Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER MORFOLOGI PORANG

(Amorphophallus muelleri B.) DI JAWA TIMUR

EKSPLORATION AND IDENTIFICATION MORPHOLOGICAL CHARACTER OF


ELEPHANT YAM (Amorphophallus muelleri B.) IN EAST JAVA
*)
Rico Hutama Sulistiyo , Lita Soetopo dan Damanhuri

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia
*)
E-mail : hutamarico@yahoo.co.id

ABSTRAK hubungan kekerabatan yang terjauh


dengan tingkat kemiripan sebesar 73,3%.
Porang termasuk dalam family Araceae, Berdasarkan hasil analisis kekerabatan,
yaitu jenis tanaman umbi-umbian yang tanaman yang diamati dapat dikatakan
mampu hidup di berbagai jenis dan kondisi memiliki tingkat keragaman yang rendah,
tanah. Usaha peningkatan manfaat hal itu dapat dilihat dari tingkat kemiripan
tanaman porang dapat dilakukan dengan terendahnya yang melebihi 50% yaitu
observasi keberadaan plasma nuftah 73,3%. Keragaman yang sempit tersebut
sebagai salah satu sumber daya alam disebabkan perkembangbiakan tanaman
terpulihkan, karena pengelolaan dan yang dilakukan secara vegetatif.
pemanfaatan plasma nuftah sekarang ini
kurang sempurna sehingga banyak yang Kata kunci : Eksplorasi, Identifikasi, Porang,
tererosi atau musnah. Hubungan Karakter morfologi
kekerabatan merupakan informasi yang
bermanfaat bagi pemulia. Hubungan ABSTRACT
kekerabatan antara dua individu atau
populasi dapat diukur berdasarkan Elephant yam is included in the Araceae
kesamaan sejumlah karakter dengan family, which is a type of tuber crops that
asumsi bahwa karakter-karakter berbeda are able to live in a variety of soil types and
disebabkan oleh adanya perbedaan conditions. The effort to increase the benefit
susunan genetik (Purwantoro et al, 2005). of elephant yam plants can be done by
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui observing the presence of germplasm as
ciri atau karakter morfologi tanaman porang one of the recoverable resource, because of
dan mengetahui hubungan kekerabatan the management and the utilization of
tanaman porang yang terdapat di germplasm nowadays not perfect so that
Kabupaten Malang, Blitar, Madiun, Nganjuk, many of it eroded or destroyed. The
dan Ponorogo berdasarkan persamaan dan relationship information can be used by
perbedaan karakter morfologinya. Penelitian breeders that can be measured by the
dilaksanakan mulai bulan Februari sampai number of characters with the assumption
dengan April 2014. Dari hasil eksplorasi that different characters are caused by
ditemukan 28 sampel porang yang terdiri genetic differences (Purwantoro et al.
atas varian 1 dan varian 2. Hasil 2005). This research aims to determine
menunjukkan bahwa terdapat nilai character traits or plant morphology and
kemiripan tertinggi dan terendah pada knowing elephant yam genetic relationship.
seluruh hubungan 28 sampel porang. The research was conducted in Malang,
Hubungan kekerabatan terdekat ada pada Blitar, Madiun, Nganjuk and Ponorogo sub
pasangan N4 (varian 1) dengan N6 (varian province from februari until april 2014. From
1) dan berikutnya N2 (varian 2) dengan M5 the result of exploration found 27
(varian 2) dengan tingkat kemiripan sebesar
98,7%. Sebaliknya sampel porang M1
(varian 1) dan M7 (varian 2) memiliki
354

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361

samples consisting elephant yam variant 1 masyarakat yang mengenal, umur tanaman
and variant 2. The closest relationship yang relatif lebih lama dibandingkan jenis
existing on the N4 (variant 1) with N6 umbi dan palawija lain (Sumarwoto, 2004).
(variant 1),the degree of similarity is 98.7%. Umbi porang mempunyai potensi yang
Instead elephant yam sample M1 (variant 1) sangat besar dalam bidang produksi,
and M7 (2 variants) has a genetic namun hal ini belum dikelola secara benar
relationship with levels farthest at 71.3% dan maksimal, padahal umbi porang adalah
similarity . Based on genetic relationships bahan baku dalam pembuatan tepung
analysis results, the observed plant can be mannan yang mempunyai nilai ekonomi
said to have a low level of diversity, it can yang sangat tinggi dan kegunaan yang luas
be seen from the level of lowest similarity dalam bidang pangan. Zat mannan tersebut
exceeding 50% is 71.3%. The low level of apabila diproduksi secara besar-besaran
diversity is due to the proliferation of narrow dapat meningkatkan ekspor non migas,
plants vegetatively done. devisa negara, kesejahteraan masyarakat,
dan menciptakan lapangan kerja. Zat
Keywords: Eksploration, Identification, mannan ini dapat digunakan untuk bahan
Elephant yam, Morphological character perekat, bahan seluloid, kosmetik, bahan
makanan, industri tekstil dan kertas
PENDAHULUAN (Sumarwoto, 2007)
Usaha peningkatan manfaat tanaman
Porang termasuk dalam family porang dapat dilakukan dengan observasi
Araceae, yaitu jenis tanaman umbi-umbian keberadaan plasma nuftah sebagai salah
yang mampu hidup di berbagai jenis dan satu sumber daya alam terpulihkan, karena
kondisi tanah. Tanaman porang tidak harus pengelolaan dan pemanfaatan plasma
mendapatkan sinar matahari langsung nuftah sekarang ini kurang sempurna
sehingga tanaman ini mudah untuk sehingga banyak yang tererosi atau
ditemukan di sela-sela tanaman hutan, musnah. Jumlah kekayaan plasma nuftah
perkebunan atau lahan penduduk. Tingkat Amorphophallus yang ada di Indonesia
kerapatan naungan yang baik untuk cukup banyak, namun belum mendapatkan
tanaman porang ialah 30%-60% (Wijayanto, perhatian dan penanganan secara
2007). maksimal, serta belum dimanfaatkan untuk
Porang merupakan tanaman yang tujuan pemuliaan tanaman. Daerah Jawa
potensial untuk dikembangkan sebagai Timur sendiri merupakan salah satu sentra
komoditi ekspor karena beberapa negara produksi porang yang terdapat di Indonesia,
membutuhkan tanaman ini sebagai bahan untuk itu perlu penelitian lebih lanjut akan
makanan maupun bahan industri. Indonesia keberadaan, potensi, dan hubungan
mengekspor porang dalam bentuk gaplek kekerabatan yang terdapat pada plasma
atau tepung ke Jepang, Australia, Srilanka, nuftah porang yang ada di Jawa Timur
Malaysia, Korea, Selandia Baru, Pakistan, untuk perbaikan genetik Amorphophallus.
Inggris dan Italia. Permintaan porang
dalam bentuk segar maupun chip kering BAHAN DAN METODE PENELITIAN
terus meningkat. Sebagai contoh, produksi
porang di Jawa Timur tahun 2009 baru Penelitian dilaksanakan mulai bulan
mencapai 600 - 1000 ton chip kering Februari sampai dengan April 2014, di
sedangkan kebutuhan industri sekitar 3.400 wilayah provinsi Jawa Timur, meliputi
ton chip kering (Wijanarko, 2009). Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar,
Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi karena Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Madiun
di Indonesia porang belum di budidayakan dan Kabupaten Nganjuk. Bahan yang
secara intensif dan masih sangat digunakan dalam penelitian ini adalah
tergantung pada potensi alam, luas tanaman porang yang ada di lokasi
penanaman yang masih terbatas dan belum penelitian. Alat yang digunakan yaitu, tali
adanya pedoman budidaya yang lengkap. rafia, rol meter, parang, kamera, panduan
Selain itu, juga disebabkan belum banyak deskriptor tanaman porang, alat tulis ±
355

Sulistiyo, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Porang...

menulis, jangka sorong, cetok, Real Color dibudidayakan di ladang. Porang yang
Wheel (Pengkarakter warna), termometer, ditanam di hutan memiliki pertumbuhan dan
dan penggaris. hasil produksi yang lebih baik daripada
Metode penelitian dilakukan melalui 4 yang ditanam di ladang. Hal ini
tahap yaitu Survei awal, survei dan menunjukkan bahwa porang mutlak
penentuan lokasi penelitian, pengamatan memerlukan naungan. Porang dikenal
karakter morfologis serta wawancara dengan nama yang berbeda beda disetiap
terhadap responden petani. Penelitian ini kabupaten, antara lain disebut lurkung di
melibatkan informan kunci dan informan kabupaten Malang, kajrong di Nganjuk,
lainnya yang dapat memberikan informasi porang/ponang di Madiun dan Blitar, serta
tentang tanaman porang dan coblok di Ponorogo.
keberadaannya. Informan kunci adalah Perbedaan karakter 28 sampel
tokoh masyarakat atau beberapa petani. porang dapat langsung dilihat dari
Informan lainnya ditentukan berdasarkan penampilannya. Namun demikian ada juga
informasi dari informan kunci dengan beberapa sampel yang memiliki tingkat
menggunakan prinsip snowball sampling. kemiripan yang tinggi, sehingga diperlukan
Dari tiap lokasi ditentukan 1 kepekaan dan ketelitian yang dibantu oleh
responden petani porang dan diambil 1 deskriptor tanaman porang. Morfologi daun
sampel tanaman porang yang berusia 2 memiliki perbedaan dalam hal warna daun,
tahun. Pengamatan sampel tanaman panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun.
porang meliputi karakter morfologi berupa Keragaman pada tangkai daun terdapat
karakter daun, batang semu, bulbil dan pada diameter tangkai, panjang tangkai,
umbi batang. Pengamatan penunjang warna tangkai, bentuk corak tangkai dan
meliputi ketinggian tempat, suhu, hasil warna corak tangkai. Morfologi bulbil dan
wawancara responden serta dokumentasi umbi memiliki keragaman yang tinggi pada
dari sampel-sampel yang dikoleksi. Analisis karakter bobot.
data dilakukan dengan cara Varian porang ditentukan
mentransformasi data morfologi tanaman berdasarkan bentuk corak tangkai daun.
menjadi data biner. Pengolahan data Dari hasil eksplorasi, ditemukan 2 varian
dilakukan menggunakan aplikasi Minitab porang. Varian 1 adalah porang yang
versi 14. Hasil pengolahan data adalah memiliki tangkai daun dengan corak
dendogram. berbentuk belah ketupat. Varian 2 ialah
porang yang memiliki tangkai daun dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN corak berbentuk belah ketupat dengan
garis-garis linier. Dari hasil pengamatan,
KARAKTER MORFOLOGI PORANG porang varian 1 memiliki pertumbuhan yang
Hasil eksplorasi di lokasi penelitian lebih baik daripada porang varian 2, hal itu
ditemukan 27 titik lokasi yaitu 2 lokasi di dapat dilihat dari karakter kuantitatif dari
Kabupaten Malang (desa Slamparejo dan porang varian 1 yang lebih besar daripada
Jajang Sembroyot), 1 lokasi di kabupaten varian 2 antara lain lebar tajuk, diameter
Blitar (desa Jugo), 13 lokasi di kabupaten tangkai, panjang tangkai, bobot bulbil dan
Madiun (desa Pajaran, Klangon, Kadas, bobot umbi.
Sugihwaras, Sumberbendo, Petung, Klino, Tipe daun tanaman porang yang
Pajang, Tulung, Klumutan, Morang, Kare diamati tidak menunjukkan adanya
dan Kepel), 5 lokasi di kabupaten Ponorogo keragaman. Semua tanaman porang yang
(desa Baosan Kidul, Baosan Lor, Mrayan, diamati mempunyai tipe daun majemuk
Pulung dan Tempuran) dan 6 lokasi di menjari. Bentuk daun merupakan bangun
kabupaten Nganjuk (desa Watudakon, dari daun yang disebut helaian daun.
Bendokuning, Bendoasri, Tritik, Karangrejo, Semua tanaman porang yang diambil
dan Sugihwaras). Dari hasil pengamatan, sebagai sampel mempunyai bentuk anak
porang di kabupaten Malang, Madiun, Blitar daun elips, bertepi rata dan berujung
dan Nganjuk umumnya ditanam di lahan meruncing, sehingga tidak terdapat
hutan, sedangkan di Ponorogo lebih banyak
356

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361

keragaman pada bentuk helaian, bentuk pada M3 dan berat terendah pada P2 yaitu
ujung dan tepi daun. Jumlah anak daun 8,8 gr. Varian 1 memiliki bulbil yang lebih
porang berkisar antara 19-61. Jumlah anak berat sekitar 2-5 gr daripada varian 2.
daun terbanyak ada pada sampel M13 Terdapat perbedaan dalam morfologi
sedangkan jumlah anak daun yang paling umbi porang yaitu pada bobot umbi. Bobot
sedikit ada pada sampel P1. umbi pada sampel yang diamati memiliki
Warna permukaan daun yang diamati berat terbesar yaitu 1352 gr pada M1 dan
memiliki warna yang beragam yaitu dari berat terendah pada P2 yaitu 912,3 gr.
hijau cerah sampai hijau gelap. Perbedaan Sampel varian 1 memiliki bobot umbi yang
warna daun diduga karena kadar kloroplas lebih besar sekitar 50-200 gr daripada
yang berbeda-beda diantara daun tanaman- varian 1. Keseragaman terdapat pada
tanaman porang. Lebar tajuk porang yang parameter warna umbi dan bentuk umbi
diamati memiliki keragaman yaitu sekitar 62 yaitu memiliki warna permukaan umbi
± 95 cm. Lebar tajuk terbesar ada pada cokelat (skor 2), warna daging orange
sampel M1, sedangkan yang terkecil ada kekuningan (skor 1) dan berbentuk bulat
pada sampel P1. Varian 1 memiliki lebar (skor 1).
tajuk 5-15 cm lebih lebar daripada varian 2.
Menurut Tjitrosoepomo (2003), bentuk tajuk Perbedaan Karakter Morfologi Tanaman
dapat mempengaruhi intersepsi cahaya Porang, Suweg dan Walur
oleh tanaman. Banyak jenis tanaman yang sangat
Terdapat keseragaman dalam mirip dengan Porang yaitu diantaranya
morfologi tangkai yaitu berupa bentuk suweg, dan walur. Secara visual karakter
tangkai. Seluruh sampel porang memiliki morfologi porang memang tidak terlalu
tangkai berbentuk bulat dan bergetah putih. berbeda dengan suweg dan walur, tetapi
Tangkai pada tanaman memiliki peran yang apabila dilihat lebih teliti terdapat beberapa
sangat penting yaitu sebagai pembentuk perbedaan diantara ketiganya dan ciri khas
pola percabangan yang menentukan luasan tertentu yang dimiliki oleh porang. Ciri
bidang fotosintesis. Warna tangkai pada pembeda tersebut dapat digunakan untuk
tanaman yang diamati memiliki warna yang mengidentifikasi bahwa suatu tanaman
beragam yaitu hijau dan hijau tua. merupakan porang dan bukan jenis
Permukaan tangkai pada tanaman Amorphophallus lainnya. Ciri pembeda
porang yang diamati memiliki tekstur yang diantara ketiganya meliputi bentuk corak
beragam yaitu licin dan sedang. Sampel tangkai, tekstur permukaan tangkai, ada
varian 1 umumnya memiliki tangkai tidaknya bulbil, warna daging umbi, serat
bertekstur licin sedangkan sampel varian 2 umbi, dan ada tidaknya mata tunas di umbi.
umumnya memiliki tangkai bertekstur agak Tangkai porang bertekstur halus
kasar. Sampel yang diamati juga hingga agak kasar dan memiliki getah yang
menunjukkan adanya keragaman pada dapat menimbulkan rasa gatal. Tangkai
karakter diameter tangkai dan panjang suweg memiliki tekstur agak kasar
tangkai. Diameter terbesar yaitu 2.6 cm sedangkan tangkai walur sangatlah kasar.
pada M3, sedangkan terendah adalah 1,5 Porang, suweg dan walur memiliki daun
cm pada P1. Panjang tangkai terbesar ialah sangat mirip. Tipe daun majemuk menjari
84,4 cm pada N3, sedangkan terendah dengan helaian daun berbentuk elips, daun
adalah 63,4 cm pada P2. Sampel varian 1 berwarna hijau cerah hingga gelap. Ciri
memiliki diameter yang lebih besar sekitar khas yang dimiliki porang, tetapi tidak
0,2-0,3 cm dan panjang tangkai 5-15 cm dimiliki oleh suweg dan walur ialah bulbil.
dibandingkan varian 2. Daun porang bisa dikenali dengan melihat
Seluruh sampel porang yang diamati titik pangkal daunnya yang memiliki bulatan
memiliki warna cokelat dengan bentuk kecil berwarna hijau cerah hingga coklat
bulbil tengah bulat dan bulbil cabang sebagai bakal tumbuhnya bulbil. Titik
lonjong. Keragaman bulbil terdapat pada tersebut mulai terlihat sejak tanaman
bobot bulbil yang diamati. Jumlah bulbil berusia kurang lebih 2 bulan (Tabel 1).
sampel Bobot bulbil terbesar ialah 18,8 gr
357

Sulistiyo, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Porang...

Tabel 1 Perbedaan antara Porang, Suweg dan Walur.


Karakter Morfologi Porang Suweg Walur
Tangkai
1.Tekstur Licin, agak kasar Agak kasar Kasar
2.Bentuk bercak Belah ketupat, belah ketupat Bulat Bulat
dengan garis-garis linier
Umbi
1.Mata tunas Tidak ada Ada Ada
2.Tektur Halus Agak halus Kasar
3.Warna permukaan Cokelat Kuning Cokelat
4.Warna daging Orange kekuningan Merah jambu, putih Orange kekuningan
5.Rasa gatal Ada Tidak ada Ada
Bulbil
1.Ada tidaknya Ada Tidak ada Tidak ada

Umbi tanaman porang juga berbeda walaupun mempunyai kelemahan seperti


dari umbi suweg, dan walur. Umbi porang pengaruh lingkungan yang cukup besar.
merupakan umbi tunggal yang umumnya Pengelompokan didasarkan pada tingkat
bertekstur halus dan berwarna orange kemiripan sifat morfologi dari sampel
kekuningan. Umbi suweg berwarna putih, tanaman. Individu yang berkerabat dekat
ungu atau merah jambu dan mempunyai mempunyai banyak persamaan antara satu
mata tunas lebih dari satu, sedangkan umbi jenis dengan lainnya sedangkan yang
walur berwarna orange kekuningan seperti berkerabat jauh memiliki sedikit persamaan
umbi porang tetapi mempunyai mata tunas antara satu dengan lainnya.
lebih dari satu. Dengan ciri-ciri pembeda Analisis kekerabatan pada 27 sampel
diatas, porang dapat dengan mudah tanaman porang memiliki tingkat kemiripan
dibedakan dengan jenis Amorphophallus berkisar antara 73,3% - 98,7%. Jarak
lainnya terutama dengan melihat ciri khas hubungan terdekat ditunjukkan pada
bulbil yang hanya dimiliki oleh porang, pasangan N4 dengan N6 dengan tingkat
apabila suatu tanaman tidak memiliki bulbil kemiripan berkisar antara 98,7%.
maka dapat dipastikan tanaman tersebut Sebaliknya sampel porang M1 dan M7
bukanlah porang (Tabel 1). memiliki hubungan kekerabatan yang
terjauh dengan tingkat kemiripan sebesar
Analisis Kekerabatan Porang 73,3%. Hasil analisis cluster menunjukkan
Kekerabatan secara fenotipe bahwa keragaman dalam sampel tanaman-
didasarkan pada analisis sejumlah tanaman porang cukuplah sempit dengan
penampilan fenotipe dari suatu organisme. tingkat kemiripan terendah 73,3%.
Hubungan kekerabatan antara dua individu Ditemukan 17 sampel tanaman
atau populasi dapat diukur berdasarkan porang yang termasuk dalam varian 1 yaitu
kesamaan sejumlah karakter dengan M1, M3, M4, M9, M10, M11, M12, M13, P1,
asumsi bahwa karakter berbeda disebabkan P2, P3, P4, P5, N1, N3, N5, dan B1. 10
oleh adanya perbedaan susunan genetik sampel termasuk dalam varian 2 yaitu M2,
(Kartikaningrum et al., 2002). M5, M6, M7, M8, N2,N4, N6, MG1 dan
Analisis kekerabatan digunakan untuk MG2. Secara garis besar, varian 1
menentukan jauh dekatnya hubungan ditemukan di kabupaten Madiun, Nganjuk,
kekerabatan antar tanaman dengan Blitar dan Ponorogo. Varian 2 ditemukan di
menggunakan sifat morfologis dari suatu kabupaten Malang, Madiun dan Nganjuk
tanaman. Analisis kekerabatan dapat (Gambar 1).
dilakukan berdasarkan karakter morfologi,
358

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361

a. b.

Gambar 1 Corak Tangkai Porang Varian 1 (A) dan PorangVarian 2 (B)

Dendogram Tanaman Porang

73.34
S imilarity

82.22

91.11

100.00
1 3 5 3 1 4 2 9 3 1 4 1 0 1 2 3 5 4 6 1 2 2 8 5 2 6 7
M N N M M 1 P M 1 M M1 B M N M1 P P P P N N G G
M M ) M) M) M)
N M M
) ) ) ) ) )
V1) V1) V 1) 1) 1 ) V1 1 ) V1) 1) ) ) )
V1 V1) V1 1) ( V1 ( V1 ( V 1 ( V1 V2 V 2 2 ) 2) V2 V 2 V2 V2 V2 V2
) )
( ( V
( ( (V ( (
(V ( (V ( ( (V ( ( (V (V ( ( ( ( ( (

Observations

Gambar 2 Dendogram berdasarkan nilai kemiripan gabungan antara karakter


Morfologi kualitatif dan kuantitatif

Sampel-sampel tanaman porang dengan banyaknya persamaan karakter


memiliki nilai kemiripan dan tingkat atau ciri yang dimiliki.
hubungan kekerabatan yang berbeda beda Karakter-karakter kualitatif yang
satu sama lainnya. Tingkat perbedaan menyebabkan perbedaan ialah bentuk
kemiripan disebabkan adanya perbedaan corak tangkai, warna tangkai, tekstur
karakter morfologis antar aksesi baik secara tangkai dan warna daun. Karakter kuantitatif
kualitatif maupun kuantitatif. Sampel yang berupa panjang tangkai, ukuran daun,
mempunyai banyak persamaan karakter diameter tangkai, lebar tajuk, jumlah daun,
atau ciri maka mempunyai kekerabatan bobot umbi dan bobot bulbil. Perbedaan
dengan koefisien kesamaan yang lebih karakter morfologi antar tanaman juga
besar, sehingga hubungan kekerabatannya dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan.
lebih dekat. Sampel yang mempunyai Menurut Mansyah (2003), besarnya
sedikit persamaan karakter atau ciri perbedaan jarak genetik dalam populasi
mempunyai nilai koefisien kesamaan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
lebih kecil sehingga hubungan seperti faktor isolasi oleh jarak, geografi,
kekerabatannya relatif jauh. Sesuai dengan ekologi, dan reproduksi.
pendapat Radford (1986), kedekatan Hubungan kekerabatan terdekat ada
hubungan kekerabatan dapat diketahui pada pasangan N4 (varian 1) dengan N6
(varian 1) dan berikutnya N2 (varian 2)
dengan M5 (varian 2) dengan tingkat
359

Sulistiyo, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Porang ...

kemiripan sebesar 98,7%. Sebaliknya yang tinggi dengan varian 2. Kemiripan


sampel porang M1 (varian 1) dan M7 yang tinggi tersebut dikarenakan sampel-
(varian 2) memiliki hubungan kekerabatan sampel varian 1 tersebut memiliki karakter
yang jauh dengan tingkat kemiripan sekitar kuantitatif yang besarnya hampir sama
73,3%. Tingkat kemiripan yang tinggi dengan karakter kuantitatif pada porang
terdapat pada sampel-sampel bervarian varian 2. Sampel P1, P2, P3 dan P6
sama seperti halnya pasangan sampel N4 ditanam di areal ladang sehingga
dengan N6 dan N2 dengan N5. Hal ini pertumbuhannya kurang maksimal dan
mengindikasikan bahwa keragaman mengakibatkan rendahnya nilai beberapa
morfologi dalam varian yang sama cukup karakter kuantitatif. Karakter kuantitatif
rendah. Sampel-sampel porang yang tersebut antara lain lebar tajuk, diameter
berbeda varian memiliki keragaman tangkai, bobot bulbil, jumlah bulbil dan
morfologi yang cukup besar seperti halnya bobot umbi yang kecil dibandingkan varian
sampel M1 dan M7 yang memiliki hubungan 1 lainnya yang ditanam di hutan.
kekerabatan yang jauh dibandingkan Dari hasil analisis kekerabatan juga
sampel-sampel lainnya (Gambar 2). dapat diketahui bahwa terdapat sampel-
Secara garis besar, sampel-sampel sampel berlainan lokasi yang mempunyai
dengan varian yang sama memiliki tingkat kemiripan yang tinggi seperti halnya
kemiripan yang tinggi pada karakter N2 dan M5 dengan tingkat kemiripan
kualitatif, namun terdapat perbedaan- 98,7%. Tingkat kemiripan yang tinggi
perbedaan pada karakter kuantitatif. Porang tersebut disebabkan oleh banyaknya
berbeda varian memiliki keragaman dalam karakter-karakter yang sama diantara kedua
karakter kualitatif dan kuantitaif berupa sampel tersebut seperti tipe daun , bentuk
warna tangkai daun, bentuk corak daun, daun, tepi daun, warna tangkai daun,
tekstur tangkai, lebar tajuk, bobot bulbil, tekstur tangkai, bentuk bulbil,warna bulbil,
bobot umbi, diameter tangkai dan panjang bentuk umbi dan warna umbi, Sebaliknya
tangkai. Porang varian 1 memiliki tangkai tingkat kemiripan rendah ada pada
daun yang bercorak belah ketupat dengan pasangan sampel M1 dan M7 yang
tekstur licin. Varian 2 memiliki tangkai daun merupakan sampel yang berasal dari
hijau bercorak belah ketupat dengan garis- kabupaten yang sama dengan tingkat
garis linier dan bertekstur agak kasar. kemiripan sekitar 73,3%. Tingkat kemiripan
Pada karakter kuantitatif, varian 1 dan yang lebih rendah dibandingkan yang lain
2 memiliki karakter kuantitatif yang berbeda. ini disebabkan oleh lebih sedikitnya
Varian 2 memiliki lebar tajuk, diameter karakter-karakter yang mirip diantara
batang, bobot bulbil dan bobot umbi yang keduanya.
lebih kecil daripada varian 1. Varian 1 Fenomena yang menarik dari hasil
memiliki bobot umbi yang lebih berat 50-200 analisis cluster tersebut ialah sampel-
gr dibandingkan varian 2, tetapi varian 2 sampel yang berasal dari lokasi yang sama
memiliki kandungan glukomannan yang belum tentu memiliki tingkat kemiripan yang
lebih tinggi. Varian 2 memiliki kandungan lebih tinggi dibandingkan sampel-sampel
glukomannan yang tinggi yaitu sekitar 18,33 yang berasal dari lokasi yang berlainan.
%, sedangkan varian 1 memiliki kandungan Karuniawan et al. (2008) menambahkan,
glukomannan yang cukup rendah sekitar populasi dari habitat yang sama belum tentu
7,48% (Khoirul, Rodliyati dan Gustini, memiliki hubungan kekerabatan yang lebih
2014). dekat. Hubungan kekerabatan yang dekat,
Sampel porang bervarian sama terdapat juga pada genotipe ± genotipe
cenderung memiliki banyak kemiripan pada yang berbeda asalnya. Hal tersebut
karakter-karakter morfologinya apabila dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau
dibandingkan dengan porang yang berbeda adanya interaksi genotip dengan
varian. Tetapi adapula sebagian sampel lingkungan.
berbeda varian yang tingkat kemiripannya Berdasarkan hasil analisis ke-
yang tinggi seperti pada sampel P1, P2, P3, kerabatan, tanaman yang diamati dapat
dan P6 (varian 1) yang memiliki kemiripan dikatakan memiliki tingkat keragaman yang
360

Jurnal Produksi Tanaman, Volume 3, Nomor 5, Juli 2015, hlm. 353 ± 361

rendah, hal itu dapat dilihat dari tingkat antara genetik dan lingkungan
kemiripan terendahnya yang mencapai menyebabkan perubahan ± perubahan
73,3%. Secara umum dapat dikatakan secara fisik yang dapat bersifat sementara
bahwa semakin rendah tingkat atau permanen. Perubahan yang bersifat
kemiripannya maka akan semakin tinggi permanen disebabkan karena terjadinya
tingkat keragamannya, dan diduga perubahan pada material genetiknya
kemiripan susunan genotipnya cenderung (Mangoendidjojo, 2008). Perbanyakan
semakin rendah pula, yang disebabkan oleh secara vegetatif yang biasa diterapkan
faktor teknis budidaya, serta lingkungan dalam budidaya porang menyebabkan
tempat tanaman tersebut tumbuh. Hartati kurangnya perkembangan variasi genetik,
(2007) menjelaskan bahwa nilai kemiripan kalaupun terjadi variasi genetik hal itu
genetik berbanding terbalik dengan jarak cenderung disebabkan faktor adaptasi
genetik, semakin besar nilai kemiripan terhadap lingkungan tempat tanaman
genetik antar galur, maka semakin kecil tersebut dibudidayakan secara terus
jarak genetiknya dan semakin rendah menerus. Peluang terjadinya mutasi alami
keragamannya. Jarak genetik dihitung dari dan seleksi yang dilakukan petani sangat
selisih nilai persentase kemiripan genetik mungkin, tetapi tampaknya tidak terlalu
terhadap 100%. Nilai keragaman genetik signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pada koleksi plasma nutfah tergolong tinggi analisis kluster, bahwa porang memiliki
jika mempunyai nilai kemiripan genetik keragaman yang sempit dan
rendah yaitu kurang dari 0,5, dan nilai mengelompoknya sampel porang sekalipun
tingkat keragaman genetik pada koleksi dikumpulkan dari lokasi yang berbeda.
plasma nutfah tergolong rendah jika Fakta tersebut juga mengindikasikan bahwa
mempunyai nilai kemiripan genetik yang porang yang dikoleksi berasal dari sumber
tinggi yaitu lebih dari 0,5 atau mendekati 1 penyebaran yang sama. Pembiakan secara
(Chai-Wen, 2006). vegetatif telah mempertahankan sifat
Menurut Mangoendidjojo (2003), genetik tanaman sehingga variasi genetik
adanya keragaman (variabilitas) pada tidak begitu besar.
populasi tanaman yang digunakan Menurut Julisaniah et al. (2008),
mempunyai arti yang sangat penting dalam informasi hubungan genetik diantara
pemuliaan tanaman. Besar kecilnya individu di dalam dan diantara spesies
variabilitas dan tinggi rendahnya rata-rata mempunyai kegunaan penting bagi
populasi tanaman yang digunakan sangat perbaikan tanaman. Dalam program
menentukan keberhasilan pemuliaan pemuliaan tanaman, pendugaan hubungan
tanaman. Variabilitas dalam suatu sifat genetik sangat berguna untuk mengelola
(karakter) tertentu menggambarkan plasma nutfah, identifikasi kultifar,
bagaimana sifat itu mampu berubah-ubah membantu seleksi tetua untuk persilangan,
untuk menanggapi pengaruh lingkungan serta mengurangi jumlah individu yang
dan genetik. Tingginya variabilitas genetik dibutuhkan untuk pengambilan sampel
amat penting bagi keanekaragaman hayati dengan kisaran keragaman genetik yang
karena akan membantu suatu populasi luas.
beradaptasi dan menghindari kepunahan.
Selain itu, pemuliaan tanaman banyak KESIMPULAN
mengambil manfaat dari luasnya variabilitas
genetik. Hubungan kekerabatan terdekat ada
Perbanyakan tanaman porang dapat pada pasangan N4 dengan N6 dan
dilakukan secara generatif maupun berikutnya N2 dengan M5 dengan tingkat
vegetatif. Tanaman yang dibiakkan secara kemiripan sebesar 98,7%. Sebaliknya
vegetatif akan mempunyai keseragaman sampel porang M1 memiliki hubungan
secara genetik karena dikembangkan dari kekerabatan yang jauh dengan sampel M2,
induk yang sama. Cara pembiakan ini dapat M8, M5, N2, M6 dan M7 dengan tingkat
melestarikan sifat ± sifat yang dimiliki oleh kemiripan sekitar 73,3%. Kekerabatan
suatu tanaman, tetapi adanya interaksi tanaman antar lokasi tergolong tinggi
361

Sulistiyo, dkk, Eksplorasi dan Identifikasi Porang ...

dengan nilai kemiripan berkisar antara (Garcinia mangostana L.) di Jawa


73,3%-98,7%. Kekerabatan yang tinggi dan Sumatra Barat Menggunakan
disebabkan oleh perbanyakan vegetative Teknik RAPD. Jurnal Zuriat. 14 (1) :
yang dilakukan oleh petani. 35±44.
Natawijaya, A., A. Karuniawan dan C.
DAFTAR PUSTAKA Bhakti. 2009. Eksplorasi dan Analisis
Kekerabatan Amorphophallus Blume
Arifin, M.A. 2001. Pengeringan Umbi Iles- Ex Decaisne di Sumatera Barat.
iles secara Mekanik untuk Jurnal Zuriat, 20(2):111-120.
Meningkatkan Mutu Kripik Iles . Pitojo, S. 2007. Seri Budidaya Suweg.
Bogor: Program Pascasarjana, Kanisius : Yogyakarta.
Institut Pertanian Bogor. Sumarwoto. 2004. Pengaruh pemberian
Chai-Wen, W. 2006. Discussion on Germ- kapur dan ukuran bulbil terhadap
plasm Innovation and Breeding pertumbuhan porang (Amorpho-
Breaktrough Varieties in Sugarcane. phallus muelleri Blume) pada tanah
Procceding of International ber-Al Tinggi. Jurnal Ilmu Pertanian.
Symposium Guilin, China. China 11(2): 45- 53.
Agriculture Press Beijing. China. pp. Sumarwoto dan W. Widodo. 2008.
246-249. Pertumbuhan dan hasil Elephant
Dwiyono, K. 2009. Tanaman Porang Food Yam (Amorphophallus muelleri
(Amorphophallus muelleri Blume) Blume) periode tumbuh pertama
Dan Beberapa Manfaatnya. Jurnal pada berbagai dosis pupuk N dan K.
Ilmu dan Budaya, 29(16): 19-25. Jurnal Agrivita 30(1): 67-74.
Julisaniah, N.I., Sulistyowati, L., dan Wijanarko, S.B., A. Sutrisno, dan B.
Sugiharto, A.N. 2008. Analisis Susilo. 2012. Optimasi Produksi
Kekerabatan Mentimun (Cucumis Tepun Porang dari Chip Porang
sativus L.) menggunakan Metode Secara Mekanis dengan Metode
RAPD ± PCR dan Isozim. Jurnal Permukaan Respons. Jurnal Teknik
Biodiversitas 9 (2) : 99±102. Industri. 13(2): 158±166.
Karuniawan, A., Sahala, B., dan Ismail, A. Wijayanto, N. dan E. Pratiwi. 2011.
2008. Keanekaragaman Genetik Pengaruh Naungan dari Tegakan
Mucuna Berdasarkan Karakter Sengon (Paraserianthes falcataria
Morfologi dan komponen Hasil. Jurnal (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan
Zuriat. 19 (1) : 41±59. Tanaman Porang (Amorphophallus
Mansyah, E., Baihaki, A., Setiamiharja, onchophyllus). Jurnal Silvikultur
R., Darsa, J. S., dan Sobir. 2003. Tropika. 2(01):46 ± 51.
Analisis Variabilitas Genetik Manggis

Anda mungkin juga menyukai