Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENGGUNAAN WARNA TEKS PADA BAHAN BACAAN

GERAKAN LITERASI NASIONAL TERBITAN KEMENDIKBUD KELAS


RENDAH

Laili Etika Rahmawati 1, Agus Budi Wahyudi 2, Dipa Nugraha 3, Arif Widayat
Purnanto4 , Ku-Ares Tawandorloh5 , Eko Purnomo6 , Janatin Alfafa7 , Winda Dwi
Lestari8
123678
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 4Universitas Muhammadiyah
Magelang, 5Fathoni University Thailand
Jl. A. Yani, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Jawa Tengah 57162

Abstract
Color is not only used to beautify a design. The use of certain colors on text also
affects the reader's interest in reading. In addition, color plays an important role
in the legibility and accuracy of text messages. The readability and memorability
of text messages are closely related to improved understanding of the text. This
article discusses the use of color in the text of reading materials and the
implementation of colors in reading material in the National Literacy Movement.
The use of colors that match the text so as to attract readers to make it easier to
understand the text, remember text messages, and generate interest in reading
material is the focus of this research article.

Key words: color; text; readability; memorability; interest; Gerakan Literasi


Nasional

Abstrak
Warna tidak hanya digunakan untuk mempercantik sebuah desain saja.
Penggunaan warna tertentu atas teks juga turut mempengaruhi ketertarikan
pembaca terhadap bahan bacaan. Selain itu, warna memiliki peran penting di
dalam tingkat keterbacaan dan keteringatan pesan teks. Keterbacaan dan
keteringatan pesan teks terkait erat dengan peningkatan pemahaman teks. Artikel
ini membahas penggunaan warna dalam teks bahan bacaan serta
pengimplementasian warna di dalam pensuksesan Gerakan Literasi Nasional.
Penggunaan warna yang sesuai dengan teks sehingga memikat pembaca agar lebih
mudah memahami teks, mengingat pesan teks, dan menimbulkan minat terhadap
bahan bacaan menjadi fokus dari artikel penelitian ini.

Kata kunci: warna; teks; keterbacaan; keteringatan; minat; Gerakan Literasi


Nasional

1
PENDAHULUAN

Sejak tahun 2016, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan


program Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai pengimlementasian Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 terkait penumbuhan
budi pekerti. Penetapan Gerakan Literasi Nasional yang dilakukan oleh
pemerintah sejalan dengan Kemendikbud (2017:2) yang menyatakan bahwa GLN
insan pendidikan khususnya siswa sebagai generasi penerus bangsa tidak sekedar
memiliki kemampuan baca, tulis, dan hitung. Lebih dari itu, mereka melek ilmu
pengetahuan dan teknologi, keuangan, budaya dan kewargaan, berpikir kritis dan
peka terhadap lingkungan sekitar. Gerakan Literasi Nasional (GLN) terlaksana
dalam jenjang pendidikan melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Pemerintah
mencenangkan GLN/GLS dengan tujuan pendidikan secara nasional dengan
adanya laman rumah belajar yang tertulis dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003, terkait pengembangan potensi peserta didik. sehingga menjadi
manusia yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa , berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negera yang
demokratif, juga bertanggung jawab.

Makna Literasi adalah kemampuan menulis dan membaca, literasi juga


bisa diartikan sebagai penetahuan dan keterampilan dalam bidang atau aktivitas
tertentu (KBBI, 2016-2020). Berdasarkan makna literasi ini dapat diartikan
bahwa literasi termasuk daam keterampilan keterampilan berbahasa sesuai dengan
pengelompokan keterampilan berbahasa tertulis. Keterampilan berbahasa dibagi
menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Lisan meliputi menyimak dan berbicara,
sedangkan keterapilan berbahasa tertulis meliputi membaca dan menulis
(Wulandari dkk, 2015). Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan dalam literasi mencakup 4 aspek kebahasaan. Namun dalam dalam
arti sempit literasi lebih mengarah pada aktifitas membaca dan menulis. Berikut
adalah kemampuan literasi yang menunjang dalam memperoleh informasi:
Menurut Somadoyo (2011) membaca merupakan kegiatan interaktif untuk
memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahasa
tertulis. Senada dengan pendapat diatas Bonomo (dalam Somadoyo, 2011)
menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses memetik serta memahami
arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis(reading is bringing).

Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2007 : 2) mengutarakan bahwa


Membaca merupakan sesuatu yang rumit, kompleksitas membaca tidak hanya
melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktifitas visual, psikolinguistik, dan
metakognitif. Dalam memahami bahan bacaan memerlukan keterampilan dan teks
yang mendukung. Bahan bacaan kelas rendah yaitu kelas 1, 2, 3 merupakan

2
bahan bacaan dengan kompleksitas visual yang mudah dipahami. Kompleksitas
merupakan kerumitan atau keruwetan (KBBI V,2016-2020) sedangkan visual
merupakan sesuatu yang dapat dilihat dengan indra penglihatan (mata) dan betuk
metode pengajaran bahasa (KBBI V, 2016-2020). Menurut konteksya, Teks dapat
dipahami dengan mudah atau tergantung hal yang dibicarakana atau isi teks. Isi
teks dapat melibatakkan warna teks dan gambar teks. Warna merupakan kesan
yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda. Warna
menjadi objek penelitian oleh para ahli di beberapa bidang, beberapa di antaranya
fisika, kedokteran, psikologi, pemasaran, desain, dan juga saat ini kebahasaan atau
literasi.
Berdasarkan penelitian sebelumnya terkait Kompleksitas Kalimat dan
Persepsi Visual terkait buku bacaan anak terbitan kemendikbud dapat
menggetahui dan bisa mendukung Gerakan Literasi Nasional atau Gerakan
Literasi Sekolah yang cenangkan oleh pemerintah. Penelitian dilakukan oleh Kurt
& Osueke (2014) ditemukan bahwa warna dapat mempengaruhi mood seseorang.
Mood atau suasana hati tentu memiliki pengaruh terhadap intensitas dan durasi
interaksi seseorang terhadap sesuatu. Di dalam konteks bahan bacaan, seorang
pembaca tentu akan timbul minat dan nyaman berinteraksi dengan bahan bacaan
jika memiliki warna yang sesuai dan dengan ditambahi dengan retorika visual.
Retorika visual meliputi kemampuan retorika dan kemampuan untuk menganalisis
gambar dalam bentuk dan artinya. Warna teks dan latar belakang teks juga dapat
mempengaruhi bagaimana pembaca dapat lebih lama berinteraksi dengan teks.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Veszeli dan Shepherd (2019), warna
teks dan latarnya dapat mempengaruhi ketahanan baca seorang pembaca. Lelah
mata bisa ditimbulkan ketika teks dengan latarnya tidak memiliki warna yang
ramah terhadap mata.
Penelitian yang dilakukan oleh Pinna dan Deiana (2018) menunjukkan
bahwa tingkat keterbacaan teks dipengaruhi oleh warna pada pembaca dengan
kelainan mata tertentu. Penelitian lain menunjukkan bahwa warna di dalam teks
mempengaruhi tingkat keterbacaan dan kecepatan pembacaan teks. Rello dan
Bigham (2017) di dalam penelitian mereka terhadap ratusan subjek normal dan
subjek yang memiliki kelainan mata menyodorkan kesimpulan bahwa warna latar
teks memberikan pengaruh positif terhadap tingkat keterbacaan teks. Sementara
itu, Morrison (2011) menemukan bahwa warna teks berpengaruh terhadap
efisiensi pembacaan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa warna teks dan
latar belakang teks tidak bisa diabaikan manakala isu minat baca, keterbacaan,
keteringatan, dan efisiensi baca dijadikan pertimbangan.
Berdasarkan penelusuran awal terhadap buku-buku yang diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan tersedia secara gratis
untuk diunduh dari laman web Gerakan Literasi Nasional, ditemukan adanya
variasi penggunaan warna. Ini merupakan hal yang menarik jika dibandingkan
dengan peran warna di dalam menumbuhkan minat baca serta tingkat

3
keterbacaaan dan keteringatan pesan di dalam teks. Penelitian ini hendak
membahas bagaimana penggunaan warna di dalam buku-buku tersebut dan
memberikan saran terkait dengan pemilihan dan penyesuaian warna-warna teks
dan latarnya.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif (Creswell & Creswell,


2017). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian dengan mendeskripsikan
data yang dapat berwujud teks, gambar, atau ujaran tanpa proses kuantifikasi
sebagaimana dilakukan di dalam penelitian kuantitatif. Arikunto, (1993: 309)
dalam pendekatan pendekatan dikriptif kualitatif menggunakan pengumpulan
informasi terkait suatu gejala yang ada, yaitu keadaan yang apa adanya pada saat
dilaksanakannya penelitian. Penelitian ini berjenis penelitian pustaka sesuai
dengan ciri-ciri studi kepustakaanyang dikemukakan oleh Zed(2008: 4-5).

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahan bacaan yang diterbitkan
oleh Kemendikbud dan tersedia secara gratis untuk diunduh melalui laman
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/. Adapun rincian bahan literasi bacaan kelas
rendah yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Daftar Judul, Pengarang, Tahun Terbit, dan Halaman Buku

Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/

No Judul Kode Pegarang Tahun Halaman


1 Aersitekur AN Komunitas Omah 2017 1-75
Nusantara Aksara
2 Minuman MN Suyitman 2017 1-61
Nusantara
3 Berguru Kepada BKALSB Mustika Desi 2018 1-64
Anak Laut Suku Harjani
Baja
4 Jangan Ambil JARM Erminawati 2018 1-66
Rumah Kami
5 Ziarah Ketanah ZKJ Peti Priani Dewi 2017 1-63

4
Jawara
6 Toilet T Nana Supriyana 2018 1-64

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi.


Teknik dokumentasi tepat digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi
yang dikumpulkan bersumber dari dokumen seperti buku, jurnal, surat kabar,
majalah, dan lain-lain (Suhadi, 2003: 96). Pada penelitian buku bacaan terbitan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan teknik dokumentasi berupa daftar
jumlah teks yang dipilih dari jenis warna tesk dan teks bergambar. Data awal
ditelaah kemudian menententukan jenis teks berdasarkan penggelompokannya.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi deduktif (Elo et al.,
2014). Analisis deduktif ditujukan pada desain dan penggunaan warna di dalam
buku-buku teks bahan bacaan anak yang terkait dengan keterbacaan, keteringatan,
dan efisiensi baca. Rujukan di dalam pengkategorian isi objek kajian adalah
panduan materi tercetak berdasarkan brosur terbitan Royal National Institute for
Blind People (2015) dan Jouvenat (2011) terkait keterbacaan, temuan Zufic dan
Kalpic (2009) mengenai teks, warna latar belakang, keteringatan, serta temuan
Rello dan Bigham (2017) mengenai warna latar belakang teks dan pengaruhnya
terhadap efisiensi baca. Buku-buku yang menjadi objek kajian yaitu buku terbitan
Kemdikbud berjudul: (1) Arsitektur Nusantara, (2) Minuman Nusantara, (3)
Berguru Kepada Anak Laut Suku Baja, (4) Jangan Ambil Rumahku, (5) Ziarah
Ketanah Jawara, dan (6) Toilet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil identifikasi bahan bacaan yang digunakan untuk mengukur


pengaruh ketertarikan minat baca melalui warna teks, kompleksitas kalimat, dan
persepsi visual pada bahan bacaan anak terbitan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan diperoleh jumlah berbeda pada setiap bahan bacaan. Penelitian
tersebut dilihat dari banyaknya teks bergambar dan warna teks yang disandingkan
dengan teori-teori terkait literasi, warna, teks, kompleksitas, persepsi visual dan
kajian-kajian yang mendukung untuk menentukan pengaruh warna teks pada
bahan bacaan terbitan Kemendikbud. Tabel berikut adalah perolehan hasil
identitifikasi bahan bacaan terbitan Kemendikbud kelas rendah.

5
Tabel 2 Daftar Judul dan Pengarang

Sumber: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/

No Jenis Teks AN MN BKALSB JAR ZKJ T


1 Teks 1 17,3% 0 0% 3 4% 1 1,3% 0 0% 0 0%
Warna 3
Putih
2 Teks 4 57,3% 5 66,6 60 80% 60 80% 44 58,6% 8 10,6%
Warna 3 0 %
Hitam
3 Teks 0 0% 0 0% 0 0% 11 14,6% 0 0% 0 0%
Warna Pink
4 Teks 1 1,3% 1 1,3% 3 4% 10 13,% 0 0% 1 1,3%
Berwarna
5 Teks 6 85,3% 1 20% 51 68% 11 14,6% 22 29,3% 34 47,2%
Bergambar 4 5
Jumlah 121 66 117 93 66 43
Rata-rata 24,2 13,2 23,4 18,6 13,2 8,6
Persentase 0,242 0,132 0,234 0,186 0,132 0,086

Berdasar table di atas, diketahui bahwa persentase setiap bahan bacaan


berbeda-beda. Pada bacaan yang berjudul Arsitektur Nusantara 0,242% ,
Minuman Nusantara 0,132% , Berguru Kepada Anak Laut Suku Baja 0,234,
Jangan Ambil Rumah Kami 0,186%, Ziarah Ketanah Juara 0,132% , dan Toilet
0,086%. Persentase mampu mempengaruhi tingkat literasi. Gerakan literasi dapat
diterapkan degan cara yang menyenangkan, ramah, dan menumbuhkan semangat
belajar siswa. Salah satu kegiatan literasi pada sekolah ini adalah membaca buku
nonpembelajaran selama 15 menit sebagaimana yang telah dituangkan dalam
Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.

Persentase bahan bacaan membuktikan adanya Persepsi visual merupakan


konteks penting alam Kegiatan ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan minat
baca seseorang. Persepsi visual dapat diartikan sebagai Kemampuan otak dalam
menilai kelebihan dan kekurangan dari apa yang sebenarnya dilihat saat “melihat”
untuk diartikan sebagai objek bidang visual (Ko, dkk, 2018). Membaca dan
menulis merupakan jenis literasi yang lebih dahulu dikenal manusia. Membaca
dan menulis termasuk literasi fungsional yang sangat dibutuhkan dalam
komunikasi sehari-hari. Kemampuan baca-tulis, seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik ditengah persaingan ketat dalam peradapan modern.

6
Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi Arsitektur Nusantara

Bahan bacaan literasi yang pertama berjudul Arsitektur Nusantara. Pada


bahan bacaan ini ditemukan jumlah halaman sebanyak 75 lembar. Dari setiap
halaman yang ada buku tidak semua teks memiliki warna dan tipe desain yang
sama. Ada halaman dengan 13 teks berwarna putih, Ada halaman dengan 43 teks
berwarna hitam, 64 teks yang menggunakan bergambar, dan 1 halaman teks
berwarna. Sedangkan dalam persentasenya pada bahan bacaan ini ditemukan
17,3% teks warna putih, 57,3% teks warna teks berwarna hitam, 1,3% teks
berwarna, dan 85,3% teks bergambar. Dari data yang diperoleh keterbacaan warna
dan desain teks akan mempengaruhi pada minat baca peserta didik dan efisiensi
keterampilan pada buku bacaan ini terlihat pada penempatan klasifikasi teks
berdasarkan halamannya. Carrell, 1983 dalam teks mengatakan bahwa teks dapat
dipahami dengan mudah atau tidak tergantung dua hal utama, yakni: bahasa yang
digunakan atau hal yang dibicarakan atau isi teks. Isi teks buku bacaan Arsitektur
Nusantara dominan pada teks yang menggunakan halaman berwarna hitam.

Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi Minuman Nusantara

Selanjutnya bahan bacaan literasi yang kedua berjudul Minuman


Nusantara. Pada bacaan ini terdapat 61 halaman yang diteliti dengan desain
berbeda pada setiap halamannya yakni 50 halaman teks warna hitam dengan
persentase 66,6%, 1 teks berwarna dengan persentase 1,3%, dan 15 teks
bergambar dengan persentase 20%. Teks warna hitam dominan digunakan pada
bahan bacaan ini. Hal dapat dibuktikan pada halaman ii sampai halaman 3,
dilanjut halaman 5-7, 9-11, halaman 13-15, 17-19, 21-23, 25-27, 29-30, 33-35,
37-38, 41, 43-45, 48-50. Berdasarkan bukti yang disajikan efisiensi penempatan
teks warna hitam teratur dengan jarak 1-2 halaman pada setiap jedanya. Jeda
penulisan teks berwarna hitam digantikan dengan teks bergambar yang berfungsi
menggambarkan cerita pada kalimat sebelumnya. Keterbacaan bahan bacaan
literasi ini dapat dilihat melalui identifikasi teks yang telah ada. Penulis membuat
desain judul menggunakan teks berawarna yang dipadukan dengan teks
bergambar pada lebar pertama dan lembar kedua buku bacaan. Penulis juga
menyisipkan teks bergambar pada halaman-halaman tertentu untuk memudahkan
pembaca dalam memahami dan mengingat bahan bacaan berdasarkan waran yang
ada dalam teks bacaan.

Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi Berguru Kepada Anak Laut Suku Baja

Kemudian bahan acaan yang literasi yang ketiga berjudul Berguru Kepada
Anak Laut Suku Baja. Dalam buku bacaan ini yang menjadi objek penelitian
terapat 64 halaman. Dengan klasifkasi teks warna putih 3 halaman dengan
persentase 4%, teks warna hitam 60 halaman dengan persentase 80%, teks

7
berwarna 3 dengan persentase 4% dan teks bergambar 51 dengan persentase 68%.
Persentase setiap klasifkasi teks menentukan keterlihatan teks bacaan bahwa
penggunaan warna mempengaruhi ketercapaian literasi. Intensitas peserta didik
juga menjadi tujuan utama dibuatnya klasifikasi warna berdasarkan halaman pada
buku bacaan sehingga peserta ddik tertarikmembaca dan menyimak bahan bacaan.
Ketercapaian dan keterbacaan literasi pada setiap individu memempengaruhi
daya tangkap otaknya sehingga mudah memahami bahan bahan bacaan dengan
berbagai klasifikasi.

Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi Jangan Ambil Rumah Kami

Bahan bacaan literasi yang keempat berjudul Jangan Ambil Rumah Kami
dengan penulis Erminawarti. Pada buku bacaan ini bahan penelitian yang
digunakan sebanyak 66 halaman. Dengan klasifikasi teks bergambar serta
berwarna yang disajikan di halaman sampul dan dipadukan dengan teks warna
sehingga penikmat tertarik pada bahan bacaan. Tujuan penerbit melakukan
langkah ini ialah untuk menonjolkan keterbacaan, efisiensi, dan keterikatan
Gerakan Literasi Nasional (GLN) melalui Gerakan Literasi Di Sekolah melalui
teks warna dalam bahan bahan bacaan kelas rendah terbitan kemendikbud tahun
2018. Klasifikasi teks pada bahan bacaan ini dibuktikan melalui adanya 44
halaman teks warna hitam, dan 22 teks bergambar. Selain klasifikasi berdasarkan
halamannya pengaruh warna teks pada buku bacaan ini dapatdibuktikan melalui
persentase data dimana hasil penelitian menyebutkan ada 58,6% teks warna hitam,
dan 29,3% teks bergambar.

Keterbacaan Bahan Bacan Literasi Ziarah Ketanah Juara

Lalu bahan bacaan literasi yang kelima berjudul Ziarah Ketanah Juara.
Pada bahan bacaan ini ketika keterbacaan pembaca dipaparkan dengan penyajian
tulisan teks paa bagian sampul berwarna hitam akan tetapi dipadukan degan
gambar, dimana setiap gambarnya memiliki lebih dari satu warna. Penyajian ini
dilaukakukan penulis dengan tujuan memikat pembaca untuk memem

Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi Toilet

Warna memiliki kekuatan untuk menyampaikan dan mengkomunikasikan


arti dan pesan tanpa menggunakan kata-kata. pada tingkat emosional, warna dapat
mempengaruhi bagaimana perasaan seseorang ketika melihat sebuah teks bahan
bacaan. Warna juga memiliki seni desain yang melekat dalam benak setiap
individu. Pengaruh warna salah satunya adalah hal yang ditangkap oleh pembaca

8
dalam dalam literatur bahan bacaan adalah judul buku dan warna sampulnya.
Pengunjung akan tertarik dalam bahan bacaan jika kesan yang pertama ia
dapatkan juga menarik salah satunya judul bahan bacaan beserta warna yang
membuat kemasan terlihat menarik dimata pengunjung. Keterbacaan bahan
bacaan yang tepat harus sesuai dengan kemampuan siswa. Warna menjadi salah
satu media yang dapat menarik pembaca untuk membaca dan memahami bahan
bacaan tertentu.

Gambar 1 Penggunaan warna teks pada judul bahan bacaan

Sumber :

Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul


“Yuk, Mengenal Hasil Fermentasi Khas Indonesia” karya Esti
Asmalia, 2018.
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu” karya
Andreas Supriyono, 2018.

9
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Teka Teki Dan Dongen Dongeng Kuliner Nusantara Lainnya”
karya Esti Asmalia, 2018.
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Teladan Hidup Panglima Besar Jendral Soedirman” karya Eri
Sumarwan, 2018.
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Uniknya Bahasa Jawaku”, karya Septiana Cahya Putri, 2018.

Dalam mengetahui tingkat keterbacaan teks bacaan lazim digunakan


formula keterbacaan sehingga dihasilkan golongan tingkatan. Tingkatan dalam
keterbacaan teks bacaan, yaitu 1) tingkat bacaan bebas atau independen; 2) tingkat
bacaan instruksional; dan 3) tingkat bacaan frustasi. Teks bacaan dikatakan bebas
atau independen apabila peserta didik dapat membaca dan memahami teks tanpa
bantuan dan bimbingan dari siapapun. Jika peserta didik membaca dan memahami
teks tersebut hanya dengan bimbingan, maka teks bacaan bisa dikatakan tingkatan
baca instruksional. Tetapi jika teks tidak dapat dibaca atau dipahami dengan
bimbingan maka teks bacaan dikatakan tingkat baca frustasi atau rendah.

Bahan ajar dapat memberikan ruang untuk memperoleh pengetahuan dan


keterampilan, mengembangkan kepercayaan diri dan aktualisasi diri siswa
(Olayinka, 2016). Kajian teori terhubung denagn literasi siswa. Literasi (literacy)
berhubungan dengan suatu kompetensi dalam suatu bidang yang diberikan.
Sebagai contoh, literasi membaca adalah kemampuan untuk membaca pada suatu
level fungsional (Ronis, 20001). Era digital (digital era) adalah suatu istilah masa
yang digunakan untuk menggambarkan teknlogi digital. Literasi era digital
membahasa literasi dan dasar saintifik, teknologi, literasi visual dan informasi,
literasi budaya dan kesadaran global (Yildiz, 2010). Bahan ajar literasi dan dasar
saintifik dapat dikaitkan dengan penggunakaan wrna pada teks bahan bacaan.

Warna Secara teori terbagi menjadi dua jenis yaitu warna additif dan
warna substraktif. Warna additif adalah warna yang dihasilkan oleh cahaya.
Penerapan warna additif dapat dilihat ketika kita menggunakan laptop, komputer,
talavise,dan gadget. Warna primer dari warna additif adalah red (merah), green
(hijau), dan blue (biru). Perpaduan dari warna primer akan menghasilkan warna
sekunder yaitu Chan (green + blue), magenta (blue + red), dan yellow (red +
green). Perpaduan warna sekunder akan menghasilkan warna white (putih).

Warna substraktif adalah warna yang dihasilkan oleh pigmen (cat,


pewarna, atau tinta). Warna primer dari warna substraktif adalah cyan (biru),
magenta (merah), dan yellow (kuning). Perpaduan dari warna primer akan
menghasilkan warna sekunder yaitu orange (red + yellow), green (yellow + cyan),

10
dan purpel (red + cyan). Perpaduan warna sekunder akan menghasilkan warna
black (hitam).

Gambar 2 Warna additif dan warna substraktif

Sumber:

Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul


“Serunya Permainan Tradisional Anak Zaman Dulu” karya
Andreas Supriyono, 2018.
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Uniknya Bahasa Jawaku”, karya Septiana Cahya Putri, 2018.

11
Macam-macam dari warna didefinisikan oleh panjang gelombang warna.
Panjang gelombang wana yang dapat ditangkep oleh warna sejarak 380-780 dan
nanometer dan panjang gelombang ini menentukan sifat dan pengaruh warna.
Ada beberapa beberapa contoh warna yang biasanya digunakan untuk keperluan
desain efek psikologis yang timbul dari warna-warna tersebut, yaitu (1) merah
(red), berarti aktif, menyegarkan, mengikat, menarik, kuat; (2) merah muda
(pink), berarti manis, perhatian, lembut; (3) ungu (violet), berarti maskulin,
sensual, titik, lembut, seram, memikat, kelam, sepi; (4) biru (blue), berarti
terkontrol, intelektual, misterius, tertutup, dingin. Warna teks juga dibedakan
menjadi warna hangat dan warna dingin. Warna teks hangat adalah warna warna
dari merah ke bumi termasuk orangnya, merah muda, coklat, dan merah
keunguan. Warna teks hangat memberikan kesan panas dan bergerak atau
dinamis, dan warna hangat ini akan terlihat lebih menonjol, lebih mendominasi
dan dapat menjadi titik penekanan (emphasis) dalam sebuah desain jika
disandingkan dengan warna dingin. Warna dingin teks adalah ah WA warna
warna dari hijau ke biru, termasuk ungu dan turunannya. Warna-warna dingin
lebih sering diterapkan pada warna latar belakang karena memberi efek lebih
halus pada suatu bidang.

Implementasi Warna Teks dalam Bahan Bacaan Terbitan Kemdikbud

Berdasarkan daya tangkap sensor warna pada pembacaan sensor


tergantung pada intensitas cahaya dan jarak antara sensor dan objek. Individu
Mula-mula konsep literasi dipahami secara terbatas sebagai kemampuan
memahami simbol-simbol bahasa tertulis (Abidin, 2014: 181). Oleh karena itu,
dikatakan bahwa kemampuan literasi merupakan kemampuan membaca dan
menulis atau kemampuan memahami dan menggunakan huruf/aksara. Literasi
sering disebut dengan “melek huruf’ kebalikan dari literasi “butu huruf” dan juga
sering dihubungkan dengan huruf atau aksara. Brain-based Belajar merupakan
proses mempelajari serta memasukkan informasi baru, yang hasilnya dapat dilihat
dari perkembangan sikap, perilaku, keterampilan dan pengetahuan (Sadarmayanti
dan Oktaviana, 2017). Minat belajar membaca seharusnya mulai ditumbuhkan
pada gemerasi perkembangan anak-anak.

Sejak dilahirkan manusia cenderung mudah menangkap pesan melalui


visualis atau gambar dibandingkan melalaui verba atau kata-kata. Hal tersebut
terjadi karena dalam gambar terdapat warna-warna uang spesifik digunakan untuk
menggambarkan dan mendefinisikan suatu hal. Baik hal baru maupun lama tetap
saja semakin bertumbuhnya usia manusia mengalami perubahan berpikir. Warna
merupakan salah satu unsur – unsur visual, dalam segi visual warna memiliki
suasaa kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi.

12
Daya tanggap manusia bertambah luas dan bertambah cepat untuk
memahami pesan melalui verba dan visual. Pendapat ini didukung dengan adanya
warna teks. Warna teks begitu melekat dalam setiap bahan bacaan semua
aktivitas literasi di kehidupan sehari-hari tidak lepas dari adanya warna dan teks.
Warna dan teks memiliki peran penting dan memberikan pengaruh positif
terhadap kejiwaan serta suasana seorang pembaca.

Implementasi warna teks berperan dalam mempengaruhi psikologis, yakni


secara psikologis mampu mempengaruhi kejiwaan seseorang. Setiap teks dan
warna mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam memberikan pengaruh
terhadap psikologis setiap individu. Pada dasarnya warna memiliki peran untuk
menterapi otak manusia ketika stres. Warna diyakini dapat menyembuhkan
penyakit seseorang dengan cara terapi pencahayaan yang dilakukan secara teratur.
Berdasarkan implementasi warna dalam kehidupan sehari-hari pangarang bahasa
membuat gagasan yang dibuktikan dengan adanya variasi warna teks pada bahan
bacaan terbitan Kemdikbud.

Bahan bacaan yang monoton akan mengakibatkan seseorang tidak tertarik


dalam membaca bahan bacaan. Pada kelas 4-5 tingkat intensitas minat baca
peserta didik 65% dikarenakan penggunaan bahan ajar yang digunakan cenderung
besifat cerita Pengimplementasian variasi warna teks

sangat membantu pembaca buku teks di dalam menghilangkan kejenuhan.


Dengan adanya variasi warna, buku teks menjadi lebih menarik dan menambah
durasi kebetahan pembaca di dalam berinteraksi dengan teks.

Gambar 3. Implementasi warna teks dalam bahan bacaan

Sumber:

13
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul “Teka Teki
Dan Dongen Dongeng Kuliner Nusantara Lainnya” karya Esti Asmalia, 2018.

Warna Teks Dominan Digunakan dalam Bahan Bacaan

Bahasa merupakan hasil bersosialisasi masyarakat bukanlah-bukanlah


produk individu secara personal, sehingga setiap individu mengikuti aturan
kebahasaan yang berlaku dalam masyarakat dengan cara mengikuti atau atau
meniru (Chaer, 2003). Pera ahli bahasa menyadari bahwa bahasa memiliki peran
penting di masyarakat termasuk sekolah dan anak-anak. Oleh karena itu
pemerintah memiliki menerapkan Gerakan Literasi Nasional dan Gerakan Literasi
Sekolah. Peran merupakan sebuah tingkah laku atau peranan sesorang terhadap
lingkungan luas. Peranan juga dapat diterapkan dalam penggunaan warna teks
dimana warna merupakan aspek fundamental dalam diri manusia. Warna dapat
menyampaikan arti khusus dari warna-warna yang lain. Ketertarikan atau bahkan
ketergantungan terhadap suatu warna dapat menjadi landasan dalam menentukan
kepribadian diri seseorang, hal ini dibuktikan melalui warna yang selalu
membangkitkan reaksi emosional. Reaksi emosional timbul karena adanya
ketertarikan yang berlebihan ataupun rasa suka yang tidak bisa di kontrol melalui
alam bawah sadar. Alam bawah sadar kita sudah terlalu dalam memilah warna
namun hal ini sangat dipengaruhi oleh budaya di masyarakat sehingga
menumbuhkan asumsi pemaknaan sendiri pada warna-warna tertentu. Kejadian
seperti ini juga sering diterapkan dalam warna teks sehingga adanya warna-warna
yang dominan dan menjadi tidak asing di telinga masyarakat. Penggunaan warna
teks dominan digunakan dan di jumpai pada buku-buku kelas atas serta kelas
bawah. Akan tetapi penggunaan warna ini lebih sering dipakai pada tingkatan
kelas bawah, karena daya tangkap otak manusia ketika kecil lebih terlatih pada
penyampaian pesan melalui warna dan gambar.

14
Gambar 5. Dominannya warna teks

Sumber:

Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul


“Yuk, Mengenal Hasil Fermentasi Khas Indonesia” karya Esti
Asmalia, 2018.

Warna teks tertentu dominan digunakan dalam konteks tertentu sebab


warna teks tertentu memiliki fungsi dalam keteringatan atau peningkatan kinerja
memori. Manusia lebih mudah mengingat hal-hal yang distimulasikan oleh warna
tertentu. Dengan adanya warna teks tertentu yang dominan maka proses
mempelajari serta memasukkan informasi baru menjadi lebih mudah. Pada kelas
4-6 hambir keseluruhan guru menggunakan buku sebagai cerita bergambar pada
pembelajaran pada mata pelajaran bahasa indonesia. Sajian cerita yang disukai
anak kelas mayoritas cerita bergambar tapi ada juga yang tertarik dengan cerita
dari bahan bacaan yang sudah tentukan.

Peran Penggunaan Warna Teks dalam Bahan Bacaan

Peran merupakan tugas dan fungsi seorang di kehiduan. Berdasarkan


pengertian ini bahwa peran dan fungsi merupakan fungsi utama yang melekat
dijalan individu baik sebagai individu maupun kelompok. Peran lebih banyak
menyajikan pada fungsi, penyajian diri dan proses. Peran warna teks dalam
pendidikan kelas 1-4 dapat terlihat pada penerapan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) dan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Literasi dasar , termasuk membaca,
sudah selayaknya ditanamkan sejak pendidikan dasar. Literasi tersebut akan
bermanfaat bagi siswa untuk memahami suatu pesan. Hapsari dkk, (2017; 182)
menyatakan bahwa kemampuan literasi sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang
telah didapatkan oleh pengalaman yang telah didapatakan oleh anak. Pengalaman

15
anak itu diperoleh melalui stimulasi bacaan yang menarik dan sesuai dengan
jenjannya.

Warna teks merupakan bentuk metode belajar jenis visual dan verba, yaitu
kemampuan belajar dengan melihat dan membaca. Kemampuan visual dan verba
dalam warna teks dapat diasah terus dengan literatur bahan bacaan. Selain dapat
mengasah kemampuan visual dan verba juga dapat mengoptimalkan Gerakan
Literasi Nasional (GLN).

Metode ini sangat efektif digunakan untuk mengarahkan anak yang


menyukai verba dan visual berdasarkan jenisnya. Penggunaan teks dan warna
menjadi satu komponen penting yang harus ada dalam pembelajaran bahasa dan
sastra khususnya pada bahan bacaan anak. Warna dan teks sangat penting di
kehidupan sehari-hari khususnya dalam penerapan bahan bacaan dikarenakan
warna dan teks selain memiliki peranan di dalam memberikan stimulan yang
meningkatkan ingatan pada pesan tertentu yang hendak disampaikan teks juga
membantu di dalam pengembangan literasi warna.

16
Gambar 6. Peran penggunaan warna teks.

Sumber:

Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul


“Teladan Hidup Panglima Besar Jendral Soedirman” karya Eri
Sumarwan, 2018.
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Uniknya Bahasa Jawaku”, karya Septiana Cahya Putri, 2018.

Selain bentuk, warna teks juga bisa menyebarkan pesan yang diinginkan
secara tepat dan benar. Pada dasarnya, warna dan teks dapat mengubah cara
berpikir dan beberapa warna membawa efek menenangkan untuk mata dan otak
sehingga ketika pembaca membaca bahan bacaan akan mudah memahami isi dari
bahan bacaan.

Capaian yang Diharapkan dalam Ketepatan Implementasi Penggunaan


Warna Teks dalam Bahan Bacaan

Dalam mengetahui ketercapaian teks bacaan lazim digunakan formula


keterbacaan sehingga dihasilkan golongan tingkatan. Tngkatan dalam keterbacaan
teks, yaitu: 1) tingkat bacaan bebas atau independen; 2) Tingkat bacaan
instruksional; dan tingkat bacaan frekuensi. Kemunculan warna teks di dalam

17
bahan bacaan telah membuka suatu dimensi baru terhadap perkembangan proses
belajar melalui adanya penggunaan warna pada teks-teks tertentu sebagai bahan
ajar dan ditambah untuk melancarkan kegiaatan ini maka di buatlah trobosan
Gerakan Literasi Nasional (GLN). GLN berfungsi untuk mengajak masyarakat
Indonesia agar mimiliki kemampuan atau keahlian dalam bidang atau aktivitas
tertentu, khususnya kemampuan menulis dan membaca. Pemilihan warna teks dan
warna latar belakang teks penting dalam penyusunan buku bacaan bagi anak.
Melalui teks dengan variasi warna, pembaca target akan mendapatkan
peningkatan literasi warna, dan pengembangan kompetensi sastra secara tidak
langsung.

Gambar 7. Capaian penggunaan warna teks dalam bahan bacaan

Sumber:

Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul


“Teladan Hidup Panglima Besar Jendral Soedirman” karya Eri
Sumarwan, 2018.

18
Buku bacaan anak kelas 4, 5, 6 terbitan Kemendikbud dengan judul
“Uniknya Bahasa Jawaku”, karya Septiana Cahya Putri, 2018.

SIMPULAN

Pengaruh warna salah satunya adalah hal yang ditangkap oleh pembaca
dalam dalam literatur bahan bacaan adalah judul buku dan warna sampulnya.
Pembaca target akan tertarik dalam bahan bacaan jika kesan yang pertama ia
dapatkan juga menarik salah satunya judul bahan bacaan beserta warna yang
membuat kemasan terlihat menarik dimata pengunjung. Implementasi warna teks
berperan dalam mempengaruhi psikologis, yakni secara psikologis mampu
mempengaruhi kejiwaan seseorang.

Setiap teks dan warna mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam


memberikan pengaruh terhadap psikologis setiap individu. Pada dasarnya warna
memiliki peran untuk menterapi otak manusia ketika stres. Warna diyakini dapat
menyembuhkan penyakit seseorang dengan cara terapi pencahayaan yang
dilakukan secara teratur. Warna teks menjadi dominan digunakan dalam bahan
bacaan karena warna teks memiliki banya fungsi contohnya seperti untuk
memperkuat peran yang signifikan dalam meningkatkan kinerja memori, manusia
lebih mudah mengingat hal-hal yang berhubungan dengan emosi dan perasaan.
Selain itu warna juga berpengaruh dengan daya ingat atau memori. Selain itu,
warna teks juga bisa menyebarkan pesan yang diinginkan secara tepat dan benar
kepada audiens-nya karena pada dasarnya warna dan teks dapat mengubah cara
berpikir, mungkin dapat terlihat dalam beberapa warna yang membawa efek
menenangkan untuk mata dan otak sehingga ketika pembaca membaca bahan
bacaan akan mudah memahami isi dari bahan bacaan tersebut.

Penggunaan warna teks merupakan sebuah media pembelajaran yang


dapat dijadikan strategi dalam memfasilitasi proses menghafal dan mengingat
sesuatu yang sukar dengan lebih mudah khususnya pada pembelajaran yang
bersifat tulisan. Pemilihan warna teks dan latar belakang teks yang tepat akan
membantu pembaca untuk lebih betah membaca, mudah membaca, dan mudah
mengingat sehingga tujuan GLN akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research design: Qualitative,


quantitative, and mixed methods approaches. London: SAGE Publications.

19
Dzulkifli, M. A., & Mustafar, M. F. (2013). The influence of colour on memory
performance: A review. The Malaysian Journal of Medical Sciences: MJMS,
20(2), 3.
Elo, S., Kääriäinen, M., Kanste, O., Pölkki, T., Utriainen, K., & Kyngäs, H.
(2014). Qualitative Content Analysis: A Focus on Trustworthiness. SAGE
Open, 4(1), 2158244014522633. https://doi.org/10.1177/2158244014522633
Hapsari, Widyaning dkk. 2017. "Peningkatan Kemampuan Literasi Awal Anak
Persekolahan Melalui Program Stimulasi." Jurnal Psikologi 44 (3): 177-184.
https/://doi.org/10.29313/ga.v1i1.2689
Jouvenat, D. (2011). ‘See it Right’ Clear Print Guidelines. Clydach Vale:
Rhondda Cynon Taf Council.
Kurt, S., & Osueke, K. K. (2014). The Effects of Color on the Moods of College
Students. SAGE Open, 4(1), 2158244014525423.
https://doi.org/10.1177/2158244014525423
Morrison, R. F. (2011). The effect of color overlays on reading efficiency.
University of Massachusetts Amherst.
Olayinka, Abdu-Raheem Bilqees. 2016. Effects of Intructional Materials on
Secondary Schools Students'Academic Achievment in Social Studies in Ekiti
State, Nigeria. Word Journal of Education. Vol. 6 , No. 2
Pinna, B., & Deiana, K. (2018). On the role of color in reading and
comprehension tasks in dyslexic children and adults. I-Perception, 9(3),
2041669518779098.
Rello, L., & Bigham, J. P. (2017). Good background colors for readers: A study of
people with and without dyslexia. Proceedings of the 19th International
ACM SIGACCESS Conference on Computers and Accessibility, 72–80.
Royal National Institute of Blind People. (2015). How to choose colour and
contrast for printed materials that benefits people with sight problems.
Peterborough: Royal National Institute of Blind People.
Sujarwo, S., & Oktaviana, R. (2017). Pengaruh Warna Terhadap Short Term
Memory Pada Siswa Kelas VIII SMP N 37 Palembang. Psikis: Jurnal
Psikologi Islami, 3(1), 33–42.
Veszeli, J., & Shepherd, A. J. (2019). A comparison of the effects of the colour
and size of coloured overlays on young children’s reading. Vision Research,
156, 73–83.
Zufic, J., & Kalpic, D. (2009). More efficient e-learning through design: color of
text and background. E-Learn: World Conference on E-Learning in
Corporate, Government, Healthcare, and Higher Education, 3314–3319.
Association for the Advancement of Computing in Education (AACE).

20

Anda mungkin juga menyukai