Anda di halaman 1dari 3

D.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Relasi antara Terminologi Insân, An-nâs, Basyar, Bani Âdam Dalam Al-Qur’an
Proses penciptaan manusia atau asal kejadian manusia disebutkan dalam Al-Qur’an,
penisbatannya pada konsep insân dan basyar sekaligus. Sebagai insân manusia diciptakan
dari tanah liat, saripati tanah, tanah (15:26; 55:14; 23:12; 32:7). Al-Qur’an memandang
manusia sebagai makhluk biologis, psikologis dan sosial. Manusia sebagai basyar berkaitan
dengan unsur material, yang dilambangkan manusia dengan unsur tanah. Pada keadaan itu,
manusia secara otomatis tunduk kepada takdir Allah di alam semesta, sama taatnya seperti
matahari, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ia dengan sendirinya musayyar. Namun manusia
sebagai insân dan an-nâs bertalian dengan unsur hembusan Ilahi.
Ada dua komponen esensial yang membentuk hakikat manusia yang membedakannya dari
binatang, yaitu potensi mengembangkan iman dan ilmu. Usaha untuk mengembangkan
keduanya disebut ‘amal shalih. “Karenanya, kita menyimpulkannya bahwa ilmu dan iman
adalah dasar yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Inilah hakikat
kemanusiaannya,” tulis Mutahhari (Murtadha Mutahhari, tt:17). Keduanya harus
dikembangkan secara seimbang.
Dengan demikian, makna manusia dalam istilah insân,, an-nâs basyar, dan bani âdam
mencerminkan karakteristik dan kesempurnaan penciptaan Allah terhadap makhluk manusia,
bukan saja sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan juga sebagai makhluk
religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kultural yang kesemuanya
mencerminkan kelebihan dan kemuliaan manusia daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya.
2. Implikasi Konsep Manusia Dalam Al-Qur’an Terhadap Pendidikan
Implikasi ayat-ayat al-Qur’an dengan term insân, an-nâs, basyar, dan bani âdam terhadap
konstruksi pendidikan Islam adalah: Pertama, sebagai insân yang mengarah pada upaya
mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi, maka pendidikan diarahkan untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi. Kedua, jika manusia dikaitkan dengan terminologi
an-nâs, maka pendidikan adalah mengajarkan bagaimana manusia hidup di lingkungan sosial
sekaligus sebagai makhluk sosial sehingga mampu membentuk pemahaman bahwa manusia
harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Ketiga, sedangkan terminologi
basyar mengarahkan agar pendidikan mengarahkan manusia mampu memenuhi
kebutuhannya secara benar sesuai tuntunan penciptanya, yakni dalam memenuhi kebutuhan
primer, sekunder dan tersier selaku makhluk biologis. Selanjutnya yang keempat, manusia
sebagai bani adam mengarahkan agar pendidikan mengajarkan akan anjuran sekaligus
peringatan Allah dalam rangka memuliakan keturunan Adam dibanding makhluk-Nya yang
lain

E. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa terminologi manusia
dalam al-Qur’an adalah insân, an-nâs, basyar, dan bani âdam yang menunjukkan makna
bahwa manusia adalah makhluk intelektual, sosial, biologis, dan makhluk yang bertauhid.
Sebagaimana ada hukum-hukum yang berkenaan dengan karakteristik biologis manusia,
maka ada juga hukum-hukum yang mengendalikan manusia sebagai makhluk yang bertauhid
dan makhluk sosial. Manusia sebagai basyar berkaitan dengan unsur material, yang
dilambangkan manusia dengan unsur tanah. Pada keadaan itu, manusia secara otomatis
tunduk kepada takdir Allah di alam semesta, sama taatnya seperti matahari, hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Ia dengan sendirinya musayyar. Namun manusia sebagai insân, an-nâs
dan bani âdam bertalian dengan unsur hembusan Ilahi.

REFERENSI
[1] Abbas Mahmud al-‘Aqqad, al-Insân fi al-Qur’ân al-Karim, Kairo: Dar al-Islām, 1973.
[2] Abu Husain Ahmad Ibn Faris Ibn Zakariya, Mu’jam Maqāyis al-Lughah, Dar al-Fikr, Juz
5, t.th.
[3] Aisyah ‘Abdurrahman bintu asy-Syati’, al-Maqal fi al-Insan: Dirasah Qur’aniyyah,
Mishr: Dar al-Ma’arif, 1966.
[4] Aisyah Abdurrahman Bintu Syati, Manusia dalam Perspektif al-Qur-an, Alih bahasa oleh
Ali Zawawi, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
[5] Ali Audah, Konkordansi Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa dan Penerbit Mizan, 1997.
[6] Asmawati Suhid, Fathiyah M. Fakhrudin, Gagasan Falsafah Pemikiran Pendidikan
Islam, Journal of Arabic and Islamic Education, UPM, 4(2), 2012.
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006.
[8] Baharuddin dan Makin, Pendidikan Humanistik; Konsep, Teori, dan Aplikasi dalam
Dunia Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007.
[9] Dawam Raharjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan
Perspektif al-Qur’an, Yogyakarta: LPPI, 1999.
[10] Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama: Pendahuluan Pendidikan Agama
Islam di Perguruan Tinggi, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987.
[11] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Al-Husna, 1987. [12] Jujun S.
Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: PT Gramedia, 1982.
[13] Khalidy Yusuf, Tentang Kejadian Manusia Menurut Ajaran Agama Islam, Bandung:
M2S, 1993.
[14] Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, Mu’jam alfazh al-Qur’ān al-Karîm, Juz I, dari
Hamzah s/d dhad, t.tp. 1989 M, 1409 H.
[15] M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1994.
[16] M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah, Jakarta : Lentera Hati, cet IX, 2007.
[17] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhu’i atas Berbagai Persoalan
Umat, Bandung : Mizan, 1998.
[18] M. Adnan Salim, al-Mu’jam al-Mufahras li ma’âni al-Qur’ân al-‘Azhim, Damaskus
Syria: Dar al-Fikr, Juz II, tt.
[19] Murtadha Mutahhari, Al-Insan wa ‘l-Iman, Teheran: Muassasah al-Bi’tsah,t.t.
[20] Musa Asy’ari, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: LESFI,
1992.
[21] Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim,
Qahirah: Dar al-Hadits, 1988.
[22] Muhaimin, Pemikir pendidikan Islam, Bandung : Agenda karya, 1993.
[23] Muhmidayeli, Teori-Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia, cet. 1, Pekanbaru:
Pps UIN Suska Riau dan LSFK2P, 2007.
[24] Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, Pekanbaru : Pps UIN Suska Riau dan
LSFK2P, Cet ke 1, 2005. [25] Parvez Manzoor, Islam dan Liberalisme, Islamika, vol. 2,
1993.
[26] Raghib al-Ashfahani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, Beirut: Dar al-Ma’arif, tt.
[27] Raghib al-Asfahani, Mufradāt Alfāzh al-Qur’an, Juz II, Damaskus: Dar an-Nashr, t.t.
[28] Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur’an dalam Metodologi
Psikologi Islami, Ed. Rendra Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
[29] Syekh Fadhlullah Haeri, Cahaya Al-Quran, Alih bahasa oleh Burhan Wirasubrata dari
The Last Section of The Qur’an, Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, cet I, 2001.
[30] Umay M. Dja’far Shiddiq, Manusia dalam Perspektif al-Qur’an, cet. I, Jakarta: al-
Ghuraba, 2006.
[31] Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, cet. II, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008.
[32] Yusuf Al-Qardhawi, Al-Iman wa al-Hayat, Kairo: Maktabah Wahbah, 1973. [33]
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000.

Anda mungkin juga menyukai