Anda di halaman 1dari 13

ALAM SEBAGAI SISTEM

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami konsep alam sebagai sistem
Sub Capaian Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan alam semesta
2. Mahasiswa memahami tentang susunan tata surya
3. Mahasiswa mmamahi benda-benda langit dalam tata surya

Uraian Materi:
Alam semesta ini sangat luas dan tak terhitung seberapa banyak benda-benda yang berada
di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya hanya menempati salah satu planet yang
merupakan bagian kecil dari semesta. Sebagian besar manusia mungkin tidak mengetahui
bagaimana awal mula terciptanya alam semesta ini. Beberapa pendapat atau teori telah
diungkapkan oleh beberapa tokoh (ilmuwan) mengenai bagaimana terbentuknya alam semesta ini.
Bab ini berusaha menjelaskan dan membahas bagaimana terbentuknya alam semesta ini.

A. Pembentukan Alam Semesta dan Tata Surya


Berbicara mengenai alam semesta tidak bisa lepas dari segala sesuatu yang mencakup benda
yang ukurannya sangat besar (makrokosmos) dan benda yang ukurannya sangat kecil
(mikrokosmos). Makrokosmos merupakan benda-benda yang tergolong dalam benda yang
memiliki ukuran sangat besar, misalnya: planet, bintang dan galaksi. Sedangkan mikrokosmos
merupakan benda-benda yang berukuran sangat kecil, misalnya: sel, elektron, atom dan
sebagainya.

Istilah alam semesta digunakan oleh para astronom untuk mendefinisikan tentang ruang
angkasa dan benda-benda langit di dalamnya. Perkembangan pola pikir manusia dan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong rasa keingintahuan manusia
untuk meneliti dan mengkaji lebih lanjut tentang asal mula alam semesta ini. Hal ini didukung oleh
adanya fenomena atau fakta-fakta alam yang sampai ke permukaan Bumi. Fakta tersebut meliputi
pesan atau beraneka bentuk cahaya dari benda-benda langit yang sampai di Bumi. Selanjutnya,
manusia berusaha mengungkap rahasia dibalik fenomena tersebut melalui spektrum cahaya
ataupun bukti-bukti pendukung lainnya. Keadaan ini menimbulkan munculnya beberapa teori
yang mengungkapkan bagaimana terbentuknya alam semesta. Beberapa teori tersebut antara lain:

1. Teori Keadaan Tetap ( Steady-state Theory)


Teori ini menganut prinsip kosmologi yang menyatakan bahwa di manapun dan kapanpun
alam semesta ini selalu tetap. Teori keadaan tetap memandang bahwa alam semesta ini tidak
bergantung pada variabel waktu dan tempat. Artinya, alam semesta keadaannya akan selalu tetap
ditinjau dari segi waktu dan tempat. Teori ini didukung oleh kenyataan bahwa galaksi baru
mempunyai jumlah yang sebanding dengan galaksi yang lama. Tiap-tiap galaksi terbentuk (lahir),
tumbuh, menjadi tua dan akhirnya mati. Dengan kata lain, teori ini menganggap alam semesta itu
tidak berhingga besarnya dan tidak berhingga tuanya (tanpa awal dan akhir).

Teori keadaan tetap pertama kali dikemukakan oleh astronom Inggris Hermann Bondi dan
astronom Austria-Amerika Thomas Gold pada tahun 1948. Fred Hoyle (astronom Inggris)
selanjutnya mengemukakan kembali teori ini berdasarkan sudut pandang matematis dalam
menyelesaikan persoalan mengenai asal mula semesta ini. Sebagian besar astronom mempercayai
bahwa hasil pengamatan astronomi kontradiksi dengan teori keadaan tetap ini.

2. Teori Dentuman Besar ( Big bang Theory)


Teori Dentuman Besar merupakan teori yang sampai saat ini diterima mengenai
penjelasannya tentang bagaimana asal mula semesta ini. Teori ini memandang bahwa alam
semesta ini diawali dari sesuatu yang bermassa besar, bersuhu tinggi (panas), memiliki kerapatan
dan massa jenis yang besar. Selanjutnya, adanya reaksi inti menyebabkan timbulnya ledakan yang
sangat hebat dan disebut sebagai big bang. Massa ini selanjutnya mengembang dan menjauhi pusat
ledakan. Peristiwa ini diperkirakan terjadi sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu.

Menurut teori Dentuman Besar ada beberapa masa yang penting selama terjadinya semesta
ini, yaitu:

a. Masa batas dinding Planck, yaitu masa pada alam semesta berumur 10-43 detik berdasarkan
perhitungan Planck.
b. Masa Jiffy, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-23 detik.
c. Masa Quark, yaitu masa pada saat alam semesta berumur 10-4 detik. Pada masa ini partikel-
partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur.
d. Masa pembentukan Lipton, yaitu masa setelah alam semesta berumur 10-4 detik.
e. Masa radiasi, yaitu masa saat alam semesta berumur 1 detik sampai satu juta detik.
f. Masa pembentukan galaksi, yaitu pada saat semesta berusia 108 – 109 tahun. Pada saat usia
ini galaksi masih berupa kabut pilin yang berputar membentuk piringan raksasa.
g. Masa pembentukan tata surya, yaitu saat semesta berusia 4,6 x 109 tahun.

B. Teori Terbentuknya Galaksi


Galaksi merupakan sekumpulan benda massif yang terdiri atas ratusan juta bintang-bintang
yang saling berinteraksi karena gaya grafitasi dan memiliki pusat orbit tertentu. Para astronom
memperkirakan bahwa terdapat sekitar 125 milyar galaksi di alam semesta ini. Selain terdiri atas
bintang-bintang dan planet-planet galaksi juga tersusun atas sekumpulan bintang, gas atom
hidrogen, molekul hidrogen, molekul kompleks yang tersusun atas hidrogen, nitrogen, karbon dan
silikon dan sinar kosmik.

Seorang astronom Persia, Al Suhfi, merupakan orang yang dianggap pertama kali
mendeskripsikan galaksi spiral yang nampak pada konstellasi Andromeda. Pada pertengahan abad
ke-18 baru tiga buah galaksi yang telah teridentifikasi. Selanjutnya, sekitar tahun 1780 seorang
astronom perancis bernama Charles Messier mempublikasikan suatu daftar galaksi yang terdiri
dari 32 galaksi. Galaksi-galaksi ini selanjutnya diidentifikasi menurut bilangan Messier (M).
Sebagai contoh galaksi Andromeda merupakan galaksi dengan bilangan Messier M31.

Pada awal abad ke-19 ribuan galaksi telah diidentifikasi dan dibuat katalognya oleh astronom
Inggris Sir William Herschel, Caroline Herschel, dan Sir John Herschel. Setelah tahun 1900
galaksi-galaksi telah ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak menggunakan sistem pencarian
secara fotografi. Bagaimanakah galaksi-galaksi tersebut terbentuk?

Menurut Fowler, sekitar 12 ribu tahun lalu galaksi kita ini tidaklah seperti sekarang ini. Galaksi
masih berupa kabut gas hidrogen yang sangat besar yang berada di ruang angkasa. Kabut gas
tersebut bergerak secara perlahan, berotasi sehingga secara keseluruhan berbentuk bulat. Oleh
karena gaya beratnya, kabut gas tersebut mengadakan konstraksi. Massa bagian luar banyak yang
tertinggal dan yang bergerak lambat mempunyai berat jenis sangat besar sehingga terbentuklah
bintang-bintang. Gumpalan kabut yang telah menjadi bintang mengadakan kontraksi secara
perlahan. Energi potensial yang dikeluarkan berbentuk sinar dan pancaran radiasi sehingga
temperatur yang dimiliki semakin menurun. Setelah berpuluh ribu juta tahun bintang mempunyai
bentuk yang tetap. Hipotesis ini diyakinkan oleh suatu observasi yang difokuskan pada pusat
galaksi dimana selalu dilahirkan bintang baru, baik secara perlahan-lahan maupun secara cepat
dan tiba-tiba (eksplosif).

Berdasarkan fakta yang tampak dari hasil pengamatan maka dapat dikelompokkan tiga macam
galaksi, yaitu:

1. Galaksi berbentuk spiral


2. Galaksi berbentuk elips
3. Galaksi berbentuk tak beraturan
Bumi kita termasuk dalam galaksi Bima Sakti atau Milky Way. Galaksi Bima Sakti berbentuk
spiral dan mempunyai tetangga terdekat galaksi Andromeda yang juga berbentuk spiral. Jarak
galaksi Andromeda dengan galaksi kita sekitar 870.000 tahun cahaya ( cahaya bergerak dengan
kecepatan 300.000 km/detik, jadi 1 tahun cahaya berjarak 300.000 x 365 ½ x 24 x 60 x 60 = 10 13
km). Sedangkan letak matahari dan bumi tempat tinggal kita kira-kira jauhnya kurang lebih 2/3
dari pusat galaksi sampai tepian luarnya.

C. Teori Terbentuknya Tata Surya


Tata surya merupakan susunan matahari dan benda-benda langit yang mengelilinginya
termasuk di dalamnya planet, bintang, satelit, asteroid, komet dan gas. Adapun sebagai pusat tata
surya adalah matahari. Ada beberapa teori yang mengemukakan terbentuknya tata surya, antara
lain sebagai berikut:

1. Hipotesis Nebular
Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli filsafat Jerman Immanuel Kant
dan seorang matematikawan serta astronom Perancis Pierre Simon de Laplace pada tahun 1796.
Menurut para ahli tersebut tata surya ini berasal dari awan atau kabut gas panas yang mengalami
peristiwa kondensasi. Proses kondensasi mengakibatkan kabut gas terpisah menjadi bagian inti
dan bagian luarnya yang berbentuk cincin. Bagian inti atau pusatnya selanjutnya membentuk
bintang atau matahari. Bagian luar yang berbentuk cincin mengelilingi pusatnya dan mengalami
kondensasi sehingga membentuk benda-benda langit berupa planet dan benda-benda yang
mengelilinginya berupa satelit atau bulan. Salah satu keberatan dari hipotesis ini adalah
ditemukannya dua buah bulan pada Jupiter dan sebuah bulan di Saturnus yang berputar berlawanan
arah dengan rotasi planet-planet tersebut. Arah gerak satelit-satelit tersebut menunjukkan bahwa
mereka bukan bagian dari planetnya sesuai dengan hipotesis Laplace.

2. Hipotesis Planetesimal
Hipotesis ini pertama kali dikemukakan oleh Chamberlin dan Moulton. Pada dasarnya
hipotesis ini dikembangkan dari pemikiran yang sama dengan hipotesis nebular, yaitu bahwa
sistem tata surya terbentuk dari kabut gas panas yang mengalami kondensasi. Perbedaannya
dengan hipotesis nebular adalah pada asumsi bahwa terbentuknya planet tidak hanya dari satu
badan tetapi diasumsikan terdapat bintang besar lain yang kebetulan lewat dan berada di dekat
bintang tata surya kita. Kabut gas dari bintang besar tersebut mengalami induksi oleh daya tarik
matahari dan selanjutnya terlepas kabut-kabut kecil yang kemudian mendingin membentuk benda-
benda kecil disebut planetesimal.

Planetesimal merupakan benda-benda kecil yang sangat padat dan mengalami gaya tarik-
menarik antar benda-benda kecil tersebut, sehingga menggumpal menjadi besar dan panas.
Penggumpalan ini terjadi dikarenakan adanya tekanan akibat akumulasi massanya. Teori ini dapat
menjawab mengapa terdapat satelit-satelit pada Jupiter dan Saturnus yang mempunyai arah orbit
berlawanan dengan rotasi planet-planet itu.

3. Teori Tidal
Teori ini diungkapkan oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1919. Teori ini
menyatakan bahwa planet-planet berasal dari percikan matahari. Percikan matahari ini selanjutnya
disebut sebagai ’tidal’. Tidal yang menjadi planet merupakan suatu tidal besar yang terbentuk
akibat adanya dua buah bintang besar yang bergerak saling mendekat. Menurut teori ini apabila
ada dua buah bintang yang bergerak mendekat satu sama lain, maka akan terbentuk planet-planet
baru.

Beberapa teori yang dikemukakan di atas diyakini kebenarannya manakala belum ada teori
baru yang membantahnya. Adanya teori baru dimaksudkan untuk menyempurnakan (melengkapi)
teori-teori sebelumnya yang telah ada. Namun demikian, sampai saat ini teori-teori di atas masih
diyakini kebenarannya.
D. Sistem Tata Surya
Tata surya adalah susunan benda-benda langit yang terdiri atas matahari sebagai pusatnya dan
planet-planet, meteorid, komet, serta asteroid yang mengelilingi matahari. Susunan tata surya
terdiri atas matahari, planet-planet, satelit-satelit pengiring planet, komet, asteroid, dan meteorid.
Secara kelompok, planet di dalam tata surya dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu:

1. Planet kecil
Planet yang termasuk dalam kelompok ini adalah Merkurius, Venus, Bumi dan Mars.
Golongan ini menempati lintasan yang dekat dengan matahari. Ciri umum dari golongan ini adalah
garis tengahnya kecil tetapi padat. Rapat massanya terletak antara 4,2-5,5 gram/cm3.

2. Planet besar (raksasa)


Planet yang termasuk dalam kelompok ini adalah Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus.
Planet-planet dalam kelompok ini menempati lintasan yang jauh dari matahari. Garis tengah dari
planet-planet pada kelompok ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang pertama.

Beberapa karakteristik dari masing-masing planet dapat dilihat pada tabel di baah ini:

Tabel. Data ukuran Planet

Sumber: The Physical World

Sebelum bulan Agustus 2006, para astronom masih berpendapat ada sembilan planet dalam
tata surya, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Secara umum planet-planet bergerak dari barat ke timur, kecuali Venus dan Uranus. Setiap planet
mempunyai kala revolusi dan kala rotasi yang berbeda-beda. Planet tidak bisa memancarkan
cahaya sendiri tetapi hanya memantulkan cahaya yang diterima dari matahari. Pada tanggal 24
Agustus 2006 Majelis Umum Uni Astronomi Internasional (IAV) di Praha, Ceko, menyatakan
bahwa Pluto bukan lagi sebagai planet. Bahkan pada tanggal 7 September 2006 nama

Pluto diganti dengan deretan enam angka, yaitu 134340. Dengan demikian, sejak tanggal 24
Agustus 2006 di tata surya terdapat 8 planet.

E. Matahari Sebagai Bintang


Benda langit di jagat raya ini jumlahnya banyak sekali. Ada yang dapat memancarkan cahaya
sendiri ada juga yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya
dari benda lain. Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri (sumber cahaya).
Matahari dan bintang mempunyai persamaan, yaitu dapat memancarkan cahaya sendiri. Matahari
merupakan sebuah bintang yang tampak sangat besar karena letaknya paling dekat dengan bumi.
Beberapa data dari matahari adalah sebagai berikut:

Data Nilai

Jarak rerata dari bumi 1 SA = 149.597.870,7 km

Jarak terjauh dari bumi 1,521 x 108 km

Jarak terdekat dari bumi 1,471 x 108 km

Massa 1,99 x 1030 kg

Diameter sudut rerata 31’59”,3 (detik busur)

Diameter fotosfir 1,392 x 106 km

Kerapatan rerata 1,41 x 103 kg/m3


1. Atmosfir matahari terdiri dari fotosfir, kromosfir dan korona.

Fotosfir, tempat asal radiasi surya yang terbesar. Ketebalan 260 km dengan suhu 4500 K
di bagian luar dan 6800 K pada bagian dalam. Memiliki spektrum kontinyu. Fotosfir terdiri dari
butiran cahaya cemerlang yang disebut granulasi dan yang besar disebut supergranulasi. Bagian
fotosfir yang lebih dingin tampak sebagai noda gelap yang disebut noda matahari.

Kromosfir, lapisan gas yang menyelubungi fotosfir. Analisis spektrum menunjukkan


bahwa lapisan ini terdiri dari gas-gas panas yang memancarkan spektrum emisi. Tebal lapisan
berkisar 2000 km sampai dengan 3000 km, namun batas atas tidak teratur. Suhunya 4500 K pada
batas dengan fotosfir naik sampai 100.000 K pada permukaannya.

Pada kromosfir terdapat gejala plage (flocculi) yang merupakan daerah cemerlang karena
adanya terionisasi/tereksitasinya atom (sambil memancarkan cahaya) setelah menangkap elektron.
Plage yang bercahaya putih disebut faculae. Spicule adalah serabut-serabut gas yang menjulur
vertikal melalui kromosfir.

Korona, merupakan lapisan paling luar dari matahari. Lapisan ini dapat diamati dengan
baik saat gerhana matahari total. Lapisan ini meluas sampai berjuta-juta kilometer dan berangsur
tipis. Suhu diperkirakan 106 K. Analisis spektrum menunjukkan korona dibagi menjadi tiga
bagian; yaitu

1). bagian dalam korona (L) terdiri dari garis emisi terang, yang diidentifikasi sebagai garis
terlarang kalsium, besi dan nikel,
2). bagian tengah korona (K) terdiri dari spektrum kontinyu tanpa garis absorbsi, yang
diidentifikasi sebagai pemantulan cahaya oleh elektron-elektron yang bergerak acak dengan
kecepatan tinggi,
3). bagian luar korona (F) terdiri dari spektrum kontinyu yang memiliki garis-garis gelap
Fraunhofer, hal ini diidentifikasi oleh sebab partikel-partikel dengan debu antar planet.
Gejala yang ada di korona adalah prominence yang berupa tonjolan-tonjolan seperti nyala
api yang muncul pada bagian tepi matahari. Ada tiga macam prominence; yaitu:

1). quiscent prominence yang relatif stabil dan kurang aktif,


2). eruptive prominence yang lebih aktif memancarkan materi ke dalam korona dengan kecepatan
mencapai 700 km/detik,
3). surge prominence yang paling aktif dengan lontaran materi mencapai kecepatan 1300
km/detik.

Hukum Kirchoff tentang pembentukan spektrum oleh materi dalam berbagai keadaan fisis.

(I) Bila suatu benda langit, cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda tadi akan
memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang gelombang. Spektrum ini disebut
spektrum kontinyu.
(II). Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya pada warna atau
panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang diperoleh berupa garis-garis terang yang
disebut garis pancaran/emisi. Letak setiap garis itu atau panjang gelombangnya, merupakan
ciri khas gas yang memancarkannya. Unsur yang berbeda memancarkan kumpulan garis yang
berlainan pula.
(III). Bila seberkas putih dengan spektrum kontinyu dilewatkan melalui gas yang dingin dan
renggang (bertekanan rendah), gas tersebut akan menyerap cahaya tadi pada warna atau
panjang gelombang tertentu.Akibatnya akan diperoleh spektrum kontinyu yang berasal dari
cahaya putih yang lewat itu, diselang-seling garis gelap yang disebut garis serapan atau garis
absorbsi. Letak garis serapan itu sama dengan letak garis pancaran yang dipancarkan oleh gas
dingin itu andaikan gas tadi dipijarkan.
Gejala-gejala lain dalam atmosfir matahari adalah flare dan angin matahari. Flare adalah
kilatan cahaya yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat, dan terjadi di
sekitar noda matahari. Flare disertai pancaran sinar-X dan semburan partikel, menimbulkan
gangguan pada ionosfir bumi berupa badai magnetik dan aurora. Angin matahari merupakan aliran
radiasi elektron dan ion yang keluar dari matahari ke seluruh tata surya.

2. Bagian dalam matahari

Matahari adalah bintang atau benda angkasa yang memancarkan energinya sendiri, berupa
bola gas raksasa dengan suhu sangat tinggi. Bagian dalam terdiri atom-atom terionisasi dan
elektron-elektron bebas. Pada saat ini matahari keadaannya relatif stabil tidak memuai dan tidak
mengkerut. Semua gaya di dalam matahari setimbang, sehingga setiap titik memiliki tekanan, suhu
dan kerapatan relatif tetap.

Gaya gravitasi antara bagian-bagian dalam matahari cenderung menarik lapisan luar, jika
tekanan di dalam tidak dapat mengimbangi, maka matahari sedikit mengkerut dan tekanan di
dalam membesar. Tekanan yang membesar itu akan mengakibatkan matahari sedikit mengembang
sampai terjadi kesetimbangan kembali (kesetimbangan hidrostatik).

Kita dapat membayangkan bahwa matahari tersusun atas lapisan-lapisan bola konsentrik ,
namun sesungguhnya tidaklah demikian.Inti matahari merupakan sumber energi, banyak terdapat
atom H berubah menjadi He dengan memancarkan sinar gamma. Lapisan berikutnya merupakan
bagian yang paling besar tempat terjadinya reaksi-reaksi inti atom. Sinar gamma yang berasal dari
inti matahari ikut berperan dalam reaksi-reaksi inti tersebut, sehingga menghasilkan sinar-X dan
sinar ultra-ungu.

Tekanan rerata matahari kira-kira 5 x108 atm, bahkan pada pusatnya sampai 1,3 x 109 atm.
Suhu rerata matahari diperkirakan 2,3 juta derajat Kelvin, suhu tertinggi berada di pusat dan
berangsur berkurang ke arah permukaannya. Jika matahari dalam keadaan tunak, yakni
kesetimbangan hidrostatik dan bersinar dengan luminositas tunak, maka tekanan dan suhu pada
setiap titik di dalamnya kira-kira tetap. Kecepatan energi yang dipancarkan ke angkasa diimbangi
dengan energi yang dihasilkan dari dalam matahari (kesetimbangan termal). Pemindahan panas
dalam matahari terjadi secara konduksi, konveksi dan radiasi.

3. Reaksi inti yang terdapat di bintang atau matahari

Reaksi inti yang mengubah hidrogen menjadi helium disebut reaksi proton-proton. Reaksi
ini mengubah enam buah inti hidrogen menjadi satu helium, dua inti hidrogen, neutrino dan energi.
Jadi hakekatnya reaksi ini mengubah 4 inti hidrogen menjadi satu inti helium, neutrino dan energi.
Reaksi ini disebut reaksi pembakaran hidrogen. Bentuk persamaannya seperti di bawah ini

1. 1H1 + 1H1 -------------> 1H2 + + + 0,16 MeV ( yang dibawa neutrino 0,26 MeV)

+ -
2. + --------------> + 1,02 MeV

3. 1H1 + 1H2 -------------> 2He3 + + 5,49 MeV

4 2He3 + 2He3 ------------> 2He4 + 2 1H1 + 12,86 MeV


+
adalah positron, - elektron, sinar gamma dan neutrino. Reaksi 1,2,3 harus
berlangsung dua kali untuk setiap reaksi 4 karena harus tersedia dua inti 2He3. Sehingga total energi
yang dibebaskan menjadi 2 (0,16 + 1,02 + 5,49) + 12,86 = 26,20 MeV. Neutrino demikian kecil
sehingga dapat menembus seluruh bintang tanpa berinteraksi dengan materi bintang. Jika He4
tersedia banyak di pusat bintang, dan suhunya lebih dari 14 x 106 K, maka setelah reaksi 3 terjadi
reaksi

4a. 2He3 + 2He4 -------------> 4Be7 + + 1,59 MeV

5a. 4Be7 + -
-------------> 3Li7 + + 0,06 MeV ( = 0,80 MeV)

6a. 3Li7 + 1H1 --------------> 2 2He4 + 17,53 MeV

Pada suhu tersebut reaksi 4a, 5a, 6a lebih sering terjadi daripada reaksi 4. Pada suhu di atas
T > 23 x 106 K, setelah reaksi 4a terjadi reaksi

5b. 4Be7 + 1H1 -------------> 5Be8 + + 0,13 MeV

8
6b. 5Be -------------> 4Be8 + +
+ + 10,78 MeV ( = 7,2 MeV)

8
7b. 4Be -------------> 2 2He4 + 0,095 MeV

Jadi reaksi proton-proton dapat menempuh beberapa jalur, yaitu

pada T< 10 x 106 K jalur reaksi utama : 1, 2, 3;

pada 10 x 106 K < T < 14 x 106 K jalur reaksi utama : 1, 2, 3, 4;

pada 14 x 106 K < T < 23 x 106 K jalur reaksi utama : 1, 2, 3, 4a, 5a, 6a;

pada T > 23 x 106 K jalur reaksi utama : 1, 2, 3, 4a, 5b, 6b, 7b.

Tetapi pada suhu reaksi setinggi itu daur karbon akan dominan bila jumlah inti karbon dan
nitrogen tersedia dalam jumlah seperti pada matahari. Hal ini sebagai cara lain mengubah hidrogen
menjadi helium melalui rangkaian reaksi daur karbon (carbon cycle).
1. 1H1 + 6C12 ---------------> 7N13 + + 1,94 MeV

13
2. 7N ---------------> 6C13 + ++ + 1,51 ( = 0,71 MeV)

3. 1H1 + 6C13 ---------------> 7N14 + + 7,55 MeV

4. 1H1 + 7N14 ---------------> 8O15 + + 7,29 MeV

15
5. 8O ---------------> 6C12 + 2He4 + 4,96 MeV

6. 1H1 + 7N15 ---------------> 7N15 + ++ + 1,76 MeV ( = 1 MeV)

Total energi 25,01 MeV ( = 1,71 MeV)

Dalam rangkaian reaksi ini 4 inti hidrogen diubah menjadi satu inti helium. Inti karbon
12
6C hanya berlaku sebagai katalisator saja.Reaksi daur karbon dominan terjadi pada suhu tinggi
(T>15 juta derajat). Pada suhu lebih rendah 10 juta derajat, hanya reaksi 1,2,3 yang berlangsung
hingga energi yang dibebaskan hanya 44% dari daur lengkap. Pada suhu T>17 x106 K, reaksi 6
kadang-kadang diganti

6a. 1H1 + 7N15 ------------→ 8O16 + + 12,13 MeV

7a. 1H1 + 8O16 -----------→ 9F17 + + 0,60 MeV

8a. + 9F17 -----------→ 8O17 + +


+ + 0,80 MeV(n = 0,94 MeV)

+ -
9a. + -----------→ + 1,02 MeV

10a. 1H1 + 8O17 -----------→ 7N14 + 2He4 + 1,19 MeV

Reaksi 6a, 7a, 8a, 9a, 10a hanya berlangsung tiga kali untuk setiap 1000 kalireaksi 6. Pada
jalur 6a hingga 10a setelah reaksi 5 maka inti karbon tidak akan dikembalikan tetapi akan terbentuk
14
7N .

Reaksi pembakaran hidrogen, baik melalui reaksi pp maupun reaksi cc, merupakan reaksi
utama di dalam bintang. Akibat reaksi ini, hidrogen di pusat bintang lambat laun berkurang sedang
inti helium akan bertambah. Pada suhu 108 Katau lebih inti helium akan bergabung membentuk
inti karbon melalui reaksi triple-alpha:

1. 2He4 + 2He4 -----------→ 4Be8 + - 0,095 MeV

2. 4Be8 + 2He4 -----------→ 6C12 + + 7,37 MeV.

Anda mungkin juga menyukai