Jurnal Khabar:
Komunikasi Dan Penyiaran Islam, 2(1), 43-56. https://doi.org/10.37092/khabar.v2i1.211
Aksiologi adalah salah satu cabang filsafat yang mana membahasa mengenai nilai atau
dapat disebutkan dengan teori nilai.
Dalam konteks filsafat ilmu komunikasi, isu-isu aksiologis ini muncul sebagai berikut: (1)
Apakah teori bersifat netral atau tidak? (2) Apak ilmuwan mempengaruhi teori yang
dihasilkan atau tidak? (3) Apakah ilmuwan memengaruhi proses sosial atau tidak?
Etika dan Filsafat Komunikasi, Muhamad Mufid, 2009, Kencana, hal 43-44
Terdapat tiga isu aksiologi untuk disiplin ilmu komunikasi yaitu :
a) Dapatkah teori bersifat bebas nilai atau tidak?
Ilmu pengetahuan klasik mengklaim bahwa teori dan penelitian bersifat bebas nilai
(value free), netral, dan ber usaha menampilkan fakta apa adanya. Bila nilai yang dimiliki
ilmuwan turut serta dalam pekerjaan ilmiah yang ia lakukan, maka yang dihasilkan
adalah apa yang dise but Littlejohn sebagai "sains yang buruk (bad science)".
Namun demikian, terdapat pandangan lain atas pertanyaan ini yang mengatakan bahwa
ilmu pengetahuan memang secara substantif bisa bebas nilai, namun secara teknis
terdapat nilai-nilai yang turut memengaruhi perkembangan suatu ilmu. Misalnya, pada
saat seorang ilmuwan menentukan metode penelitian yang digunakan, maka pada
hakikatnya pemilihan metode tersebut didasarkan pada sejumlah kepentingan, yang
pada gilirannya menyebabkan suatu teori atau ilmu pengetahuan tidak lagi bebas nilai
https://tambahpinter.com/filsafat-komunikasi/
Apakah teori bisa menjadi bebas nilai?
Jawaban umum dari pertanyaan ini adalah; iya—teori dan penelitian adalah bebas nilai,
pendidikan adalah netral, dan peneliti mencoba melihat fakta apa adanya. Ketika nilai peneliti
menyusup, hasilnya adalah ilmu yang jelek.
Namun, terdapat sisi lain dari isu ini; ilmu tidaklah bebas nilai karena pekerjaan peneliti selalu
dibimbing oleh preferensi mengenai apa yang ingin dipelajari dan bagaimana cara mengambil
data. Pilihan peneliti dipengaruhi oleh nilai personal dan juga institusi, seperti institusi
pendidikan dan pemerintah yang memberikan dana penelitian, ideologi politik yang ada, dan
lain sebagainya.
Sejauh mana proses penelitian memengaruhi apa yang dilihat?
Pertanyaan ini berkaitan dengan keperluan peneliti untuk menjadi bagian dari sistem supaya
bisa meneliti dan memengaruhi sistem yang diteliti. Pandangan tradisional melihat bahwa
peneliti harus meneliti secara berhati-hati tanpa terlibat dalam kehidupan objek penelitian.
Banyak yang meragukan hal ini dapat dilakukan, karena tidak ada metode observasi yang benar-
benar bebas dari keterlibatan langsung peneliti.
Peneliti harus memberi perhatian lebih terhadap level keterlibatannya dalam proses penelitian.
Tidak hanya dapat memengaruhi hasil penelitian, tetapi keterlibatannya juga dapat
memengaruhi kehidupan di luar proses penelitian. Peneliti dapat menjadi agen perubahan bagi
objek peneliti. Contohnya, ketika melakukan wawancara kepada sebuah pasangan tentang
keadaan hubungan mereka, terdapat kemungkinan bahwa wawancara tersebut dapat
memengaruhi beberapa aspek dari hubungan mereka.
Memelajari asumsi mendasar teori komunikasi melalui pandangan filsafat dapat membantu
kamu untuk menelaah secara lebih mendalam dan komprehensif mengenai teori dan proses
komunikasi. Termasuk di dalamnya adalah bidang, sifat, tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan
metode komunikasi.
Terdapat beberapa manfaat dari memelajari hakikat filsafat komunikasi. Pertama, kamu bisa
lebih mengetahui dan memahami makna ilmu komunikasi. Kedua, pemahaman filsafat bisa
membantu kamu untuk memahami cara penerapan ilmu komunikasi yang sesuai dengan dilema-
dilema etik. Ketiga, kamu bisa lebih mengetahui dan memahami ikhtisar ruang lingkup ilmu
komunikasi dari berbagai segi.