Anda di halaman 1dari 16

ISLAM

TEMATIK
(Hakikat Manusia
Dalam Islam)
01
Kedudukan
02
Manusia sebagai
Manusia dalam Makhluk Individual
Kehidupan dan Sosial

03
Manusia sebagai
04
Manusia sebagai
Makhluk
Makhluk Spiritual
Kebudayaan
01
Kedudukan
Manusia dalam
Kehidupan
Ibnu ‘Arabi melukiskan hakikat manusia dengan
mengatakan bahwa “Tidak ada makhluk Allah yang lebih
bagus daripada manusia, yang memiliki daya hidup,
mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat,
mendengar, berfikir dan memutuskan.” Manusia adalah
makhluk kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi
dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang
diperlukan bagi mengemban tugas dan fungsinya sebagai
makhluk Allah di muka bumi.

Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk


pada konsep manusia dengan pengertian berbeda yaitu:
Al-Basyar Al-Insan Al-Nas
- Kata ‘al-basyar’ dinyatakan - Berasal dari kata ‘al-uns’ - Dinyatakan dalam Al-
dalam Al-Quran sebanyak dinyatakan dalam Al- Quran sebanyak 240 kali
36 kali dan tersebar dalam Quran sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 53
26 surah. dan tersebar dalam 43 surah.
- Secara etimologi berarti surah. - Kata ‘al-nas’
kulit kepala, wajah atau - Secara etimologis berarti menunjukkan pada
tubuh yang menjadi tempat harmonis, lemah lembut, eksistensi manusia
tumbuhnya rambut. tampak atau pelupa. sebagai makhluk sosial
- Dari makna etimologis - Kata ‘al-insan’ secara keseluruhan,
tersebut, dapat dipahami mengandung makna tanpa melihat status
bahwa manusia merupakan kesempurnaan (sesuai keimanan atau
makhluk yang memiliki dengan tujuan kekafirannya.
segala sifat kemanusiaan penciptannya) dan - Dalam menunjuk makna
dan keterbatasan. keunikan manusia sebagai manusia, kata ‘al-nas’
makhluk Allah. lebih bersifat umum
daripada kata ‘al-insan’
02
Manusia sebagai
Makhluk Individual
dan Sosial
Manusia sebagai Makhluk Individual
Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum,
artinya tak terbagi. Dalam bahasa Inggris individu berasal dari
kata in dan divided. Kata in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi,
individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.

Manusia sebagai makhluk individual yang bermakna tidak


terbagi atau tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara
biologis, manusia lahir dengan kelengkapan fisik, tidak berbeda
dengan hewan. Namun secara rohani ia sangat berbeda dengan
hewan apapun. Jiwa manusia merupakan satu kesatuan dengan
raganya untuk melakukan aktivitas atau kegiatan. Kegiatan
manusia tidak semata digerakkan oleh jasmaninya, tetapi juga
aspek rohaninya. Manusia mengerahkan seluruh jiwa raganya
untuk beraktivitas dalam hidupnya.
Manusia sebagai makhluk individual berperan
untuk mewujudkan hal-hal berikut:

Menjaga dan Merealisasikan


mempertahankan segenap potensi
01 03 diri baik dari
harkat dan
martabatnya segi jasmani
maupun rohani

Memenuhi
Mengupayakan
kebutuhan dan
terpenuhinya
kepentingan diri
hak-hak 02 04
demi
dasarnya sebagai
kesejahteraan
manusia
hidupnya.
Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia juga kodratnya adalah makhluk sosial. Semua manusia saling


berhubungan dan mempersatukan dalam keseluruhan sosial
(masyarakat) dan masyarakat ditunjukkan kepada semua kepentingan
anggotanya. Dalam konteks sosial, yang disebut masyarakat, setiap
orang akan mengenal orang lain, oleh karena itu perilaku manusia selalui
terkait dengan orang lain. Manusia dikatakan makhluk osial juga
dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain.

Manusia didalam huungan dengan sesama dan dengan alam semesta


(hablum minannaas wa hablum minal alam) ini tidak mungkin
melakukan sikap yang netral. Karena pada dasarnya manusia itu sudah
tentu mempunyai watak manusiawi seperti: cinta, benci, simpati,
hormat dan lain sebagainya.
03
Manusia sebagai
Makhluk
Kebudayaan
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang
meliputi:
a. Kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah) yang meliputi benda-benda ciptaan
manusia.
b. Kebudayaan non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat
dilihat dan diraba.
Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat,
kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa
kebudayaan tidak mungkin manusia dapat mempertahankan kehidupannya.

Manusia adalah makhluk berbudaya, artinya makhluk yang berkemampuan


menciptakan kebaikan, kebenaran, berkeadilan dan bertanggung jawab. Sebagai
makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya. Sebagai catatan bahwa dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu
pengetahuan. Dengan kehendaknya manusia mengarahkan perilakunya dan dengan
perasaannya manusia dapat mencapai kebahagiaan.
04
Manusia sebagai
Makhluk
Spiritual
Secara global hakikat
manusia sebagai 1. Memiliki kepercayaan dan keyakinan
makhluk spiritual dapat 2. Sebagai khalifah
dkalisifikasikan menjadi 3. Sebagai ‘abd (pengabdi Allah)
3 hal, yaitu:
Berikut adalah konsep yang mendukung proses
terjadinya keyakinan dan kepercayaan sebagai
manusia spiritual:

Konsep Pembinaan yang Konsep Internalisasi Konsep Sosialisasi


berkesinambungan dan Individualisasi
Suatu proses yang panjang, Usaha menerima nilai Keyakinan dan kepercayaan
terus menerus dan tidak sebagai bagian dari sikap harus diterapkan dalam
berkesudahan. mentalnya dan interaksi sosial, sebagai
menempatkan nilai serasi kelengkapan proses
dengan sifat kepribadiannya. individualisasi.

Konsep Konsistensi dan Konsep Integrasi


Koherensi Semakin integral pendekatan seseorang
Dilakukan secara konsisten dan terhadap kehidupan, semakin
konsekuen, tanpa mengandung fungsional juga hubungan setiap bentuk
pertentangan antara nilai satu tingkah laku yang berhubungan dengan
dengan yang lain. nilai iman yang dipelajari.
Al-Quran menegaskan bahwa Secara luas, konsep ‘abd
manusia diciptakan Allah sebagai sebenarnya meliputi seluruh
pengemban amanah. Diantara aktivitas manusia dalam
amanat yang dibebankan kepada kehidupannya. Islam
manusia adalah memakmurkan menggariskan bahwa seluruh
kehidupan bumi. Karena amat aktivitas seorang hamba selama ia
mulianya manusia sebagai hidup di alam semesta ini dapat
pengemban amanah Allah, maka dinilai sebagai ibadah jika
manusia diberi kedudukan sebagai aktivitas itu memang ditujukan
khalifahNya di muka bumi. semata-mata hanya untuk
mencari ridho Allah.

‘Abd
Khalifah (Pengabdi Allah)
“Jadilah ‘seseorang’ di mata Allah, bahkan jika
kamu bukan ‘siapa-siapa’ di mata orang lain”
—SOMEONE

Anda mungkin juga menyukai