TUGAS 3
TUGAS 2
SISTEM KEPARTAIN DAN PEMILU
TUGAS 1
Tak hanya pemerintah yang ditantang untuk menangani problem pandemi COVID-19, tetapi
partai politik juga memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi memeranginya. Peran partai
politik ini sempat dipertanyakan kehadirannya melalui sindiran sarkas “netizen +62” pada
pertengahan Maret 2020. Beberapa meme di sosial media yang menyindir partai politik dan
politisi karena absen hadir membantu masyarakat di masa darurat COVID-19, muncul saat itu.
Hal ini kemudian memancing kritik yang lebih luas, mulai dari selebritis kawakan Iwan Fals
yang menuai perdebatan dengan politisi partai, hingga tulisan-tulisan para aktivis dan awak
media. Berbagai bentuk sindiran ini pun berbuah manis. Partai menjadi lebih aktif
memperlihatkan geliatnya memerangi COVID-19 dan membantu masyarakat menghadapi
pandemi ini.
Beberapa partai politik bahkan sudah secara formal menyampaikan instruksi dan membentuk
program kerja khusus melawan COVID-19. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat
(PD), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
melalui ketua umumnya telah menyampaikan instruksi bagi kader-kader partai untuk ikut
berperan memutus mata rantai COVID-19. Sementara itu, beberapa partai lain termasuk Partai
Golongan Karya (Golkar) dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) memiliki program khusus
yang mereka namakan: “Gerakan Golkar Peduli Lawan COVID-19” dan “Gerakan Nasdem
Peduli.”
Langkah yang tengah dijalankan partai politik ini tentu patut mendapatkan apresiasi, namun ada
catatan yang juga perlu dicermati. Misalnya, meskipun telah ada instruksi langsung dan program
khusus melawan COVID-19 oleh partai, kegiatan-kegiatan yang dilakukan masih tampak tak
dijalankan secara terstruktur. Ada kesan bahwa upaya partai politik terjun ke masyarakat masih
tergantung pada inisiatif pengurus atau kader di daerahnya, hingga akhirnya tak semua wilayah
mendapatkan bantuan partai. Hal ini tentu disayangkan mengingat partai politik merupakan
organisasi yang mengakar di seluruh provinsi, dimana pengurusnya terbentuk hingga ke tingkat
dusun/lingkungan. Sebagai organisasi politik yang besar, partai politik seharusnya mampu
berbuat lebih dari itu.
Kinerja partai politik saat ini tak hanya dilihat publik dari seberapa besar partai memberikan
bantuan sosial di masyarakat, tetapi juga seberapa jauh partai menjalankan fungsinya dalam
proses pembuatan dan kontrol kebijakan terkait isu COVID-19. Hal ini patut disoroti terutama
melihat perkembangan banyaknya problem kebijakan yang berkaitan dengan COVID-19, baik di
tingkat nasional maupun lokal. Contohnya, di level nasional, terdapat masalah tentang tumpang
tindih kebijakan (misal: izin ojek online dalam aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB),
kebingungan publik atas penerapan kebijakan (misal: aturan mudik versus pulang kampung),
konflik kepentingan dalam kebijakan pemerintah (misal: pemilihan RuangGuru
sebagai platform resmi Program Kartu Prakerja); namun, politisi/partai pendukung pemerintah
SISTEM KEPARTAIN DAN PEMILU
cenderung pasif, ataupun jika ada, masih minim merespon dan mengkritisinya. Padahal, partai
sebagai representasi rakyat seharusnya mampu bertindak kritis terhadap kebijakan yang dinilai
merugikan publik, dan mereka pun patut memberikan solusi yang bernas untuk perbaikannya.
Karena itu, partai politik harus menegaskan kepada setiap kadernya, terutama yang menjadi
pimpinan dan pejabat eksekutif maupun anggota legislatif, untuk selalu mengutamakan
kepentingan publik dan nilai kemanusiaan dalam menangani wabah COVID-19 ini, serta
menanggalkan jauh-jauh kepentingan politik masing-masing.
Ada banyak langkah yang dapat dilakukan oleh partai politik beserta para kadernya untuk
berkontribusi dalam mengatasi berbagai masalah terkait wabah COVID-19. Pilihan itu ada di
tangan para elit beserta kader partai. Namun yang jelas, pandemi ini menjadi peluang bagi partai
politik untuk memperlihatkan jati dirinya dan memperbaiki citranya di mata publik. Partai politik
yang selama ini cenderung lekat dengan penilaian buruk sebagai entitas pragmatis dengan kinerja
rendah, dapat membuktikan hal yang sebaliknya. Citra yang baik ini hanya terbentuk, bila partai
secara serius menjalankan program ‘melawan’ COVID-19 dengan memanfaatkan kekuatan
organisasinya, serta tetap menjaga integritas organisasi. Kita tunggu saja apa pilihan mereka!
(Tulisan ini dikutip dari Aisah Putri Budiatri, Pusat Penelitian Politik, LIPI, tanggal 05 Mei
2020, diunduh dari http://www.politik.lipi.go.id/kolom/kolom-2/politik-nasional/1388-pandemi-
covid-19-dan-kinerja-partai-yang-diuji)
(Sebelum mengerjakan Tugas 1 ini, sebaiknya Anda mempelajari terlebih dahulu Modul 1,2, dan
3 serta bahan pengayaan yang telah diunggah pada Sesi 1,2 dan 3)
Menurut Anda, apakah kinerja partai politik sudah memenuhi fungsi partai politik. Lakukan
analisis terhadap kinerja partai politik di masa Pandemic Covid-19 ini. Kemukakan argumentasi
Anda dan sertai contoh!
1. Apa yang sudah dilakukan partai politik dan apa yang kurang dilakukan?
2. Fungsi apa saja yang harus menjadi prioritas dalam menangani bencana wabah ini
(kewajiban kepada konstituen)
3. Langkah2 apa yang harus dilakukan partai politik!