Anda di halaman 1dari 5

Polusi Suara, Bahayakah?

Pencemaran lingkungan menjadi salah satu permasalahan yang selalu dihadapi oleh manusia
dari waktu ke waktu. Pencemaran lingkungan yang umumnya diketahui oleh masyarakat
adalah pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Namun, apakah banyak
yang tahu bahwa suara juga dapat menjadi penyebab pencemaran?

Ternyata, suara yang berlebihan di lingkungan dapat menjadi salah satu sumber pencemaran
atau polusi yang dikenal dengan sebutan polusi suara. Jenis polusi ini merupakan polusi yang
tidak terlihat. Polusi suara disebabkan oleh adanya suara-suara yang tidak diinginkan yang
berada di lingkungan dan dapat mengganggu kehidupan manusia. Suara-suara tersebut sering
disebut sebagai kebisingan. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
KEP-48/MENLH/11/1996, yang dimaksud dengan kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Pencemaran suara
oleh kebisingan ini dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan dan kenyamanan hidup
seseorang.

Intensitas atau ingkat kebisingan adalah suatu ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam
satuan desibel yang disingkat dB. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri,
nilai ambang batas kebisingan yang aman bagi manusia adalah suara dengan intensitas 85 dB
dan pan\janan maksimal 8 jam per hari. Semakin tinggi intensitas kebisingan yang diterima
oleh seseorang, maka semakin pendek durasi waktu yang diperbolehkan untuk mendengar
suara dengan intensitas tersebut.

Sesungguhnya ada banyak hal yang menjadi faktor timbulnya polusi suara dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut adalah beberapa faktor yang kerap menyebabkan polusi suara :

1. Proses industrialisasi
Proses industrialisasi kini sangat pesat terjadi di berbagai daerah, terutama di
perkotaan. Industri-industri umumnya menggunakan mesin berukuran besar yang
menghasilkan kebisingan dengan intensitas cukup tinggi. Maka dari itu, pekerja di
Kawasan industri sangat rentan terhadap gangguan pendengaran akibat kebisingan
sehingga mereka perlu untuk menggunakan alat pelindung diri seperti earplug atau
earmuf.
2. Transportasi
Untuk Kawasan perkotaan, jumlah kendaraan yang sangat banyak menyebabkan
munculnya bising yang bersumber dari suara kendaraan dan klakson yang dibunyikan.
Dalam kondisi ini, biasanya orang akan susah untuk mendengarkan suara-suara lain
karena terdistorsi oleh suara kendaraan yang intensitasnya sangat tinggi.
3. Kegiatan sosial
Kegiatan sosial di masyarakat seperti pesta, suara obrolan yang keras, dan berbagai
kegiatan lainnya mampu mengakibatkan kebisingan. Selain itu suara musik yang
diputar dengan volume tinggi, suara perkelahian dan suara-suara pedagang yang
menjajakan barang dagangannya juga menjadi sumber kebisingan di lingkungan.
4. Tata kota yang buruk
Tata kota yang buruk umumnya terjadi di negara-negara berkembang. Pemukiman
yang padat penduduk dan rumah yang berhimpit-himpitan mengakibatkan suara-suara
yang dihasilkan akan terakumulasi atau terkumpul di kawasan tersebut dan akhirnya
menyebabkan kebisingan.
5. Proses konstruksi bangunan
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan bertambah banyaknya kontruksi
bangunan untuk memenuhi kebutuhan semua penduduk. Proses konstruksi bangunan,
jalan, gedung, rumah, jembatan dan lainnya menimbulkan suara yang cukup bising di
lingkungan.
6. Peralatan rumah tangga
Manusia dalam hidupnya selalu dikelilingi oleh berbagai peralatan seperti gadget, TV,
alat memasak dan peralatan lainnya. Dalam penggunaannya, peralatan tersebut
berkontribusi dalam menimbulkan kebisingan di lingkungan meskipun intensitasnya
tidak terlalu banyak.

Polusi suara terdengar kurang penting untuk diperhatikan karena dampak yang dimunculkan
tidak dapat secara langsung dirasakan oleh individu yang menerima paparan. Namun,
sebenarnya polusi suara dapat memberikan dampak yang cukup berat dan mengganggu
kehidupan sehari-hari, bahkan dampak yang muncul dapat terjadi dalam jangka waktu yang
panjang. Berikut adalah beberapa dampak yang diakibatkan oleh polusi udara.

1. Gangguan pendengaran
Suara suara yang masuk ke telinga manusia tidak dapat disaring sehingga semua jenis
suara baik itu yang dikehendaki dan tidak dikehendeaki dapat diterima oleh telinga.
Telinga manusia dapat mendengar suara dalam intensitas tertentu yang tidak
menimbulkan gangguan pendengaran. Namun ketika telinga menerima suara dengan
intensitas diatas 85 dB dan didengar secara terus menerus maka akan dapat
menyebabkan kerusakan pada gendang telinga dan menurunnya kemampuan
pendengaran seseorang.
2. Gangguan tidur
Beberapa bukti penelitian menyatakan bahwa kebisingan berpotensi menyebabkan
gangguan tidur pada seseorang. Paparan kebisingan selama tidur dapat meningkatkan
tekanan darah, denyut jantung dan gangguan pada sistem saraf. Selain itu, dampaknya
juga dapat muncul ketika siang hari akibat tidur yang telah terganggu oleh bising,
seperti terganggunya suasana hati dan menurunnya kinerja ketika melakukan
kegiatan.
3. Gangguan kardiovaskular
Kebisingan dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah, meningkatnya denyut
jantung, dan terjadi penyempitan pembuluh darah perifer. Berdasarkan penelitian,
individu yang menerima paparan bising secara terus menerus dalam intensitas 85 dB
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari individu yang tidak menerima paparan
bising. Hal ini menunjukan bahwa orang yang menerima paparan bising memiliki
kemungkinan lebih besar untuk menderita hipertensi. Selain itu, kebisingan yang
terdapat di lingkungan juga menjadi faktor risiko minor terhadap kejadian penyakit
jantung koroner.
4. Terganggunya proses komunikasi
Suara yang bising dengan intensiats yang tinggi akan mungkin menghalangi
komunikasi antar individu. Kata-kata yang diucapkan oleh seseorang mungkin akan
salah didengar oleh orang lain karena kata-kata yang diucapkan terganggu oleh suara-
suara bising di lingkungan. Akhirnya, keadaan ini dapat berujung pada susah
memahami ucapan orang lain dan dapat memunculkan kesalahpahaman antar dua
belah pihak yang berkomunikasi. Selain itu, gangguan bising ini akan dapat
mengganggu keseimbangan emosional seseorang.
5. Mengganggu kehidupan binatang
Binatang ternyata mengalami berbagai masalah akibat adanya polusi suara ini, karena
banyak jenis hewan yang sangat bergantung terhadap suara. Binatang memiliki
pendengaran yang lebih sensitif dibandingkan dengan manusia karena kehidupan
mereka banyak bergantung dengan suara-suara yang di dengar. Sebagai contohnya
yaitu kelelawar yang menggunakan kemampuan ekolokasinya untuk navigasi dan
mencari mangsa. Ketika lingkungan memiliki tingkat kebisingan yang tinggi, maka
sinyal yang dikirimkan oleh kelelawar akan terganggu sehingga akan susah untuk
kelelawar menemukan mangsa dan menentukan arah terbangnya. Selain itu,
kebisingan juga dapat mengganggu kehidupan hewan-hewan di air. Ikan termasuk
hewan yang memiliki pendengaran yang sensitif dengan kemampuan mendengar
suara dalam rentang frekuensi 30 – 1000 Hz. Kebisingan di perairan yang disebabkan
oleh pengeboran binyak bawah laut, suara mesin kapal, dan suara sonar dapat
mengganggu kehidupan ikan. Kebisingan yang tinggi akan mempengaruhi
kemampuan ikan untuk bereproduksi, berkomuniaksi dan kemampuan untuk
menghindar dari pemangsa. Selain itu, distribusi ikan di perairan juga akan terganggu
karena ikan cenderung untuk menghindari kawasan-kawasan dengan tingkat
kebisingan yang tinggi.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya polusi suara dan kebisingan
sesungguhnya adalah tindakan sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang. Untuk
menanggulangi kebisingan di tempat kerja, maka pemilik usaha sebaiknya menyediakan
peredam suara agar suara yang dihasilkan oleh mesin-mesin dapat berkurang intensitasnya.
Selain itu, jika memang pekerja harus tetap berhadapan dengan kondisi yang bising, maka
diharapkan pekerja menggunakan penutup telinga seperti earplug atau earmuff. Untuk
masyarakat umum, hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan kebisingan yang
diterima adalah dengan menghindari kawasan-kawasan yang memiliki tingkat kebisingan
yang cukup tinggi, atau menggunakan penutup telinga ketika melalui kawasan yang bising
jika memang dalam keadaan sedang tidak melakukan komunikasi dengan orang lain.

Namun, yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana kita sebagai manusia
menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing bahwa polusi suara adalah hal yang
perlu diperhatikan. Ketika kesadaran tersebut sudah tumbuh, maka setiap orang akan mampu
menghargai orang lain dan melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi suara-suara
berlebihan di lingkungan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah tindakan yang sederhana,
antara lain yaitu tidak menghidupkan musik dengan volume tinggi, mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor ketika menuju tempat yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki, dan
mengurangi kegiatan-kegiatan lainnya yang mampu menghasilkan suara berlebihan serta
mengganggu orang lain.
REFERENSI
1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang
Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
3. Stanfeld, Stephen A,. Matheson, Mark P. 2003. Noise Pollution : Non-Auditory
Effects on Health. Brittish Medical Bulletin, Vol 68 (1) : 243 – 257.
4. Ising H,. Kruppa B. 2004. Health Effects Caused by Noise : Evidence in the
Literature from the Past 25 Years. Noise and Health International Journal. Vol 6
(22) : 5 – 13.
5. https://www.conserve-energy-future.com/causes-and-effects-of-noise-
pollution.php
6. http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/06/100602_fishnoisy

Anda mungkin juga menyukai