DOSEN
Nim : P07120220080
Kelas : Tingkat 1 B
1. Bagi Perawat
a. Perawat akan mempunyai rasa percaya diri.
Perawat akan lebih percaya diri melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan, karena semua perencanaan disusun dengan baik
berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-
data yang tepat dan akurat.
b.Adanya proses keperawatan,
perawat akan memberikan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan yang optimal, akan mempercepat proses
kesembuhan klien. Hal ini tentunya akan memberikan kepuasan bagi
klien dan perawat sendiri, inilah yang dimaksud dengan kepuasan
kerja.
c.Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan
profesionalisme perawat sendiri khususnya dan keperawatan pada
umumnya.
d. Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan
memudahkan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan
2. Bagi klien, pentingnya proses keperawatan adalah:
a. Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan
keperawatan, dan akan meningkatkan kerjasama klien dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan
keperawatan yang berkesinambungan.
c. Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan.
d. Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
prima.
3. Bagi rumah sakit atau puskesmas proses keperawatan akan
memberikan:
a. Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi pelanggan
tetap rumah sakit atau puskesmas dimana perawat bekerja.
b. Dengan sendirinya klien akan menceritakan kepuasannya mendapat
pelayanan asuhan keperawatan yang perawat lakukan kepada orang
lain, sehingga orang lain berkeinginan untuk mendapatkan pelayanan
tersebut.
c. Meningkatnya jumlah klien yang menjadi pelanggan, akan
meningkatkan pendapatan rumah sakit atau puskesmas tempat
perawat bekerja.
Langkah-Langkah Pengkajian :
Proses ∙ Mengumpulkan data
Keperawatan
∙ Mengelompokkan data/mengatur data ∙ Validasi
data
∙ Mendokumentasikan data
∙ Mempreoritaskan masalah
∙ Merumuskan tujuan/hasil yang diharapkan ∙ Memilih intervensi keperawatan
∙ Menulis rencana keperawatan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengertian
a. Diagnosa Keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap
masalah aktual dan risiko (Dongoes, 2000)
b. Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (PPNI, 2016)
c. Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dalam proses
keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan
yang menggambarkan respons manusia (keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok.
d. Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respons
individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan aktual ataupun potensial Diagnosa keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil tempat perawat bertanggung jawab (Definisi Kerja Diagnosa
Nanda (Dongoes, 2000)
2. Tujuan Diagnosa Keperawatan
a. Tujuan diagnosis keperawatan adalah memungkinkan perawat untuk
menganalisis dan mensintesis data yang telah dikelompokkan, selain
itu diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi masalah,
faktor penyebab masalah dan kemampuan klien untuk dapat
mencegah atau memecahkan masalah (Budiono, 2016).
b. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (PPNI,2016)
3. Klasifikasi Diagnosa Keperawatan
International Council of Nusres (ICN) sejak tahun 1991 telah
mengembangkan suatu sistim klasifikasi yang disebut International
Nurses Council International Classfisication for Nursing Practice (ICNP).
Klasifikasi ini tidak hanya mencakup klasifikasi diagnosa keperawatan
tetapi juga mencakup klasifikasi intervensi dan tujuan (Outcome)
keperawatan
a. Klasifikasi diagnosa keperawatan Fisiologis : Respirasi, sirkulasi,
Nutrisi dan cairan, Eliminasi, Aktivitas dan istirahat, Neurosensori,
Reproduksi dan seksualitas
b. Klasifikasi diagnosa keperawatan Psikologis : Nyeri dan
Kenyamanan, integritas ego, pertumbuhan dan perkembangan
c. Klasifikasi diagnosa keperawatan prilaku : Kebersihan diri,
penyuluhan dan pembelajaran
d. Klasifikasi diagnosa keperawatan relasional : Interaksi sosial
e. Lingkungan : Keamanan dan proteksi
4. Jenis-Jenis Diagnnosa Keperawatan
a. Diagnosa negatif
Menunjukkan bahwa klien dalam sakit atau berisiko mengalami
sakit sehingga penegakkan diagnosa ini akan mengarahkan
pemberian intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan,
pemulihan dan pencegahan. Diagnosa ini terdiri dari diagnosa
actual dan diagnosa risiko
1) Diagnosa Aktual
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tanda dan gela mayor dan minor dapat ditemukan
dan divalidasi pada klien
2) Diagnosa Risiko
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau
proses kehidupan yang menyebabkan klien mengalami masalah
kesehatan. Tidak ditemukan tanda /gejala mayor dan minor pada
klien, namun memiliki faktor risiko mengalami masalah kesehatan
b. Diagnosa positif
Menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai
kondisi yang lebih sehat atau optimal. Diagnosa ini disebut promosi
kesehatan (INCP, 2015), PPNI, 2005.
1) Diagnosa Promosi
Menggambarkan keiginan dan motivasi klien untuk
meningkatkan kondisi kesehatannya ke arah ke tingkat yang
lebih baik atau optimal
Pada dasarnya diagnosis sejahtera perawat gunakan hanya
pada kasus yang berfokus padaperbaikan fungsi dan tujuannya
adalah kemajuan dari satu tingkat kesejahteraan ke tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi. Carpenito (1995) memberikan
dua syarat yang menunjukkan pembenaran untuk menegakkan
diagnosis keperawatan sejahtera:
(2) Status atau pola fungsi dalam keadaan efektif. Syarat ini
mengharuskan bahwa jika masalah yang Anda angkat
merupakan kekuatan klien, faktor yang berhubungan harus
menunjukkan kekuatan juga (bila diagnosi keperawatan
sejahtera dinyatakan dalam dua bagian). Jika tidak
diagnosis masih pada perilaku negative atau defisit.
Contoh
✔ Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan spasme jalan napas dibuktikan dengan
batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi,
dyspnea, gelisah
✔ Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme
jalan napas d.d batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dyspnea, gelisah
P+E+S
P : Problem/masalah: Menjelaskan status kesehatan dengan singkat dan
jelas.
E : Etiologi/Penyebab: penyebab masalah yang meliputi faktor penunjang dan
faktor yang terdiri dari:
Patofisiologi yaitu semua proses penyakit yang dapat menimbulkan
tanda/gejala yang menjadi penyebab timbulnya masalah keperawatan.
Situasional yaitu sistuasi personal (hubungan dengan klien sebagai
individu), dan environment (hubungan dengan lingkungan yang
berinteraksi dengan klien).
Medicational/Treatment yaitu pengobatan atau tindakan yang
diberikan yang memungkinkan terjadinya efek yang tidak
menyenangkan yang dapat diantisipasi atau dicegah dengan tindakan
keperawatan.
Maturasional yaitu tingkat kematangan atau kedewasaan klien, dalam
hal ini berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
S : Simtom/Tanda : definisi karakteristik tentang data subjektif atau objektif
sebagai pendukung diagnosis aktual.
H. INTERVENSI
1. Pengertian
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah- masalah yang telah diidentifikasi
dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan
sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah
dengan efektif dan efisien.
2. Tujuan
a. Tujuan Adminstrasi
Administrasi mengidentifikasi fokus keperawatan, fokus intervensi
keperawatan dapat diidentifikasi melalui rencana keperawatan yang
disusun. Rencana keperawatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif merupakan suatu rangkaian rencana keperawatan yang
disusun berdasarkan masalah yang terjadi. Masalah keperawatan yang
bertipe aktual mempunyai proporsi aspek kuratif lebih tinggi dibandingkan
yang lain. Aspek promotif lebih banyak digunakan untuk menetapkan
desain perencanaan pada masalah yang bertipe sejahtera.
Administrasi membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi
kesehatan yang lain. Tanggung jawab perawat menjadi lebih jelas dan
spesifik yang menggambarkan aktivitas keperawatan yang akan
dilakukan. Secara administrasi menyediakan kriteria guna mengevaluasi
hasil keperawatan. Kriteria hasil merupakan indikator pencapaian tujuan
yang telah perawat tetapkan dan indikator/batasan bagaimana tujuan itu
akan dicapai sehingga gambaran kriteria keberhasilan dari diagnosis
keperawatan yang diangkat sudah ditetapkan terlebih dahulu.
b. Tujuan Klinik
Merupakan penunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan,
dimana tindakan keperawatan selalu berpedoman pada perencanaan yang
telah perawat buat. Tidak ada satu tindakan pun yang keluar dari
perencaan, semua rencana yang perawat tetapkan merupakan pilihan
yang rasional/ilmiah dan betul-betul diperlukan untuk mengatasi masalah
yang terjadi. Perawat harus dapat melaksanakan semua rencana yang
telah disusun, kecuali ada sebab yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan lain sebagai alat komunikasi, perawat bekerja dengan sistem
tim kerja, tidak ada perawat yang bertugas selama 24 jam penuh dalam
satu hari, tetapi merupakan shift yang secara bergantian melakukan
kegiatan keperawatan. Rencana keperawatan yang perawat susun
merupakan alat komunikasi antara perawat yang bertugas secara lisan
pada saat timbang terima klien dan tertulis dalam perencatatan rencana
tindakan keperawatan dalam status kesehatan klien.
3. Kegiatan dalam perencanaan Keperawatan
a. Menentukan prioritas masalah keperawatan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan masalah yang akan
menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau dilatasi terlebih dahulu.
Namun, bukan berarti bahwa dalam menyelesaikan masalah perawat
menunggu satu masalah selesai sampai tuntas baru menyelesaikan
masalah yang lain.
Prioritas pertama diartikan bahwa masalah ini perlu mendapat
perhatian perawat, karena dapat mempengaruhi status kesehatan
klien secara umum dan memperlambat penyelesaian masalah yang
lain. Dalam pelaksanaannya nanti, prioritas masalah yang kedua dan
seterusnya dapat diatasi secara bersama-sama dan
berkesinambungan. Pedoman dalam membuat prioritas masalah
1) Berdasarkan Standar V asuhan keperawatan Berdasarkan
pedoman standar V asuhan keperawatan, prioritas
dititikberatkan pada masalah yang mengancam kehidupan.
Skala prioritasnya Anda tentukan dengan konsep berikut.
a) Prioritas pertama masalah yang mengancam kehidupan.
b) Prioritas kedua masalah yang mengancam kesehatan.
c) Prioritas ketiga masalah yang mempengaruhi perilaku
manusia.
2) Depkes RI, 1992
a) Prioritas pertama diberikan pada masalah aktual
1) Formula 1
S + P + H + K + T
Berdasarkan rumus formulasi diatas dalam merumuskan tujuan
harus ada komponen- komponen sebagai berikut:
⮚ S artinya subjek, Siapa yang mencapai tujuan
⮚ P artinya Predikat, kata kerja yang dapat perawat ukur perawat
tulis sebelum kata kerja kata “mampu”.
⮚ H artinya Hasil, respons fisiologis dan gaya hidup perawat
harapkan dari klien terhadap intervensi.
⮚ K artinya Kriteria, mengukur kemajuan klien dalam mencapai hasil.
⮚ T artinya Timer, target waktu, periode tertentu untuk mencapai
kriteria hasil.
2) Formula 2
S + P + K
▪ S artinya Subjek
▪ P artinya Predikat / perilaku yang diinginkan setelah klien
mencapai tujuan
▪ K artinya Kriteria/kondisi pencapaian tujuan
3) Formula 3
S+M+A+R+T
⮚ S artinya Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas.
Contoh
3. Beberapa
derajad spasme
bronkus terjadi
dengan
obstruksi
jalan napas
dan dapat
dimanifestasi
kan
dengan bunyi
napas
pernapasan 4. Berikan posisi semi 4. Memungkinkan
dalam rentang fowler dan peningkatan ekspansi paru dan
normal tinggikan kepala memudahkan
∙ Mempunyai fungsi paru sesuai toleransi pernapasan. Meningkatkan
dalam batas normal pasien kenyamanan
∙ Berpartisipasi dalam fisiologi/psikologi
program pengobatan
dalam tingkat 5. Memudahkan jalan apas atas
kemampuan / paten bila jalan napas dipengaruhi
situasional Misalnya
5. Pertahankan posisi
gangguan tingkat
tubuh/ kepala tepat
dan gunakan alat kesadaran, sedasi, trauma
jalan napas sesuai maksilofasial
kebutuhan
6. Pengumpulan sekresi mengganggu
ventilasi atau edema paru dan bila
pasien tidak diintubasi, peningkatan
masukan cairan oral dapat
6. Bantu dengan batuk / mengencerkan/meningkatk
napas dalam, ubah an pengeluaran
posisi dan
penghisapan sesuai 7. Karakteristik batuk dapat berubah
kebutuhan tergantung penyebab/etiologi gagal
Catat karakteristik
batuk (misalnya
menetap,
efektif/tak efektif
juga produksi dan
karakteristik sputum
8. Pertahankan polusi lingkungan pernapasan. Sputum bila ada mungkin
minimum banyak, kental, berdarah dan/atau purulen
1. Pengertian
Imlementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah perawat tetapkan
2. Kegiatan dalam implementasi
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan
tindakan, serta menilai data yang baru.
3. Alasan bentuk setiap intervensi
Perawat harus mengetahui alasan bentuk setiap intervensi, baik itu
intervensi keperawatan maupun intervensi terapeutik, yaitu memahami
respon fisiologis, psikologis normal dan abnormal, mampu mengidentifikasi
kebutuhan dan pemulangan klien, serta mengenali aspek-aspek promotif
kesehatan klien dan kebutuhan penyakitnya.
Pada saat melaksanakan intervensi tersebut, perawat harus
berkomunikasi dengan jelas pada klien, keluarganya dan anggota tim
keperawatan kesehatan lainnya. Perhatian dan rasa saling percaya
ditunjukan ketika perawat berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi
a. Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.
b. Kemampuan menilai data baru.
c. Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana
tindakan.
d. Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e. Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f. Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta efektivitas
tindakan.
5.Tahapan Implementasi
N Tahapan Kegiatan Intentervensi
o Pelaksanaan
J. EVALUASI
1. Pengertian
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang Anda buat pada tahap perencanaan.
2. Tujuan Evaluasi Keperawatan
Tujuan dari evaluasi antara lain: mengakhiri rencana tindakan keperawatan,
memodifikasi rencana tindakan keperawatan serta meneruskan rencana
tindakan keperawatan.
3. Tahapan proses evaluasi
a. Mengukur pencapaian tujuan
1) Tujuan dari aspek kognitif
a)Interviu/Tanya jawab
Interviu atau tanya jawab dilakukan untuk menanyakan kembali segala
sesuatu yang telah dijelaskan oleh perawat untuk mengklarifikasi pemahaman
klien / keluarga terhadap pengetahuan yang telahperawat berikan.
Pengukuran pengetahuan ini penting untuk menjamin bahwa apa yang telah
disampaikan benar benar telah dipahami dengan baik dan benar perawat
sering menganggap bahwa ketika klien/ keluaraga sudah menganggukkan
kepala kepada perawat, perawat menganggap sudah paham padahal belum
tentu bisa jadi karena klien takut untuk bertanya kembali atau karena alasan
yang lain seolah-olah memahami penjelasan perawat.
b) Komprehensif
Pertanyaan komprehensif adalah pertanyaan yang diajukan
berdasarkan pemahaman klien terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya.
c) Aplikasi Fakta
Pertanyaan berdasarkan aplikasi data adalah pertanyaan yang
ditunjukkan untuk mengidentifikasi pemahaman klien pada tingkat aplikasi.
Perawat mengajukan beberapa situasi atau kondisi yang mungkin terjadi pada
klien diminta untuk menentukan alternatif pemecahan masalahnya. Contoh:
apa yang akan Anda lakukan ketika Anda berjalan, kemudian Anda perasaan
sesak?
d) Tulis
Teknik yang perawat digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan
kognitif adalah dengan mengajukan pertanyaan tertulis. Pertanyan-pertanyaan
ini sudah disiapkan sebelumnya dan berdasarkan tujuan kriteria evaluasi yang
telah ditetapkan. Teknik evaluasi tertulis ini jarang digunakan untuk pendidikan
kesehatan individual, umumnya digunakan untuk mengevaluasi tindakan
pendidikan kesehatan yang diberikan secara berkelompok dengan topik yang
sama sehingga dapat menghemat waktu.
4. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Hasil (Formatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah selesai tindakan, berorientasi pada
etiologi, dilakukan secara terus –menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Proses (Sumatif)
Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara
paripurna, berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskan
keberhasilan / ketidakberhasilan, rekapitulasi dan kesimpulan status
kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Pertanyaan yang sering diajukan yaitu kapan sebenarnya evaluasi itu dilakukan?
Evaluasi pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan yang
ditetapkan sudah dicapai atau belum. Oleh karena itu, evaluasi dilakukan sesuai
dengan kerangka waktu penetapan tujuan (evaluasi hasil), tetapi selama proses
pencapaian terjadi pada klien juga harus selalu harus dipantau (evaluasi proeses).
Dari pernyataan diatas, dapat diketahui bahwa evaluasi proses itu dapat dilakukan
sewaktu-waktu sesuai dengan perubahan klien dan evaluasi klien dan evaluasi hasil
dilakukan pada akhir pencapaian tujuan, beberapa rumah sakit menetapkan kebijakan
yang berbeda, evaluasi hasil diukur tiap shift jaga, sedangkan rumah sakit lain
evaluasi proses ditetapkan tiap 24 jam sekali, kecuali untuk kasus gawat darurat dan
intensive care, pada prinsipnya, semakin cepat perubahan yang terjadi pada klien
baik ke arah perbaikan atau penurunan, semakin sering evaluasi proses itu dilakukan.
Komponen format atau formula yang sering digunakan oleh perawat dalam proses
evaluasi asuhan keperawatan adalah penggunaan formula SOAP atau SOAPIER.
Apakah SOAP atau SOAPIER itu? Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau
memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP / SOAPIE /SOAPIER,
penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat.
S: artinya Data Data berdasarkan keluhan yang diucapkan atau disampaika oleh
Subjektif pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O: artinya Data Data objkektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil
Objektif observasi Anda secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan
klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A: artinya Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan
Analisis suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau
juga dapat
5. Memberikan Oksigen
tambahan
Hasil : Pasien diberikan
oksigen via kanula nasal,
3 liter /menit
6. Mempertahankan polusi lingkungan A : Masalah bersihan jalan tidak efektif
minimum Hasil : Lingkungan kamar belum teratasi
perawatan dimana pasien dirawat P : Lanjutkan intervensi
dalam keadaan bersih, terawat dan Kaji frekuensi frekuensi, kedalamam
bebas dari polusi udara pernapasan dan ekspansi dada. Catat
upaya pernapasan termasuk
7. Memberikan humidifikasi tambahan penggunaan otot-otot bantu / pelebaran
(nebulizer) Hasil : Pasien diberikan nasal
humidifikasi tambahan berupa 2. Catat derajad dyspneu
nebulizer combivent setiap 8 jam 3. Latih batuk efektif
8. Memberikan obat hasil kolaborasi. 4. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Hasil :
5. Pertahankan posisi semi fowler dan
∙ Bicasma ½ ampul (62,5 mg) / 8 tinggikan kepala sesuai toleransi
jam/IV pasien
∙ Metilprednison 1 mapul 6. Pertahankan Oksigen tambahan
(125 mg) / 12 jam/IV ∙ 7. Berikan humidifikasi tambahan
Flumucyl syrup 3 x 1 ( 1 – 1 berupa nebulizer combivent setiap
– 1) 8 jam
8. Berikan obat hasil kolaborasi.
PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator. Tim
Pokja SDKI DPP PPNI. Jakarta