ALIRAN-ALIRAN TASAWUF
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Disusun Oleh:
(STEIYGA)
2020/1441 H
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk,
rahmat, dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Akhlak
Tasawuf yang berjudul “Aliran-Aliran Tasawuf”
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi
kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita
lakukan selalu ada dalam rahmat dan ampunannya, Aamiin
Penyusun
i
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
B. Macam-Macam Muqamat...............................................................6
A. Kesimpulan.....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3
4. Apa perbedaan mendasar maqamat dan ahwal ?
C. Tujuan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Muqamat
2. Pengertian Ahwal
Ahwal adalah bentuk jamak dari hal. Seperti halnya maqam, hal
digunakan kaum sufi untuk menunjukkan kondisi spiritual. Kata hal
dalam perspektif tasawuf sering diartikan “keadaan”. Maksudnya
keadaan dalam kondisi spiritual. Hal, sebagai sebuah kondisi yang
singgah dalam kalbu, merupakan efek dari peningkatan maqamat
seseorang. Secara teoritis, memang bisa dipahami bahwa kapanpun
5
seorang hamba mendekat kepada Allah dengan cara berbuat kebajikan,
ibadah, riyadhah, dan mujahadah, maka Allah memanifestasikan dirinya
dalam kalbu hamba tersebut.
B. Macam-Macam Muqamat
6
1. Al-Zuhud
2. At-Taubah
7
3. Al-Wara’
4. Al –Faqr (Fakir)
5. As-Shabr (sabar)
Sifat As-Shabr adalah salah satu sifat andalan bagi kaum sufi.
Sifat sabar merupakan sifat dasar yang dimiliki oleh para nabi dan rasul.
Mereka yang memiliki yang memiliki kesabaran yang luar biasa
dinamakan dengan ulul al-‘azmi. Jadi sabar artinya menjauhkan diri dari
8
hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, demikian juga tenang
ketika mendapatkan cobaan dari-Nya, menampakkan sifat yang
berkecukupan sekalipun hidup dalam kekurangan. Dalam ajaran tasawuf
sifat sabar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
6. Tawakkal
7. Rela (Rida’)
Rida’ berarti menerima dengan rasa puas terhadap apa yang telah
di anugerahkan Allah Swt. orang yang memiliki sikap rida’ mampu
melihat hikmah dan kebaikan dibalik cobaan yang diberikan Allah dan
tidak berburuk sangka terhadap ketentuan-Nya. Bahkan, ia mampu
melihat keagungan, kebesaran, dan kemaha sempurnaan dzat yang
meberikan cobaan kepadanya sehingga tidak menegeluh dan tidak
merasakan sakit atas cobaan tersebut.
8. Mahabbah
9
Mahabbah (mencintai) Allah adalah kedudukan yang paling
tinggi dan mulia guna menuju keridaan Allah, karena hanya Allah yang
maha Besar, Maha Penguasa, Maha Suci, Maha Pencipta, dan Maha
Pemberi.
9. Ma’rifah
10
dengan menundukkan perasaan jasmani yang berupa kombinasi dari
pembawaan nafsu dan amarah.
2. Hubb ( cinta )
11
yang akan datang. Khauf dapat mecegah hamba berbuat maksiat dan
mendorongnya untuk senantiasa berada dalam ketaatan.
4. Syauq (Rindu)
5. Uns (intim)
12
Secara historis, konsep maqamat dan ahwal diduga muncul
pertama kali pada abad 1 Hijriyah. Sosok yang memperkenalkan kedua
terms tersebut adalah Ali bin Abi Thalib. Hal ini dapat ditelusuri ketika
para sahabat berkonsultasi tentang iman. Ia menjawab bahwa iman itu
adalah bersumber pada empat fondasi yaitu taqwa, sabar, adil, jihad,
yang masing-masing fondasi tersebut mempunyai tingkatan( maqamat).
13
Di antara “ahwal” yang sering disebut adalah takut, sukur, rendah hati,
tawakkal, gembira. Meskipun ada perdebatan di antara para penulis
tasawuf, namun kebanyakan mereka mengatakan bahwa ahwal dialami
secara spontan dan berlangsung sebentar dan diperoleh tidak
berdasarkan usaha sadar dan perjuangan keras, seperti halnya pada
maqamat, melainkan sebagai hadiah berupa kalitan-kalitan ilahi (Divine
Flashes), yang biasa disebut lama’at.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
perjuangan spiritual yang panjang untuk melawan hawa nafsu, ego
manusia, yang dipandang perilaku yang buruk yang paling besar yang
dimiliki manusia dan hal itu menjadi kendala menuju Tuhan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18