Anda di halaman 1dari 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
MATAKULIAH K3 TEKNIK
“RANGKUMAN K3 DIBIDANG ENGINEERING”

TUGAS 1

OLEH:
VAN WIHEL OKRIAN MONCAI
D061181342

MAKASSAR
2021
A. Pengertian Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3)
Arti K3 secara khusus dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pengertian K3 secara Filosofis : Upaya / pemikiran dalam menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani rohani manusia pada umumnya dan
tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budaya yang dalam
rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
2. Keilmuan : K3 merupakan Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Secara teoretis istilah istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan
kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :

a. Keselamatan (Safety) merupakan Mengendalikan kerugian dari kecelakaan


(control of accident loss) Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan
menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (the ability to
identify and eliminate unacceptable risks)
b. Kesehatan (Health) Agar Tenaga Kerja memperoleh Derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha – usaha
preventif dan kuratif.
c. Incident merupakan Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada
saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya
accident.
d. Accident merupakan Suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera
pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan
pencemaran lingkungan.
e. “Hazard” Adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan
kerusakan (harm). Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian
mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja
f. Danger Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi dimana atau kapan
muncul sumber bahaya. Danger adalah lawan dari aman atau selamat
B. Prinsip-Prinsip K3
a. Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah

b. K3 adalah bagian integral dari budaya, nilai dan operasi perusahaan

c. Manajemen harus menetapkan kebijakan, menyiapkan sarana prasarana


dan menjamin sepenuhnya penerapan K3

d. K3 adaalh bagian integral dari perilaku, tanggung jawab dan peran setiap
tenaga kerja

e. Setiap Tenaga Kerja harus mempunyai rasa memiliki dalam pelaksanaan


operasi perusahaan

f. Setiap Tenaga Kerja harus memimpin, mengatur dirinya sendiri dan


mengoreksi satu sama lain

g. Semua potensi bahaya harus diidentifikasi dan dikendalikan

h. Semua kekurangan harus dilakukan koreksi

i. Akuntabilitas K3 harus ditetapkan, kinerja diukur dan diketahui

j. K3 adalah “good for business success, vitality and sustainability”.

C. Pentingnya K3 yaitu Sebagai berikut :

a. Menyelamatkan karyawan, dari : sakit, kesedihan, kehilangan masa


depan, kehilangan gaji/nafkah
b. Menyelamatkan keluarga, dari : kesedihan, masa depan yg tak menentu,
kehilangan pendapatan
c. Menyelamatkan perusahaan, dari : kehilangan tenaga kerja, pengelauaran
biaya akibat kecelakaan, kehilangan waktu karena terhenti kegiatan,
melatih atau mengganti karyawan yang celaka, bahkan bisa sampai
terhentinya produksi
D. Standar Kinerja K3 Manajemen Perusahaan yaitu :
a. Rekruitmen Tenaga Kerja dilakukan sesuai prosedur mendapatkan
pelatihan, penyuluhan ditempatkan sesuai kemampuan

b. Semua perbuatan dan kondisi berbahaya dilaporkan, dicatat dan ditindak


lanjuti

c. Setiap karyawan mendapatkan instruksi kerja yang tepat

d. Setiap karyawan mendapatkan indoktrinasi K3 dan dilakukan komunikasi,


konsultasi secara berkala

e. Setiap karyawan memahami dan mempraktekkan K3

f. Setiap karyawan memahami manfaat, cara pemakaian, perawatan dan


penyimpanan APD

g. Setiap kecelakaan dilakukan investigasi dan dianalisa serta dilaporkan

h. Tindak dan tanduk setiap manager adalah pencerminan tentang kepedulian


terhadap K3

i. Disiplin dalam implementasi menuju pembangunan karakter budaya K3

E. Dasar Hukum K3 yaitu :


Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun 1987
tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Rangkuman
dasar-dasar hukum tersebut antara lain :UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.

2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.

3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.


Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 : Setiap
perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih dan atau
yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).Permenaker
No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100


(seratus) orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran
radioaktif.

F. Alat Pelindung Diri Yang Digunakan Dalam Bidang Konstruksi


Berikut ini merupakan alat pelindung diri dalam bidang konstruksi :
1. Safety helmet, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
bahaya seperti kejatuhan benda-benda, terbentur benda keras yang dapat
membahayakan kepala saat bekerja.
2. Safety shoes, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya
seperti tertimpa bendabenda berat, terkena benda-benda tajam, tertumpah
bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Sarung tangan, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi tangan dari
bahaya pada saat bekerja sehingga terhindar dari cedera tangan seperti
teriris, tergores ataupun terkena bahan-bahan kimia.
4. Kacamata pengaman, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi mata
dari bahaya yang dapat mengganggu mata seperti masuknya debu, radiasi,
percikan bahan kimia yang dapat berakibat fatal seperti kebutaan.
5. Penutup telinga, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi telinga dari
bahaya seperti kebisingan pada saat bekerja.
6. Masker, yaitu APD yang berfungsi untuk menyaring udara yang akan
dihirup pada saat bekerja sehingga tidak membahayakan pernapasan.
7. Pelindung wajah, yaitu APD yang berfungsi untuk melindungi wajah agar
tidak terkena benda-benda berbahaya dan bahan-bahan kimia.

G. Pengendalian risiko dalam K3


ada lima urutan dalam pengendalian risiko dalam K3. Diantaranya adalah :
1. Eliminasi, Seperti namanya, eliminasi adalah pengendalian risiko K3 untuk
mengeliminir atau menghilangkan suatu bahaya. Misalnya saja ketika di
tempat kerja kita melihat ada oli yang tumpah atau berceceran maka
sesegera mungkin kita hilangkan sumber bahaya ini. Eliminasi merupakan
puncak tertinggi dalam pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila
bahaya sudah dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan
mengancam pekerja
2. Substitusi adalah metode pengendalian risiko yang berfokus pada
penggantian suatu alat atau mesin atau barang yang memiliki bahaya dengan
yang tidak memiliki bahaya. Contoh kasusnya adalah pada mesin diesel
yang terdapat kebisingan tinggi, maka sebaiknya kita mengganti mesin
tersebut dengan yang memiliki suara lebih kecil agar tidak menimbulkan
bahaya kebisingan berlebih. Substitusi dilakukan apabila proses eliminasi
sudah tidak bisa dilakukan.
3. Engineering control adalah proses pengendalian risiko dengan merekayasa
suatu alat atau bahan dengan tujuan mengendalikan bahayanya. Engineering
control kita lakukan apabila proses substitusi tidak bisa dilakukan. Biasanya
terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan bahan oleh karena itu,
kita melakukan proses rekayasa engineering. Contoh kasusnya adalah
ketika di tempat kerja ada mesin diesel yang memiliki suara bising. Akan
tetapi, kita tidak bisa menggantinya dengan yang lain maka kita harus
memodifikasi sedemikian rupa agar suara tidak keluar secara berlebihan.
4. Administrasi, Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis dalam
suatu pekerjaan dengan tujuan menghilangkan bahaya. Proses non teknis ini
diantaranya seperti pembuatan prosedur kerja, pembuatan aturan kerja,
pelatihan kerja, penentuan durasi kerja, penempatan tanda bahaya,
penentuan label, pemasangan rambu dan juga poster. Contoh kasusnya
adalah apabila di tempat kerja ada mesin diesel yang mengeluarkan
kebisingan berlebih dan sudah tidak bisa direkaya secara teknis maka
langkah yang harus dilakukan adalah pembatasan jam kerja, pembuatan
prosedur, pemasangan tanda bahaya dan lain sebagainya. Dengan tujuan,
pekerja tidak berlebihan terpapar kebisingan.
5. APD atau alat pelindung diri adalah hierarki pengendalian risiko terakhir
dalam K3. Pengendalian ini banyak digunakan karena sederhana dan murah.
Akan tetapi, proteksi yang diberikan tidak sebaik langkah di atas. APD tidak
menghilangkan sumber bahaya sehingga proteksi yang diberikan tergantung
dari individu masing-masing yang memakai. Contoh APD adalah helm,
earmuff, safety gloves dan lainnya

H. Pengenalan Bahan beracun dan berbahaya (B3) serta cara


penanganannya.
Pada saat kita bicara tentang B3 dan limbah B3, kita tidak bisa mengidentikan
dengan bahan yang bersifat racun saja. Karena berdasarkan PP No 74 tahun 2001
B3 diklasifikan sebagai bahan berikut ini : mudah meledak (explosive),
pengoksidasi (oxidising), sangat mudah sekali menyala (extremely flammable),
sangat mudah menyala (highly flammable), mudah menyala (flammable), amat
sangat beracun (highly toxic), sangat beracun (highly toxic), beracun (toxic),
berbahaya (harmful), korosif (corrosive), bersifat iritasi (irritant), berbahaya bagi
lingkungan (dangerous to the environment), karsinogenik (carcinogenic),
teratogenik (teratogenic), mutagenik (mutagenic). Dan berdasarkan PP No 85 tahun
1999 klasifikasi limbah B3 adalah bahan yang mudah meledak, mudah terbakar,
reaktif, beracun, menyebabkan infeksi dan korosif.
Adapun tata cara yang benar dalam memperlakukan B3 maupun limbah B3
yang benar adalah sbagai berikut
1. kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan
kita untuk memastikan kita memperlakukannya dengan benar
2. gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan
3. pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut untuk
menghilangkan salah penggunaan
4. tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya
5. buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku
6. jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara
serampangan
7. khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus
diperhatikan yaitu :
a. Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang
memang sudah mendapatkan ijin dari KLH
b. Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan
ke instansi yang ditunjuk
c. Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat
penyimpanan sementara yang berijin

Anda mungkin juga menyukai