ID None
ID None
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361
samples consisting elephant yam variant 1 masyarakat yang mengenal, umur tanaman
and variant 2. The closest relationship yang relatif lebih lama dibandingkan jenis
existing on the N4 (variant 1) with N6 umbi dan palawija lain (Sumarwoto, 2004).
(variant 1),the degree of similarity is 98.7%. Umbi porang mempunyai potensi yang
Instead elephant yam sample M1 (variant 1) sangat besar dalam bidang produksi,
and M7 (2 variants) has a genetic namun hal ini belum dikelola secara benar
relationship with levels farthest at 71.3% dan maksimal, padahal umbi porang adalah
similarity . Based on genetic relationships bahan baku dalam pembuatan tepung
analysis results, the observed plant can be mannan yang mempunyai nilai ekonomi
said to have a low level of diversity, it can yang sangat tinggi dan kegunaan yang luas
be seen from the level of lowest similarity dalam bidang pangan. Zat mannan tersebut
exceeding 50% is 71.3%. The low level of apabila diproduksi secara besar-besaran
diversity is due to the proliferation of narrow dapat meningkatkan ekspor non migas,
plants vegetatively done. devisa negara, kesejahteraan masyarakat,
dan menciptakan lapangan kerja. Zat
Keywords: Eksploration, Identification, mannan ini dapat digunakan untuk bahan
Elephant yam, Morphological character perekat, bahan seluloid, kosmetik, bahan
makanan, industri tekstil dan kertas
PENDAHULUAN (Sumarwoto, 2007)
Usaha peningkatan manfaat tanaman
Porang termasuk dalam family porang dapat dilakukan dengan observasi
Araceae, yaitu jenis tanaman umbi-umbian keberadaan plasma nuftah sebagai salah
yang mampu hidup di berbagai jenis dan satu sumber daya alam terpulihkan, karena
kondisi tanah. Tanaman porang tidak harus pengelolaan dan pemanfaatan plasma
mendapatkan sinar matahari langsung nuftah sekarang ini kurang sempurna
sehingga tanaman ini mudah untuk sehingga banyak yang tererosi atau
ditemukan di sela-sela tanaman hutan, musnah. Jumlah kekayaan plasma nuftah
perkebunan atau lahan penduduk. Tingkat Amorphophallus yang ada di Indonesia
kerapatan naungan yang baik untuk cukup banyak, namun belum mendapatkan
tanaman porang ialah 30%-60% (Wijayanto, perhatian dan penanganan secara
2007). maksimal, serta belum dimanfaatkan untuk
Porang merupakan tanaman yang tujuan pemuliaan tanaman. Daerah Jawa
potensial untuk dikembangkan sebagai Timur sendiri merupakan salah satu sentra
komoditi ekspor karena beberapa negara produksi porang yang terdapat di Indonesia,
membutuhkan tanaman ini sebagai bahan untuk itu perlu penelitian lebih lanjut akan
makanan maupun bahan industri. Indonesia keberadaan, potensi, dan hubungan
mengekspor porang dalam bentuk gaplek kekerabatan yang terdapat pada plasma
atau tepung ke Jepang, Australia, Srilanka, nuftah porang yang ada di Jawa Timur
Malaysia, Korea, Selandia Baru, Pakistan, untuk perbaikan genetik Amorphophallus.
Inggris dan Italia. Permintaan porang
dalam bentuk segar maupun chip kering BAHAN DAN METODE PENELITIAN
terus meningkat. Sebagai contoh, produksi
porang di Jawa Timur tahun 2009 baru Penelitian dilaksanakan mulai bulan
mencapai 600 - 1000 ton chip kering Februari sampai dengan April 2014, di
sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400 wilayah provinsi Jawa Timur, meliputi
ton chip kering (Wijanarko, 2009). Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar,
Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi karena Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun
di Indonesia porang belum di budidayakan dan Kabupaten Nganjuk. Bahan yang
secara intensif dan masih sangat digunakan dalam penelitian ini adalah
tergantung pada potensi alam, luas tanaman porang yang ada di lokasi
penanaman yang masih terbatas dan belum penelitian. Alat yang digunakan yaitu, tali
adanya pedoman budidaya yang lengkap. rafia, rol meter, parang, kamera, panduan
Selain itu, juga disebabkan belum banyak deskriptor tanaman porang, alat tulis ±
355
menulis, jangka sorong, cetok, Real Color dibudidayakan di ladang. Porang yang
Wheel (Pengkarakter warna), termometer, ditanam di hutan memiliki pertumbuhan dan
dan penggaris. hasil produksi yang lebih baik daripada
Metode penelitian dilakukan melalui 4 yang ditanam di ladang. Hal ini
tahap yaitu Survei awal, survei dan menunjukkan bahwa porang mutlak
penentuan lokasi penelitian, pengamatan memerlukan naungan. Porang dikenal
karakter morfologis serta wawancara dengan nama yang berbeda beda disetiap
terhadap responden petani. Penelitian ini kabupaten, antara lain disebut lurkung di
melibatkan informan kunci dan informan kabupaten Malang, kajrong di Nganjuk,
lainnya yang dapat memberikan informasi porang/ponang di Madiun dan Blitar, serta
tentang tanaman porang dan coblok di Ponorogo.
keberadaannya. Informan kunci adalah Perbedaan karakter 28 sampel
tokoh masyarakat atau beberapa petani. porang dapat langsung dilihat dari
Informan lainnya ditentukan berdasarkan penampilannya. Namun demikian ada juga
informasi dari informan kunci dengan beberapa sampel yang memiliki tingkat
menggunakan prinsip snowball sampling. kemiripan yang tinggi, sehingga diperlukan
Dari tiap lokasi ditentukan 1 kepekaan dan ketelitian yang dibantu oleh
responden petani porang dan diambil 1 deskriptor tanaman porang. Morfologi daun
sampel tanaman porang yang berusia 2 memiliki perbedaan dalam hal warna daun,
tahun. Pengamatan sampel tanaman panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun.
porang meliputi karakter morfologi berupa Keragaman pada tangkai daun terdapat
karakter daun, batang semu, bulbil dan pada diameter tangkai, panjang tangkai,
umbi batang. Pengamatan penunjang warna tangkai, bentuk corak tangkai dan
meliputi ketinggian tempat, suhu, hasil warna corak tangkai. Morfologi bulbil dan
wawancara responden serta dokumentasi umbi memiliki keragaman yang tinggi pada
dari sampel-sampel yang dikoleksi. Analisis karakter bobot.
data dilakukan dengan cara Varian porang ditentukan
mentransformasi data morfologi tanaman berdasarkan bentuk corak tangkai daun.
menjadi data biner. Pengolahan data Dari hasil eksplorasi, ditemukan 2 varian
dilakukan menggunakan aplikasi Minitab porang. Varian 1 adalah porang yang
versi 14. Hasil pengolahan data adalah memiliki tangkai daun dengan corak
dendogram. berbentuk belah ketupat. Varian 2 ialah
porang yang memiliki tangkai daun dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN corak berbentuk belah ketupat dengan
garis-garis linier. Dari hasil pengamatan,
KARAKTER MORFOLOGI PORANG porang varian 1 memiliki pertumbuhan yang
Hasil eksplorasi di lokasi penelitian lebih baik daripada porang varian 2, hal itu
ditemukan 27 titik lokasi yaitu 2 lokasi di dapat dilihat dari karakter kuantitatif dari
Kabupaten Malang (desa Slamparejo dan porang varian 1 yang lebih besar daripada
Jajang Sembroyot), 1 lokasi di kabupaten varian 2 antara lain lebar tajuk, diameter
Blitar (desa Jugo), 13 lokasi di kabupaten tangkai, panjang tangkai, bobot bulbil dan
Madiun (desa Pajaran, Klangon, Kadas, bobot umbi.
Sugihwaras, Sumberbendo, Petung, Klino, Tipe daun tanaman porang yang
Pajang, Tulung, Klumutan, Morang, Kare diamati tidak menunjukkan adanya
dan Kepel), 5 lokasi di kabupaten Ponorogo keragaman. Semua tanaman porang yang
(desa Baosan Kidul, Baosan Lor, Mrayan, diamati mempunyai tipe daun majemuk
Pulung dan Tempuran) dan 6 lokasi di menjari. Bentuk daun merupakan bangun
kabupaten Nganjuk (desa Watudakon, dari daun yang disebut helaian daun.
Bendokuning, Bendoasri, Tritik, Karangrejo, Semua tanaman porang yang diambil
dan Sugihwaras). Dari hasil pengamatan, sebagai sampel mempunyai bentuk anak
porang di kabupaten Malang, Madiun, Blitar daun elips, bertepi rata dan berujung
dan Nganjuk umumnya ditanam di lahan meruncing, sehingga tidak terdapat
hutan, sedangkan di Ponorogo lebih banyak
356
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361
keragaman pada bentuk helaian, bentuk pada M3 dan berat terendah pada P2 yaitu
ujung dan tepi daun. Jumlah anak daun 8,8 gr. Varian 1 memiliki bulbil yang lebih
porang berkisar antara 19-61. Jumlah anak berat sekitar 2-5 gr daripada varian 2.
daun terbanyak ada pada sampel M13 Terdapat perbedaan dalam morfologi
sedangkan jumlah anak daun yang paling umbi porang yaitu pada bobot umbi. Bobot
sedikit ada pada sampel P1. umbi pada sampel yang diamati memiliki
Warna permukaan daun yang diamati berat terbesar yaitu 1352 gr pada M1 dan
memiliki warna yang beragam yaitu dari berat terendah pada P2 yaitu 912,3 gr.
hijau cerah sampai hijau gelap. Perbedaan Sampel varian 1 memiliki bobot umbi yang
warna daun diduga karena kadar kloroplas lebih besar sekitar 50-200 gr daripada
yang berbeda-beda diantara daun tanaman- varian 1. Keseragaman terdapat pada
tanaman porang. Lebar tajuk porang yang parameter warna umbi dan bentuk umbi
diamati memiliki keragaman yaitu sekitar 62 yaitu memiliki warna permukaan umbi
± 95 cm. Lebar tajuk terbesar ada pada cokelat (skor 2), warna daging orange
sampel M1, sedangkan yang terkecil ada kekuningan (skor 1) dan berbentuk bulat
pada sampel P1. Varian 1 memiliki lebar (skor 1).
tajuk 5-15 cm lebih lebar daripada varian 2.
Menurut Tjitrosoepomo (2003), bentuk tajuk Perbedaan Karakter Morfologi Tanaman
dapat mempengaruhi intersepsi cahaya Porang, Suweg dan Walur
oleh tanaman. Banyak jenis tanaman yang sangat
Terdapat keseragaman dalam mirip dengan Porang yaitu diantaranya
morfologi tangkai yaitu berupa bentuk suweg, dan walur. Secara visual karakter
tangkai. Seluruh sampel porang memiliki morfologi porang memang tidak terlalu
tangkai berbentuk bulat dan bergetah putih. berbeda dengan suweg dan walur, tetapi
Tangkai pada tanaman memiliki peran yang apabila dilihat lebih teliti terdapat beberapa
sangat penting yaitu sebagai pembentuk perbedaan diantara ketiganya dan ciri khas
pola percabangan yang menentukan luasan tertentu yang dimiliki oleh porang. Ciri
bidang fotosintesis. Warna tangkai pada pembeda tersebut dapat digunakan untuk
tanaman yang diamati memiliki warna yang mengidentifikasi bahwa suatu tanaman
beragam yaitu hijau dan hijau tua. merupakan porang dan bukan jenis
Permukaan tangkai pada tanaman Amorphophallus lainnya. Ciri pembeda
porang yang diamati memiliki tekstur yang diantara ketiganya meliputi bentuk corak
beragam yaitu licin dan sedang. Sampel tangkai, tekstur permukaan tangkai, ada
varian 1 umumnya memiliki tangkai tidaknya bulbil, warna daging umbi, serat
bertekstur licin sedangkan sampel varian 2 umbi, dan ada tidaknya mata tunas di umbi.
umumnya memiliki tangkai bertekstur agak Tangkai porang bertekstur halus
kasar. Sampel yang diamati juga hingga agak kasar dan memiliki getah yang
menunjukkan adanya keragaman pada dapat menimbulkan rasa gatal. Tangkai
karakter diameter tangkai dan panjang suweg memiliki tekstur agak kasar
tangkai. Diameter terbesar yaitu 2.6 cm sedangkan tangkai walur sangatlah kasar.
pada M3, sedangkan terendah adalah 1,5 Porang, suweg dan walur memiliki daun
cm pada P1. Panjang tangkai terbesar ialah sangat mirip. Tipe daun majemuk menjari
84,4 cm pada N3, sedangkan terendah dengan helaian daun berbentuk elips, daun
adalah 63,4 cm pada P2. Sampel varian 1 berwarna hijau cerah hingga gelap. Ciri
memiliki diameter yang lebih besar sekitar khas yang dimiliki porang, tetapi tidak
0,2-0,3 cm dan panjang tangkai 5-15 cm dimiliki oleh suweg dan walur ialah bulbil.
dibandingkan varian 2. Daun porang bisa dikenali dengan melihat
Seluruh sampel porang yang diamati titik pangkal daunnya yang memiliki bulatan
memiliki warna cokelat dengan bentuk kecil berwarna hijau cerah hingga coklat
bulbil tengah bulat dan bulbil cabang sebagai bakal tumbuhnya bulbil. Titik
lonjong. Keragaman bulbil terdapat pada tersebut mulai terlihat sejak tanaman
bobot bulbil yang diamati. Jumlah bulbil berusia kurang lebih 2 bulan (Tabel 1).
sampel Bobot bulbil terbesar ialah 18,8 gr
357
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361
a. b.
73.34
S imilarity
82.22
91.11
100.00
1 3 5 3 1 4 2 9 3 1 4 1 0 1 2 3 5 4 6 1 2 2 8 5 2 6 7
M N N M M 1 P M 1 M M1 B M N M1 P P P P N N G G
M M ) M) M) M)
N M M
) ) ) ) ) )
V1) V1) V 1) 1) 1 ) V1 1 ) V1) 1) ) ) )
V1 V1) V1 1) ( V1 ( V1 ( V 1 ( V1 V2 V 2 2 ) 2) V2 V 2 V2 V2 V2 V2
) )
( ( V
( ( (V ( (
(V ( (V ( ( (V ( ( (V (V ( ( ( ( ( (
Observations
Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361
rendah, hal itu dapat dilihat dari tingkat antara genetik dan lingkungan
kemiripan terendahnya yang mencapai menyebabkan perubahan ± perubahan
73,3%. Secara umum dapat dikatakan secara fisik yang dapat bersifat sementara
bahwa semakin rendah tingkat atau permanen. Perubahan yang bersifat
kemiripannya maka akan semakin tinggi permanen disebabkan karena terjadinya
tingkat keragamannya, dan diduga perubahan pada material genetiknya
kemiripan susunan genotipnya cenderung (Mangoendidjojo, 2008). Perbanyakan
semakin rendah pula, yang disebabkan oleh secara vegetatif yang biasa diterapkan
faktor teknis budidaya, serta lingkungan dalam budidaya porang menyebabkan
tempat tanaman tersebut tumbuh. Hartati kurangnya perkembangan variasi genetik,
(2007) menjelaskan bahwa nilai kemiripan kalaupun terjadi variasi genetik hal itu
genetik berbanding terbalik dengan jarak cenderung disebabkan faktor adaptasi
genetik, semakin besar nilai kemiripan terhadap lingkungan tempat tanaman
genetik antar galur, maka semakin kecil tersebut dibudidayakan secara terus
jarak genetiknya dan semakin rendah menerus. Peluang terjadinya mutasi alami
keragamannya. Jarak genetik dihitung dari dan seleksi yang dilakukan petani sangat
selisih nilai persentase kemiripan genetik mungkin, tetapi tampaknya tidak terlalu
terhadap 100%. Nilai keragaman genetik signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pada koleksi plasma nutfah tergolong tinggi analisis kluster, bahwa porang memiliki
jika mempunyai nilai kemiripan genetik keragaman yang sempit dan
rendah yaitu kurang dari 0,5, dan nilai mengelompoknya sampel porang sekalipun
tingkat keragaman genetik pada koleksi dikumpulkan dari lokasi yang berbeda.
plasma nutfah tergolong rendah jika Fakta tersebut juga mengindikasikan bahwa
mempunyai nilai kemiripan genetik yang porang yang dikoleksi berasal dari sumber
tinggi yaitu lebih dari 0,5 atau mendekati 1 penyebaran yang sama. Pembiakan secara
(Chai-Wen, 2006). vegetatif telah mempertahankan sifat
Menurut Mangoendidjojo (2003), genetik tanaman sehingga variasi genetik
adanya keragaman (variabilitas) pada tidak begitu besar.
populasi tanaman yang digunakan Menurut Julisaniah et al. (2008),
mempunyai arti yang sangat penting dalam informasi hubungan genetik diantara
pemuliaan tanaman. Besar kecilnya individu di dalam dan diantara spesies
variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata mempunyai kegunaan penting bagi
populasi tanaman yang digunakan sangat perbaikan tanaman. Dalam program
menentukan keberhasilan pemuliaan pemuliaan tanaman, pendugaan hubungan
tanaman. Variabilitas dalam suatu sifat genetik sangat berguna untuk mengelola
(karakter) tertentu menggambarkan plasma nutfah, identifikasi kultifar,
bagaimana sifat itu mampu berubah-ubah membantu seleksi tetua untuk persilangan,
untuk menanggapi pengaruh lingkungan serta mengurangi jumlah individu yang
dan genetik. Tingginya variabilitas genetik dibutuhkan untuk pengambilan sampel
amat penting bagi keanekaragaman hayati dengan kisaran keragaman genetik yang
karena akan membantu suatu populasi luas.
beradaptasi dan menghindari kepunahan.
Selain itu, pemuliaan tanaman banyak KESIMPULAN
mengambil manfaat dari luasnya variabilitas
genetik. Hubungan kekerabatan terdekat ada
Perbanyakan tanaman porang dapat pada pasangan N4 dengan N6 dan
dilakukan secara generatif maupun berikutnya N2 dengan M5 dengan tingkat
vegetatif. Tanaman yang dibiakkan secara kemiripan sebesar 98,7%. Sebaliknya
vegetatif akan mempunyai keseragaman sampel porang M1 memiliki hubungan
secara genetik karena dikembangkan dari kekerabatan yang jauh dengan sampel M2,
induk yang sama. Cara pembiakan ini dapat M8, M5, N2, M6 dan M7 dengan tingkat
melestarikan sifat ± sifat yang dimiliki oleh kemiripan sekitar 73,3%. Kekerabatan
suatu tanaman, tetapi adanya interaksi tanaman antar lokasi tergolong tinggi
361