Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.

id
Volume 16, No 2, Desember 2020, Hal. 52-60 P-ISSN 1858-0696
DOI: 10.26753/jikk.v16i2.419 E-ISSN 2598-9855

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA USIA 2 -5 TAHUN
DI DESA UMBULREJO, PONJONG, GUNUNG KIDUL

Fatimah Chandra Murti 1*, Suryati 2, Eka Oktavianto2


1
STIKes Surya Global Yogyakarta
2
STIKes Surya Global Yogyakarta
*e-mail: Chandra.azz1910@gmail.com

Abstract

Keywords: Latar belakang: Stunting masih menjadi permasalahan kehidupan balita


Stunting, Balita, saat ini, stunting yang dialami oleh balita dapat berdampak buruk saat balita
BBLR besar dan dewasa kelak. Dampak balita stunting dapat menurunkan
kecerdasan sehingga dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di
masa depan. BBLR diduga sebagai faktor resiko terjadinya stunting pada
balita.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan BBLR
dengan kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahu di Desa Umbulrejo,
Ponjong, Gunungkidul.
Metode: Desain penelitian menggunakan rancangan case control dengan
metode analitik korelasional dan pendekatan retrospektif. sampel 32 kasus
dan 32 kontrol dengan teknik purposive sampling, analisis data
menggunakan chi square.
Hasil: Hasi penelitian diperoleh sebanyak 27 (42,2 %) balita memiliki
riwayat BBLR, dan balita yang mengalami stunting sebanyak 32 (100 %).
Hasil uji Chi Square menunjukan nilai p vallue <0,000 dan nilai OR 0,056.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan
kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun di Desa Umbulrejo.

PENDAHULUAN Stunting merupakan masalah gizi kronis


Balita adalah individu atau yang disebabkan oleh asupan gizi yang
sekelompok individu dari suatu penduduk kurang dalam waktu cukup lama. Stunting
yang berada dalam rentan usia tertentu. (kerdil) adalah kondisi dimana balita
Usia balita dapat dikelompokan menjadi memiliki tinggi badan yang kurang atau >-
tiga golongan usia bayi (0-2 tahun), 2 standar deviasi (SD) median jika
golongan batita (2-3 tahun), dan golongan dibandingkan dengan umur (WHO, 2018).
pra sekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut Stunting masih menjadi
WHO, kelompok usia balita adalah 0-60 permasalahan besar untuk sebagian besar
bulan (Andriani dan Wirdjadmadi, 2012). negara di dunia. Pada tahun 2017, sebanyak

52
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia Umbulrejo, Kecamatan Ponjong,
mengalami stunting. Lebih dari setengah kabupaten Gunung Kidul.
balita stunting di dunia berasal dari Asia
(55%), sedangkan lebih dari sepertiganya METODE PENELITIAN
(39%) tinggal di Afrika. Data prevalensi
Jenis penelitian yang digunakan
balita stunting yang dikumpulkan World
dalam penelitian ini adalah penelitian
Health Organization (WHO), Indonesia
survei dengan menggunakan rancangan
berada dalam urutan ke-3 dengan
case control. Rancangan case control
prevalensi tertinggi di regional Asia
adalah jenis penelitian (survei) analitik
Tenggara/South-East Asia Regional
yang mengangkut bagaimana faktor resiko
(SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting
yang dipelajari dengan menggunakan
di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
pendekatan retrospektif dengan anlisa chi
36,4% (WHO, 2018).
square.
D.I.Yogyakarta tahun 2018,
prevalensi stunted di Kota Yogyakarta HASIL PENELITIAN
untuk urutan ke-1 berada di Gunung kidul Tabel 1 Distribusi Karakteristik Usia Balita
dengan jumlah 18,47% balita. Balita di di Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong
Gunung kidul terutama di Kecamatan Kabupaten Gunung Kidul
Ponjong , masih ditemukan permasalahan
mengenai kesehatan gizi khususnya Usia Kasus Kontrol
(bulan) F % f % Jumla %
stunting. Tercatat pada tahun 2018,
h
Kecamatan Ponjong memiliki masalah 24-36 14 43.8 18 56.2 32 50.0
kesehatan gizi pada balita dengan jumlah 37-48 10 31.2 5 15.2 15 23.4
yang cukup besar yaitu 159 balita (11,00%) 49-60 8 25.0 9 28.1 17 26.6
sangat pendek dan 311 balita (22,00%) Jumlah 32 100.0 32 100.0 64 100.0
pendek(Dinkes, 2019).
Berdasarkan studi pendahuluan di
desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong, Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa
Kabupaten Gunung Kidul, masalah yang dari kelompok kasus usia balita 24-36 bulan
paling banyak yang dialami pada masa yang mengalami stunting sebanyak 14
kehamilan adalah kekurangan energi kronis balita (43.8%), usia balita 37-48 bulan yang
(KEK) dan anemia. Penelitian yang mengalami stunting sebanyak 10 balita
dilakukan oleh Rahmadi 2016 (31.2%), dan usia balita 49-60 bulan yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan mengalami stunting sebanyak 8 balita
antara berat badan lahir rendah (BBLR) (25.0%). Sedangkan untuk kelompok
dengan kejadian stunting. Dan penelitian kontrol usia balita 24-36 bulan sebanyak 18
yang dilakukan oleh Fitri 2018 balita (56.2%), usia balita 37-48 bulan
menyebutkan ada hubungan antara berat sebanyak 5 balita (15.2%) dan usia balita
badan lahir rendah (BBLR) dengan 49-60 bulan sebanyak 9 balita (28.1%).
kejadian stuting. Berdasarkan uraian diatas, Tabel 2 Distribusi Karakteristik Jenis
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan Kelamin di Desa Umbulrejo Kecamatan
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan Ponjong Kabupaten Gunung Kidul
kejadian stunting pada balita di Desa

53
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Jenis Kasus Kontrol


Tabel 4 Distribusi Karakteristik Usia Ibu
kelamin F % F % Jumlah % Balita di Desa Umbulrejo Kecamatan
LK 10 31.2 16 50.0 26 40.6 Ponjong Kabupaten Gunung Kidul
PR 22 68.8 16 50.0 38 59.4 Usia Kasus Kontrol
Jumlah 32 100.0 32 100.0 64 100.0 Ibu F % F % Jumlah %
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa (tahun)
dari kelompok kasus terbanyak pada balita 11-20 2 6.2 3 9.4 5 7.8
perempuan sebanyak 22 balita (68.8%), dan 21-30 10 31.2 14 43.8 24 37.5
sebagian kecil adalah terjadi pada balita
31-40 20 65.5 15 46.9 35 54.7
laki-laki sebanyak 10 balita (31.2%).
Jumlah 32 100.0 32 100.0 64 100.0
Sedangkan untuk kelompok kontrol sama
yaitu pada balita laki-laki sebanyak 16 Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa
balita (50.0%), dan balita perempuan dari kelompok kasus terdapat pada usia 11-
sebanyak 16 balita (50.0%). 20 tahun ada 2 (6.2%) ibu, pada usia 21-32
tahun ada 10 (31.2%) ibu dan usia 31-40
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Tinggi
tahun ada 20 (65.5) ibu. Sedanglan pada
Badan di Desa Umbulrejo Kecamatan
kelompok kontrol terdapat pada usia 11-20
Ponjong Kabupaten Gunung Kidul
tahun ada 3 (9.4%) ibu, pada usia 21-30
Tinggi Kasus Kontrol
tahun ada 14 (43.8) ibu, dan pada usia 31-
badan Jumlah % 40 tahun ada 15 (46.9) ibu.
f % F %
(cm)
71-80 7 21.9 0 0.0 7 10.9 Tabel 5 Distribusi Karakteristik Riwayat
81-90 14 43.8 13 40.6 27 42.2
Kelahiran Balita di Desa Umbulrejo
Kecamatan Ponjong Kabupaten
91-100 11 34.4 10 31.2 21 32.8
Gunungkidul
101- 0 0.0 9 28.1 9 14.1
Riwayat Stunting Tidak
110
Jumlah 32 100.0 32 100.0 64 100.0 Kelahira stunting Jml %

Berdasarkan tabel 3 meunjukan bahwa dari n F % F %


kelompok kasus pada tinggi badan 71-80 Normal 19 59.4 27 84.4 46 71.9
cm sebanyak 7 balita (21.9%), pada tinggi Caesar 13 40.6 5 15.6 18 28.1
badan 81-90 cm sebanyak 14 balita Jumlah 32 100.0 32 100.0 64 100.0
(43.8%), dan pada tinggi badan 91-100 cm Berdasarkan tabel 5 menunjukan bahwa
sebanyak 0 balita (0.0%). Sedangkan untuk dari kelompok kasus riwayat kelahiran
kelompok kontrol pada tinggi badan 71-80 normal ada 19 (59.4%) balita, dan riwayat
cm sebanyak 0 balita (0.0%), pada tinggi kelahiran caesar ada 13 (40.6%).
badan 81-90 cm sebanyak 13 balita Sedangkan pada kelompok kontrol riwayat
(40.6%), pada tinggi badan 91-100 cm kelahiran normal ada 27 (84.4%) balita, dan
sebanyak 10 balita (31.2%), dan pada tinggi riwayat kelahiran caesar ada 5 (15.6%)
badan 101-110 cm sebanyak 9 balita balita.
(28.1%).

54
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Analisis Univariat Kejadian Stunting


Tabel 6 Distribusi Frekuensi BBLR di BBLR Stunting Tidak Jumlah %
Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong stunting
Kabupaten Gunung Kidul f % F %
Kelompok kasus Kelompok
Tidak 9 28.1 28 87.5 37 57.8
BBLR kontrol
BBLR
f % f %
BBLR 23 71.9 4 12.5 27 42.2
Tidak 9 28.1 28 87.5
Total 32 100.0 32 100.0 64 100.0
BBLR
OR 0.056
BBLR 23 71.9 4 12.5
P value 0.000
Jumlah 32 100.0 32 100.0
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar yang mengalami
bahwa kelompok kasus sebagian besar ada BBLR dan juga stunting sebanyak 23 balita
23 balita (71.9%) mengalami BBLR dan (71.9%), dan sebagian kecil yang
sebagian kecil ada 9 balita (28.1%) tidak mengalami BBLR tetapi tidak stunting ada
mengalami BBLR. Sedangkan kelompok 4 balita (12.5%). Sedangkan sebagian besar
kontrol yang tidak BBLR sebagian besar 28 yang tidak mengalami BBLR tetapi
balita (87.5%) dan sebagian kecil yang stunting sebanyak 9 balita (28.1%), dan
mengalami BBLR sebanyak 4 balita sebagian kecil yang tidak mengalami
(12.5%). BBLR dan juga tidak stunting sebanyak 28
balita (87.5%).
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Stunting di
Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong PEMBAHASAN
Kabupaten Gunung Kidul 1. Berat Badan Lahir Rendah
Kelompok Kelompok
Berdasarkan hasil penelitin
BBLR kasus kontrol yang dilakukan pada 64 di Desa
F % f % Umbulrejo Kecamatan Ponjog
Stunting 32 100.0 0 0 Kabupaten Gunung Kidul, pada
Tidak 0 0.0 32 100.0 kelompok kasus stunting sejumlah 23
stunting responden (71.9%) dan yang tidak
Jumlah 32 100.0 32 100.0 BBLR sejumlah 9 responden (28.1%).
Sedangkan pada kelompok kontrol
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa
sebanyak 4 responden (12.5%) yang
dari kelompok kasus ada 32 balita
mengalami BBLR dan yang tidak
(100.0%). Sedangkan untuk keompok
BBLR sejumlah 28 responden (87.5%).
kontrol ada 32 balita (100.0%).
Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fitri
Analisis Bivariat
(2018) di Pekanbaru yang mendapatkan
Tabel 8 hasil distribusi silang Hubungan
bahwa BBLR memiliki hubungan yang
Berat Badan Lahir Rendah Dengan
bermakna terhadap kejadian stunting.
Kejadian Stunting pada Balita Usia 2-5
Penelitian yang dilakukan oleh
Tahun di Desa Umbulrejo Kecamatan
Surajudin tahun 2011 dalam Putra 2015
Ponjong Kabupaten Gunung Kidul
menyatakan bahwa anak pendek 3 kali

55
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

lebih besar dibanding non BBLR, tersebut menjadi stunting (Oktarina,


pertumbuhan terganggu, penyebab 2012).
wasting, dan resiko malnutrisi. Penelitian ini sejalan dengan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rahayu et al., 2015) tentang
penelitian di Tanjung Langkat yang riwayat berat badan lahir dengan
dilakukan oleh (Zahriany, 2017) kejadian stunting pada anak usia di
menunjukan bahwa ada hubungan bawah dua tahun dengan hsil
riwayat berat badan lahir rendah dengan multivariate diperoleh bahwa BBLR
kejadian stunting. Berat Badan Lahir merupakan salah satu faktor resiko yang
Rendah memiliki resiko stunting 3 kali paling dominan berhubungan dengan
lebih besar dari pada balita dengan berat kejadian stunting. Berat badan lahir
badan lahir normal. Sementara rendah adalah gambaran multi masalah
penelitian di Lampung yang dilakukan kesehatan masyarakat mencakup ibu
oleh Rahmadi tahun 2016, yang yang kekurangan gizi jagka panjang,
menyatakan bahwa tidak ada hubungan kesehatan yang buruk, kerja keras dan
antara berat badan lahir dengan perawatan kesehatan dan kehamilan
kejadian stunting. Sementara penelitian yang buruk.
di Kendal juga menyatakan tidak ada 2. Kejadian Stunting
hubungan antara berat badan lahir Berdasarkan hasil penelitian
dengan kejadian stunting pada balita yang dilakukan pada 64 responden di
(Meilyasari & Isnawati, 2014). Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong
Berat badan lahir rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, pada
gambaran malnutriai kesehatan kelompok kasus atau stunting sejumlah
masyarakat mencakup ibu yang 32 responden (50.0%), sedangkan pada
kekuragan gizi jangka panjang, kelompok kontrol atau tidak stunting
kesehatan yang buruk, kerja keras dan sebanyak 32 responden (50.0%).
perawatan kesehatan dan kehamilan Hasil penelitian ini sejalan
yang buruk. Secara individual, BBLR dengan Anugraheni, Kartasurya di Pati
merupakan predictor penting dalam yang menunjukan bahwa resiko
kesehatan dan kelangsugan hidup bayi stunting lebih tinggi dialami oleh balita
yang baru lahir dan berhubungan dengan panjang lahir rendah (<48 cm).
dengan resiko tinggi pada anak Resiko untuk terjadi gangguan tumbuh
(Kemenkes RI, 2010). (growth faltering) lebih besar pada bayi
Berat lahir pada umumnya yang telah mengalami faller
sangat terkait dengan pertumbuhan dan sebelumnya yaitu keadaan pada masa
perkembangan jangka panjang. kehamilan dan prematuritas. Panjang
Sehingga, dampak lanjutan dari BBLR lahir bayi akan berdampak pada
dapat berupa gagal tumbuh (grouth pertumbuhan selanjutnya, didapatkan
faltering). Seseorang bayi yang lahir hasil bahwa panjang badan lahir rendah
dengan BBLR akan sulit dalam adalah merupakan salah satu faktor
mengejar ketertinggalan pertumbuhan resiko balita stunting usia 12-36 bulan
awal. Pertumbuhan yang tertinggal dari bahwa bayi yang lahir dengan panjang
normal akan menyebabkan anak lahir rendah memiliki resiko 2,8 kali

56
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

mengalami stunting dibanding bayi pertumbuhan janin dan dapat


dengan panjang laahir normal. menimbulkan keguguran, abortus, bayi
Anak yang stunting mengalami lahir mati, kematian neonatal, cacat
pertumbuhan rangka yang lambat dan bawaan, afiksia intra partum, dan lahir
pendek. Kondisi ini diakibatkan tidak dengan berat badan rendah (BBLR)
terpenuhinya kebutuhan makanan dan (Paramashanti, 2019). Ibu hamil dengan
meningkatnya kesakitan dalam masa kekurangan energi kronik (KEK) dapat
waktu yang lama. Prevalensi anak melahirkan bayi berat lahir rendah
stunting dan kurus banyak terjadi pada (BBLR) (Sudargo dkk, 2018).
tahun ke 2 dan ke 3 dalam kehidupan. 3. Hubungan Berat Badan Lahir
Pengaruh perbedaan genetik dan suku Rendah dengan Kejadian Stunting
menjadi pertimbangan ketika Berdasarkan hasil penelitian
melakukan evaluasi tinggi badan menggunakan uji analisis Chi Square
terhadap usia (Hizni et al., 2010). didapatkan nilai p = 0,00 < α=0,05. Jika
Penelitian yang dilakukan oleh sig< 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima,
Aridiyah, Rohmawati, dan Ririyanti maka ada hubungan BBLR dengan
(2015), mengemukakan hasil yang tidak kejadian stunting pada anak usia 2-5
sejalan dengan hasil penelitian ini. tahun di Desa Umbulrejo Kecamatan
Penelitiannya mengenai faktor-faktor Ponjong Kabupaten Gunung Kidul,
yang mempengaruhi kejadian stunting dengan nilai OR 0,056 yang berarti
di desa dan di kota, mendeskripsikan bahwa BBLR merupakan faktor resiko
hasil yang masih secara umum sehingga kejadian stunting. Empat kelompok
banyak variabel yang dibahas dan rawan masalah gizi adalah bayi, anak
hasilnya berbeda antara di desa dan di usia dibawah lima tahun, ibu hamil dan
kota sehingga menimbulkan masih usia lanjut. Ibu hamil yang merupakan
adanya ketidakpastian ketika salah satu kelompok rawan gizi perlu
menyimpulkan hasilnya. Namun dari mendapatkan pelayanan kesehatan
faktor-faktor yang dibahas, dikatakan yang baik dan berkuaitas agar ibu
bahwa pendidikan, pendapatan, juga tersebut dapat menjalani kehamilannya
riwayat infeksi pada balita menjadi dengan sehat (Kemenkes RI, 2012).
faktor yang bisa mengakibatkan Penelitian yang dilakukan oleh
terjadinya stunting baik di pedesaan Supriyanto, Paramashanti, dan Astiti
maupun perkotaan. 2017 di Sedayu Kabupaten Bantul
Berdasarkan data yang diperoleh sejalan dengan penelitian ini ,
dari Desa Umbulrejo menyatakan menunjukan bahwa BBLR dinyatakan
bahwa banyak ibu yang mengalami berhubungan secara statistik dengan
kekurangan energi kronis (KEK). kejadian stunting pada anak usia 6-23
Kekurangan Energi Kronis (KEK) bulan. Dan hasil penelitian menujukan
merupakan keadaan dimana ibu nilai odds rasio 6,16 yang berarti anak
menderita kekurangan makanan yang yang mengalami BBLR sangat beresiko
berlangsung selama menahun, sehingga mengalami stunting. penelitian ini juga
menimbulkan gangguan kesehatan pada sejalan dengan penelitian yang
ibu hamil. Dampak yang ditimbulakan dilakukan oleh Swathma, 2016 yang
pada janin mengurangi proses menunjukan bahwa BBLR merupakan

57
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

faktor resiko kejadian stunting pada bayi yang mengalami BBLR


balita usia 12-36 bulan di wilayah kerja mempunyai resiko 25 kali untuk
Puskesmas Kandai Kota Kendari. mengalami stunting di bandingkan
Hasil penelitian diatas sejalan dengan bayi yang berat badan lahir
dengan penelitian yang dilakukan normal.
(Oktarina, 2012) di Provinsi Aceh,
Sumatera dan Lampung, didapatkan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa 49% balita yang memiliki berat
1. Berat badan lahir rendah (BBLR) di
lahir kurang mengalami stunting dan
Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong,
balita denganberat lahir normal
Kabupaten Gunung Kidul, ada 27
sebanyak 42,3% mengalami stunting.
(42.2%) balita.
Secara statistik didapatkan p value <
2. Kejadian stunting di Desa Umbulrejo,
0,05 yang berarti bahwa terdapat
Kecamatan Ponjong, Kabupaten
hubungan yang signifikan antara berat
Gunung Kidul, ada 32 (100%) balita.
badan lahir dengan kejadian stunting.
3. Ada hubungan BBLR dengan kejadian
diperoleh nilai OR sebesar 1,3 kali
stunting pada balita usia 2-5 tahun di
mendai stunting dibandingan dengan
Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong,
balita yang beratnya normal. Hal ini
Kabupaten Gunung Kidul, dengan nilai
dikarenakan pada umumnya bayi
p-value 0,000 Nilai OR 0.056
dengan berat lahir rendah sulit untuk
4. Diharapkan penelitian ini dijadikan
mengejar pertumbuhan secara optimal
sebagai bahan untuk menambah
selama dua tahun pertama kehidupan.
wawasan dan semoga mampu menjadi
Kegagalan pertumbuhan yang
mengakibatkan terjadinya stunting pada tambahan kepustakaan terutama untuk
keperawatan anak sehingga
umumnya terjadi dalam periode yang
memperluas pembahasan mengenai
singkat (sebelum lahir hingga kurang
masalah-masalah yang terjadi pada
lebih umur 2 tahun), namun mempunyai
balita di lapangan
konsekuensi yang serius di kemudian
hari. 5. Diharapkan dalam penelitian ini dapat
menjadi bahan untuk lebih
Hasil penelitian diatas
bertentangan dengan penelitian yang mengoptimalkan program sosialisasi
dilakukan oleh Gabrielisa dkk pada terhadap ibu hamil untuk mencegah
terjadinya BBLR dan stunting
tahun 2017 menunjukan bahwa tidak
sehingga setiap anggota keluarga
terdapat hubungan antara berat badan
lahir dengan kejadia stunting pada memiliki status gizi yang baik
balita diwilayah kerja puskesmas termasuk anak, supaya status gizi
stuting yang terjadi pada anak usia 24-
Sonder Kabupaten Minahasa. Berbeda
60 bulan bisa berubah dan semakin
dengan hasil penelitian dari
Nainggolan, 2019 yang menyatakan baik pada usia selanjutnya.
bahwa ada hubungan yang signifikan
antara hubungan berat badan lahir
rendah dengan kejadian stunting pada
anak. Nilai prevalence ratio yang
diperoleh sebesar 25,5 yang artinya,

58
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Marryana, Wiratmadji. 2012.


Peranan Gizi dalam Siklus Meilyasari, F., & Isnawati, M. (2014).
Kehidupan. Jakarta: Kencana. Risk Factors for Stunting in Infants
Aged 12 Months in Purwokerto
Anugraheni, HS. 2011. Faktor Resiko Village, Patebon District, Kendal
Kejadian Stunting Pada Anak Usia District. Journal of Nutrition College,
12-36 Bulan di Kecamatan Pati. 3(2), 26–32.
Artikel Penelitian Program Studi https://media.neliti.com/media/public
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran ations/185456-ID-faktor-risiko-
Universitas Diponegoro Semarang. kejadian-stunting-pada-bal.pdf
Atika, Ismawati., 2010. BBLR (Berat Oktarina, Z. (2012). Hubungan Berat
Badan Lahir Rendah). Yogyakarta. Lahir Dan Faktor-Faktor Lainnya
Nuha medika. Dengan Kejadian Stunting Pada
Aridiyah, FO., Rohmawati, N., Ririyanti, Balita Usia 24-59 Bulan Di Provinsi
M., 2015. Faktor-faktor yang Aceh, Sumatra Utara, Sumatra
Mempengaruhi Kejadian Stunting Selatan Dan Lampung 2010 (Analisis
Data Riskesdas 2010).
pada Anak Balita di Wilayah
Pedesaan dan Perkotaan. E-Journal Rahayu, A., Fahrini, Y., Octaviana, P. A.,
Pustaka Kesehatan. Vol 3, no 1 & Fauzie, R. (2015). penyebab
januari 2015. Diakses pada 9 Maret stunting baduta 882-1912-1-PB.
2020. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 10(2), 67–73.
BAPPENAS, & UNICEF. (2017). Laporan https://doi.org/10.21109/kesmas.v10i
Baseline SDG tentang Anak-Anak di 2.882
Indonesia. Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) Zahriany, A. I. (2017). 12-60 BULAN DI
Dan United Nations Children’s Fund, WILAYAH KERJA PUSKESMAS
1–105. TANJUNG LANGKAT TAHUN
https://www.unicef.org/indonesia/id/S 2017 The Effect of LBW on Stunting
DG_Baseline_report.pdf in Children Age 12-60 Months in
Puskesmas Working Area Tanjung
Fitriahadi, E. (2018). Hubungan tinggi Langkat 2017 Dosen Prodi D-III
badan ibu dengan kejadian stunting Kebidanan , Akademi Kebidanan
pada balita usia 24 -59 bulan. Jurnal Kharisma Husada. Jurnal Riset Hesti
Kebidanan Dan Keperawatan Medan, 2(2), 129–141.
Aisyiyah, 14(1), 15–24.
https://doi.org/10.31101/jkk.545 Dinkes Gunung Kidul. 2019. Data Balita
Stunting di Gunung Kidul Tahun
Hizni, A., Julia, M., & Gamayanti, I. L. 2018. Yogyakarta: Dinkes Gunung
(2010). Status stunted dan
Kidul.
hubungannya dengan perkembangan
anak balita di wilayah pesisir Pantai Dinkes DIY. 2019. Data Balita Stunting di
Utara Kecamatan Lemahwungkuk Kota Yogyakarta Tahun 2018.
Kota Cirebon. In Jurnal Gizi Klinik Yogyakarta: Dinkes Kota
Indonesia (Vol. 6, Issue 3, p. 131). Yogyakarta.
https://doi.org/10.22146/ijcn.17721

59
JIKK Volume 16, No 2, Desember 2020 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id

Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian
dan Anak. 2012. Keputusan Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Menteri Kesehatan. Jakarta: Medika.
Kementerian Kesehatan RI: 2011. Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan BBLR.
Yogyakarta. Nuha medika.
Fitri, L. 2018. Hubungan BBLR dan Asi Proverawati, A. dan Ismawati, C., 2010.
Ekslusif dengan Kejadian Stunting di (BBLR) Berat Badan Lahir Rendah.
Puskesmas Lima Puluh Pekanbaru. Yogyakarta: Muha Medika.
Jurnal Endurance 3(1) Februari 2018 Setiawan, E, Machmud, R, dan Masrul.
(131-137). Diakses di 2018. Faktor-faktor yang
https://ejournal.kopertis10.or.id/inde Berhubungan dengan Kejadian
x.php /endurance /article/view/1767 Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan
pada tanggal 25 September 2019. di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas
Kemenkes RI. 2012. Pokok-pokok Kecamatan Padang Timur Kota
Peraturan Pemerintah no.33 tahun Padang Tahun 2018. Jurnal
2012: Pemberian Air Susu Ibu Kesehatan Andalas. Diakses dari:
Eklusif. Jakarta: Menteri Kesehatan http://jurnal.fk.unand.ac.id pada 19
Republik Indonesia. September 2019.
Kemenkes RI. 2010. Peraturan Menteri Sugiyono. 2015. Metode Penelitian:
Kesehatan Republik Indonesia Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Nomor482/menkes/sk/iv Tahun 2010: Bandung: Alfabeta.
Gerakan Akselerasi Imunisasi
Nasional Universal Child. Sudargo, T., Aristasari, T., Afifah, A.,
Immunization 2010-2014 (Gain uci 2018. 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Yogyakarta. Gadjah
2010-2014). Jakarta. Menteri
Januari 2020.
Kesehatan Republik Indonesia. WHO. 2018. Levels and Trends in Child
Mahmud,. 2011. Metode Penelitian Malnutrition: Key findings of the
Pendidikan. Bandung. Pustaka setia. 2018 Edition of the Joint Child
Nianggolan., 2019. Hubungan berat badan Malnutrition Estimates. Diakses dari:
lahir rendah dengan kejadian stunting www.who.int/nutgrowthdb pada
pada anak usia 1-3 tahun. Nutrik tanggal 23 September 2019 .
Jurnal vol. 3 nomor 1 April 2019.
Diakses pada 10 Maret 2020.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

60

Anda mungkin juga menyukai