Anda di halaman 1dari 8

Nama : Adelina Prisma Suganda

NIM : 043586866
Jurusan : D3 Perpajakan (2021.2)
Kelas : Kepabeanan dan Cukai

1. Dalam kepabeanan impor disebutkan adanya fasilitas bagi perusahaan yang berorientasi danuntuk
pameran. Mohon jelaskan kedua hal tersebut.

Fasilitas Kepabeanan Impor yang diberikan bagi perusahaan berorientasi ekspor disebut dengan
Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Fasilitas ini ditujukan terutama untuk sektor industri
dan perdagangan sebagai bentuk insentif fiskal pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan sektor
industri dan perdagangan.

Fasilitas KITE ada 2 yaitu:


a. Fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN impor tidak dipungut atas impor bahan baku untuk
diolah, dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor.
b. Fasilitas pengembalian bea masuk atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, dipasang dan hasil
produksinya diekspor Pengertian Bea Masuk termasuk bea masuk tambahan seperti bea masuk
anti dumping, bea masuk pembalasan, bea masuk safeguard, dan beamasuk imbalan.

Fasilitas Kepabeanan Impor bagi perusahaan untuk pameran diberikan untuk Tempat Penyelenggaraan
Pameran Berikat (TPPB), yaitu bangunan atau Kawasan dengan batas- batas tertentu yang di dalamnya
dilakukan kegiatan usaha penyelenggaraan pameran baranghasil industri asal impor dan/ atau barang
hasil industri dari Daerah Pabean yang penyelenggaraannya bersifat internasional.

Perlakuan Fasilitas atas TPPB yaitu:


c. Barang Modal (Impor barang modal/ peralatan untuk pembangunan TPPB)
Fasilitas : Penangguhan Bea Masuk (BM), Pajak dalam Rangka Impor (PDRI) tidakdipungut.
d. Barang Pameran

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.79 – 4.91


2. Silakan Anda kerjakan latihan berikut:
PT. XYZ (memiliki API) mengimpor bahan baku elektrik dari Korea Selatan dengan data sepertiberikut:
Jenis barang : Light-emitting diode (LED) lamps
Harga FOB : US$ 250.000
Post tariff BTKI : HS 8539.50.00 BM: 20%; PPN: 10%
NOPBM : US$ 1 = Rp.14.500
Hitunglah BM dan PDRI yang harus dibayar oleh PT XYZ !
FOB : USD 250.000
Freight : FOB x 10% ( Asia Non Asean)
Insurance : 0.5% (FOB+Freight)
BM : 20%
PPN : 10%
PPh 22 : 2.5%
Jawab:
FOB : : USD 250.000
Freight : 10% x USD 25,000 : USD 25.000
Insurance : 0.5% x (FOB+ Freight) : USD 1.375
CIF : : USD 276.375
Nilai Pabean : USD 276.375 x Rp. 14,500 : Rp. 4.007.4737.500
BM : 20% x Rp.4.007.4737.500 : Rp. 801.487.500
Nilai Impor : (Nilai Pabean + BM) : Rp. 4.808.925.000
PPN : 10% x Rp. 4.808.825.000 : Rp. 480.892.500
PPh Ps 22 : 2.5% x Rp. 4.808.825.000 : Rp. 120.223.125
PDRI : PPN + PPh : Rp. 601.115.625
Total Pungutan : BM + PDRI : Rp. 1.402.603.125

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 2.25


3. PT Bimoli Indonesia, Tbk mengekspor crude palm oil sebanyak 3.500 MT telah berada di kawasan pabean
di pelabuhan muat siap untuk diekspor. Tetapi ternyata sebanyak 340 MT setelah dilaksanakan konsolidasi
mengalami kerusakan dan harus diganti terlebih dulu. Apa danbagaimana caranya untuk mengganti dan
memasukkan kembali ke dalam kawasan pabean? Jelaskan secara lengkap!

Jawab:
Apabila terdapat barang ekspor yang mengalami kerusakan, cara untuk mengembalikan ke wilayah
pabean yaitu dengan dokumen-dokumen terkait antara lain Pembertiahuan Pembetulan (PP) PEB dan
SPPBE (Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Ekspor) atau Pemberitahuan Pembetulan (PP) PKBE dan
SPPBE. Selanjutnya petugas bea dan cukai yang menjaga pintu Kawasan akan melakukan penelitian antara
dokumen dan peti kemas. Dalam hal telah diperiksadi luar kawasan maka juga dilakukan penelitian atas
segel yang dilekatkan pada peti kemas. Dalam hal sesuai maka barang dapat dimasukkan ke Kawasan
pabean. Jika ternyata tidak sesuaimaka akan diserahkan kepada Unit Pengawas untuk dilakukan proses
lebih lanjut.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.13 – 3.15

4. Ekspor adalah suatu kegiatan mengeluarkan barang ke luar daerah pabean Indonesia Suatu barang
dianggap telah diekspor, apabila telah dimuat ke sarana pengangkut yang akan berangkatke luar daerah
pabean. Jelaskan secara lengkap meliputi apa saja tahapan urutan penyelesaiankewajiban pabean atas
barang ekspor?

Berikut tahapan urutan penyelesaian kewajiban pabena atas barang ekspor, yaitu :
a) Registrasi Kepabeanan
Kewajiban untuk melakukan kepabeanan tidak hanya berlaku untuk importir sja, tetapi juga berlaku
untuk eksportir yang akan melakukan kegiatan ekspor. Kegiatan registrasikepabeanan ini berfungsi
untuk mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).

b) Penyusunan Draf PEB


Setelah terdaftar dan memiliki NIK eksportir maka kegiatan ekspor sudah dapat dilakukan oleh
eksportir. Langkah pertama dalam tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor adalah membuatdraf
pemberitahuan pabean ekspor. Data-data yang diisi dalam PEB merupakan ikhtisar dari dokunen-
dokumen, sebagai berikut:
• Dokumen identitas eksportir, antara lain: SIUP/IDP, NIK, dan NPWP.
• Dokumen komersial, transaksi perdagangan, berupa invoice dan packing list
• Dokumen pembayaran: diisi sesuai dengan mekanisme pembayaran yang disepakati oleh
eksportir dan pembelinya diluar negeri, antara lain: Letter of Credit, Telegraphic
Transfer,Collection, dan sebagainya.
• Dokumen Lartas ekspor berupa surat perizinan ekspor, dan sebagainya
• Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP) dalam hal barang ekspor
dikenakan bea keluar Dokumen lain yang diperlukan sesuai karakteristikbarang.
c) Penyelesaian Izin Lartas / Pemenuhan Lartas Ekspor
Semua barang dapat diekspor kecuali barang-barang tertentu yang terkena aturan larangan dan
pembatasa ketentuan umum yang dikeluarkan oleh Kementrian Perdagangan RI. Kriterialartas barang
ekspor dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
• Barang yang bebas diekspor ( Barang ekspor yang dalam proses ekspornya tidak memerlukan izin
khusus dari otoritas perdagangan)
• Barang yang dibatasi ekspornya ( Barang yang hanya dapat diekspor dengan persetujuan dari
otoritas perdagangan, dalam hal ini menteri perdagangan atau pejabat-pejabat yang ditunjuknya.)
• Barang yang dilarang ekspornya ( barang yang sama sekali tidak boleh diekspor. Tujuan larangan
ekspor ini yaitu untuk melindungi kepentingan perekonomian dalam negeri dan juga kelestarian
lingkungan hidup).

d) Prosedur Pelayanan PEB


Perlakuan pelayanan untuk masing-masing kategori berbeda. Hal ini merupakan wujud dari
manajemen risiko oleh aparatur DJBC untuk mengawasi barang-barang ekspor secara efektif.

e) Penyampaian PEB
PEB yang telah disusun oleh eksportir menggunakan modul aplikkasi PEB disampaikan kepada kantor
bea dan cukai menggunakan sistem pertukaran data elektronik. Dalam kantor bea dan cukai belum
menerapkan sistem PDE maka PEB disampaikan dengan menggunakanmedia data elektronik (flashdisk)
ataupun secara manual. Penyampaian PEB ditunjukkan kepada kantor bea dan cukai tempat pemuatan
sarana pengangkut. Penyampaian PEB baru dapat dillakukan apabila eksportir telah memiliki estimasi
tanggal keberangkatan sarana pengangkut ke luar daerah pabean. PEB dapat disampaikan paling cepat
7 hari sebelum tanggal estimasi ekspor atau keberangkatansarana pengangkutnya.

f) Proses Dokumen PEB


Tata cara penelitian PEB dan penatausahaannya dilaksanakan dengan memperhatikan ketersediaan
sistem aplikasi dikantor pabean tempat penyerahan PEB. PEBmenggunakan sistem elektronik atau
belum. Setelah PEB dikirim secara elektronik kepada bea dan cukai, proses pertama yang dilakukan oleh
sistem adalah penelitian perizinan lartas. penelitian lartas ini dilakukan secara otomatis oleh Sistem
National Single Window. PEB yang belum memenuhi perizinan akan mendapat respons validasi
dokumen PEB oleh sistem CEISA ekspor. Tahap berikutnya dari proses penelitian PEB adalah
penomoran penjaluran. Sistem penjaluran ekspor hanya mengenal 2 alternatif yaitu :
• Pemeriksaan fisik (merah) apabila kategori PEB termasuk kategori yang wajib pemeriksaan fisik,
terbatas hanya 6 kategori saja,
• Non pemeriksaan fisik, apabila kategori PEB tidak termasuk yang harus di periksa fisik.

g) Pemeriksaan Fisik BaraNG


Barang ekspor tidak diperiksa fisik namun hanya diteliti dokumennya saja. Barang ekspor akan diperiksa
fisik dalam hal-hal tertentu saja dengan mempertimbangkan tingkat risiko. Pemeriksaan fisik barang
ekspor dapat dilakukan di beberapa alternatif tempat , sebagai berikut sesuai dengan permintaan pihak
eksportir:
• Kawasan pabean dikantor pabean pemuatan, TPS,TPP, atau TPB
• Gudang eksportir sendiri
• Tempat lain yang digunakan menyimpan barang ekspor yang telah diizinkan olehkepala
kantor.

h) Pemasukkan ke Kawasan Pabean


Dokumen pelindung pemasukkan barang ekspor kekawasan pabean adalah NPE. Untuk barang ekspor
yang telah diperiksa fisik, namun izin lartasnya berupa laporan surveyor (LS) belum terpenuhi, maka
pemasukkan ke kawasan pabean menggunakan permohonan pemasukkan sebagian peti kemas.
Dalam hal barang dikenakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dilakukan di kawasan pabean, maka
pemasukkan barang ekspor ke kawasan pabean menggunakan PEB dan PPB.

i) Konsolidasi Barang Ekspor


Penggunaan peti kemas yang sama untuk beberapa PEB (minimal 2 PEB).

j) Pembetulan PEB
PEB yang telah diberitahukan, dapat dibetulkan terkait jenis barang, jumlah barang atau nomor peti
kemas, sepanjang barang belum dimasukkan ke kawasan pabean. Pembetulan tiga hal tersebut masih
dapat diizinkan meskipun barang telah masuk kawasan pabean jika berkaitan dengan short shipment,
makanan/minuman untuk kebutuhan penumpangdipesawat, atau barang curah.

k) Pembatalan PEB
PEB yaang telah diberitahukan, karena suatu hal dapat dibatalkan oleh eksportirnya. Namuntidak
selalu permohonan pembatalan PEB dapat dikabulkan. Dalam hal barang telah dimuat di sarana
pengangkut untuk diekspor, maka permohonan pembatalan ditolak.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.6 – 3.118

5. PT Sejahtera Makmur Indonesia menanam dan mengekspor biji kakao sebanyak 7.000 Metric Ton dengan
harga patokan ekspor adalah US$2,000/Metric Ton. Berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Tahun 2017
tarif bea keluar untuk biji kakao adalah 15%. Kurs yang berlaku pada saatitu US$1 = Rp14.500,- Hitung
besarnya bea keluar yang harus dibayarkan oleh PT Sejahtera Makmur Indonesia?

Diketahui :
• Tarif Bea Keluar atas biji kakao = 15%
• HPE = US$2,000/Metric Ton
• Jumlah barang = 7.000 Metric Ton
• Kurs US$1 = Rp14.500

Jawab :
Bea Keluar = Tarif bea keluar × harga ekspor × jumlah satuan barang × nilai tukar mataUang
asing
= 15% × US$2,000 × 7.000 Metric Ton × Rp14.500
= Rp30.450.000.000

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.25 - 3.27


6. PT Timber Borneo Indonesia memproduksi dan mengekspor kayu gergajian papan jenis kayu Merbau
dengan lebar (board) surface four side (S4S) dengan ukuran lebar ≥10 cm, dan tebal < setengah lebar. Luas
penampangnya 2.400 m² dan panjang ≤ 2.000 m² sebanyak 5.500 m³ dengan tujuan ekspor ke Taipeh,
Taiwan. Harga patokan ekspor saat itu US$900/m³ dan kurs yang berlaku US$1 = Rp14.500,- Hitung berapa
bea keluar yang harus dibayarkan oleh PT Timber Borneo Indonesia?

Diketahui:
• Tarif Bea Keluar atas kayu olahan = 5%
• HPE = US$900/m³
• Jumlah barang = 5.500 m³
• Kurs US$1 = Rp14.500

Jawab :
Bea Keluar = Tarif bea keluar × harga ekspor × jumlah satuan barang × nilai tukar matauang
asing
= 5% × US$900 × 5.500 m³ × Rp14.500
= Rp3.588.750.000

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.25 - 3.27

7. PT Trimitra Nusa Engineering mengimpor trafo beban untuk tegangan menengah PT PLN Persero dari
Australia. Freight dari Australia FOB US$25,000 dan Insurance sebesar US$2,300 ditutup di Jakarta.
NDPBM US$1 = Rp14.500,- Barang tersebut sangat vital untuk mengalirkan listrik ke ibukota Negara,
sehingga bisa mendapatkan keringanan bea masuk atau Bea Masuknya
= 0%. Tetapi hingga tibanya sarana pengangkut di Tanjung Priok, Jakarta SKEP dari DJBC untukmendapat
pembebasan bea masuk belum diterima. Hitung besarnya total pungutan impor yang harus dibayarkan,
dan bagaimana caranya agar trafo beban tersebut tetap dapat segera dikeluarkan dari kawasan pabean
dan aliran listrik dapat segera normal kembali?
Jawab:
FOB : : USD 25,000
Freight : 10% x USD 25,000 : USD 2,500
Insurance : USD 2,300 : Closed in Jakarta
CIF : : USD 27,500
Nilai Pabean : USD 27,500 x Rp. 14,500 : Rp. 398,750,000
BM : 10% x Rp. 398,750,000 : Rp. 39,875,000
Nilai Impor : Rp. 398,750,000 + Rp. 39,875,000 : Rp. 438,625,000
PPN : 10% x Rp. 438,625,000 : Rp. 43,862,500
PPh Ps 22 : 2.5% x Rp. 438,625,000 : Rp. 10,965,625
PDRI : PPN + PPh : Rp. 54,828,125
Total Pungutan : BM + PDRI : Rp. 94,703,125

Mengenai trafo, dapat dikeluarkan dari kawasan pabean guna listrik dapat kembali normalyaitu
dengan mengajukan permohonan fasilitas vooruitslag kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai dengan
disertai alasan agar aliran listrik dapat segera kembali normal dan dilampiri dengan dokumen pelengkap
pabean serta bukti permohonan fasilitas fisikal. Karena Fasilitas vooruitslag diberikan terhadap importir
yang telah mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringan bea masuk,
dan atas permohonan yang dimaksud belum diterbitkan keputusan pembebasan/keringanannya. Apabila
permohonan disetujui, Kepala Kantor akan menerbitkan surat keputusan persetujuan Vooruitslag untuk
digunakan sebagai persetujuan pengeluaran barang impor (trafo beban untuk tegangan menengah)
dengan kewajiban importir menyampaikan Pemberitahuan pabean impor dalam jangka waktu paling lama
60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diserahkannya dokumen pelengkap pabean.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.22 - 3.25

8. Pemerintah Indonesia telah mengadopsi free trade agreement yang perlakuan pembebanan tarif bea
masuk yang berbeda, umumnya lebih rendah atau dihapuskan dari most favor nations yang berlaku,
sehingga digunakan tarif preferensial. Apakah persyaratan utama yang harus dilengkapioleh para importir
untuk memperoleh tarif preferensial tersebut dan apakah tiga elemen utamanya? Jelaskan secara
lengkap!

Jawab:
Persyaratan utama yang harus dilengkapi oleh para importir yang ingin mendapatkan skema tarif
preferensial adalah kewajiban menlampirkan Surat Keterangan Asal (SKA). Namun bukan berarti bahwa
apabila barang impor sudah dilengkapi dengan SKA otomatis pasti mendapatkan keringanan atau
penghapusan tarif. Pejabat bea dan cukai terlebih dahulu harus meneliti dan memerifikasi SKA sesuai
dengan ketentuan pemenuhan aturan rule of origin.
Ada tiga elemen utama yang menjadi fokus penelitian pejabat bea dan cukai terhadap SKA ini, yaitu :
a) Pemenuhan kriteria origin (origin criteria), yaitu pemenuhan persyaratan mengenai statutas atas
barang yangakan diajukan tarif preferensinya.
b) Pemenuhan kriteria pengiriman (consignment criteria), persyaratan mengenai pengiriman langsung
barang dari negara eksportir ke negara importir yang merupakan mitra FTA. Toleransi
transhipment/transit hanya diberikan dengan batasan-batasan tertentu.
c) Pemenuhan prosedur penerbitan SKA (Procedural Provision), persyaratan formal penerbitan SKA
diatur secara khusus dalam operational certification procedure (OCP). Hal-hal khusus yang diatur
didalam setiap OCP atas FTA menjadi atensi tersendiri bagi pejabat bea dan cukaiyang memutuskan hak
atas tarif preferensi.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.24 - 4.25

9. Sebagai Atase Pertahanan di Kedutaan Besar Amerika di Jakarta, maka ia memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk untuk satu mobil pribadi yang digunakan di Indonesia, berdasarkan PPNomor 8
Tahun 1957. Setelah bertugas di Jakarta ia akan dipindah tugaskan ke Negara Australia. Ia kemudian
berkeinginan menjual mobil pribadinya di Jakarta saja. Dapatkah hal tersebut ia lakukan atau tidak dapat
dilakukan? Apa saja syarat-syaratnya seandainya dapat melakukan penjualan mobil tersebut? Jelaskan
secara lengkap!

Jawab:
Ya, dapat dilakukan. Khusus untuk kendaraan yang digunakan resmi kantor PWNA dan juga yang
digunakan untuk keperluan pribadi pejabat PWNA diberikan dengan pembatasan jumlah dan karakteristik
kendaraan yang boleh diimpor. Kendaraan tersebut dapat dipindahtangankan kepemilikannya kepada
orang lain di Indonesia, dengan batasan waktu
• untuk keperluan kantor minimal sudah digunakan selama 3 tahun;
• untuk keperluan pribadi minimal 2 tahun.
Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.59

10. Fasilitas fiskal berupa pembebasan atau keringanan bea masuk terhadap barang impor yang digunakan
untuk keperluan bahan baku, pembangunan dan pengembangan dalam rangkapenanaman modal asing.
Dalam hal ini adalah diberikan untuk mesin dan bahan baku industri. Apakah syaratnya untuk barang yang
dapat diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan beamasuk tersebut? Jelaskan lengkap!

Jawab:
Syarat untuk barang yang diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk tersebut yaitu:
a) Belum diproduksi di dalam negeri;
b) Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan;atau
c) Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.

Keputusan tentang poin-poin tersebut didasarkan pada daftar mesin, barang, dan bahan yang ditetapkan
oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk, setelah
berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.65

Anda mungkin juga menyukai