Anda di halaman 1dari 20

Kebijakan JKN

SDGs √√

UU Kesehatan

Kebijakan dasar Puskesmas √

Standar pelayanan minimal √√

PHBS √√

Penanggulangan narkoba √√

Imunisasi √√

Program CERDIK √√

KB 122-129

Keselamatan pasien √√

Perencanaan pelayanan RMIK

Pelaksanaan rekam medis

Pelaporan dan evaluasi pelayanan RMIK


KESELAMATAN PASIEN
Undang-Undang Nomor 44  Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan
Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien.
Keselamatan pasien (patien safety) adalah proses dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan
manajemen risiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko.
Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2) dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka
kejadian yang tidak diharapkan.
Insiden keselamatan pasien adalah kesalahan medis (medical error), kejadian yang tidak
diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss) → setiap kejadian yang tidak disengaja
dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien. Setiap insiden harus dilaporkan 2x24jam.

 Kondisi Potensial Cedera (KPC) = kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera, tetapi belum terjadi insiden
 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) = terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke
pasien
 Kejadian Tidak Cedera (KTC) = insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak
timbul cedera
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) = insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan menurut Pasal 3 ayat (1)
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, membentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Komite Nasional tersebut merupakan organisasi nonstruktural dan independen dibawah
koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah sakit, serta bertanggung jawab kepada
Menteri.
Selain penanganan insiden fasyankes harus melakukan penanganan kejadian sentinel. Kejadian
Sentinel = KTD yang mengakibatkan kematian, cedera permanen atau cedera berat yang
temporer dan membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik fisik maupun
psikis, yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit atau keadaan pasien. → dilaporkan
sesegera mungkin paling lama 1 jam setelah diketahuinya kejadian sentinel → pelaporan
dilakukan secara lisan melalui telepon kemudian dilengkapi dengan laporan tertulis.
Pelaporan paling sedikit memuat:
a. Lokasi kejadian
b. Kronologis kejadian
c. Waktu kejadian
d. Akibat kejadian
e. Jumlah pasien yang mengalami kematian atau cedera berat akibat kejadian sentinel

TUJUH LANGKAH
Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien;
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;dan
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah Sakit
untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6
(enam) hal sebagai berikut:
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9 Peraturan Menteri
Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien;
2. Memimpin dan mendukung staf;
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko;
4. Mengembangkan sistem pelaporan;
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang dijamin dalam Pasal 32
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, terpenuhi.  Hak tersebut antara lain
untuk memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi.
Asosiasi perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan menurut Pasal 10 Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, wajib berperan serta dalam persiapan
penyelenggaraan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

PELAPORAN INSIDEN, ANALISIS DAN SOLUSI


Sistem pelaporan insiden menurut Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dilakukan di internal Rumah Sakit dan kepada Komite Naional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Pada ayat (2) ditentukan, pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit mencakup KTD, KNC dan KTC, dilakukan setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi
dan solusi dari TKPRS.
Pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus dijamin
keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa identitas), tidak mudah diakses oleh yang tidak
berhak.
Pelaporan tersebut ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang (non blaming).
Setiap insiden menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, harus dilaporkan secara internal kepada TKPRS dalam waktu paling lambat 2x 24
jam sesuai format laporan yang ditentukan.
TKPRS melakukan analisis dan memberikan rekomendasi serta solusi atas insiden yang
dilaporkan.
TKPRS melaporkan hasil kegiatannya kepada Kepala Rumah Sakit.
Rumah Sakit menurut Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit harus melaporkan insiden,analisis,rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai dengan
format yang ditentukan.
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan pengkajian dan memberikan
umpan balik (feedback) dan solusi atas laporan KTD secara nasional.

TINDAKAN ADMINISTRATIF
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, Menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratifkepada Rumah Sakit
yang melanggar kewajiban untuk membentuk TKPRS, menerapkan Standar Keselamatan Pasien,
mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien, dan pelaporan insiden.
Tindakan administratifterhadap pelanggaran pemenuhan kewajiban Rumah Sakit sebagaimana
tersebut diatas, berupa:
1. Teguran lisan;
2. Teguran tertulis;atau
3. Penundaan atau penangguhan perpanjangan izin operasional.
Menteri Kesehatan, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota secara
berjenjang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan tersebut Menteri Kesehatan, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengikutsertakan asosiasi
perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan.
Kepala Rumah Sakit secara berkala wajib melakukan pembinaan dan pengawasan kegiatan
keselamatan pasien yang dilaksanakan oleh TKPRS.

CERDIK
CERDIK → perilaku hidup sehat dan termasuk salah satu program untuk mengendalikan
penyakit tidak menular/PTM (bagi yang belum sakit) seperti penyakit pembuluh darah, jantung,
hingga masalah ginjal
1. Cek Kesehatan Secara Berkala
Mulailah memonitor tekanan darah, menimbang berat badan, mengukur tinggi badan,
mengukur lingkar perut, dan perhatikan denyut nadi Anda. Jangan lupa pula mengecek
kadar kolesterol dan gula darah secara teratur. 

2. Enyahkan Asap Rokok


Merokok bisa berdampak buruk bagi kesehatan bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga
orang-orang di sekitar Anda. Dampak rokok bukan hanya pada sektor kesehatan, tapi
juga keuangan. Tak ada salahnya bila mulai saat ini Anda berhenti merokok demi
kehidupan yang lebih baik.

3. Rajin Aktivitas Fisik/Olahraga


Guna menjaga kesehatan dan mencegah penyakit kardiovaskuler, berolahragalah secara
rutin setidaknya minimal selama 30 menit per hari sebanyak 3-5 kali per minggu.

4. Diet Sehat dan Seimbang


Imbangi aktivitas olahraga dengan melakukan diet sehat dan seimbang yakni
mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi per hari. Batasi konsumsi gula tak lebih dari 4
sendok makan per hari per orang dan garam tak lebih dari 1 sendok teh per orang per
hari. Batasi pula konsumsi lemak (GGL) atau minyak tak lebih dari 5 sendok makan per
hari per orang. 

Untuk menjaga kesehatan, harus rajin membaca label kemasan makanan sebelum
membeli. Kurangi makanan dan minuman yang mengandung gula tersembunyi seperti
maltosa, glukosa, sukrosa, laktosa, dekstrosa, fruktosa dan sirup. Batasi konsumsi
makanan dengan kandungan garam tinggi.  Tak ketinggalan kurangi pula konsumsi lemak
dengan memilih makanan sumber protein seperti daging tanpa lemak, kacang kering,
unggas, ikan, dan kacang polong. Kurangi konsumsi daging merah dan buang lemak di
daging sebelum dimasak. Bila ingin minum susu, pilih susu rendah lemak dan hindari
jeroan serta kurangi makan telur.

5. Istirahat Cukup
Bagi orang dewasa, istirahatlah yang cukup dengan tidur selama 7-8 jam sehari. 

6. Kelola Stres
Terakhir, kurangi potensi penyakit kardiovaskuler dengan mengelola stres. Sering-
seringlah rekreasi, relaksasi, berpikiran positif dan bercengkrama dengan orang lain.
Terapkan pola hidup teratur dan rencanakan masa depan Anda sebaik-baiknya.

PATUH
PATUH → program yang dikhususkan bagi masyarakat yang telah menyandang penyakit tidak
menular/PTM
1. Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
2. Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
3. Tetap diet dengan gizi seimbang
4. Upayakan aktivitas fisik dengan aman
5. Hindari asap rokok, alcohol dan zat karsinogenik lainnya

PHBS
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga
keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta
memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. 

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk menularkan
pengalaman mengenai perilaku hidup sehat melalui individu, kelompok ataupun masyarakat luas
dengan jalur – jalur komunikasi sebagai media berbagi informasi.
PHBS adalah sebuah rekayasa sosial yang bertujuan menjadikan sebanyak mungkin anggota
masyarakat sebagai agen perubahan agar mampu meningkatkan kualitas perilaku sehari – hari
dengan tujuan hidup bersih dan sehat.

Terdapat langkah – langkah berupa edukasi melalui pendekatan pemuka atau pimpinan
masyarakat, pembinaan suasana dan juga pemberdayaan masyarakat dengan tujuan kemampuan
mengenal dan tahu masalah kesehatan yang ada di sekitar; terutama pada tingkatan rumah tangga
sebagai awal untuk memperbaiki pola dan gaya hidup agar lebih sehat.

Tujuan utama dari gerakan PHBS adalah meningkatkan kualitas kesehatan melalui proses


penyadartahuan yang menjadi awal dari kontribusi individu – individu dalam menjalani perilaku
kehidupan sehari – hari yang bersih dan sehat. Manfaat PHBS yang paling utama adalah
terciptanya masyarakat yang sadar kesehatan dan memiliki bekal pengetahuan dan kesadaran
untuk menjalani perilaku hidup yang menjaga kebersihan dan memenuhi standar kesehatan.

Beberapa Tatanan PHBS


Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang merupakan bagian dari tempat beraktivitas
dalam kehidupan sehari – hari. PHBS di Rumah tangga
 PHBS di Sekolah
 PHBS di Tempat kerja
 PHBS di Sarana kesehatan
 PHBS di Tempat umum

Manfaat PHBS
Manfaat PHBS secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mau
menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut agar masyarakat bisa mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS masyarakat mampu
menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup.

 Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat PHBS di Sekolah mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
meningkatkan proses belajar mengajar dan para siswa, guru hingga masyarakat
lingkungan sekolah menjadi sehat.

 Manfaat PHBS di Rumah Tangga


Manfaat PHBS di rumah tangga antara lain, setiap anggota keluarga mampu
meningkatkan kesejahteraan dan tidak mudah terkena penyakit, rumah tangga sehat
mampu meningkatkan produktivitas anggota rumah tangga dan manfaat PHBS rumah
tangga selanjutnya adalah anggota keluarga terbiasa untuk menerapkan pola hidup sehat
dan anak dapat tumbuh sehat dan tercukupi gizi.
 Manfaat PHBS di Tempat Kerja
Manfaat PHBS di tempat kerja yaitu para pekerja mampu meningkatkan kesehatannya
dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra tempat
kerja yang positif.

 Manfaat PHBS di Masyarakat


Manfaat PHBS di masyarakat adalah masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang
sehat, mencegah penyebaran penyakit, masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas
kesehatan dan mampu mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat.

Indikator PHBS di Sekolah


Contoh PHBS di sekolah
 Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan,
 Mengonsumsi jajanan sehat,
 Menggunakan jamban bersih dan sehat
 Olahraga yang teratur
 Memberantas jentik nyamuk
 Tidak merokok di lingkungan sekolah
 Membuang sampah pada tempatnya, dan
 Melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah untuk menciptakan lingkungan
yang sehat.

Tatanan PHBS Rumah Tangga


Salah satu tatanan PHBS yang utama adalah PHBS rumah tangga yang bertujuan
memberdayakan anggota sebuah rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menjalankan
perilaku kehidupan yang bersih dan sehat serta memiliki peran yang aktif pada gerakan di tingkat
masyarakat. Tujuan utama dari tatanan PHBS di tingkat rumah tangga adalah tercapainya rumah
tangga yang sehat.

Berikut ini 10 indikator PHBS pada tingkatan rumah tangga :


1. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
Persalinan yang mendapat pertolongan dari pihak tenaga kesehatan baik itu dokter, bidan
ataupun paramedis memiliki standar dalam penggunaan peralatan yang bersih, steril dan
juga aman. Langkah tersebut dapat mencegah infeksi dan bahaya lain yang beresiko bagi
keselamatan ibu dan bayi yang dilahirkan.

2. Pemberian ASI eksklusif


Kesadaran mengenai pentingnya ASI bagi anak di usia 0 hingga 6 bulan menjadi bagian
penting dari indikator keberhasilan praktek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tingkat
rumah tangga.
3. Menimbang bayi dan balita secara berkala
Praktek tersebut dapat memudahkan pemantauan pertumbuhan bayi. Penimbangan dapat
dilakukan di Posyandu sejak bayi berusia 1 bulan hingga 5 tahun. Posyandu dapat
menjadi tempat memantau pertumbuhan anak dan menyediakan kelengkapan imunisasi.
Penimbangan secara teratur juga dapat memudahkan deteksi dini kasus gizi buruk.

4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih


Praktek ini merupakan langkah yang berkaitan dengan kebersihan diri sekaligus langkah
pencegahan penularan berbagai jenis penyakit berkat tangan yang bersih dan bebas dari
kuman.

5. Menggunakan air bersih


Air bersih merupakan kebutuhan dasar untuk menjalani hidup sehat.

6. Menggunakan jamban sehat


Jamban merupakan infrastruktur sanitasi penting yang berkaitan dengan unit pembuangan
kotoran dan air untuk keperluan pembersihan.

7. Memberantas jentik nyamuk


Nyamuk merupakan vektor berbagai jenis penyakit dan memutus siklus hidup makhluk
tersebut menjadi bagian penting dalam pencegahan berbagai penyakit.

8. Konsumsi buah dan sayur


Buah dan sayur dapat memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral serta serat yang
dibutuhkan tubuh untuk tumbuh optimal dan sehat.

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari


Aktivitas fisik dapat berupa kegiatan olahraga ataupun aktivitas bekerja yang melibatkan
gerakan dan keluarnya tenaga.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Perokok aktif dapat menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah kesehatan bagi
perokok pasif. Berhenti merokok atau setidaknya tidak merokok di dalam rumah dapat
menghindarkan keluarga dari berbagai masalah kesehatan.

STANDAR PELAYANAN MINIMAL


SPM Kesehatan merupakan ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang
merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal.
Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Provinsi terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana dan/atau
berpotensi bencana provinsi; dan
b. pelayanan kesehatan bagi penduduk pada kondisi kejadian luar biasa provinsi.

Jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil;
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin;
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir;
d. Pelayanan kesehatan balita;
e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar;
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif;
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut;
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi;
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus;
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat;
k. Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis; dan
l. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi virus yang melemahkan daya tahan
tubuh manusia (Human Immunodeficiency Virus). yang bersifat peningkatan/promotif
dan pencegahan/ preventif

Pelayanan yang bersifat peningkatan/promotif dan pencegahan/preventif mencakup:


a. peningkatan kesehatan;
b. perlindungan spesifik;
c. diagnosis dini dan pengobatan tepat;
d. pencegahan kecacatan; dan
e. rehabilitasi.
IMUNISASI
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. (PMK 12 Tahun 2017)

NARKOBA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
UU 35 Tahun 2009

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan prilaku. UU 5 Tahun 1997

Terdapat konsep pencegahan, mulai dari primer, sekunder dan tersier yang dapat diterapkan pada
penyakit ini (Hamilton, King dan Ritter, 2004).
 Pencegahan primer adalah mencegah seseorang yang sebelumnya tidak memakai zat
adiktif untuk tidak mencoba atau memakai teratur.
 Pencegahan sekunder adalah mencegah seseorang yang sudah menggunakan agar tidak
masuk ke dalam kelompok berisiko dan tidak menjadi tergantung atau adiksi.
 Pencegahan tersier adalah mereduksi bahaya yang timbul dari masalah-masalah
penyalah guna narkoba dan adiksi, termasuk tindakan terapi dan rehabilitasi, sampai
seminimal mungkin menggunakannya atau bahkan tidak menggunakan sama sekali.

Salah satu upaya yang bersifat strategis dalam penaggulangan penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika adalah upaya pencegahan.
 Pencegahan primer/pencegahan dini
Ditujuka kepada individu yang belum menyalahgunakan
 Pencegahan sekunder/pencehagan kerawanan
Ditujukan kepada mereka yang rawan masalah penyalahgunaan narkoba
 Pencegahan tersier/pencegahan kambuhan
Ditujukan keapda mereka yang telah sembuh atau terbebas, mencegah kambuh

Dalam menangani penyalah guna narkoba saat ini melibatkan berbagai sector, antara lain
 RSKO (RS Ketergantungan Obat) dan RSJ, RSU
Penanganan masalah medic akut, kronis dan medic dengan berbagai komplikasi antara
lain dengan detoksifikasi
 Bagian/panti rehabilittasi - PRSN (Panti Rehabilitasi Sosial Narkoba), pesantren,
lembaga pemasyarakatan, dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang
penanggulangan masalah penyalahgunaan narkoba,
 Penanganan perbaikan perilaku melalui berbagai pendekatan non medis seperti
social, agama, spiritual, therapeutic community dan pendekatan alternative
lainnya,
 Bagian dari strategi preventif/pencegahan dalam mengurangi “demand”
 Merupakan proses menuju kesembuhan dari ketergantungan terhadap narkoba dan
resosialisasi penyalahgunaan narkoba ke dalam lingkungan kehidupan normal di
keluarga dan masyarakat.
UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika mengamanatkan pencehagan, perlindungan, dan
penyelamatan bangsa Indonesia dari peyalahgunan narkotika, dimana pada pasal 54
menyebutkan bahwa ‘korban penyalah guna dan pecandu narkotika wajib direhabilitasi’. UU tsb
juga mengatur bahwa rehabilitasi adalah alternative dari hukuman penjara.

Hambatan:
 Mind set masyarakat
 Belum punya budaya merehabilitasi secara sukarela (terkena narkoba merupakan
aib)
 Belum berani melapor karena takut ditangkap
 Pemenjaraan akan memberikan efek jera, padahal sebaliknya di lapas merupakan
tempat meningkatkan kualitas
 Penegak hokum masih memiliki budaya pemidanaan lebih menonjol dibandingkan
dengan rehabilitasi

Upaya:
 Peraturan bersama nomor 01 tahun 2014 tentang penanganan pecandu narkoba dan
korban penyalahgunaan narkotika dalam lembaga rehabilitasi pada tanggal 11 Maret
2014 dittd oleh MA, kejaksaan agung, kepolisian, menkumham, menkes, mensos, dan
BNN
 Penyediaan SDm, program rehabilitasi dan fasilitas rehabilitasi
 Kemenkes dan BNN sedang mendorongkan untuk memasukkan pembiayaan rehabilitasi
bagi pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang tidak mampu dalam JKN

 4 langkah yang dilakukan untuk mengatasi kecanduan narkoba dan di antaranya adalah:
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan adakah efek samping yang muncul. Jika si
pemakai mengalami depresi atau bahkan gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan
efek tersebut baru melakukan rehabilitasi.
Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu yang cukup berat adalah
detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan obat-obatan berbahaya
tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa mulai dari rasa mual hingga badan terasa
sakit. Disamping itu pecandu akan merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang
dikonsumsi seperti biasa.
Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak mengenakkan tersebut
dengan memberikan obat. Di samping itu, pecandu juga harus memperbanyak minum air agar
tidak terkena dehidrasi serta mengkonsumsi makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh.
Lamanya proses ini sangat bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad yang
dimiliki oleh si pemakai untuk sembuh.
Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan menerapkan langkah
stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu pemulihan jangka panjang dengan
memberikan resep dokter. Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan pun diarahkan
agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam bahaya obat-obatan
terlarang.
Pengelolaan Aktivitas
Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan kembali ke kehidupan
normal. Diperlukan pendekatan dengan orang terdekat seperti keluarga dan teman agar
mengawasi aktivitas mantan pemakai. Tanpa dukungan penuh dari orang sekitar, keberhasilan
dalam mengatasi kecanduan obat terlarang tidak akan lancar.
Banyak pemakai yang sudah sembuh lantas mencoba menggunakan kembali obat-obatan tersebut
karena pergaulan yang salah. Karena itulah pengelolaan aktivitas sangat penting agar terhindar
dari pengaruh negatif.

Tahap-tahap rehabilitasi bagi pecandu narkoba :


1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi),
Pecandu diperiksa seluruh kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah
yang memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala
putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba dan berat
ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan, pengalaman, dan keahlian
guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
2. Tahap rehabilitasi nonmedis,
Tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di Indonesia sudah di bangun tempat-
tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido
(Kampus Unitra), Baddoka (Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu
menjalani berbagai program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps
(dua belas langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
3. Tahap bina lanjut (after care),
Tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan minat dan bakat untuk mengisi kegiatan
sehari-hari, pecandu dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di
bawah pengawasan.
Untuk setiap tahap rehabilitasi diperlukan pengawasan dan evaluasi secara terus menerus
terhadap proses pulihan seorang pecandu.
Dalam penanganan pecandu narkoba, di Indonesia terdapat beberapa metode terapi dan
rehabilitasi yang digunakan yaitu :
1. Cold turkey;
Seorang pecandu langsung menghentikan penggunaan narkoba/zat adiktif. Dengan
mengurung pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan. Setelah gejala
putus obat hilang, pecandu dikeluarkan dan diikutsertakan dalam sesi konseling (rehabilitasi
nonmedis).
2. Metode alternatif
3. Terapi substitusi opioda;
Hanya digunakan untuk pasien-pasien ketergantungan heroin (opioda). Untuk pengguna
opioda hard core addict (pengguna opioda yang telah bertahun-tahun menggunakan opioda
suntikan), pecandu biasanya mengalami kekambuhan kronis sehingga perlu berulang kali
menjalani terapi ketergantungan. Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti (substitusi)
dengan narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan adalah kodein, bufrenorphin,
metadone, dan nalrekson. Obat-obatan ini digunakan sebagai obat detoksifikasi, dan
diberikan dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan pecandu, kemudian secara bertahap
dosisnya diturunkan.
4. Therapeutic community (TC);
Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali ke tengah masyarakat dan
dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program yang
disebut Drug Free Self Help Program. program ini mempunyai sembilan elemen yaitu
partisipasi aktif, feedback dari keanggotaan, role modeling, format kolektif untuk perubahan
pribadi, sharing norma dan nilai-nilai, struktur & sistem, komunikasi terbuka, hubungan
kelompok dan penggunaan terminologi unik. Aktivitas dalam TC akan menolong peserta
belajar mengenal dirinya melalui lima area pengembangan kepribadian, yaitu manajemen
perilaku, emosi/psikologis, intelektual & spiritual, vocasional dan pendidikan, keterampilan
untuk bertahan bersih dari narkoba.
5. Metode 12 steps;
Di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau menyalahgunakan narkoba,
pengadilan akan memberikan hukuman untuk mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang
mengikuti program ini dimotivasi untuk mengimplementasikan ke 12 langkah ini dalam
kehidupan sehari-hari.

KB
Keluarga Berencana merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertetu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kehamilan dalam hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Tujuan umum :
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus:
- Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi
- Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
- Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

Manfaat
 Negara : menekan laju pertumbuhan penduduk
 Demografis : menekan kepadatan penduduk
 Keluarga : meningkatkan kesehatan ibu dan anak, mengendalikan dan menjarangkan
jumlah anak
 Wanita : mengatur dan menjarankan kehamilan, meningkatkan kecukupan ASI,
meningkatkan pola asuh yang baik bagi anak, menurunkan resiko kematian ibu dan bayi

Jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi Sederhana Tanpa alat:
 MAL (metode amenore laktasi)
 Senggama terputus
 Metode kalender
 Metode lender serviks
 Suhu basal
Dengan alat:
 Kondom
 Diafragma
 Spermisida
Kontrasepsi Hormonal  Pil kombinasi
 Suntik kombinasi (1 bulan)
 Pil progestin
 Suntik progestin (3 bulan)
 AKDR progestin
Kontrasepsi Jangka Panjang AKDR (Alat Kontasepsi Dalam Rahim) / IUD
(Intrauterine Device) 8-10 tahun
Implant/Susuk KB 3 tahun
Kontasepsi mantap (pria: vasektomi, wanita:
tubektomi)

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:


a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
b. efek samping yang merugikan tidak ada.
c. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
f. cara penggunaannya sederhana
g. harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Anda mungkin juga menyukai