Anda di halaman 1dari 8

MIOMA UTERI

A. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma,
fibromioma, atau fibroid. (Ilmu Kandungan, 1999)

B. Patofisiologi/pathways
Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak dibanding
miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan
pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal
dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun
seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada
nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma
uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke
mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum,
intramular dan subserosum.

1
Pathways: Penyebab: belum diketahui

Faktor keturunan Wanita nulipara dan kurang subur

Reseptor astrogen lebih banyak

Sel imatur uterus (otot polos & jaringan ikat)

Cemas Tumor fibromatosa

Mioma intramural Mioma subserosum


- terdapat di dinding uterus - tumbuh diantara kedua lapisan
Mioma submukosum diantara miometriuum ligamentum luteum menjadi
- tumbuh bertangkai menjadi polip mioma intra ligamenter.
- dilahirkan melalui serviks (myomgeburt)

- Nyeri - Infertilitas
Resiko tinggi - Perdarahan abnormal (menometroragia)
kekurangan cairan - Abortus spontan, gejala dan tanda
penekanan seperti retensio urine,
hidronefrosis.

Resiko tinggi infeksi

C. Tanda dan Gejala


Gejala yang dikeluhkan tergantung letak mioma, besarnya, perubahan
sekunder, dan komplikasi. Tanda dan gejala tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:

2
1. Perdaharahan abnormal seperti dismenore, menoragi, metroragi
2. Rasa nyeri karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai nekrosis dan peradangan.
3. Gejala dan tanda penekanan seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter, poliuri.
4. Abortus spontan karena distorsi rongga uterus pada mioma submukosum.
5. Infertilitas bila sarang mioma menutup atau menekan pars interstitialis
tuba.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. USG abdominal dan transvaginal
2. Laparaskopi.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mioma uteri adalah dengan tindakan pembedahan yaitu
miomektomi dan atau histerektomi.

F. Pengkajian primer, Identitas Klien, data fokus:

1. Ketidak teraturan menstruasi (perdarahan abnormal)


2. Infertilitas, anovulasi
3. Nulipara
4. Keterlambatan menopause
5. Penggunaan jangka panjang obat estrogen setelah menopause.
6. Riwayat : Obesitas, Diabetes Melitus, Hipertensi, Hiperplasi adenomatosa.
7. Ada benjolan di perut bagian bawah dan rasa berat.

G. Pengkajian sekunder

1. Pemeriksaan USG : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma, diagnosis


banding dengan kehamilan.
2. Laparaskopi : Untuk melihat lokasi, besarnya mioma uteri

3
H. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma akibat nekrosis
dan peradangan.
2. Cemas b.d. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam
berlebihan.
4. Resiko tinggi infeksi b.d. tidak adekuat pertahanan tubuh akibat anemia.

I. Intervensi Keperawatan.
1. Nyeri b.d. gangguan sirkulasi darah pada mioma akibat nekrosis dan
peradangan. Ditandai:
DO : Klien tampak gelisah, perilaku berhati-hati, ekspresi tegang, TTV.
DS : Klien menyatakan ada benjolan di perut bagian bawah rasa berat dan
terasa sakit, perut terasa mules.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam.
Kriteria Hasil:
- Klien menyatakan nyeri berkurang (skala 3-5)
- Klien tampak tenang, eksprei wajah rileks.
- Tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C
N : 80-100 x/m
RR : 16-24x/m
TD : Sistole : 100-130 mmHg
Diastole : 70-80 mmHg
Intervensi :
- Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (kala
0-10) dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
- Bantu pasien mengatur posisi senyaman mungkin.
- Monitor tanda-tanda vital

4
- Ajarkan pasien penggunaan keterampilan manajemen nyeri mis : dengan
teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan musik dan sentuhan terapeutik.
- Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
- Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.
- Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.
2. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan. Ditandai:
DO : Klien tampak gelisah, tegang, tidak kooperatif dalam mengikuti
pengobatan, TTV.
DS : Klien menyatakan takut dan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
Tujuan : Setelah 2 x 15’ tatap muka pengetahuan klien tentang penyakitnya
bertambah dan cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan rasa cemas berkurang
- Klien kooperatif terhadap prosedur/ berpartisipasi.
- Klien mengerti tentang penyakitnya.
- Klien tampak rileks.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36- 37 oC, Nadi : 80-
100x/m, R: 16-24 x/m TD.: Sistole: 100-130 mmHg, Diastole : 70-80
mmHg
Intervensi :
- Kaji ulang tingkat pemahaman pasien tentang penyakitnya.
- Tanyakan tentang pengalaman klien sendiri/ orang lain sebelumnya yang
pernah mengalami penyakit yang sama.
- Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya
- Ciptakan lingkungan tenang dan terbuka dimana pasien meraa aman unuk
mendiskusikan perasaannya.
- Berikan informasi tentang penyakitnya, prognosi, dan pengobatan serta
prosedur secara jelas dan akurat.
- Monitor tanda-tanda vital.

5
- Berikan kesempatan klien untuk bertanya tentang hal-hal yang belum
jelas.
- Minta pasien untuk umpan balik tentang apa yang telah dijelaskan.
- Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila memungkinkan.

3. Resiko tinggi kekurngan volume cairan tubuh b.d. perdarahan pervaginam


berlebihan. Ditandai dengan :
DO : adanya perdarahan pervaginam
DS :-
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.

Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda kekuranga cairan. Seperti turgor kulit
kurang, membran mukosa kering, demam.
- Pendarahan berhenti, keluaran urine 1 cc/kg BB/jam.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal : Suhu : 36-37 0C, Nadi : 80 –100
x/m, RR :16-24 x/m, TD : Sistole : 100-130 mmHg, Diastole : 70-80
mmHg
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.
- Pantau masukan dan haluaran/ monitor balance cairan tiap 24 jam.
- Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.
- Observasi pendarahan
- Anjurkan klien untuk minum + 1500-2000 ,l/hari
- Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral dan kalau perlu transfusi
sesuai indikasi, pemeriksaan laboratorium. Hb, leko, trombo, ureum,
kreatinin.

4. Resiko tinggi infeksi b.d. pertahanan tubuh tidak adekuat akibat penurunan
haemoglobin (anemia).

6
DO : Kadar Haemoglobin kurang dari normal.
DS :-
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan perawatan selama
2x 24 jam.
Kriteria Hasil :
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti rubor, color, dolor dan
fungsiolesia.
- Kadar haemoglobin dalam batas normal : 11-14 gr%
- Pasien tidak demam/ menggigil, suhu : 36-370 C
Intervensi :
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
- Lakukan cuci tangan yang baik sebelum tindakan keperawatan.
- Gunakan teknik aseptik pada prosedur perawatan.
- Monitor tanda-tanda vital dan kadar haemoglobin serta leukosit.
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
- Batasi pengunjung untuk menghindari pemajanan bakteri.
- Kolaborasi dengan medis untuk pemberian antibiotika.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kapita Selekta Kedokteran, 1999, Editor: Arif Mansjoer dkk, Edisi 3, Jilid 1,.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
2. Ilmu Kandungan, 1999, Editor : Hanifa Wiknjosastro dkk, Edisi II, Cetakan 3,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

7
3. Doengoes Marillyn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Editor : Monica Ester, Edisi 3, EGC,
Jakarta.
4. Carpenitto Linda Jual, 2000, Asuhan Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai