yang diklaim disebabkan

Universitas Sumatera Utara


5

oleh adanya tunggakan pada peserta BPJS Mandiri ketika proses klaim

berlangsung. proses verifikasi yang memakan waktu cukup lama disebabkan

petugas BPJS haru memverifikasi data yang cukup banyak. Petugas yang tidak

tanggap dalam menangani proses pengklaiman dana non kapitasi, sehingga bidan

lebih senang melayani persalinan yang melakukan pembayaran tunai langsung

daripada BPJS Kesehatan. Pernyataan tersebut dapat mempengaruhi bagaimanan

kualitas bidan dalam melakukan kasus persalinan yang menggunakan BPJS

Kesehatan dan yang tidak menggunakan BPJS Kesehatan.

Hasil penelitian Zaskiah tahun 2014 dilihat dari faktor individual,

didapatkan kurangnya pengetahuan BPM tentang program JKN pada pelayanan

kebidanan dan neonatal. Motivasi BPM mengikuti program JKN adalah untuk

menyukseskan program pemerintah, sebagai media promosi dan sebagai tempat

mengabdu pada profesinya, sedangkan harapannya adalah sebagian besar

partisipan mengharapkan adanya perbaikan system administrasi, peningkatan

jumlah klaim yang telah ditentukan dan BPM dapat bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan tanpa melalui sistem jejaring dengan dokter keluarga. Dari faktor

struktural seperti dukungan dan kebijakan sebagian besar partisipan menyatakan

kurangnya peran aktif dari pemerintah dan organisasi IBI terhadap BPM. Hal ini

menyebabkan enggannya BPM ikut serta dalam program JKN.

Berdasarkan hasil penelitian Malonda Tahun 2015 menyatakan bahwa

terdapat beberapa masalah dalam koordinasi dan kerja tim serta keterlambatan

penyerahan dan tidak lengkap dokumen serta belum adanya billing system

menyebabkan terhambatnya pembayaran klaim BPJS Kesehatan di RSUD Dr.

Universitas Sumatera Utara


6

Sam Ratulangi Tondano. Proses pengklaiman dana non kapitas yang dilakukan

oleh bidan praktek mandiri masih mengalami beberapa permasalahan sehingga

peneliti ingin mengetahui apa faktor masalah yang terjadi pada proses

pengklaiman dana non kapitasi terhadap bidan praktek mandiri yang melakukan

pertolongan persalinan dan bagaimana respons bidan praktek mandiri tersebut

sebagai tenaga kesehatan di Kecamatan Hutaimbaru dalam menanggapi kebijakan

klaim non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah;

1. Bagaimana respons bidang praktek mandiri pada prosedur administrasi

dan kelengkapan pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan

Hutaimbaru.

2. Bagaimanan respons bidan praktek mandiri pada jumlah klaim yang

didapat dalam pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

3. Bagaimana selalu terjadi keterlambatan pengklaiman dana non kapitasi

bidan praktek mandiri di Kecamatan Hutaimbaru.

4. Bagaimanan respons bidan praktek mandiri pada sikap petugas yang

melayani proses pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan

Hutaimbaru.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan respons bidan terhadap persyaratan administrasi pengklaiman

dana non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

Universitas Sumatera Utara


7

2. Menjelaskan respons bidan pada prosedur administrasi dan kelengkapan

pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

3. Menjelaskan respons bidan pada besaran klaim yang didapat dalam

pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

4. Menjeleaskan respons bidan pada terjadinya keterlambatan proses klaim

BPJS Kesehatan dalam menanggapi proses verifikasi pengklaiman dana

non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

5. Menjelaskan respons bidan pada sikap petugas dalam melayani proses

pengklaiman dana non kapitasi di Kecamatan Hutaimbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah;

1. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah terutama Dinas Kesehatan Kota

Padang Sidempuan dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

terhadap kerjasama bidan dengan BPJS Kesehatan dalam proses

pengklaiman.

2. Untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengadakan research

ilmiah dan meningkatkan pemahaman peneliti mengenai pelaksanaan

kebijakan JKN oleh tenaga bidan di FKTP Kecamatan Hutaimbaru Tahun

2017.

3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pelaksanaan kebijakan JKN oleh tenaga bidan dalam proses dan prosedur

pengklaiman di FKTP Kecamatan Hutaimbaru Tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Respons

2.1.1 Pengertian Respons

Respons adalah suatu kegiatan (activity) dari organisme itu bukanlah

semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan (activity) yang

ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respons. Secara umum

respons atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat

(ditinggal) dari pengamatan tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan

(Rakhmat, 1999).

Menurut Rakhmat (1999) respons pada prosesnya didahului sikap

seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang

untuk bertingkah laku ia menghadapi rangsangan tertentu, misalnya dalam

melakukan persalinan BPJS Kesehatan dan besaran biaya yang didapat tidak

sesuai dengan keputusan sehingga rangsangan seperti ini dapat mempengaruhi

sikap bidan sehingga tidak ada kepuasan sendiri bagi pasien yang melakukan

persalinan dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Jadi, berbicara mengenai

respons atau tidak respons tidak terlepas dari pembahasan sikap. Melihat sikap

seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui

bagaimana respons mereka terhadap kondisi tersebut. Respons merupakan

sejumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra pemahanan

yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentnag suatu hal

8
Universitas Sumatera Utara
9

yang khusus. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan

sikap dapat melalui:

a. Pengaruh atau penolakan

b. Penilaian

c. Suka atau tidak suka

d. Kepositifan atau kenegatifan suatu objek

Dalam pembahasan, teori respons tidak terlepas dari pembahasan proses

teori komunikasi, karena respons merupakan timbal balik dari apa yang

dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe, respons dibagi

menjadi tiga bagian yaitu kategori respons kognisi (cognition), afeksi (affection)

dan konasi (conation) (Rakhmat, 1999).

1. Respons Bersifat Kognitif

Respons bersifat kognitif berhubungan dengan pemikiran atau persepsi kita

tentang objek sikap. Secara verbal, pemikiran seseorang dapat diidentifikasi dari

ungkapan keyakinannya (beliefs) atas sesuatu, baik yang cenderung negatif

maupun positif. Respons kognitif nonverbal, relatif sulit mengidentifikasinya.

Karena itu, informasi tentang respons ini banyak kita peroleh informasinya secara

tidak langsung.

Konteks respons kognitif dalam konteks penelitian ini yaitu menuju pada

syarat dan proses serta alur pengklaiman, dimana hal ini menjadi acuan dalam

menanggapi respons yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan

Universitas Sumatera Utara


10

informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap yang dipahami khalayak.

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat

penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci

memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu

merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya pencatatan

yang benar terhadap situasi (Thoha, 2007).

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari luar yang

ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak.

Didalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah

pemahaman. Pemahaman ini yang kurang lebih disebut persepsi/ sebelum terjadi

pada manusia, diperlukan sebuah stimuli yang harus ditangkap melalui organ

tubuh yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memahami lingkungannya.

Alat bantu ini dinamakan indera (Sarwono, 2009).

2. Respons Bersifat Afektif

Respons bersifat afektif yang menunjukkan sikp seseorang dapat kita

simpulkan dari evaluasi atau perasaan seseorang atas objek dari sikapnya. Kalau

dari verbal, sekali lagi kita bisa memperolehnya dari apakah ia memuji atau

mencela, menaruh hormat atau benci.

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluative. Respons hanya timbul

apabila individu mengkehendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif

berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari

Universitas Sumatera Utara


11

oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap

stimulus dalam bentuk nilai baik, buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak

menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek

sikap (Azwar, 1995).

Sikap (Attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang

atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu

bias benda, kejadian, situasi, orang-orang atau kelompok. Apabila yang timbul

terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif,

sedangkan perasaan tidak senang disebut sikap negatif. Apabila timbul perasaan

biasa saja berarti sikapnya netral. Karena sikap dipelajari, maka sikap dapat

berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang

bersangkutan pada waktu dan tempat yang berbeda-beda. Dalam sikap yang

tersangkut juga faktor motivasi dan perasaan. Inilah yang membedakannya dari

pengetahuan (Sarwono, 2009).

Dalam hal ini yang berkaitan dengan respons yang bersifat afektif yaitu

menggambarkan bagaimana sikap seorang bidan dalam menangani persalinan

baik itu pengguna BPJS Kesehatan atau membayar premi langsung. Dimana sikap

dapat menilai kinerja seorang bidan dalam melihat kualitas bidan tersebut melalui

tingkat kepuasan pasien persalinan yang ditanganinya.

3. Respons Bersifat Konatif

Respons yang bersifat konatif terkait dengan kecenderungan perilaku,

keinginan, komitmen dan tindakan yang terkait dengan objek sikap. Dalam bentuk

verbal kita bisa memperhatikan apa yang dikatakan seseorang tentang yang

Universitas Sumatera Utara


12

mereka kerjakan, yang mereka rencanakan, atau yang merekan lakukan

seandainya berada di situasi tertentu. Sikap suka atau tidak suka terhadap suatu

objek, institusi atau kejadian, bisa kita ketahui melalui respons verbal atau

nonverbal. Respons itu bisa berbentuk kognitif yang merefleksikan persepsi kita

atas objek, atau keyakinan terhadap sifatnya/karakternya; bisa juga berbentuk

afektif yang terkait dengan evaluasi dan perasaan seseorang; dan juga bisa bersifat

konatif yang menunjukkan bagaimana seseorang melakukan atau berkeinginan

untuk bertindak atas objek.

Faktor-faktor yang dipengaruhi respons, yaitu;

1. Diri orang yang bersangkutan

Apabila seseorang itu berudahan untuk memberikan interpretasi tentang apa

yang dilihat itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut

terpengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, melihat, pengakuan dan harapan.

2. Sasaran respons tersebut berupa orang, benda atau respons peristiwa

Sifat-sifat sasaran ini biasanya berengaruh terhadap respons seseorang yang

melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri

lain dari sasaran respons turut menentukan cara pandang orang.

3. Faktor situasi

Respons dapat dilihat secara karaktertual yang berarti dalam situasi

manapun respons itu timbul perlu mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor

yang turut berperan dalam pembentukan atau tanggapan seseorang.

Universitas Sumatera Utara


13

2.2 Bidan

2.2.1 Pengertian Bidan

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang

telah terintegrasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI

No. 1464 Tentang Bidan Indonesia, 2010).

Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan

dibidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien sesuai dengan kewenangan

dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus memiliki Surat Izin

Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada sarana kesehatan

atau program (Imamah, 2012 :01)

2.2.2 Izin Bidan Praktek Mandiri

Bidan yang dapat membuka praktik bidan mandiri harus terlebih dahulu

memenuhi persyaratan menurut Permenkes RI No. 149 tahun 2010, sebagai

berikut :

a. Bidan merupakan seorang wanita yang telah lulus dari pendidikan

minimal Diploma III (DIII) kebidanan yang telah teregistrasi sesuai

dengan perundang-undangan.

b. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)

c. Memiliki Suart Izin Kerja Bidan (SIKB)

d. Memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB)

Bidan praktek mandiri yang ingin menjalankan praktek harus memenuhi

persyaratan meliputi :

Universitas Sumatera Utara


14

a. Memiliki tempat praktek, ruangan praktik serta peralatan untuk tindakan

asuhan kebidanan , serta peralatan untuk menunjang pelayanan

kesehatan bayi, anak balita serta pra sekolah yang memenuhi

persyaratan lingkungan sehat.

b. Menyediakan minimal 2 tempat tidur untuk persalinan

c. Memiliki sarana, pralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

2.2.3 Hak dan Kewajiban Bidan

Adapun kewajiban yang dilakukan oleh bidan dalam melaksanakan praktek

menurut Permenkes RI No. 1464 Tahun 2010, adalah;

a. Menghormati hak pasien.

b. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan

yang dibutuhkan.

c. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani

dengan tepat waktu.

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.

e. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

f. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara

sistematis

g. Mematuhi standar.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik

kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

Universitas Sumatera Utara


15

Adapun hak yang diterima oleh bidan menurut Permenkes RI No. 1464

Tahun 2010, adalah;

a. Memperoleh perlindungan hukum dalam pelaksanaan praktik/kerja

sepanjang sesuai dengan standar.

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien maupun

keluarga pasien.

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar

d. Menerima jasa imbalan profesi.

2.3 Kerjasama Bidan, Fasilitas Kesehatan dan BPJS

Menurut Permenkes RI No. 71 Tahun 2013, Jaminan Kesehatan adalah

jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau

iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan Penyelenggaraan Jaminan Soaial

Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.

Persyaratan bagi praktek bidan yang ingin bekerja sama dengan BPJS,

adalah;

1. Surat Izin Praktek (SIP;

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

3. Perjanjian kerjasama dengan dokter atau puskesmas pembinanya;

4. Surat pernyataan ketersediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan

Jaminan Kesehatan Nasional.

Universitas Sumatera Utara


16

2.3.1 Hak dan Kewajiban Fasilitas Kesehatan dan BPJS

Menurut Permenkes RI No. 71 Tahun 2013, adapun hak dan kewajiban yang

fasilitas kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS, adalah:

Hak fasilitas kesehatan paling sedikit, yaitu;

1. Mendapat informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan,

pembayaran dan proses kerjasama dengan BPJS Kesehatan;

2. Menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada

peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim

diterima lengkap.

Kewajiban fasilitas kesehatan, adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan

ketentuan berlaku;

2. Memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah

disepakati.

Hak BPJS dari kerja sama dengan fasilitas kesehatan, adalah:

1. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

2. Menerima laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah

disepakati;

Kewajiban yang harus dipenuhi BPJS, adalah:

1. Memberikan informasi kepada fasilitas kesehatan berkaitan dengan

kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran dan proses kerjasama

dengan BPJS Kesehatan;

Universitas Sumatera Utara


17

2. Melakukan pembayaran klaim kepada fasilitas kesehatan atas pelayanan

yang dibeliran kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja

sejak dokumen klaim diterima lengkap.

2.4 Prosedur Administrasi Pengklaiman BPJS

Dalam melakukan proses verifikasi pengkaliman bidan harus memenuhi

syarat-syarat administrasi klaim, yaitu;

a. Kuitansi asli bermaterai secukupnya;

b. Formulir Pengajuan Klaim (FPK);

c. Rekapitulasi pelayanan, diantaranya; Nama, Nomor Identitas, Tanggal

pelayanan, GPA (Gravid, Partus, Abortus), Jenis persalinan (tanoa

penyulit/dengan penyulit), Besaran tarif paket, Jumlah seluruh tagihan;

d. Foto kopi identitas peserta BPJS;

e. Partograf yang sudah ditanda tangani tenaga kesehatan penolong

persalinan untuk pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada

partograf dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang

pelayanan persalinan yang diberikan;

f. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh faskes dan peserta atau

anggota keluarga seperto: salinan lembar pelayanan buku KIA sesuai

pelayanan yang diberikan untuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan

nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir, dan KB pasca persalinan.

Apabila peserta tidak memiliki buku KIA, dapat digunakan kartu ibu

atau keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang

ditandatangani ibu hamil.bersalin.

Universitas Sumatera Utara


18

2.4.1 Standar Tarif Pelayanan Kebidanan dan Neonatal dalam Program JKN

Program JKN memberikan jaminan Pembiayaan pada pelayanan kebidanan

dan neonatal berdasarkan pembayaran non kapitasi. Peserta JKN mendapatkan

pelayanan kebidanan pada puskesmas, rumah sakit dan fasilitas pelayanan swasta

yang bekerjasama dengan BPJS. Manfaat pelayanan kebidanan dan neonatal yang

diberikan oleh JKN berupa; pemeriksaan ANC, pelayanan persalinan,

pemeriksaan PNC dan bayi baru lahir (neonatus) dan pelayanan keluarga

berencana (Permenkes RI No. 28, 2014).

Pembiayaan yang dilakukan dalam tarif pelayanan pada fasilitas kesehatan

tingkat pertama yang besaran pembayarannya yang diklaim oleh BPJS Kesehatan

berjenis tarif non kapitasi, dimana FKTP adalah fasilitas yang melakukan

pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan

observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan dan pelayanan

kesehatan lainnya (Permenkes RI No. 59, 2014).

Sesuai dengan Permenkes RI No. 59 Tahun 2014 tentang standar tarif

pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan

menyatakan bahwa tarif non kapitasi yang diberlakukan pada FKTP yang

melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi yang

meliputi: pelayanan ambulans, pelayanan obat rujuk balik, pemeriksaan

penunjang pelayanan rujuk balik, pelayanan skrining tertentu, rawat inap tingkat

pertama, jasa pelayanan kebidanan dan neonatal, pelayanan Keluarga Berencana

(KB) berupa MOP/vasektomi, kompensasi pada daerah yang tidak terdapat

Universitas Sumatera Utara


19

fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, pelayanan darah, pelayanan gawat

darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Jasa pelayanan kebidanan, neonatal dan keluarga berencana yang dilakukan

oleh bidan atau dokter bersifat non kapitasi yaitu pembayaran klaim oleh BPJS

Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan jenis

dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan dengan ketentuan sebagai berikut;

1. Pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai standar yang diberikan dalam

bentuk paket paling sedikit 4 kali pemeriksaan, sebesar Rp. 200.000,00

(dua ratus ribu rupiah).

2. Persalinan pervaginam normal sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu

rupiah).

3. Persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar sebesar di

puskesmas PONED Rp. 750.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah).

4. Pemeriksaan PNC dan neonates sesuai standar dilaksanakan dengan dua

kali kunjungan ibu nifas dan neonates pertama (KF1-KNI1) dan kunjungan

ibu nifas dan neonates kedua (KF2-KN2) serta satu kali kunjungan

neonatus ketiga (KN3) dan satu kali kunjungan ibu nifas ketiga (KF3),

sebesar Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) untuk tiap kunjungan

dan diberikan kepada pemberi pelayanan yang pertama dalam kurun waktu

kunjungan.

5. Pelayanan tindakan pasca persalinan di puskesmas PONED, sebesar Rp.

175.000,00 (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah).

Universitas Sumatera Utara


20

6. Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan neonatal Rp.

125.000,00 (seratus dua puluh lima ribu rupiah).

7. Pelayanan Keluarga Berencana:

a. Pemasangan atau pencabutan IUD/Implan sebesar Rp. 100.000,00

(seratus ribu rupiah).

b. Pelayanan suntik KB sebesar Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)

setiap kali suntik.

c. Penanganan komplikasi KB sebesar Rp. 125.000,00 (seratus dua puluh

lima ribu rupiah).

d. Pelayanan KB MOP/vasektomi sebesar Rp. 350.000,00 (tiga ratus lima

puluh ribu rupiah).

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Nomor 143

Tahun 2014 tentang Implementasi Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 menjelaskan

bahwa:

1. Pemeriksaan ANC dan PNC/neonatus dapat diberikan dan ditagihkan oleh

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

2. Penagihan biaya jejaring melalui faskes induk. Pemotongan biaya

pembinaan terhadap jejaring oleh faskes induk maksimal 10% dari total

klaim (Permenkes Nomor 28 Tahun 2014).

3. Tarif pemeriksaan ANC merupakan tarif paket untuk pelayanan ANC

paling sedikit 4 (empat) kali pemeriksaan dalam masa kehamilannya yaitu

1 (satu) kali pada trimester pertama, 1 (satu) kali pada trimester kedua dan

2 (dua) kali pada trimester ketiga kehamilan dan tidak dapat dipecah

Universitas Sumatera Utara


21

menjadi 4 (empat) misalnya per kali pemeriksaan masing-masing Rp.

50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).

4. Apabila pemeriksaan ANC dilakukan dari jumlah minimal (< 4 kali)

pemeriksaan sesuai waktu yang ditentukan maka biaya pemeriksaan ANC

tidak dapat ditagihkan.

5. Penagihan biaya pemeriksaan ANC dapat ditagihkan apabila telah

dilakukan minimal 4 kali pemeriksaan ANC sesuai waktu yang ditetapkan

(dapat bersamaan dengan klaim persalinan yang diajukan atau terpisah jika

persalinan dilakukan di faskes lain) disertai dengan bukti pelayanan

kepada peserta.

6. Untuk menjaga kontinuitas pelayanan pemeriksaan ANC maka perlu

adanya informedconsent bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan ANC

dan PNC di satu tempat yang sama (baik oleh FKTP maupun jejaring

bidan sesuai dengan prosedur). Pemeriksaan ANC dan PNC pada tempat

yang sama dimaksudkan untuk: keteraturan pencatatan partograf,

monitoring terhadap perkembangan kehamilan, memudahkan dalam

administrasi pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan.

7. Yang dimaksud dengan perkali kunjungan pemeriksaan PNC adalah paket

kunjungan ibu nifas dan neonatus (kedatangan keduanya dihitung untuk 1

kali kunjungan).

8. Pemeriksaan ANC dan PNC di Fasilitas Kesehatan Rawat Inap Tingkat

Lanjut (FKRTL) dilakukan berdasarkan indikasi medis.

Universitas Sumatera Utara


22

9. Kartu ibu dan buku kesehatan ibu dan anak (Buku KIA) disediakan oleh

faskes sebagai pencatatan dan pemantauan status kesehatan peserta

kebidanan.

10. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat menagihkan tarif

pelayanan persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi dasar sebesar

Rp. 750.000,00 tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) hanyalah Puskesmas

yang ditetapkan sebagai Puskesmas PONED (Pelayanan Obstretrik

Neonatal Emergensi Dasar).

11. Apabila pelayanan persalinan pervaginam dengan tindakan emergensi

dasar ditagihkan oleh FKTP lain selain Puskesmas PONED, maka

disetarakan sesuai tarif persalinan pervaginam normal sebesar Rp.

600.000,00 (enam ratus ribu rupiah).

12. Pelayanan KB dapat diberikan dan ditagihakan oleh FKTP.

13. Kantor cabang agar berkoordinasi dengan BKKBN di masing-masing

daerah terkait ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (alkon).

14. Penagihan biaya pelayanan oleh jejaring melalui faskes induk,

pemotongan biaya pembinaan terhadap jejaring oleh faskes induk

maksimal 10% dari total klaim (Permenkes Nomor 28 Tahun 2014).

15. Khusus pelayanan KB MOP/vasektomi dapat diberikan pada FKTP yang

ditunjuk berdasarkan rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dengan mempertimbangkan kompetensi dan kelengkapan sarana dan

prasarana faskes.

Universitas Sumatera Utara


23

Tabel 2.1 Besaran Tarif Persalinan


No. Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
1. Persalinan Pervaginam Normal 600.000
Penanganan pendarahan paska keguguran,persalinan
2. 750.000
pervaginam dengan tindakan emergensi dasar
Pelayanan tindakan paska persalinan (misal: Placenta
3. 175.000
Manual)
Pelayanan pra rujukan pada komplikasi kebidanan dan
4. 125.000
neonatal
Sumber: BPJS Kesehatan Kebidanan dan Neonatal 2014

2.4.2 Kebidanan dan Neonatal dalam Pelaksanaan Program JKN

Berdasarkan Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan Neonatal BPJS

Kesehatan Tahun (2014), program jaminan kesehatan dalam kebidanan

merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi proses kehamilan, persalinan,

pasca persalinan, penanganan pendarahan pasca keguguran dan pelayanan KB

pasca salin serta komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan, nifas dan

KB pasca salin yang dilakukan secara struktur dan berjenjang. Menurut BPJS

Kesehatan tentang pelaksanaan BPJS dalam kebidanan dan neonatal terbagi atas

cakupan pelayanan, biaya pelayanan dan kebidanan dan neonatal dan prosedur

pelayanan.

2.4.3 Cakupan Pelayanan Kebidanan dan Neonatal

Cakupan dari pelayanan kebidanan dan neonatal adalah:

1. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) yang

merupakan salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal untuk

memberikan saran dan informasi pada ibu hamil mengenai tempat kelahiran

yang tepat dan sesuai dengan keadaannya. Perawatan antenatal juga

merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada ibu hamil

Universitas Sumatera Utara


24

mengenai tanda-tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan segera

dari petugas kesehatan.

Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat

melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat,

serta menghasilkan bayi yang sehat sehingga mengurangi Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari suatu proses persalinan.

Pemeriksaan ANC juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara

lain;

a. Bagi Ibu

1. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan

mengobati secara dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.

2. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu

hamil dalam menghadapi persalinan.

3. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat

memberikan ASI.

4. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi.

b. Bagi Janin

1. Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga

mengurangi persalinan prematu, berat badan lahir rendah, juga

meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas sumber daya

manusia.

2. Persalinan

3. Pemeriksaan bayi baru lahir

Universitas Sumatera Utara


25

4. Pemeriksaan pasca salin atau Postnatal Care (PNC)

Pemeriksaan bayi baru lahir dan ibu pasca persalinan sangat penting untuk

memastikan kesehatan dan keselamatan bayi dan ibu, terutama pada masa nifas

awal yaitu setelah kelahiran bayi dan selama 7 (tujuh) hari pertama setelah

melahirkan. Sepanjang periode nifas yaitu setelah melahirkan hingga 28 hari

setelah kelahiran adalah masa-masa resiko tinggi. Kematian bayi lahir hidup

dalam masa 28 hari sejak kelahiran dikenal sebagai tingkat kematian neonatal

(neonatal mortality rate) dilaporkan terjadi di seluruh dunia. Begitu juga dengan

kematian ibu karena komplikasi pasca persalinan cukup tinggi.

Tujuan pemeriksaan pasca persalinan (PNC) adalah;

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi maslaah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi

sehat.

5. Pelayanan KB

2.5 Verifikasi Klaim

Verifikasi klaim persalinan/maternal dan neonatal non kapitasi di fasilitas

kesehatan tingkat pertama menurut panduan praktis teknis verifikasi klaim BPJS

Kesehatan Tahun 2014 cakupan pelayanan yang dilakukan oleh bidan seperti

ANC (Antenatal Care), PNC (Postnatal Care) dan pelayanan KB harus

Universitas Sumatera Utara


26

memenuhi langkah-langkah verifikasi yang tepat agar tidak terjadinya kendala

ketika berkas tersebut di proses, diantaranya:

2.5.1 Verfikasi Administrasi

Berdasarkan Panduan Praktis Teknis Verifikasi Pengklaiman BPJS Tahun

2014, verifikasi administrasi yang harus dipenuhi oleh bidan, seperti:

a. Kuitansi asli rangkap 3 (tiga) bermaterai sekupnya.

b. Formulir Pengajuan Klaim (FKP) rangkap 3 (tiga).

c. Rekapitulasi pelayanan;

1. Nama penderita,

2. Nomor identitas,

3. Alamat dan nomor telepon pasien,

4. Tanggal pelayanan,

5. GPA (Gravid, Partus, Abortus),

6. Jenis persalinan (tanpa penyulitan/dengan penyulitan),

7. Besaran tarif paket,

8. Jumlah seluruh tagihan.

d. Foto kopi identitas peserta BPJS.

e. Partograf yang sudah ditandatangani tenaga kesehatan penolong

persalinan untuk pertolongan persalinan. Pada kondisi tidak ada partograf

dapat digunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan

persalinan yang diberikan.

f. Surat Keterangan Lahir.

Universitas Sumatera Utara


27

g. Bukti pelayanan yang sudah ditandatangi oleh faskes dan peserta atau

anggota keluarga seperti: salinan lembar pelayanan pada buku KIA

sesuai pelayanan yang diberikan untuk pemeriksaan kehamilan,

pelayanan nifas, termasuk pelayanan bayi baru lahir dan KB pasca

persalinan. Apabila peserta tidak memiliki buku KIA, dapat digunakan

kartu ibu atau keterangan pelayanan lainnya pengganti buku KIA yang

ditandatangi ibu hamil/bersalin.

2.5.2 Verifikasi Pelayanan

Menurut Panduan Praktis Teknis Verifikasi Klaim BPJS Kesehatan Tahun

2014, setelah melalui verifikasi administrasi dilakukan lagi verifikasi pelayanan,

seperti:

a. Bandingkan data identitas peserta dengan identitas pada bukti pelayanan.

b. Memastikan kesesuaian tindakan dengan diagnose.

c. Apabila diperlukan dalam proses verifikasi dapat dilakukan sampling

terhadap klaim dengan melakukan catatan kegiatan harian atau konfirmasi

kepada peserta.

Universitas Sumatera Utara


28

2.6 Kerangka Pikir

Prosedur
Administrasi
Pengklaiman

Ketepatan Respons Bidan Sikap


waktu Praktek Mandiri petugas
pelaksanaan Pada Proses Klaim BPJS
klaim Non Kapitasi Kesehatan

Kesesuaian besaran
klaim dengan
penerimaan dana

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan bahwa respons bidan pada

proses pengklaiman yang dilakukan BPJS untuk dana non kapitasiterhadap bidan

di landasi faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu prosedur dan

kelengkapan administrasi pengklaiman, sikap petugas, ketepatan waktu

pelaksanaan dana klaim dan kesesuaian besaran klaim dengan penerimaan dana.

Dari empat indicator tersebut dapat menjadi landasan bagaimana respons bidan

terhadap pembiayaan dana klaim non kapitasi yang terjadi di Kecamatan

Hutaimbaru 2017.

Jika bidan memiliki penilaian yang positif pada masing-masing indicator

atau penilaian yang bersifat positif lebih mendominasi maka dapat disimpulkan

Universitas Sumatera Utara


29

biaya pengklaiman dana non kapitasi di FKTP Kecamatan Hutaimbaru bagus dan

dapat sambutan positif oleh bidan. Namun jika bidan memiliki penilaian negatif

pada masing-masing indikator atau pelainan yang bersifat negatif lebih dominan

dapat disimpulkan biaya pengklaiman dana non kapitasi yang diterima oleh bidan

tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh bidan tersebut.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

yang bertujuan untuk menjelaskan tentang respons bidan pada proses pengkaliaman

dana non kapitasi dalam kebijakan BPJS di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padang

Sidempuan tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Hutaimbaru, Kota Padang

Sidempuan. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa di Kecamatan

Hutaimbaru terdapat bidan praktek mandiri yang bekerjasama dengan BPJS

Kesehatan dan bidan terkendala prosedur administrasi yang rumit serta waktu

pengklaiman yang cukup lama, verivikasi data yang cukup lama serta pencairan dana

yang tidak sesuai dengan yang diklaim.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan

Juli 2017 (survey pendahuluan dan penelitian )

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini informan diambil dengan menggunakan teknik purposive,

yaitu teknik dimana peneliti mempunyai atau memiliki kecenderungan untuk memilih

30
Universitas Sumatera Utara
31

informan yang dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara

mendalam berkaitan dengan topik penelitian yaitu tentang respons bidan praktek

mandiri terhadap dana non kapitasi oleh BPJS Kesehatan. Informan yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yaitu, 4 orang bidan praktek mandiri, 2 orang

klinik pratama, 2 orang petugas BPJS sebagai perbandingan triangulasi yang peneliti

lakukan.

3.3.1 Informan Penelitian

Tabel 3.1 Informan Penelitian


No Informan Umur Pendidikan Tgl wawancara

1 Emi Hrp, Amd.Keb 49 DIII

2 Jernih Matondang, Amd.Keb 41 DIII

3 Nelfi Risda Srg, Amd.Keb 51 DIII

4 Ade Suti Nst,Amd.Keb 41 DIII

5 dr. Rudi S Hrp, M.kes 50 S2

6 Suhada, S.Kep 49 S1

7 Dian 40 S1

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara mendalam dilakukan dengan semi terstruktur yang dilengkapi

dengan pedoman wawancara yang dijasikan dalam alur, urutan dan

Universitas Sumatera Utara


32

penggunaan data yang dibutuhkan tuntuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab dengan informan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan di dalam

bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia

adalah berbentuk foto surat-surat/dokumen pengklaiman dan buku catatan

harian, dokumen pemerintah ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari

flashdisk dan sebagainya.

3.5 Triangulasi

Menurut Miles dan Huberman (2009) terdapat tiga metode analisa data

kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini

berlangsung terus-menerus selama penelitian berlangsung bahkan sebelum data

benar-benar terkumpul.

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak

perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Penyajian data adalah keghiatan ketika sekumpulan data disusun dapat

Universitas Sumatera Utara


33

dilakukan dama bentuk matriks, grafik jaringan dan bagan, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk

mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Hutaimbaru

Kecamatan Hutaimbaru didirikan sejak tahun 1976, yang terletak di Jalan

Makam Ompu Sarudak kelurahan Hutaimbaru Kecamatan Padangsidimpuan

Hutaimbaru. Luas wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru 2.234,18Ha.

Batas-batas wilayahnya adalah :

a. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola

Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

b. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola


Julu Kota Padangsimpuan
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola
Julu Kota Padangsidimpaun
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Padangsidimpuan Utara
Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru terdiri dari 5 kelurahan dan 5
desa :
1. Kelurahan Hutaimbaru
2. Kelurahan Palopat Maria
3. Desa Partihaman Saroha
4. Desa Singali
5. Kelurahan Sabungan Jae
6. Desa Sabungan Sipabangun
7. Kelurahan Lembah Lubuk Manik
8. Kelurahan Lubuk Raya
9. Desa Huta Padang
10. Desa Tinjoman

34
Universitas Sumatera Utara
35

4.1.2 Wilayah Kerja Kecamatan Hutaimbaru

Kecamatan Hutaimbaru terdiri 8 desa dan 41 dusun.

Tabel 4.1 Jumlah Desa dan Dusun di Kecamatan Hutaimbaru 2016


No Desa Jumlah Dusun

1 KelurahanHutaimbaru 8
2 Kelurahan Lubuk Raya 4
3 Kelurahan Palopat Maria 4
4 Kelurahan Sabungan Jae 4
5 Kel. LembahLubukManik 5
6 Desa Singali 2
7 Desa PartihamanSaroha 3
8 Desa Sabungan Sipabangun 5
9 Desa Huta Padang 2
10 Desa Tinjoman 4
JUMLAH 41
Sumber : Profil Puskesmas Hutaimbaru 2016

Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Hutaimbaru berjumlah 16.073 jiwa

dengan rincian 7.846 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 8.227 jiwa

perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Patumbak sebanyak

3.727 KK.

4.1.3 Sumber Daya Manusia Kesehatan Kecamatan Hutaimbaru

Kecamatan Hutaimbaru terdapatPusekesmas.Puskesmas Hutaimbaru

dipimpin oleh seorang dokter. Berdasarkan data yang diperoleh di Puskesmas

Kecamatan Hutaimabru maka diperoleh data Tenaga Kesehatan sebanyak 40

orang dan Tenaga Umum 3 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


36

Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Kecamatan Hutaimbaru


No. Tenaga Kesehatan Jumlah

1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 12
4 Perawat Gigi 0
5 Bidan 24
6 Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat 0
7 Tenaga Ahli Sanitasi 0
8 Tenaga Teknisi Medis/ Lab 0
9 Umum 3
Sumber : Profil Puskesmas Hutaimbaru 2016

Tenaga kesehatan bidan di Kecamatan Hutaimbaru terdapat 24 orang

termasuk yang bertugas di Puskesmas Hutaimbaru. Dari 24 orang tersebut hanya 6

orang saja yang memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) dan hanya 4 orang saja

yang ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

4.2 Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Proses Klaim Non Kapitasi
Tentang Prosedur Administrasi Pengklaiman

Respons bidan praktek mandiri pada proses klaim non kapitasi tentang

prosedur administrasi merupakan tanggapan ataupun sikap positif maupun negatif

yang diberikan oleh bidan terhadap tindakan yang harus dijalankan berkaitan

dengan kegiatan pelaksanaan kebijakan tuntutan ataupun hak yaitu berupa berkas

administrasi, verifikasi, dan hingga terklaimnya dana.

Hasil wawancara tentang Prosedur Adminitrasi pengklaiman dana non

kapitasi diperoleh informasi sebagai berikut :

“Kalo masalah prosedur administrasinya sih gampang-gampang


susah mulai dari kwitansi, partograf, formulir pengajuan, fotokopi

Universitas Sumatera Utara


37

identitas. Maunya sih prosedurnya dipermudah. Untuk proses


pengklaiman dana non kapitasi dimulai dari bidan menyiapkan
berkas administrasi pengklaiman lalu diberikan ke klinik lalu dari
klinik ke bpjs. Kemudian menunggu verifikasi bpjs, setelah itu
dana klaim diberikan bpjs kepada klinik, lalu klinik menghubungi
saya untuk mengambil uangnya. Ini yang membuat dananya lama
cair jadi banyak bidan yang mengeluh disitu” (Informan 1)

Berdasarkan dari wawancara yang dilakukan kepada infroman didapatkan

informasi bahwa prosedur administrasi cukup rumit mulai dari kwitansi,

partograf, formulir pengajuan, fotokopi identitas serta lamanya cair membuat

bidan banyak mengeluh.

“ Apa ya, prosedur administarsi itu kwitansi harus bermaterai,


formulir pengajuan, fotokopi identitas, partograf, gak sulit sih
karena udah biasa tapi banyak kali yang harus diisi. Jadi kadang
mau besalahan ngisinya. Gitulah harus lengkap kalo nggak ya
nggak bisa ngklaim”(informan 2)

Berdasarkan dari wawancara yang dilakukan kepada informan didapatkan

informasi bahwa prosedur administrasi cukup banyak seperti kwitansi bermaterai,

formulir pengajuan klaim, fotokopi identitas, partograf yang ,menyebabkan bidan

terkadang salah dalam mengisi.

“Prosedur administrasi pengklaiman... agak susah sih karena


harus tulis tangan. Fotokopi identitas, kwitansi, formulir, itulah
semua syarat syaratnya. Terus belum lagi kita harus foto bayi
sama ibunya, belum lagi orang yang melahirkan lupa bawa kartu.
Banyaklah jadi susah. Belum lagi udah sampai di BPJS ada yang
salah. Ya mau gimana lagi gak ikut BPJS gak ada uang
masuk”(informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan 3

didapatkan informasi bahwa prosedur administrasi pengklaiman masih susah

karena harus tulis tangan. Fotokopi identitas, kwitansi, formulir serta syarat syarat

yang harus dilengkapi. Masih terjadi kesalahan berkas oleh bidan.

Universitas Sumatera Utara


38

“Administrasi pengklaiman ya. Ee.... kwitansi, fotokopi buku KIA,


kartu identitas, formulir pengklaiman, foto sama ada beberapa lagi
saya lupa. Haa dilengkapila itu baru kita antar ke klinik. Dari
klinik baru ke BPJS. Kalo di bilang sih ya ribet sebenarnya tapi ya
udah kententuan. Apalagi nanti sampe BPJS ada yang salah atau
kurang, makin lama lagi cairnya”(informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa administrasi pengklaiman seperti kwitansi, fotokopi identitas, buku KIA,

foto ibu dan bayi masih ribet dan bidan masih mengalami kesalahan dalam

pengisian berkas.

Pernyataan diatas diperkuat informasi yang diberikan oleh informan

dibawah ini, berikut kutipannya :

“Iya, beberapa bidan ada yang memasukkan berkas di klinik sini.


Untuk prosedur administrasi klaim bpjs ada beberapa syaratnya
seperti partograf, kwitansi, formulir pengajuan. Kebanyakan bidan
datang ke klinik sudah melengkapi berkasnya. Kemudian
menunggu verifikasi BPJS baru dananya cair, untuk penyiapan
berkasnya kebanyakan bidan mengeluh karena terlalu banyak”
(Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa prosedur administrasi klaim seperti partograf, kwitansi, formulir pengajuan

sudah lengkap diberikan bidan kepada klinik. Ada keluhan bidan berupa terlalu

banyaknya berkas yang diselesaikan.

“banyak sih memang kalo aku liat persyaratan persyaratan


klaimnya. Tapi kami cuman memfasilitasi bidan saja untuk klaim
ke BPJS, karena udah ketentuan dari sananya kayak
gitu”(informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa klinikhanya memfasilitasi bidan untuk klaim ke BPJS sebagai bagian dari

ketentuan.

Universitas Sumatera Utara


39

4.3 Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Proses Klaim Non Kapitasi
Tentang Ketepatan Waktu Pelaksaan Klaim

Respons bidan praktek mandiri pada proses klaim non kapitasi tentang

ketepatan waktu pelaksanaan klaim merupakan tanggapan ataupun sikap positif

maupun negatif yang kesesuaian waktu yang telah ditentukan pelaksanan

pengklaimannya.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada 4 Bidan Praktek Mandiri tentang

ketepatan waktu pelaksanaan klaim diperoleh informasi sebagai berikut :

“Biasa emang agak lama itu cairnya, nggak tentu. Tapi kalo buat
ibu sih nggak apa anggap aja nabung jadi nanti gitu cair banyak.
Bisa dibilang sebulanan baru cair”(informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa klaim cair sebulan.

“Untuk waktu cair dananya setelah dimasukkan berkas dari klinik


ke bpjs biasanya 1 bulan lebih. Belum lagi kalo ada berkas yang
salah bisa sampe 2 bulan. Ini yang membuat sebenarnya malas
terima pasien pakek bpjs tapi kalo nggak kita terima nggak ada
pasien. ini yang membuat saya susah” (Informan 2)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa klaim setelah berkas sampai ke BPJS bisa sampai 1 bulan lebih dan apabila

terjadi kesalahan berkas bisa sampai 2 bulan.

“Klaimnya itu biasa 1 sampai 2 bulan gitu baru keluar, itupun kalo
gadak kita salah berkas, kalo ada bisa makin lama. Pokoknya gak
pas la 15 hari kerja kayak peraturan”(informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa klaim bisa berlangsung 1 sampai 2 bulan lamanya, tidak sesuai dengan

ketetuan yaitu 15 hari kerja.

Universitas Sumatera Utara


40

“Nggak menentu kalo turun duitnya itu kapan. Kadang sebulan


kadang lebih ya maklum aja la karena udah biasa juga . rejeki
rejekian la mang”(informan 4)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan diketahui

bahwa tidak ada ketentuan kapan klaim akan cair.

Pernyataan diatas diperkuat oleh informan lain dibawah ini, berikut


kutipannya :

“Biasanya cair dananya sekitar 1 bulan lebihla, lalu dananya


masuk ke klinik setelah diverifikasi oleh pihak BPJS. Setelah itu
bidan kami hubungi untuk mengambil uangnya ke klinik”
(Informan 5, 6)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa klaim BPJS cair 1 bulan lebih.

“Masalah lamanya waktu pencairan sebenarnya berkas datang


secepat mungkin langsung kita proses tetapi terkadang masih ada
kesalahan yang dilakukan oleh bidan, dan tim verifikasi kita juga
terbatas untuk memeriksa sekota padang sidimpuan ini ya makan
waktu”(informan 7,8)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa waktu pencairan secepat mungkin diproses namun kesalahan

berkas serta kurangnya tim verifikasi berkas menjadi penyebab lamanya klaim.

Berdasarakan hasil beberapa wawancara tersebut menunjukkan bahwa

untuk waktu pengklaiman yang dilakukan bidan praktek mandiri bisa sampai 1-2

bulan. Setelah terverifikasi dari BPJS, kemudian pihak klinik menghubungi

bidannya. Serta kesalahan berkas dan kurangnya tim verifikasi menambah lama

waktu pencairan.

Universitas Sumatera Utara


41

4.4 Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Klaim Non Kapitasi Tentang
Kesesuaian Besaran Klaim Dengan Penerimaan Dana

Respons bidan praktek mandiri pada klaim non kapitasi terhadap kesesuai

besaran klaim dengan penerimaan dana merupakan tanggapan ataupun sikap baik

maupun buruk yang diberikan oleh bidan terhadap ketepatan banyaknya klaim

yang diterima dengan diajukan.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada 4 Bidan Praktek Mandiri tentang

kesesuaian besaran klaim dengan penerimaan dana diperoleh informan sebagai

berikut :

“Besar dana yang saya terima itu 90% dari yang diklaim, 10%
untuk klinik sebagai biaya administrasi. Ini kalau pasien yang
diklaim membayar iuran secara rutin, jika ada tunggakan pada
pembayaran iuran maka dana tidak cair. Untuk potongan 10%
bagi saya tidak masalah namanya klinik juga membantu saya
untuk proses pengklaiman” (Informan 1)

Wawancara yang dilakukan kepada informan maka diketahui bahwa besar

dana yang diterima 90% dari yang diklaim, dan 10% sisanya untuk biaya

administrasi kepada klinik.

“Berapa yang diklaim ya segitu yang keluar, ada sih emang


seharusnya biaya administrasinya tapi karena masih sodara ibu
yang punya klinik paling kasih uang terima kasih ajala
samanya”(informan 2)

Hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka diketahui bahwa

ada biaya administrasi yang dikenakan kepada bidan oleh klinik.

“Nggak full memang yang diklaim segitu yang diterima karena ada
ketentuan kita sama orang klinik, jadi kadang langsung dipotong
orang itu tiap kali cair. Kalo untuk berapa ibu gak bisah kasih
tau”(informan 4)

Universitas Sumatera Utara


42

Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa ada ketentuan kerjasama dengan klinik sehingga klaim yang

diterima tidak sepenuhnya.

“Untuk dana klaim sebenarnya dari pihak BPJS 100%, cuman ada
potongan 10% untuk biaya administrasi. Udah taunya bidan
itu”(Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa klaim yang diterima dari BPJS 100% namun ada biaya

administrasi 10%.

“Memang seharusnya yang diterima bidan sesuai dengan yang


diklaim tapi udah ada perjanjian kerjasama dengan klinik ini jadi
biasanya ada potongan. Ooo kalo itu beda beda tergantung
perjanjiannya”(informan 6)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa potongan ada sebagai perjanjian kerjasama, besaran potongan

tergantung perjanjian.

“Yaa, untuk dana klaim kami dari pihak BPJS memberikan 100%
sesuai dengan yang diklaim. Untuk potongan biaya administrasi
itu tergantung kerjasama antara pihak klinik dengan bidan. Untuk
peraturan memang sudah ada setiap daerah yang memiliki
puskesmas memadai maka bidan mandiri bisa bekerjasama dengan
faskes untuk pengklaiman”(informan 7)\

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa pihak BPJS memberikan klaim sesuai dengan yang diklaim,

potongan biaya administrasi hanya berlaku antara pihak bidan dan faskes tempat

bidan bekerjsama.

Berdasarkan hasil beberapa wawancara tersebut menunjukkan bahwa dana

klaim dari BPJS diterima klinik 100%, kemudian ada potongan untuk biaya

Universitas Sumatera Utara


43

administrasi dari pihak klinik ke bidan sebesar 10%. sehingga bidan hanya

menerima 90% dari dana pengklaiman.

4.5 Respons Bidan Praktek Mandiri Pada Proses Klaim Non Kapitasi
Terhadap Sikap Petugas BPJS Kesehatan

Respons bidan praktek mandiri pada klaim non kapitasi terhadap sikap

petugas BPJS Kesehatan merupakan tanggapan ataupun sikap baik dan buruk

yang ditunjukkan oleh bidan terhadap sikap mencerminkan rasa senang maupun

tidak dari petugas BPJS Kesehatan pada proses klaim non kapitasi

Hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas di klinik dan petugas

BPJS terhadap sikap petugas BPJS Kesehatan diperoleh informasi sebagai

berikut:

“Kalo sikap petugas BPJS siih, kalo ada yang kurang biasanya
mereka menghubungi saya untuk melengkapi berkasnya. Jadi kalo
menurut saya baik karena kita nggak pernah ketemu langsung
kecuali kalo ngambil berkas yang salah sama mengembalikannya
lagi” (Informan 1)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa sikap petugas BPJS Kesehatan kepada bidan baik

“Baik sih. Pernah waktu itu kekantor ada yang kurang berkasnya.
Orangnya sopan-sopan.”(informan 2)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui bahwa sikap petugas baik dan sopan hasil ini berdasarkan pengalaman

bidan ketika melengkapi berkas.

”Baik kok orang BPJS”(Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan maka

diketahui sikap petugas BPJS baik.

Universitas Sumatera Utara


44

“Baik sih kalo menurut ibu ya. Kadang kalo lota ada kurang
lengkap dia kasih tau, ngomongnya sopan”(Informan 4)

“Biasanya ya kalo ngantar berkas jumpa dengan petugas BPJS,


baik bai sih, sopan”(Informan 6)

Pernyataan diatas diperkuat oleh wawancara kepada informan dibawah ini,

berikut kutipannya :

“Yaa, kalo ada kekurangan atau kesalahan pada berkas


pengklaiman kita langsung menghubungi bidan yang melakukan
pengklaiman. Untuk batasan waktu kalau ada kesalahan berkas itu
tidak ada”(Informan 7)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sikap

petugas BPJS Kesehatan terkait proses pengklaiman non kapitasi selalu

menghubungi bidan jika ada kekurangan berkas.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Prosedur Administrasi Pengklaiman Dana Non Kapitasi BPJS

Prosedur administrasi merupakan salah satu syarat dalam proses

pengklaiman dana non kapitasi. Sehingga ada tahapan-tahapan yang harus

dipenuhi. Jika salah satu tahapan tidak terpenuhi maka proses pengklaiman dana

tidak diproses oleh BPJS. Prosedur administrasi pengklaiman dana non kapitasi

diatur dalam panduan praktis kebidanan dan neonatal.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengklaiman non

kapitasi BPJS adalah kuitansi asli bermaterai; Formulir Pengajuan Klaim (FPK);

rekapitulasi pelayanan; foto kopi identitas peserta BPJS; partograf yang sudah

ditandatangani tenaga kesehatan penolong persalinan untuk pertolongan

persalinan; dan bukti pelayanan yang sudah ditandatangani oleh fasilitas

kesehatan dan peserta atau anggota keluarga peserta, surat keterangan kelahiran.

Prosedur administrasi pengklaiman dana non kapitasi belum sepenuhnya

sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh BPJS yang diatur dalam

Panduan Praktik Pelayanan Kebidanan dan Neonatal. Adapun syarat-syarat yang

tidak terpenuhi yaitu partograf dan ketidaklengkapan dalam pengisian formulir

pengklaiman.

Berdasarkan wawancara kepada bidan di Kecamatan Hutaimbaru terkait

prosedur administrasi pengklaiman dana non kapitasi BPJS dapat disimpulkan

bahwa prosedur administrasi pengklaiman dana non kapitasi yang dilakukan bidan

45
Universitas Sumatera Utara
46

praktek mandiri masih sulit seperti menyiapkan berkas administrasi yang rumit

yaitu patograf; dan verifikasi BPJS terkait dana pencairan yang lama.

Hal ini sejalan dengan penelitian Mayona (2012) menyatakan bahwa

distribusi persepsi tentang prosedur klaim, hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang menyatakan mudah 8 orang (13,3%), dan sulit 52 orang (86,7%).

Sebagian besar responden menyatakan prosedur administrasi mempengaruhi

kemauan bidan untuk mengikuti program.

Berdasarkan hasil wawancara pengisian partograf menjadi hambatan bagi

bidan dalam melakukan pengklaiman karena pengisian partograf harus dilakukan

bersamaan sesuai dengan fase melahirkan. Sehingga setiap kejadian dalam proses

persalinan harus tercatat jelas dalam partograf. jika tidak ada partograf maka

bidan harus menggunakan keterangan lain yang menjelaskan tentang pelayanan

persalinan yang diberikan. Apabila ada kejanggalan di setiap fase maka pasien

harus diberi rujukan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Kartini (2013) menyatakan bahwa

partograf harus menggambarkan persalinan terjadi secara normal. Hal ini

mendorong bidan untuk membuat partograf tidak setiap habis pemeriksaan untuk

memantau kemajuan persalinan. Yang mana pada kenyataannya sering kali kala I

fase aktif berjalan dengan tidak sebagaimana mestinya, hal ini disebabkan

berbagai faktor seperti kelelahan dari ibu, pembukaan serviks yang lambat namun

tiba-tiba pembukaan serviks lengkap.

Namun prosedur administrasi yang harus dilengkapi oleh bidan praktek

mandiri pada dasar sudah dibahas ketika penandatanganan perjanjian kerjasama

Universitas Sumatera Utara


47

bidan praktek mandiri dengan pihak BPJS. Bidan di Kecamatan Hutaimbaru tentu

sudah mengetahui apa saja yang harus dilengkapi ketika hendak mengikuti

program JKN tersebut, apabila bidan merasa keberatan dengan prosedur

administrasi yang ada tentunya bidan dapat menolak bekerjasama. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kurangnya keaktifan bidan bertanya tentang prosedur

administrasi ketika hendak menandatangani perjanjian kerjasama menjadi

penyebab sulit prosedur administasri bagi bidan. Serta kurang jelasnya penjelasan

dari pihak klinik tentang prosedur administrasi juga menjadi penyebab

ketidakpahaman bidan dalam melengkapi prosedur administrasi.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmah (2013), diketahui bahwa

motivasi BPM dalam penandatanganan perjanjian kerjasama Jampersal, adalah

adanya faktor kebutuhan aktualisasi diri sebagai bentuk pengabdian BPM kepada

masyarakat dan kepatuhan terhadap aturan pemerintah, sementara kecenderungan

BPM tidak mengikuti Jampersal karena biaya pengganti yang terlalu sedikit dan

perasaan tidak nyaman harus mematuhi aturan Jampersal.

5.2 Ketepatan Waktu Pelaksaan Klaim Dana Non Kapitasi BPJS

Mengikuti tertib administrasi pada sebuah kebijakan dapat membantu

suatu lembaga dalam mengatasi permasalahan administrasi, salah satunya yaitu

tertib dalam masalah waktu. Waktu merupakan kondisi dimana lembaga dapat

mengatur sebuah kebijakan. Menurut Permenkes RI No. 71 tahun 2013, adapun

hak fasilitas kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS adalah setiap

fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS berhak mendapat informasi

tentang kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran dan proses kerjasama

Universitas Sumatera Utara


48

dengan BPJS kesehatan, serta menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang

diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen

klaim diterima lengkap.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada bidan praktek mandiri di

Kecamatan Hutaimbaru disimpulkan bahwa untuk waktu klaim terkait

pengklaiman dana non kapitasi bidan praktek mandiri sekitar 1-2 bulan sejak

berkas klaim diajukan kepada BPJS Kesehatan. Dengan waktu tersebut bidan

terlalu lama menunggu dananya terklaim dari pihak BPJS. Dan kurangnya tenaga

tim verifikasi dari BPJS.

Hal ini tentu tidak sejalan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.71

tahun 2013. Dimana pihak BPJS paling lama 15 hari kerja harus memberikan

pembayaran klaim setelah dokumen diterima lengkap.

Proses yang memakan waktu cukup lama tentu mempengaruhi keinginan

bidan untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Penyebab lamanya proses

pengklaiman yang dilakukan oleh bidan kepada BPJS Kesehatan disebabkan

verifikasi berkas klaim yang berlangsung cukup lama. Petugas BPJS Kesehatan

harus memverifikasi berkas klaim yang masuk setiap bulannya. Serta kesalahan

pengisian berkas yang dilakukan oleh bidan juga menjadi penyebab lamanya

waktu pengklaiman biaya ganti rugi oleh pihak BPJS Kesehatan.

Namun lamanya proses pengklaiman bukan disebabkan oleh proses

verifikasi yang memakan waktu yang cukup lama. Kesalahan pengisian berkas

juga menjadi penyebab lamanya proses pengklaiman. Berkas yang pengisian

berkasnya yang dilakukan oleh bidan dikembalikan oleh pihak BPJS Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


49

kepada bidan yang bersangkutan. Berkas yang salah pengisiannya harus

diperbaiki oleh bidan kemudian dikembalikan lagi kepada pihak BPJS Kesehatan.

Kesalahan berkas ini dianggap sebagai ketidaklengkapan berkas. Sehingga dapat

kita simpulkan lamanya waktu pengklaiman bukan hanya disebabkan lamanya

proses verifikasi namun kesalahan pengisian berkas oleh bidan juga menambah

lama waktu pengklaiman.

5.3 Kesesuaian Besaran Pengklaiman Dana Non Kapitasi BPJS

Salah satu upaya yang telah disepakati seluruh pemangku kepentingan

untuk dijalankan oleh BPJS Kesehatan adalah melakukan penerapan model

pembayaran prospektif, ini tertera dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamantkan Badan

Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk membayar fasilitas

kesehatan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada bidan praktek mandiri di

Kecamatan Hutaimbaru disimpulkan bahwa dana klaim dari BPJS diterima klinik

100%, kemudian ada potongan untuk biaya administrasi dari pihak klinik ke bidan

sebesar 10%. Sehingga bidan hanya menerima 90 % dari dana pengklaiman.

Sedangkan jika ada tunggakan dana tidak cair hingga proses tunggakan

diselesaikan oleh pengguna BPJS. Potongan 10% untuk biaya administrasi

berdasarkan kerjasama antara bidan dan klinik. Hal ini tidak menjadi masalah bagi

pihak bidan karena sudah tercantum dalam Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS

Kesehatan No. 143 tahun 2014 tentang Implementasi Permenkes No.59 tahun

2014 menyatakan bahwa penagihan baiya jejaring melalui faskes induk.

Universitas Sumatera Utara


50

Sedangkan pemotongan biaya pembinaan terhadap jejaring oleh faskes induk

maksimal 10% dari total klaim (Permenkes No.28 tahun 2014).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Niko (2014) 14 orang

(88%) bidan di Bangkalan merasa terdapat ketidaksesuaian imbalan atas jasa.

Bidan di Kecamatan Hutaimbaru hanya menerima 90% dari total keseluruhan

yang mereka klaim. Hal ini disebabkan oleh adanya biaya administrasi yang

dikenakan kepada bidan sesuai dengan Mou kerjasama bidan dengan klinik

terkait.

Potongan 10% tentunya tidak menjadi masalah bagi bidan yang

bekerjasama dengan klinik dalam melakukan pengklaiman sebagai biaya

administrasi. Namun ada keinginan bidan agar dapat mengklaim langsung kepada

BPJS Kesehatan atas jasa yang diberikan tanpa melalui faskes ataupun dokter

jejaring, tentunya dengan mengklaim langsung bidan dapat menerima 100% dari

keseluruhan yang diklaim. Adanya peraturan mewajibkan bidan bekerjasama

dengan klinik ataupun faskes lain tentunya mempengaruhi minat bidan praktek

mandiri di Kecamatan Hutaimbaru untuk bekerkjasama dengan BPJS Kesehatan.

5.4 Sikap Petugas BPJS Terhadap Proses Klaim Yang Dilakukan Oleh Bidan

Praktek Mandiri

Sikap merukapan respons positif maupun negatif terhadap suatu kejadian,

situasi, benda dan lain-lain. Sikap yang petugas BPJS terhadap proses

pengklaiman yang dilakukan oleh bidan praktek mandiri berkaitan langsung

ketika adanya kesalahan berkas yang dilakukan oleh bidan praktek mandiri.

Universitas Sumatera Utara


51

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada bidan praktek mandiri di

Kecamatan Hutaimbaru disimpulkan bahwa sikap petugas BPJS Kesehatan terkait

proses pengklaiman non kapitasi selalu menghubungi bidan jika ada kesalahan

maupun kekurangan berkas.

Hal ini tentu sejalan dengan teori sikap Rakhmat (1999), Apabila timbul

terhadap sesuatu itu adalah perasaan senag, maka disebut sikap positif, Namun

apabila yang timbul perasaan tidak senang disebut sikap negatif.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap bidan praktek

mandiri tidak ada perasaan tidak senang yang karena sikap petugas BPJS

Kesehatan tentang proses pengklaiman dana non kapitasi. Hal tersebut karena

petugas selalu menghubungi apabila ada kesalahan maupun kekurangan berkas

yang dilakukan oleh bidan praktek mandiri. Sehingga bidan merasa sikap petugas

terhadap proses pengklaiman dana non kapitasi cukup baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan

1. Prosedur administrasi pengklaiman yang dilakukan oleh bidan praktek mandiri

harus dilakukan berupa menyiapkan berkas klaim (kuitansi asli bermaterai,

formulir pengajuan klaim, rekapitulasi pelayanan, fotokopi identitas BPJS,

partograf, bukti pelayanan yang ditandatangani faskes) dianggap masih cukup

rumit. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya berkas klaim yang harus dilengkapi

oleh bidan. Serta kurangnya pemahaman bidan dalam mingisi berkas klaim

diakibatkan ketidakaktifan bidan bertanya ketika penandatanganan Mou

kerjasama. Kurangnya informasi tentang klaim dari pihak BPJS Kesehatan.

2. Pengajuan klaim BPJS Kesehatan pada proses klaim dana non kapitasi di

Kecamatan Hutaimbaru terkendala waktu klaim terkait pengklaiman dana non

kapitasi oleh bidan praktek mandiri berlangsung hingga 1-2 bulan diakibatkan

proses verifikasi berkas yang cukup lama . Selain itu ketidaklengkapan berkas

yang diajukkan oleh bidan menambah lama waktu pengklaiman.

3. Kesesuaian besaran dana klaim yang diterima oleh klinik dari BPJS sebesar

100%, kemudian ada potongan untuk biaya administrasi yang dilakukan oleh

klinik ke bidan praktek mandiri sebesar 10%. Sehingga bidan hanya menerima

sebesar 90% dari dana pengklaiman. Belum lagi jika ada pasien yang

menggunakan BPJS mandiri mengalami tunggakan maka proses pengklaiman

tertunda.

52
Universitas Sumatera Utara
53

4. sikap petugas BPJS Kesehatan dinilai baik terkait proses pengklaiman non

kapitasi selalu menghubungi bidan jika ada kesalahan maupun kekurangan

berkas.

6.2 Saran

1. Kepada Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan

a. Penyederhanaan prosedur administrasi pengklaiman yang dilakukan

oleh bidan praktek mandiri. Serta memberikan sosialisasi dan pelatihan

kembali tentang prosedur administrasi klaim kepada bidan.

b. Menghindari keterlambatan dalam memberikan klaim tagihan yang

sudah diajukan oleh bidan praktek mandiri.

c. Memberikan kelonggaran waktu pengajuan klaim agar bidan dapat

melengkapi berkas dikarena sulitnya akses seperti fotokopi, akses

menuju klinik yang menyebabkan ketidaklengkapan.

2. Kepada Bidan

a. Menghindari kesalahan maupun kekurangan berkas klaim agar semakin

cepat proses verifikasi dilakukan oleh pihak BPJS sehingga dapat

mempercepat waktu pengklaiman.

b. Memberitahukan klinik berkas klaim yang harus dipenuhi oleh keluarga

peserta persalinan menggunakan BPJS.

3. Kepada Klinik

a. Membantu bidan agar memberitahukan untuk melengkapi

persyaratan yang harus dipenuhi peserta BPJS untuk melakukan

persalinan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Penerbit Pustaka Belajar.

BPJS Kesehatan. 2014. Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan dan Neonatal.


Jakarta.
Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan. 2016. Profil Kesehatan Kota Padang
Sidempuan.
. 2016. Profil Puskesmas Kecamatan
Hutaimbaru Kota Padang sidempuan.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Petunjuk
Teknis Jaminan Persalinan. Jakarta.

_______________________. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Malonda, TD. 2015. Analisis Pengajuan Klaim Badan Penyelenggara Jaminan


Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano. Analisis
Pengajuan Klaim, Vol. 5, No. 2b, hal. 436.

Mayona, H. 2012. Pengaruh Persepsi Bidan Praktek Swasta Tentang


Program Jampersal Terhadap Kemauan Bidan Menjadi Provider
Jampersal Di Kota Binjai. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara

Miles, MB dan Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Niko, FG 2014. Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional Pada


Bidan Praktik di Wilayah Puskesmas Bangkalan. Surabaya. Universitas
Airlangga.

Permenkes No. 1464. 2010. Bidan Indonesia. Jakarta.

________ No. 71. 2013. Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan


Nasional. Jakarta.

________ No. 28. 2014. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan


Nasional. Jakarta.

_______ No. 59. 2014. Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam


Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan. Jakarta.

Rakhmat, J. 1999. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

54

Universitas Sumatera Utara


55

Sarwono, S.W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Depok: Rajawali Pers.

Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan No. 143. 2014. Implementasi
Permenkes Nomor 59 Tahun 2014. Jakarta.

Thoha, M. 2007. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:


Rajawali Pers.

Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004. Tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional.

Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009.Tentang Kesehatan.

Zaskiah, Siti. 2015. Faktor Individual dan Faktor Struktural yang Berperan
Dalam Keikutsertaan Bidan Praktek Mandiri Pada Jaminan Kesehatan
Nasional di Kabupaten Tabanan. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Universitas Sumatera Utara


PEDOMAN WAWANCARA RESPONS BIDAN PRAKTEK MANDIRI
YANG BEKERJASAMA DENGAN BPJS TENTANG PROSES
PENGKLAIMAN DANA NON KAPITASI DI KECAMATAN
HUTAIMBARU KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2017

1. Daftar pertanyaan untuk bidan praktek mandiri


I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Tanggal wawancara:

II. Daftar Pertanyaan

1. Menurut ibu selaku bidan yang bekerjasama dengan BPJS, bagaimana prosedur

administrasi untuk melakukan pengklaiman ? (apa saja)

2. Apakah dana pengklaiman yang diterima bidan sudah sesuai dengan ketentuan

yang didapat ?

3. Berapa lama waktu hingga klaim diterima ditangan bidan ?

4. Bagaimana sikap petugas BPJS dalam menangani dana pengklaiman ?

5. Apakah sering terjadi keterlambatan pemberian dana klaim oleh BPJS ?

Universitas Sumatera Utara


2. Daftar Pertanyaan untuk petugas BPJS

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Tanggal Wawancara :

II. Daftar Wawancara

1. Bagaimana tanggapan terhadap prosedur administrasi yang harus dilakukan

oleh bidan praktek mandiri ?

2. Bagaimana tanggapan terhadap jumlah dana klaim yang didapat oleh para

bidan ? apakah sudah sesuai dengan kinerja dan harapan bidan ?

3. Apakah menurut bapak /ibu waktu pengklaiman sudah sesuai dengan

ketntuan ?

4. Bagaimanakah sikap menghadapi proses klaim yang dilakukan oleh bidan

praktek mandiri/klinik ?

Universitas Sumatera Utara


3. Daftar Pernyataan Untuk Klinik/Dokter Jejaring

I. Identitas Informan

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Tgl wawancara :

Ii. Daftar Pernyataan

1. Menurut bapak/ibu bagaimana tentang prosedur administrasi pengklaiman

dana non kapasiti bidan praktek mandiri ?

2. Apakah dana yang di klaim oleh BPJS Kesehatan yang diterima klinik

sudah sesuai dengan ketentuan yang di dapat ?

3. Apakah sering terjadi keterlambatan pemberian dan klaim oleh BPJS

Kesehatan ?

4. Bagaimana pandangan bapak apakah ada potongan administrasi pada

klaim pelayanan kebidanan ? (mengapa ada pemotongan administrasi,

berapa jumlah dan keguanaanya)

5. Menurut pendapat bapak, penghargaan apa yang dapat diberikan kepada

bidan ?

6. Menurut bapak/ibu bagaimana tentang sikap petugas BPJS ketika

melakukan pengklaiman ?

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai