Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

OLEH:

DEVIA OLA YULIA


NIM: 214131207O

Kelompok W

Dosen Pembimbing:
Ns. Randy Refnandez ,S.Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Harga Diri


1. Pengertian Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri atau cita-
cita/harapan langsung, mengasilkan perasaan berharga. Pada kondisi tertentu
kebutuhan harga diri akan terganggu sehingga individu tersebut mengalami
harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah penilaian diri yang salah tentang pencapaian
diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri atau orang
lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai,
dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam
hidupnya (Hidayat, 2006).
Individu yang memiliki harga diri positif akan lebih percaya diri untuk
mencoba perilaku sehat yang baru dan sangat kecil kemungkinan untuk
mengalami depresi. Sedangkan gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa
gagal mencapai keinginan (Boyn, 2005).

2. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah


Kondisi harga diri rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi, terjadinya harga diri rendah akibat penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi, terjadinya harga diri rendah biasanyanya akibat
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah
dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu akan sesuatu (korban perkosaaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Gangguan pada klien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena:
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemsangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan
fisik.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pad klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa.

Baik faktor predisposisi maupun prespitasi diatas bila mempengaruhi


seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan
mempengaruhi terhadap koping individu terebut sehingga menjadi tidak efektif
(mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul
dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebabkan klien asik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku
kekerasan.
Menurut Peplau dan Sulivan (2013), harga diri berkaitan dengan
pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan bayi sampai lanjut usia
seperti good me, bad me, not me, anak dapat dipersalahkan, ditekan sehingga
perasaan amanya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila
koping yang diberikan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.
Menurut Caplan (2013), lingkungan sosial akan mempengaruhi individu,
pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,
ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan
menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri.

3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga
diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi untuk berubah serta cenderung merasa aman.
Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara Kozier berikut:
Level of self esteem range from high to low. A person who has high self
esteem deals actively with the environtment, adapts effectively to change, and
fells secure.a person with low self esteem sees the environment as negative and
threatening (Driever dalam Kozier, 2003:845).
Self esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan
fungsi ego, dimana anak-anak yang beradaptasi terhadap lingkungan internal dan
eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan
menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga
diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungan negatif dan sangat
mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi
egonya (Otong, 1995:297).
Sebuah hasil riset menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan
oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak
optimal (Malhi, 2008).
Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya sering
tidak dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa
awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.

Adaptif Mal-adaptif

Aktualisasi Konsep diri harga diri kerancuan deperso-


Diri positif rendah identitas nalisasi

Gambar 2.1.4. Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1998)

Keterangan :

1. Respon adaptif adala respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik, antara lain:
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi mas
lalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-adaptif
gangguan konsep diri adalah:
a. Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
b. Kekacauan identitas
Kekacauan diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah, Damayanti (2008), sebagai
berikut :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara pelan.

5. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah


Batasan karakteristik menurut Nanda – 1 (2012), yaitu :
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebih – lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri.
d. Secara berlebihan mencari penguatan.
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
f. Enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru.
g. Perilaku bimbang, kontak mata kurang.
h. Perilaku tidak asertif.
i. Sering kali mencari penegasan, pasif.
j. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri. Ekspresi rasa
bersalah.
6. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Harga
Diri
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Rohmah, 2009). Jadi
pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan diagnosa keperawatan :

a. Pengumpulan data
Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai statuskesehatan dan
kemungkinan adanya masalah yang memerlukan intervensi dari perawat.
Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu didapat secara nyata
dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarganya. Adanya data ini di dapat melalui wawancara perawat
pada klien dan keluarganya. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan,
umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan, agama,
pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor
medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
dan diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
2) Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan dan
tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit,
dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau sesudah
berobat kerumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang (Stuart, 2006).
a) Riwayat ganguan jiwa
b) Pengobatan
c) Aniaya
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
4) Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi
badan.
5) Pengkajian psikososial
a) Genogram
Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas, pola
asuh, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga dari klein
sebelumnya pernah mengalami penyakit gangguan kejiwaan,
pola asuh yang kurang dari orang tuanya saat/sejak dari kecil,
jarang diikitsertakan dalam pengambilan keputusan, dan
hubungan klien dengan keluarga lainnya kurang harmonis.
Penjelasan :
Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya,
jelaskan masalah yang terkait dengan pola asuh kelurga terhadap
klien dan anggota keluarga lainnya, pola komunikasi,pola
pengambilan keputusan, dan faktor herediter (Azizah : 2011).
b) Konsep diri
1) Gambaran`diri
Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak ada
keluhan apapun.
2) Identitas diri
Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya, status
sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak berdaya dan
rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan
atau diharapkan dikeluarga maupun masyarakat
3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan
peran dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
4) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekola, tempat
kerja, masyarakat),harapan klien terhadap penyakitnya.
5) Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata dan
perasaan dirinya lebih penting.

c) Hubungan sosial
1) Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan
2) Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.
3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
4) Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain

d) Spiritual
1) Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman,
tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta
dengan penyembuhannya.
2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap
Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang
diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.

e) Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat
untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat
kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi
atau skizoprenia.
Bila seorang perempuan yang mempunyai ketakutan seksual
mungkin berpakaian netral, tetapi apabila wanita berpaian,
bersolek, dan berprilaku seakan-akan hendak membangkitkan
rangsangan seksual maka adanya kemungkinan hysteria. Bau
badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan
jiwa (Marammis, 2005).
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah,
sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep, 2009).
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi
Yosep, 2009).
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang
pesimis (Yosep, 2009).
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep, 2009).
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep,
2009).
7) Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
member perintah. (Keliat: 2006).
8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai
pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang
berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan).
Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, serta klien tidak
menyadarinya). Fight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari
satu toipik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis dan
tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti secara
tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali).
Jelaskan apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah
keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006).

9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009)
10) Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi
(klien mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya
mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor (gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan
yang di ulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung
yang dipertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari
semua yang terjadi dilingkunganya) diperoleh melalui observaasi,
orientasi waktu, tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melaui
wawancara, jelaskan data objektif dan data subjektif yang terkait
dengan hal-hal diatas. Masalah keperawatan sesuai dengan data,
jelaskan apa yang dilakukan klien saat wawancara. (Keliat :
2006).
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun
memori jangka panjang. (Keliat : 2006).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena
merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam
berhitung. (Keliat : 2006).
13) Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:
berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah
diberikan penjelasa klien masih tidak mampu mengambil
keputusan), jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah
keperawatan sesuai dengan data. (Keliat: 2006).
14) Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak
menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2006).

2. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data tersebut
dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien (Rohman, 2009).
Data mayor dan data minor pada gangguan konsep diri : harga Diri rendah yaitu
:
Deskripsi Data mayor Data minor
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Deskripsi : Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya
Data Mayor Subyektif: - Mengeluh hidup tidak bernakna
- Tidak memiliki kelebihan apapun
- Merasa jelek
Data Mayor Objektif: - Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan
orang lain

Data Minor Subyektif: - Mengatakan malas


- Putus asa ingin mati
Data Minor Obyektif: - Tampak malasmalasan
- Produktifita s menurun

3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal
mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan
(Rohmah, 2009).
Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan gangguan harga diri rendah adalah:
a) Gangguan harga diri rendah kronik
b) Koping individu tidak efektif
c) Gangguan sensori persepsi : halusinasi
d) Isolasi sosial
e) Resiko prilaku kekerasan
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah
mengurangi, mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan efektif dan
efisien (Rohmah, 2009).
Berdasarkan diagnosa diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu tujuan,
kriteria evaluasi, intervensi, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat jika serangkaian
tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian sistem
dari diagnosa tertentu, tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien
yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Jika harga diri klien sangat rendah berarti mereka gagal untuk merawat
diri mereka sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan perawat untuk
memenuhi kebutuhan lain seperti kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
nyaman serta tindakan keperawatan untuk meningkatkan harga diri klien.
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga
diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan (Purba, Jenny
Marlindawati, dkk. 2008)
1. Tindakan keperawatan pada pasien:
A. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
4. Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

B. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien, saudara dapat:
 Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien
dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu pasien penilaian negatif.


2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat:
 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana.

 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif


3. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang
sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah:
 Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari

 Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri, mana aktivitas yang dapat
memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas
apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.


4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai
kemampuan pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut
saudara dapat melakukan:
 Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan ( yang sudah dipilih pasien ) yang akan
dilatihkan.

 Bersama pasien dan keluarga mempragakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien.

 Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien.
5. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan. Untuk
mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara
dapat melakukan hal-hal berikut:
 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatihkan.

 Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari.

 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.

 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.

 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.

 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien.


2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
dirumah menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
A. Tujuan:
 Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasikan
kemampuan yang dimiliki.

 Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai
kemampuan.

 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan latihan yang dilakukan, dan memberi pujian
atas keberhasilan pasien.

 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan
kemampuan pasien.
B. Tindakan Keperawatan:
 Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang
ada pada pasien.

 Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki
pasien dan memuji pasien atas kemampuannya.

 Anjuran keluarga untuk memotivasi pasien dalam
melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan pada pasien
dengan perawat.

 Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan
perubahan prilaku pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Bulechek, G. M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classfication (NIC)
(6th ed.). USA: Mosby.
Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan: Pada Praktik klinis.
Jakarta: EGC.
Dalami, E. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial. Jakarta: Trans Info Media.
Herdman, T. H. (2012). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Moread, dkk. (2013). Nursing Outcame Classification (NOC).
Fifth Edition.USA: Mosby.
Patricia, G. dkk. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Jakarta:
EGC.
Purba, J. M. dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono, R. & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperwatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai