Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN DASAR PROFESI PERSONAL HYGIENE

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Studi Ners Stase Keperawatan Dasar Profesi)

Disusun oleh:

Tiana Ramdhani Gunawan

NPM 214221018

FAKULSTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL


ACHMAD YANI CIMAHI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS DUSTIRA

CIMAHI

2021
A. Konsep Personal Hygiene
1. Definisi
Personal Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal
hygiene merupakan kebuthan perawatan diri sendiri atau perorangan
yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik fisik maupun
pisikologis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan pisikis (Kasiati & Rosmalawati
Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygiene merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan
untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis
(Alimul, 2006).
Personal Hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri yang
di lakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sendiri baik
secara fisik maupun mental. Tingkat kebersihan diri seseorang umumnya
di lihat dari penampilan yang bersih dan rapih serta upaya yang di
lakukan seseorang untuk menjaga kebersihan dan kerapihan tubuhnya
setiap hari (Lyndon saputra,2013).
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata
personal yang artinya perorangan, dan hygiene berarti sehat. Dapat
diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan baik fisik maupun psikisnya (Is’roin dan
Andarmoyo,2012).

2. Tujuan
Tujuan dari personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan
diri, menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan
individu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit pada diri sendiri
maupun orang lain, baik secara sendiri/mandiri maupun dengan
menggunakan bantuan dari orang lain, serta menciptakan penampilan
yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Maulida Debi. 2017)

3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga berdasarkan pola asuh yang terlalu melindungi dan
memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
3) Sosial
Kurangnya dukungan dari latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2011) ada beberapa faktor persipitasi yang
dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri antara lain:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri, seperti karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Praktik sosial
Anak selalu dimanjaan dalam melakukan kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial-ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang memerluk
an uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuna personal hygiene yang baik sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan, seperti pada psien dengan Diabetes
mellitus yng harus selalu menjaga kebersihan area ekstremitas
bawahnya.

4. Patofisiologi dan Patway


Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila
individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya
pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang
kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan
mrngalami defisit personal hygiene. Apabila defisit personal hygiene
individu terganggu, maka akan menimbulkan dampak baik dilihat dari
segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
1) Gangguan integritas kulit

2) Gangguan mukosa mulut

3) Infeksi pada mata dan telinga

4) Gangguan fisik pada kuku

Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:

1) Kebutuhan harga diri

2) Gangguan interaksi sosial

3) Aktualisasi diri

4) Gangguan rasa nyaman

5) Kebutuhan mencintai dicintai


Hambatan
Mandi, Makan, Berhias

Penurunan kemampuan dan motivasi


merawat diri

Ketidak Ketidak mampuan Hambatan Penyakit


mampuan melakukan hygiene mengambil kronis
membasuh tubuh yang tepat pakaian

Defisit Defisit Defisit Risiko


keperawatan diri keperawatan diri keperawatan diri infeksi
mandi eleminasi berpakaian

5. Klasifikasi

a. Perawatan diri berpakaian

b. Perawatan diri eleminasi

c. Perawatan diri makan

d. Perawatan diri mandi


6. Manifestasi Klinis

Menurut Depkes (2010), manifestasi klien dengan gangguan

perawatan diriadalah sebagai berikut :

1)Fisik

a. Kulit kepala kotor, rambut kusam dan acak-acakan.

b. Hidung dan telinga kotor.

c. Gigi kotor disertai mulut bau.

d. Kulit kusam dan tidak terawat

e. Kuku panjang dan tidak terawat

f. Badan kotor, bau dan pakaian kotor.

g. Penampilan tidak rapi

2)Psikologi

a. Malas, tidak ada inisiatif.

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3) Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang.

c. Tidak mampu berprilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur.

e. BAB/BAK disembarangan tempat.


7. Komplikasi

Menurut laily isro’in dkk (2012) terdapat beberapa dampak yang

dapat ditimbulkan dari masalah personal hygiene, yaitu :

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan diri perseorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah :

1) Gangguan integritas kulit

2) Gangguan membrane mukosa mulut

3) Infeksi pada mata dan telinga

4) Gangguan fisik pada kuku.

b. Gangguan psikososial

Masalah psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah :

1) Gangguan kebutuhan rasa nyaman

2) Kebutuhan dicintai dan mencintai

3) Aktualisasi diri menurun


4) Gangguan interaksi sosial.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Meliputi : pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan urin rutin,
pemeriksaan kimia darah, pemeriksaan serologi.
b. Pemeriksaan radiagnostik (x foto tulang belakang, xfoto kpeal dsb)
c. Pemeriksaan penunjang yang lain (CT Joan , LP)
9. Penatalaksanaan Klinis

Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang

mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut

khususnya pada daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan

tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus akibat

tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada pasien

dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah

membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa

nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan

memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit. Tindakan

keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi

dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi pada

mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu

menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku

secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan

mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku (Solica,

20116). Berikut penatalaksanaan pada personal hygiene:

a. Personal Hygiene pada kulit

Salah satu cara membersihkan diri adalah dengan mandi. Hal-hal

yang perlu diperhatikan tentang mandi adalah:

1) Membersihkan diri sebanyak dua kali sehari atau setelah

beraktivitas.
2) Menggunakan sabun yang tidak iritatif. Jangan menggunakan sabun

mandi untuk mencuci muka.

3) Menyabuni seluruh tubuh, terutama pada daerah lipatan kulit,

misalnya sela- sela jari.

4) Mengeringkan tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah

mandi.

b. Personal Hygiene pada kuku

1) Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya

dalam bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari

kaki dipotong dalam bentuk lurus.

2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput

kulit dan kulit disekitar kuku.

3) Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam,

sebab akan merusak jaringn kuku.

4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.

5) Khusus untuk jari kaki, sebaiknya dipotong dengan segra setelah

mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu.

6) Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku

c. Personal hygiene pada mata

Usap kotoran pada mata dari sudut mata bagian dalam kesudut mata

bagian luar. Saat mengusap mata menggunakan kain yang paling

lembut dan bersih. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran
d. Personal hygiene pada hidug

1) Jaga lubang hidung agar tidak kemasukan air atau benda kecil

2) Jangan memberikan benda kecil masuk ke hidung karena dapat

menyebabkan benda kecil terhisap dan menyumbat saluran

pernafasan serta menyebabkan membran mukosa terluka.

3) Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara

berlahan dan biarkan kedua lubang hidung tetep terbuka.

4) Jangan mengeluarkan kotoran hidung dengan menggunakan jari,

karena dapat mengiritasi membran mukosa.

e. Personal hygiene pada gigi dan mulut

1) Tidak makan-makanan yang terlalu manis dan asam.

2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda

keras seperti membuka tutup botol.

3) Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi

patah.

4) Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya seblum tidur.

5) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga

dapat menjangkai bagian dalam gigi.

6) Leletakan sikat gigi pada sudut 45° di pertemuan antar gigi dan gusi

dan sikat menghadap kearah yang sama dengan gusi


f. Personal hygiene pada telinga

1) Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara berlahan

dengan menggunakan penyedot telinga.

2) Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati

agar tidak menyebabkan kerusakan pada telinga akibat dari tekanan

air yang berlebihan.

3) Aliran yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga

dan bukan langsung ke gendang telinga.

4) Jangan mengguanakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan

kotoran telinga karena dapat merusak gendang telinga.

g. Personal hygiene pada genetalia

1) Wanita: perawatan perinium dan area genetalia eksterna dilakukan

pada saat mandi ( 2x sehari)

2) Pria: perawatan dilakukan 2 x sehari pada saat mandi, pada pria

terutama yang belum sirkumsisi, karena adanya kulup pada penis

yang menyebabkan urine mudah terkumpul di sekitar gland penis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian perawat tentang bibir, gigi, mukosa mulut, gusi, langit-

langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua daerah dengan hati-

hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak

mengikuti praktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami


penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam

khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan

holitasis. Rasa sakit yang di lokalisasi adalah gejala umum dari

penyakit gusi atau gangguan gusi tertentu. Infeksi pada mulut

melibatkan organisme seperti Treponeme pallidum, Neisseria

gonorrhea, dan himonis virus herpes. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya. Jika klien hendak memperoleh radiasi atau kemoterapi,

sangat penting mengumpulkan data dasar untuk keperawatan preventif

bagi klien saar merekaaa melewati pengobatan.

Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukkan perubahan aktual

atau potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan

yang berhubungan dapat merefleksikan masalah atau komplikasi akibat

perubahan rongga mulut. Penemuan perawat juga menunjukkan

kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit

perawatan diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi

faktor yang berhubungan dengan yang menyebabkan masalah klien.

Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi misalnya akan

memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mukosa akibat

penempatan selang endotrakea.

Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari, sarana dan

prasarana yang dimiliki, serta faktor-faktor yang memepengaruhi

hygiene personal individu baik faktor pendukung maupun faktor

pencetus.
a. Riwayat keperawatan

Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care, perawatan kuku dan

kaki, perawatan rambut, mata, hidung, telinga, dan perineal care).

1) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

2) Riwayat masalah membran mukosa, kulit, mulut, hidung,

telinga, kuku, kaki, rambut dan perineal

3) Pola kebersihan tubuh

4) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai

b. Pemeriksaan Fisik :

Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu mulai dari

ektremitas atas sampai bawah.

1. Rambut

a. Amati kondisi rambut

b. Keadan rambut yang mudah rontok.

c. Keadaan rambut yang kusam.

d. Tekstur rambut.

2. Kepala

a. Amati dengan benar kebersihan kulit kepala.

b. Perhatikan adanya ketombe, kebotakan, atau tanda tanda

kemerahan

c. Berkutu.

d. Kebersihan.

e. Apakah ada nyeri tekan.


3. Mata

a. Amati adanya tanda-tanda ikterus.

b. Kesimetrisan.

c. Konjungtiva ananemis.

d. Secret pada kelopak mata.

e. Kemerahan

f. Gatal-gatal pada mata

4. Hidung

a. Amati kondisi hidung.

b. Kaji adanya sinusitis.

c. Perdarahan hidung

d. Tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh.

e. Tanda-tanda alergi

f. Perubahan penciuman.

g. Kebersihan hidung.

h. Keadaan membrana mukosa apakah ada septum deviasi.

5. Mulut

a. Amati kondisi mukosa mulut.

b. Kelembapan.

c. Adanya lesi.

d. Kebersihan.

e. Tanda-tanda radang gusi atau sariawan, kekeringan, atau

pecah-pecah.
6. Gigi

a. Amati kondisi dan kebersihan gigi

b. Perhatikan apakah adanya tanda-tanda karang gigi.

c. Apakah ada carries, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau

gigi palsu.

7. Telinga

a. Amati telinga kanan kiri apa simetris.

b. Apakah ada lesi, infeksi, atau daya pendengaran.

c. Perhatikan adanya serumen atau kotoran pada telinga.

8. Kulit

a. Amati kondisi kulit (tekstur,turgon,kelembaban)

b. Kebersihan.

c. Apakah ada lesi.

d. Apakah ada luka.

e. Perhatihan adanya perubahan warna kulit, stria, kulit

keriput, lesi atau pruritus.

9. Kuku, Tangan, dan Kaki

a. Amati bentuk dan kebersihan kuku

b. Perhatikan adanya kelianan atau luka.

10. Genetalia

a. Amati kondisi kebersihan genetalia berikut area perineum.

b. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis (wanita).

c. Perhatikan kondisi skrotum dari testisnya (pria).


11. Hygiene personal secara umum

Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum perhatihan

adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.

2. Analisa Data

Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta

14 kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data

merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang

terkumpul didapatkan data dasar dan data fokus.

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status

kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap

dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan

terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi

kesehatan lainnya. Data fokus adalah tentang perubahan-perubahan

atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta

hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Data dasar akan digunakan untuk menentukan diagnosis

keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan

data dimulai sejak pasien masuk rumah sakit (Intial assessment), selama

klien dirawat secara terus menerus (Ongoing assasment) serta


pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data (re-assesment)

(Sigit, 2010)

Data Subyektif Data Obyektif

a. Malas beraktivitas a. Badan dan pakaian kotor

b. Intraksi kurang b. Rambut kotor

c. Kegiatan kurang c. Mulut dan gigi bau

d. Pasien merasa lemah d. Kulit kusam dan kotor

e. Kuku kotor

3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Fortinash dan Holoday-Worret (2012), diagnosa

keperawatan berdasarkan NANDA (2012) yang mungkin muncul,

yakni :

a. Defisit perawatan diri : Mandi


Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan Kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Ketidaknyamanan
b. Defisit perawatan diri : Berpakaian
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Keletihan dan kelemahan
c. Defisit perawatan diri : Makan
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Ketidaknyamanan
d. Defisit perawatan diri : Eliminasi
1) Gangguan kognitif
2) Penurunan motivasi
3) Kendala lingkungan
4) Keletihan dan kelemahan

4. Intervensi

No. Diagnosa Intervensi


1. Dukungan Perawatan Observasi
Diri : Mandi 1. Identifikasi usia dan budaya dalam membantu
kebersihan diri
2. Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3. Monitor kebersihan tubuh (mis. rambut, mulut,
kulit, kuku)
Terapeutik
1. Sediakan peralatan mandi (mis. sabun, sikat gigi,
sampo, pelembab kulit)
2. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3. Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
4. Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5. Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6. Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
Edukasi
1. Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi
terhadap kesehatan
2. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan
pasien, jika perlu
2. Dukungan Perawatan Observasi
Diri : Berpakaian 1. Identifikasi usia dan budaya dalam membantu
berpakaian/berhias
Terapeutik
1. Sediakan pakaian pada tempat yang mudah
dijangkau
2. Sediakan pakaian pribadi, sesuai kebutuhan
3. Fasilitasi mengenakan pakaian, jika perlu
4. Fasilitasi berhias (mis. menyisir rambut,
merapikan kumis/jenggot)
5. Jaga privasi selama berpakaian
6. Tawarkan untuk laundry, jika perlu
7. Berikan pujian terhadap kemampuan berpakaian
secara mandiri
Edukasi
1. Informasikan pakaian yang tersedia untuk
dipilih, jika perlu
2. Ajarkan mengenakan pakaian, jika pelu
3. Dukungan Perawatan Observasi
Diri : Makan/Minum 1. Identifikasi diet yang dianjurkan
2. Monitor kemampuan menelan
3. Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
selama makan
2. Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
3. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
4. Letakkan makanan disisi mata yang sehat
5. Sediakan sedotan untuk minum, sesuai
kebutuhan
6. Siapkan makanan dengan suhu yang
meningkatkan nafsu makan
7. Sediakan makanan dan minuman yang disukai
8. Berikan bantuan saat makan/minum sesuai
tingakt kemandirian, jika perlu
9. Motivasi untuk makan diruang makan, jika
tersedia
Edukasi
1. Jelaskan posisi makanan pada pasien yang
mengalami gangguan penglihatan dengan
menggunakan arah jarum jam (mis. sayor jam
12, rendang di jam 3)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat (mis. analgesik,
antiemetik), sesuai indikasi
4. Dukungan Perawatan Observasi
Diri : BAB/BAK 1. Identfikasi kebiasaan BAK/BAB sesuai usia
2. Monitor integritas pasien
Terapeutik
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk
memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal secara konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu BAK/BAB setelah
digunakan
6. Latih BAK/BAB sesuai jadwal, jika perlu
7. Sediakan alat bantu (mis. kateter eksternal,
urinal), jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet, jika perlu

5. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan

yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah

status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.

6. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal

hygiene berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu

a. Pasien mampu berpakaian dan berpenampilan rapi secara mandiri


b. Kebutuhan personal hygiene pasien : eliminasi terpenuhi
c. Pasien mampu makan secara mandiri/dibantu

C. DAFTAR PUSTAKA
1. Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
2. Saputra,Lyndon. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta:Binarupa Aksara
3. Isro’in, L & Andarmoyo, S. (2012), Personal Hygiene Konsep, Proses
Dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan: Graha Ilmu.
4. Kasiati, Ni Wayan Dwi Rosmalawati. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan
5. Maulida Debi. 2017. Personal Hygiene.
Http://debimaulida.web.unej.ac.id. Diunduh tanggal 11 Maret 2019
6. Tarwoto & Wartono. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
7. https://pdfcoffee.com/download/laporan-pendahuluan-kebersihan-diri-
pdf-free.html
8. Isro’in Laily., dan Sulistyo Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene:
Konsep, Proses dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
9. Mubarak, Wahit Iqbal., Lilis Indrawati., & Joko Susanto. (2015). Buku
Ajar Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
10. Sigit. (2010). Analisa Data Asuhan Keperawatan Personal Hygiene.
Jakarta: MediAction.
11. Nanda Internasional 2013. Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta ; EGC
12. Potter, P., & Perry, A. (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta :
Selemba Medika
13. SDKI TIM. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPW PPNI

Anda mungkin juga menyukai