DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
Ardini Marcella Yusuf
Fauzia l iman
Lutfiyah az zahra harun
Rianda Moridju
Santika Monalu
Syafira wr hasan
Puji dan syukur saya panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena atas ijin dan
kuasanyalah sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul
“ Hubungan mikroba termofil terhadap pengawetan makanan “
Pada dasarnya makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Ilmu Mikroba
pangan, Namun lebih dari itu kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua untuk menambah ilmu pengetahuan kita umumnya mikroba
Ucapan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah mikrobiologi pangan, seluruh
teman-teman semua yang ikut memberikan bantuan baik berupa materi, tenaga ataupun
sumbang pikiran atas terselesaikanya makalah ini. Kurang dan lebihnya penulis memohon maaf
dan akhir kata saya ucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...
B. 1.2.Rumusan masalah…………………………………………………………………………….
C. 1.3. Tujuan.......................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….
A. Pengertian mikroorgansime…………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Mikroorgansime tersebar luas dalam dan sebagai akibatnya produk pangan jarang steril
tetapi umumnya tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme dalam bahan dapat mengakitbakan
perubahan fisik atyau kimia yang tidak layak diinginkan sehingga bahan pangan tersebut tidak
layak dikonsumsi Pengawetan pangan merupakan usaha untuk mencegah pertumbuhan
mikkroorgansime pada bahan pangan,mikroorganisme termofilik tersebut memiliki potensi
sebagai penghasil enzim enzim termostabil,yang mampu bekerja secara aktif disuhu tinggi dan
memiliki peranan yang sangat penting diberbagai bidang industri.
1.2.Rumusan masalah
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
Mikroorganisme termofilik merupakan mikroorganisme yang dapat hidup pada temperatur suhu
45℃ - 88℃ .Mikroorganisme termofilik mengandung protein tahan panas dan tahan denaturasi sehingga
mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan bersuhu ekstrim. Mikroorganisme tersebar luas di
alam dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril, tetapi umumnya
tercemar oleh berbagai jenis mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan
pangan dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan
pangan tersebut tidak layak dikonsumsi. Pengawetan pangan merupakan usaha untuk
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan.
Apabila kondisi lingkungan tidak sesuai, maka mikroba pun tidak dapat hidup. Di dalam proses
pasteurisasi atau sterilisasi, tujuan utama yang diinginkan adalah untuk membunuh mikroba yang
tidak diinginkan, terutama mikroba pembusuk dan patogen. Agar proses pemanasan dapat
menjamin mikroba target dibunuh, maka perlu pengetahuan tentang sifat-sifat mikroorganisme
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Mikroba yang berbeda akan tumbuh di
dalam produk pangan yang berbeda dari tingkat keasaman, kandungan air, atau komposisi
zat gizinya. Karena mikroba mempunyai toleransi yang berbeda terhadap keberadaan
oksigen, maka terdapat mikroba yang dapat tumbuh pada produk pangan yang dikemas dalam
kondisi vakum (anaerobik) atau terdapat oksigen (aerobik). Ketahanan panas mikroba pun
berbeda-beda, sehingga kebutuhan suhu dan waktu pemanasan untuk membunuhnya
akan berbeda untuk jenis mikroba yang berbeda.
Berikut kerugian akibat bakteri termofilik salah satunya dilihat berdasarkan hubungan
mikroorganisme dengan pengawetan pangan:
Spesies Bacillus stearothermophilus dapat me-nyebabkan busuk asam (flat sour)
pada makanan kaleng berasam rendah, dan Bacillus coagulans pada makanan
kaleng asam.
Clostridium thermosaccha-rolyticum menye-babkan penggembungan kaleng
karena memproduksi CO2 dan H2.
Kebusukan sulfida disebabkan oleh Clostridium nigridicans.
Air
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam
reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau hasil
metabolit ke luar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air
tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula
atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme.
Pengaruh air terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw),
yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme
dalam bahan makanan. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air
yang berbeda untuk pertumbuhannya. Kebanyakan bakteri dapat hidup pada Aw>0.90,
sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut dapat hidup pada Aw>0.70 dan
Aw> 0.80. Pada Aw yang rendah, mikroorganisme akan mati karena sel-sel di mikroorganisme
akan berdifusi ke luar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik. Dengan
kata lain, selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar dibanding di dalam sel, maka migrasi
air akan terjadi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel menyebabkan sel
mati disebabkan oleh dehidrasi.
Oksigen
Beberapa mikroorganisme memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya, yang disebut
mikroorganisme aerobik. Contoh mikroorganisme aerobik adalah
kapang. Untuk beberapa mikroorganisme lainnya, oksigen bersifat racun. Mikroorganisme ini
dinamakan anaerob, seperti Clostridium botulinum. Kebanyakan mikroorganisme dapat
tumbuh pada kondisi tanpa dan dengan adanya oksigen. Kelompok ini disebut fakultatif
anaerobik, contohnya Bacillus, kebanyakan khamir dan bakteri lainnya.
Suhu
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan
dan kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan suhu optimum pertumbuhannya, mikroorganisme
yaitu ?
Nilai pH
Setiap organisme mempunyai kisaran nilai pH dimana pertumbuhan
masih memungkinkan dan masing-masing biasanya mempunyai pH optimum. Kebanyakan
organisme tumbuh pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5), dan hanya beberapa yang dapat tumbuh
di bawah pH 4.0. Bakteri mempunyai kisaran pH pertumbuhan lebih sempit dibandingkan
dengan kapang dan khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di
bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-
11.0, khamir mempunyai kisaran pH pertumbuhan 1.5-8.5. Oleh karena itu, makanan yang
mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit jenis mikroorganisme
yang dapat tumbuh.
Kerusakan termofilik
Proses sterilisasi makanan kaleng umumnya tidak membunuh bakteri termofilik
(lihat pembahasan di atas). Apabila proses pendinginan setelah proses sterilisasi terlalu lambat
atau produk disimpan pada suhu penyimpanan di atas normal dimana bakteri termofilik dapat
tumbuh, maka makanan kaleng dapat rusak oleh bakteri termofilik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN