Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

“SISTEM INTEGUMEN”

Kelompok 2 :
Adilla Permata Syafni (183310797)
Laila Utami (183310811)
Mita Afvia Narila (193310786)
Nabila Adina Putri (213310731)
Oktia Khairunisa (213310732)
Prahardinasti Nabilah (213310733)
Putra Hidayatullah (213310734)
Putri Salsabilla (213310735)
Rachma Fitriani (213310736)
Radhit Febrianto Putra (213310737)
Raisa Fitri (213310738)
Rifqah Kinasih (213310739)
Riyan Adi Pratama (213310740)
Sherin Santris Ania (183310823)
Said Agil Barairoh (213310741)
Sartika Zalendari (213310742)
Shelhsa Rhasmit (213310743)
Tania Putri Cristia Dewi (213310744)
Ummi Uttari Pratama (213310745)
Violin Amara Syaherna (193310801)
Vira Alia Putri (213310746)
Wangi Lara Hatika Suci (213310747)
Wilda Arafianti (213310748)
Yasirli Amrina (213310749)
Yolanda Andrian Tami Safitri (213310750)

Dosen Pembimbing :
Herwati, SKM, S.Kep, M.Biomed

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas rahmat dan nikmat Tuhan yang telah
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas kelompok membuat
makalah Ilmu Biomedik Dasar tentang sistem Integumen dengan lancar.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Akhir kata, harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Atas segala bentuk
perhatian, kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Padang, 5 September 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………...

DAFTAR ISI……………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …….………………………………..…
B. Rumusan Masalah…………………………………..….
C. Tujuan ……………………………………………….....

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Integumen...............................................
B. Klasifikasi dari Sistem Integumen....................................
C. Perkembangan Sistem Integumen....................................
D. Anatomi Sistem Integumen...............................................
E. Fungsi Sistem Integumen..................................................
F. Mekanisme Kehilangan Panas Pada Sistem Integumen......
G. Gangguan Pada Sistem Integumen....................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………....
B. Saran …………………………………………………......

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah
dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk
mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu
tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan
tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk
memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ
sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin,
sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot.
Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel
(epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan yang
mendasari (hypodermis atau subcutis).
Sistem Integumen merupakan bagian dari tubuh yang paling mudah di
inspeksi, mudah terpapar infeksi, terpapar penyakit dan mudah terjadinya luka. Kulit
merupakan organ paling besar dari keseluruhan tubuh yang memiliki banyak fungsi
termasuk pelindung terhadap paparan fisik, kimia dan biologis dari luar (Kolarsick et
al., 2011).
Kulit merupakan organ sensorik yang mempunyai reseptor terhadap panas,
dingin, sentuhan, nyeri dan tekanan. Kulit dapat menunjukkan emosi dan juga aspek
fisiologis yang normal seperti contohnya berkeringat, saat malu (kulit memerah) dan
saat menyeringai. Perubahan warna kulit juga dapat menunjukkan keadaan perubahan
hemodinamik seseorang melalui perubahan warna kulit. Sebagai contoh kulit
kemerahan saat terjadi cacar air yang menunjukkan infeksi secara sistemik, kulit yang
kekuningan menunjukkan kondisi "Jaundice" yang menunjukkan gangguan hati/liver.
Gangguan lain bisa meliputi jerawat, kutil, dan penebalan kulit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sistem integumen ?
2. Apa saja klasifikasi dari sistem integumen ?
3. Apa saja Perkembangan Sistem Integumen ?
4. Apa saja anatomi dari sistem integumen ?
5. Apa fungsi dari sistem integumen ?
6. Apa mekanisme kehilangan panas pada sistem integumen ?
7. Apa saja gangguan pada sistem integumen ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari sistem integumen
2. Mengetahui klasifikasi dari sistem integumen
3. Mengetahui Perkembangan Sistem Integumen
4. Mengetahui anatomi dari sistem integumen
5. Mengetahui fungsi dari sistem integumen
6. Mengetahui mekanisme kehilangan panas pada sistem integumen
7. Mengetahui gangguan pada sistem integumen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Integumen
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
“integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ
pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari
kontak luar.
Sistem Integumen adalah ilmu yang mempelajari sistem tubuh manusia
yang paling terluar dan merupakan organ yang paling luas di antara sistem tubuh
manusia yang lain ( Risnawati, 2020).
Integumen berarti menutupi. Sistem integumen adalah salah satu sistem
yang sangat familiar pada tubuh setiap orang karena sistem ini menutup bagian
luar tubuh dan mudah di observasi ( Marthilda & Baiq, 2019).
Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh yang paling mudah di
inspeksi, mudah terpapar infeksi, terpapar penyakit dan mudah terjadinya luka.
Kulit merupakan organ paling besar dari keseluruhan tubuh yang memiliki banyak
fungsi termasuk pelindung terhadap paparan fisik, kimia, dan biologis dari
luar( Christina, dkk, 2020).
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri
atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan
sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau
lingkungan eksternal).
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir).
Sistem integumen merupakan sebuah proses pembentukan sel dengan
pertukaran atau perubahan yang dilakukan secara terus menerus sebagai bentuk
bagian dari komponen sel manusia yang melibatkan peranan pada makhluk hidup
bagi kehidupan manusia.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali
merupakan bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku,
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu
memperbaiki (self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas
antara lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3
lapisan yakni epidermis, dermis dan subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana &
Juliarti, 2015).

B. Klasifikasi Sistem Integumen


Menurut Washudi & Tanto (2016) klasifikasi kulit berdasarkan :
a. Warna :
1) Terang (fair skin), pirang, dan hitam
2) Merah muda : Pada telapak kaki dan tangan bayi
3) Hitam kecokelatan : Pada Genetalia orang dewasa.
b. Jenisnya :
1) Elastis dan longgar : Pada palpebra, bibir, dan preputium
2) Tebal dan tegang : Pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
3) Tipis : Pada wajah
4) Lembut : Pada leher dan badan
5) Berambut kasar : Pada Kepala.

C. Perkembangan Sistem Integumen


Perkembangan kulit dimulai dari saat fetus diusia 5-6 bulan, bayi yang akan lahir
ditutupi oleh lanugo (rambut yang tipis). Saat bayi lahir, kulit nya tertutupi vernix
caseosa berwarna putih yang terlihat seperti keju yang diproduksi oleh kelenjar
sebasea yang melindungi kulit bayi saat berada dirahim ibu yang dipenuhi dengan
air. Selanjutnya juga terdapat milia di bagian hidung dan dahi yang berasal dari
kelenjar sebasea. Kulit bayi sangat tipis dan pembuluh darah sangat mudah
terlihat. Saat beranjak dewasa, kulit akan berubah menjadi lebih berminyak karena
kelenjar sebasea aktif dan jerawat mungkin muncul. Polusi, bakteri, matahari,
angin, dan berbagai faktor lain membuat kulit menjadi berjerawat, inflamasi atau
masalah kulit lainnya. Kulit mulai mengalami perubahan pada saat usia 40 tahun.
Serat kolagen di dermis mulai menurun secara jumlah, serat mulai kehilangan
elastisitas nya. Saat usia menua, jumlah jaringan subkutan menurun yang
mengakibatkan seorang lansia intolerant terhadap dingin. Berkurang nya produksi
minyak membuat kulit kering yang dapat mengakibatkan gatal.
Seiring berjalannya usia, kulit menjadi tipis, kering, elastisitas kulit berkurang
membuat kulit jadi lebih mudah terjadinya injuri. Pada rambut, menurunnya
melanosit mengakibatkan rambut berwarna abu abu dan terjadi pigmentasi kulit.
Kerontokan rambut meningkat karna folikel rambut berhenti memproduksi rambut
(Marieb, 2012; Tortora & Derrickson, 2017).
D. Anatomi Sistem Integumen
Sistem Integumen terdiri dari kulit, rambut, minyak, kelenjar keringat, kuku, dan
sensori reseptor. Kulit atau disebut membran mukosa merupakan area yang sangat
luas yang menutupi seluruh permukaan tubuh. Pada orang dewasa, kulit menutupi
sekitar 7% dari berat badan.
1. Struktur Kulit
Secara struktur, kulit terdiri dari tiga bagian yaitu epidermis, dermis dan
subkutan/hipodermis.
a. Lapisan Epidermis (Kutikel)
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis
(multilayer). Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar. Epidermis
merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang
berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan
dan kaki, memiliki rambut). Epidermis terletak di permukaan dan
terdiri dari beberapa lapisan sel yang tumbuh ke permukaan dari
lapisan terdalamnya. Lapisan permukaan terdiri dari sel-sel mati yang
terus-menerus terkelupas dan diganti dari bawah. Epidermis
merupakan pembatas antara lingkungan intermal yang lembab dan
atmosfer kering lingkungan eksternal (Waugh et al., 2010). Selain sel-
sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
1) Melanosit
yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar
epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin
sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior,
hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating
hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus
epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen
melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak
melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang
berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap
pada orang yang berkulit cerah (misal puting susu)
mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak.
Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi
dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik
juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit 
akan tampak kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam.
Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan
demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran
cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
2) Sel Langerhans
yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan
demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans
terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali
partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit
displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf-sarah simpatis, yang mengisyaratkan
adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit
melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat
memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis.  Radiasi ultraviolet dapat merusak sel
Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
3)  Sel Merkel
yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
4) Keratinosit
lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan
lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit
yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam  sebagai berikut:
a. Stratum Korneum
terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan
lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang
tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan
retikulernya lebih sedikit sel-sel saling
melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi
gesekan (friction) dengan permukaan luar, terutama pada
tangan dan kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit terluar
yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati
dan tidak berinti.
b.  Stratum Lucidum
tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang
homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat.
Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin.Merupakan
lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini banyak
terdapat pada telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum
terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran
sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi
perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif
terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek
pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan
gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta mukosa
tidak punya lapisan inti.
d. Stratum Spinosum
tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel
pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti
bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai
tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut
spinadan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya
terdapat fibril sebagaiintercellularbridge. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi
untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel
dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel
spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi
mengalami gesekan seperti telapak kaki.
e. Stratum Basal/Germinativum
merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun
dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan
dalam sitoplasmanya terdapat melanin.Pada lapisan basile
ini terdapat sel-sel mitosis.
Epidermis terdiri dari epitel skuamosa berlapis keratin yang terdiri dari
empat tipe: sel langerhans, sel taktil, keratinosit dan melanosit. 90 %
dari sel epidermal adalah keratinosit yang tersusun dalam empat atau
lima lapisan yang memproduksi protein keratin (Tortora & Derrickson,
2013). Keratin merupakan protein berserat yang kuat yang bisa
membantu melindungi jaringan dan kulit dibawahnya dari abrasi,
panas, mikroba dan juga bahan kimiawi. Keratinosit juga memproduksi
butiran pipih yang melepaskan sealant anti air. 8 % sel epidermal
adalah melanosit yang memproduksi melanin. Melanin adalah pigmen
yang berwarna coklat-hitam atau kuning-merah yang berkontribusi
pada warna kulit dan merusak penyerapan cahaya ultraviolet (UV). Sel
langerhans berpartisipasi dalam respon imun yang berfungsi untuk
melawan mikroba yang menyerang kulit. Sel langerhans membantu sel
lainnya dari sistem kekebalan mengenali antigen (mikroba asing atau
zat asing) sehingga bisa dihancurkan. Sel langerhans juga mudah
dihancurkan oleh sinar UV.
Gambar 1 : Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis (kutikel) terdiri dari :
1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati,
tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
2) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
3) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer
(lapisan akanta)
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng
bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum,
terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan
ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
5) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel
basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
a) Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh
jembatan antar sel.
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,
mengandung pigmen (melanosomes).

b. Lapisan Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin” karena  95%  dermis membentuk ketebalan kulit.
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau
dermis  menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan
lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera,
kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut dan pembuluh darah yang
juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.


Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian
terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit,
memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan
mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis merupakan sebuah jaringan ikat yang mengandung kolagen
dan serat elastis. Dermis adalah sistem terpadu yang terdiri dari
jaringan ikat fibrosa, filamentous dan amorf yang mengakomodasi
masuknya stimulus oleh jaringan saraf dan vaskular, pelengkap yang
diturunkan secara epidermis, fibroblas, makrofag dan sel mast
(Kolarsick et al., 2011).

Bagian dalam dari dermis, yang menempel pada lapisan subkutaneus


terdiri dari jaringan ikat tidak teratur dan elastis yang kasar dapat
berkerut dan kembali lagi dengan serat protein yang disebut kolagen
(Sel adiposa, folikel rambut, saraf, kelenjar minyak dan kelenjar
keringat ditemukan antara serat tersebut (Tortora & Derrickson, 2013)

Dermis kelenjar keringat kecil yang memiliki saluran atau saluran


kecil, yang mengarah ke permukaan Rambut tumbuh dari folikel di
dermis. Dermis kaya akan ujung saraf yang sensitif terhadap nyeri,
suhu, dan sentuhan. Ini adalah organ yang sangat besar yang secara
konstan menyediakan sistem saraf pusat dengan masukan sensorik dari
permukaan tubuh Kulit juga berperan penting dalam pengaturan suhu
tubuh (Waugh et al., 2010).

Gambar 2 : Lapisan Dermis


Lapisan Dermis terdiri dari :
1. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen
selular dan folikel rambut.
a) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
b) Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin
dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring
bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil.
Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta
lebih elastis.

Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
1) Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis
tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan
salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut
saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu
bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit
menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis,
pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit.
Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2) Stratum retikulare
Yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang
(kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast
yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak
pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus.  Komponen dari lapisan ini berisi banyak
struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit terdiri dari :
a. Kelenjar sebaceous / sebasea (kelenjar lemak)
Menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau
trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit
dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak
lipid. pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar
sebaseanyalebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan
kulitnya tertutup oleh kotoran,debuatau kosmetik menyebabkan
sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan.
Pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna
kuning dan disebelah  kanannya terdapat kelenjar keringat.

Gambar 6 : Kelenjar Sebasea


b. Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat 
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL
air dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar
keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam r u a n g a n
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan
b a g i o r a n g y a n g a k t i f    jumlahnya lebih banyak lagi.
Selain mengeluarkan air dan panas, keringat jugamerupakan
sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida,
dan dua molekulorganik hasil pemecahan protein yaitu
amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar  keringat,
yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.

Gambar 7 : Kelenjar minyak


c. Pembuluh darah
Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh darah
yang memberi nutrisi penting untuk kulit, baik vitamin,
oksigen maupun zat-zat penting lainnya untuk metabolisme
sel kulit, selain itu pembuluh darah juga bertugas
mengatur suhu tubuh melalui mekanisme proses pelebaran
atau dilatasi pembuluh darah. Aliran darah untuk kulit
berasal dari subkutan tepat di bawah dermis. Arteri
membentuk anyaman yang disebut retecutaneum yaitu
anyaman pembuluh darah di jaringan subkutan, tepat di
bawah dermis. Cabang-cabang berjalan ke superficial danke
dalam.
Fungsi vaskularisasi yang ke dalam ini adalah untuk
memelihara jaringan lemak dan folikel rambut. Cabang yang
menembus stratum reticulare, memberi cabang ke folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.
d. S e r a t e l a s t i n d a n k o l a g e n
Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi satu, dan
pekerjaan ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet yang
dinamakan kolagen. Kolagen merupakan  komponen jaringan
ikat yang utama dan dapat ditemukan pada berbagai jenis
jaringan serta bagian tubuh yang harus diikat menjadi
satu.
Protein ini dihasilkan oleh sel-sel dalam jaringan ikat
yang dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam
bentuk serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara
untuk memenuhi berbagai fungsi y a n g s p e s i f i k .   Pada kulit
serabut kolagen tersusun dengan pola rata yang saling
menyilang.
Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya yang
dinamakan elastin yang berkerja e l a s t i s i t a s p a d a
k u l i t .   Kedua tipe serabut ini secara bersama-
sama menentukan derajat kelenturan dan tonus pada kulit.
Perbedaan serat  E l a s t i n d a n kolagen, adalah serat elastin
yang membuat kulit menjadi elastin dan lentur
sementara kolagen yang memperkuat jaring-jaring serat
tersebut. Serat elastin dan kolagen itu sendiri akan berkurang
produksinya karena penuaan kulit sehingga
mengalami  kehilangan kekencangan dan elastisitas kulit.
e. Syaraf nyeri dan reseptor sentuh
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang
saraf spinal dan permukaan  yang terdiri dari saraf-saraf
motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk
menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit,
sedangkan saraf sensorik  berguna untuk menerima
rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada kulit ujung-
ujung,  saraf sensorik ini membentuk bermacam-macam
kegiatan untuk menerima rangsangan.

c. Lapisan Subkutis(hipodermis)
Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis,
sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam
yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak
lemak.

Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan


makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan


limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju
lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur
tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur.

Gambar 3 : Lapisan Hipodermis


Lapisan Hipodermis terdiri dari :
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak
yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak
yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula
yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus adiposa,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi,
pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak berfungsi juga
sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di
kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas
dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).

2. Warna Kulit
Tiga pigmen yang memengaruhi atau memberikan variasi terhadap
warna kulit adalah melanin, hemoglobin dan karoten (Tortora &
Derrickson, 2017). Melanin menunjukkan variasi warna kulit dimulai dari
warna kuning pucat ke warna kemerahan, bahkan coklat dan hitam.
Melanosit paling banyak berada pada kulit permukaan penis, puting susu
dan area areola (pada payudara), wajah, mukosa membran dan tungkai
bawah. Jumlah melanosit pada setiap orang hampir sama. Perbedaan warna
kulit berdasarkan jumlah pigmen dan produksi melanosit. Melanin
berakumulasi menjadi sebuah freckles (bintik- bintik) pada beberapa orang.
Seiring bertambahnya usia seseorang maka bintik-bintik penuaan pun mulai
muncul.
Tiga pigmen yang berkontribusi pada warna kulit (Marieb, 2012):
1. Jumlah dan macam melanin di dalam epidermis (warna kuning, coklat
kemerahan atau hitam
2. Jumlah karoten yang ada di stratum korneum dan jaringan subkutan.
Karoten adalah pigmen berwarna oranye kekuningan yang banyak
terdapat di wortel dan makanan lainnya yang berwarna kuning tua atau
sayuran berdaun hijau. Kulit cenderung berubah menjadi kuning oranye
ketika orang makan makanan yang kaya akan karoten dalam jumlah
yang banyak.
3. Jumlah oksigen yang kaya akan hemoglobin (pigmen di dalam sel darah
merah) di pembuluh darah dermis
Orang yang memproduksi banyak melanin memiliki kulit berwarna
coklat. Sedangkan untuk orang yang memiliki memiliki melanin yang
sedikit, memiliki warna kulit yang terang seperti pada ras kaukasian. Warna
kulit dan mukosa membran dapat menjadi petunjuk dalam mendiagnosa
beberapa kondisi kesehatan. Sebagai contoh; ketika darah tidak mampu
membawa sejumlah oksigen dari paru-paru dapat mengakibatkan seseorang
berhenti bernafas, sehingga mukosa membran, ujung jari tangan dan kulit
menjadi kebiruan atau sianosis. Jaundice disebabkan oleh karna
penumpukan pigmen berwarna kuning bilirubin dikulit. Sehingga kondisi
ini menjadikan seseorang memiliki penampilan kekuningan pada kulit dan
bagian sklera mata dan ini dapat menunjukkan penyakit hati. Selanjutnya
eritema, yaitu kemerahan dikulit yang disebabkan oleh pembengkakan
kapiler didermis akibat cedera kulit, paparan panas, infeksi, peradangan
atau merupakan reaksi alergi. Palor atau kepucatan pada kulit, biasa terjadi
karena kondisi syok atau anemia.
Perubahan warna kulit kan menjadi sulit diobservasi pada seseorang
dengan kulit yang lebih gelap. Meskipun demikian, pengkajian pada kuku
jari dapat memberikan informasi tentang sirkulasi pada seseorang dengan
kulit yang lebih gelap (Tortora & Derrickson, 2017).

3. Adneksa Kulit
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis
akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan
antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut
fingers prints. Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat Kelenjar
keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu
(Djuanda, A. 2007).
1. Kelenjar Keringat
Ada dua jenis kelejar kulit yaitu :
1) Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa.
pH nya sekitar 4- 6,8.
a) Kelenjar keringat ekrin
kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28
kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran.
Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada
kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan
aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf
kolinergik, faktor panas, stress emosional. kelenjar keringat
ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granuļa minyak,
glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar
keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya
di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter
keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk
kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang
tidak ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin
Lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola
mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya
belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa
menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret yang hanya
terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin
dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan
yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau
khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan
sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak
terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan
dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitas kelenjar ini di pengaruhi oleh
hormon.
2) Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak
tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi
sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar
rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel
rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh
hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada
dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2. Rambut
Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari
invaginasi epitel epidermis. Diitemukan diseluruh tubuh kecuali pada
telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia
minora. Pertumbuhan rambut pada daerah tubuh seperti kulit kepala,
muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin
(terutama androgen) tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid.
Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu
folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai
pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut
dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler
yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Rambut terdapat di
seluruh kulit kecuali telapaktangan kaki dan bagian dorsal dari falang
distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut yaitu rambut terminal (dapat panjang
dan pendek) dan rambut velus (pendek, halus dan lembut). Fungsi
rambut adalah melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata
melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung
(vibrissae) untuk menyaring udara, pengatur suhu, pendorong
penguapan keringat dan indera peraba yang sensitif (Anderson, 1999;
Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood, 2001)
Terdapat 2 fase petumbuhan rambut yaitu fase pertumbuhan
(anagen) dan fase istirahat (telogen). Pada fase pertumbuhan (Anagen),
Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, di mana rambut janggut
tercepat diikuti kulit kepala. Fase ini berlangsung sampai dengan usia 6
tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami
fase pertumbuhan pada satu saat. Fase Istirahat (Telogen) berlangsung 4
bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100 lembar rambut rontok
dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma atau stress, dan
disebut Piloereksi.Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin.
Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hormon
seks(rambut wajah, janggut, kumis, dada, dan punggungdikontrol oleh
hormon Androgen). Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan
oleh kondisis Endokrin (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce,
2007; Sherwood, 2001).
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit
terutama. Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal
dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis. Struktur mirip
rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada tumbuhan. Rambut
terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal
dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir
(Brunner dan Suddarth. 2002).
Pertumbuhan rambut dimulai pada bulanke 3 masa janin. Mula-
mula epidermis mengalami invasike dermis. Pertumbuhan rambut
pertama kali terjadi pad adaerah :alis, dagu, bibir atas selanjutnya
diikuti bagian lain yang akan di tutup kulit tipis. Invasi epidermis ini
akan menjadi folikel rambut yang nantinya akan tumbuh menjadi
rambut. Pada bulan ke 5 sampai ke 6 janin mempunyai rambut yang
sangat halus yang disebut Lanugo. Sebelum lahir Lanugo rontok,
kecuali pada daerah : alis, kelopak mata dan kulit kepala. Beberapa
bulan setelah lahir, rambut-rambut ini rontok, diganti yang lebih kasar
yang disebut vellus. Pada masa puber : tumbuh rambut di sekitar saxila
dan pubes. Pada pria juga tumbuh kumis, jenggot, dan lain-lain. Rambut
kasar terdapat pada : kepala, alis dan tumbuh pada masa puber, disebut
sebagai “Terminal Hairs" ime au a' Da edisi ini 978623 (Brunner dan
Suddarth. 2000).

Struktur rambut :

Gambar 4 : Struktur Rambut


Ada dua macam keratin rambut, yaitu :
1. Keratin Lunak
Terdapat pada seluruh permukaan kulit, terutama kulit tebal, yaitu
pada bagian medulla rambut. Secara Histologis : terlihat perubahan
sel-sel epidermis : mula-mula sitoplasma mengandung keratohialin
berubah menjadi sel-sel jernih (Str. Lusidum), dan selanjutnya sel-
sel mengalami keratinisasi kemudian desquamasi.
2. Keratin keras
Terdapat pada kuku, kutikula dan kortex rambut. Pembentukannya
tidak melalui butir-butir keratohialin, Str. Lusidum, tetapi
perubahannya terjadi perlahan-lahan dari sel-sel epidermis yang
tetap hidup, menjadi keratin. Keratin keras bersifat keras, tidak
mengalami desquamasi dan lebih banyak mengandung sullfur.
Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan kortex
serta kutikula yang terdiri dari keratin keras.
1. Medula : Merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel- sel
yang mengalami keratinisasi. Sel-selnya terpisah satu sama lain,
dan antara sel-sel kadang-kadang terdapat udara / cairan. Bagian ini
tak terdapat pada rambut tipis / halus.
2. Kortex : Merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel-sel
berbentuk runcing, yang mengalami keratinisasi dan banyak
mengandung pigmen.
3. Kutikula: Merupakan membran tipis, terdiri dari sel-sel
pipih/gepeng yang mengalami keratinisasi, transparan. Secara
mikroskopis tersusun seperti genting, terdiri dari 1-3 lapis sel-sel
yang sebagian mengalami keratinisasi.
Pada rambut terdapat folikel-folikel rambut. Folikel rambut
terdiri dari komponen dermis dan epidermis. Pada dasarnya folikel
rambut bagian dermis terlihat menonjol, disebut papila yang terdiri dari
: jaringan ikat, pembuluh darah dan sel-sel saraf. Bagian luar papilla
diliputi sel-sel epitel yang disebut germinal matrik, dan ujung folikel
rambut tampak membesar. Sel-sel germinal matrik (puncak papila)
berproliferasi membentuk rambut yang dapat tumbuh terus.
Dan untuk warna yang ada pada rambut tergantung kualitas dan
kuantitas pigmen korteks. Bila sedikit / kurang tampak putih.
Campuran rambut putih dan berpigmen, tampak abu-abu (uban).
Rambut coklat atau hitam disebabkan oleh adanya melanin. Melanosit
terdapat pada matrix folikel rambut, yang dapat mengalami mitosis.
Melanösit kemudian akan terdorong keatas.
Aliran darah untuk kulit berasal dari subkutan tepat di bawah
dermis. Arteri membentuk anyaman yang disebut retecutaneum yaitu
anyaman pembuluh darah di jaringan subkutan, tepat di bawah dermis.
Cabang-cabang berjalan ke superficial dan kedalam. Fungsi
vaskularisasi yang kedalam ini adalah untuk memelihara jaringan
lemak dan folikel rambut. Cabang yang menembus stratum reticulare,
member cabang ke: folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea. Pada perbatasan Str. Reticullare Str. Papilare membentuk
anyaman ke 2 yang disebut Rete Sub Papillare berupa pembuluh darah
yang lebih kecil. Arteriole-arteriole dari retesubpapillare berjalan
kearah epidermis dan berubah menjadi anyaman kapiler (capilary
beds). Pembuluh kapiler ini terdapat pada tepat di bawah epidermis,
sekitar matrik folikel rambut, papilla folikel rambut, sekitar kelenjar
keringat dan sebasea. Selain itu di bagian superfisial di stratum
retikulare terdapat anyaman pembuluh darah yang disebut
pleksuspapilaris.
Pada keadaan temperature udara lebih rendah dari tubuh maka
kapiler venulae di stratum papilare dan subpapilare menyempit
sehingga temperature tubuh tidak banyak yang hilang. Bila udara panas
kelenjar keringat aktif memproduksi keringat kapiler dan venulae
dilatasi penguapan keringat.
Ada beberapa fungsi rambut, diantaranya :
a) Melindungi kulit dari pengaruh buruk : Alis mata melindungi mata
dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae).
b) Menyarig udara pada hidung.
c) Serta berfungsi sebagai pengatur suhu.
d) Pendorong penguapan keringat.
e) Indera peraba yang sensitive.

Saat pertumbuhan rambut terdapat 3 fase yang akan terjadi,


diantaranya :
1. Fase pertumbuhan (Anagen).
Sel-sel matriks melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong
sel-sel lebih tua ke atas. Aktivitas ini lamanya 2-6 tahun 90 % dari
100.000 folikel rambut kulit kepala normal dan mengalami fase
pertumbuhan pada satu saat.
2. Fase Peralihan (Katagen).
Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar
folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan bagian
di bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga
terbentuk gada (club) berlangsung 2-3 minggu.
3. Fase Istirahat (Telogen). Berlangsung kurang lebih 4 bulan, rambut
mengalami kerontokan 50 - 100 lembar rambut rontok dalam tiap
harinya. Faktor pendukung terjadinya kerontokan rambut jika
terjadi trauma, stress dan sebagainya.
3. Kuku
Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin.
Fungsinya sebagai pelindung ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng
kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung ke arah
lateral dan dorsal, transparan, dan terletak di dorsal paling distal. LK
terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal untuk waktu
yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan yaitu lebih
kurang 0,1 mm/ hari, sendangkan kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku
jari tangan. Tebal kuku tangan bervariasi 0,5-0,75mm, dan pada kaki
dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri dari tiga lapisan horizontal yang
masing-masing adalahsebagai berikut.
a. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian
proksimal (1/3 bagian).
b. Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal
(2/3 bagian).
c. Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku
dan hiponikium yang mengandung keratin lunak.
Kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di
bawahnya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas
dan diapit oleh lipatan kulit yang merupakan dinding kuku. Lempeng
kuku terdiri dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan
kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr kuku.Sel-
sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng
kukusebgai epikondrium atau kutikula.
Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah
lapisan tipis kulit yang dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku
berlangsung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1
mm/hari. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu
sekitar 170 hari, sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Bagian dari
kuku, terdiri dari, ujung kuku atas ujung batas, badan kuku
yang merupakan bagian yang besar dan akar kuku (radik). Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian
terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku
berfungsi melindungi dari kotoran. Fungsi utama kuku adalah
melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut
yang antara lain terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur
(Potter, Patricia A. 2005).
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler
yang memiliki suplai darah kuat sehingga menimbulkan warna
kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku merupakan bagian
terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Pertumbuhan kuku jari tangan dalam satu minggu rata-rata 0,5 – 1,5
mm, empat kali lebih cepat dari pertumbuhan kuku jari kaki.
Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas tubuh. Nutrisi yang
baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau
kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan gume
kuku sangat lamban dan rapuh ( Smeltzer, Suzanne, 2002).
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.
nelun Bagian kuku terdiri dari:
1. Matriks kuku merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
2. Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatan-lipatan kulit yang
menutupi bagian pinggir dan atas.
3. Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
4. Alur kuku (nail grove) merupakan celah antar dinding dan dasar
kuku.
5. Akar kuku (nail root) merupakan bagian proksimal kuku.
6. Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingi dinding kuku.
7. Lunula merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih
didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
8. Eponikium (kutikula) merupakan dinding kuku bagian proksima,
kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku.
9. Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang
bebas (free edge) menebal.
Gambar 5 : Struktur Kuku

E. Fungsi Kulit
Berbagai fungsi sistem integral(terutama kulit) termasuk pengaturan suhu/
termogulasi, penyimpanan darah, perlindungan, sensasi kulit, eksresi dan absorpsi
dan sintesa vitamin D.
1. Fungsi Proteksi / Perlindungan
Perlindungan Kulit memberi perlindungan pada tubuh dalam berbagai cara.
Sebagai contoh, keratin memiliki fungsi melindungi jaringan dibawahnya dari
mikroba, abrasi, panas dan bahan kimia. Lipid yang dilepaskan oleh butiran
lamelar menghambat penguapan air dari permukaan kulit, sehingga mencegah
terjadinya dehidrasi. Selain itu juga menghambat masuknya air keseluruh
permukaan kulit selama mandi dan berenang. Sebum dari kelenjar sebasea
membuat kulit dan rambut tidak mengering dan mengandung bahan kimia
bakterisida (zat yang dapat membunuh bakteri). PH asam dari keringat
menghambat pertumbuhan mikroba (Tortora & Derrickson, 2013). Pigmen
melanin juga membantu melindungi dari efek sinar ultraviolet yang merusak.
Dua jenis sel menjalankan fungsi pelindung yang bersifat imunologis yaitu
makrofag intraepidermal dan makrofag phagocytize. Makrofag intraepidermal
memperingatkan sistem kekebalan terhadap keberadaan penyerang mikroba
yang berpotensi berbahaya dengan mengenali dan memprosesnya, sedangkan
makrofag phagocytize menghalangi masuknya bakteri dan virus.
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
1) fisis/mekanis : tekanan, gesekan, tarikan
2) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat;
3) panas : radiasi, sengatan sinar Ultra Violet;
4) infeksi luar : bakteri, jamur.
Beberapa macam perlindungan:
1) Melanosit
Lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit).
2) Stratum korneum impermeable
Terhadap berbagai zat kimia dan air.
3) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum
Perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur.
4) Proses keratinisasi
Sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara
teratur.
2. Fungsi Absorpsi dan Eksresi
Kulit biasanya memiliki peran kecil dalam ekskresi, penyerapan dan
penghapusan zat dari tubuh. Meskipun stratum korneum bersifat hampir kedap
air, sekitar 400 ml air menguap setiap hari. Orang yang tidak bergerak banyak
kehilangan 200 ml tambahan perhari sebagai keringat; sedangkan orang yang
aktif secara fisik kehilangan lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan
panas dari tubuh, keringat juga merupakan sebuah kendaraan dalam
mengekskresi sejumlah kecil garam, karbondioksida, dan molekul organik
yang dihasilkan dari pemecahan protein, amonia dan urea (Tortora &
Derrickson, 2017).
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui
muara saluran kelenjar.
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari
cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
3. Fungsi Persepsi / Sensasi Kulit
Sensasi kutan/kulit Sensasi kutan adalah sebuah sensasi yang muncul di area
kulit termasuk sensasi taktil seperti tekanan, sentuhan, getar dan gelitik serta
sensasi seperti kehangatan dan kesejukan. Sensasi kulit lainnya adalah nyeri
yang merupakan indikasi dari kerusakan jaringan.
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori
lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
1) Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas.
2) Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin.
3) Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan.
4) Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan.
5) Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan.
4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Termoregulasi adalah pengaturan homeostatis suhu tubuh. Kulit berkontribusi
terhadap termoregulasi dengån mengeluarkan keringat dipermukaan kulit
dengan menyesuaikan aliran darah didermis. Hal ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan yang tinggi atau panas yang dihasilkan melalui kegiatan seperti
olahraga, yang menyebabkan produksi keringat dari kelenjar keringat ekrin
meningkat; keringat yang menguap dari permukaan kulit membantu
menurunkan suhu tubuh. Selain itu, pembuluh darah didermis kulit membesar
(menjadi lebih lebar), hal ini menyebabkan lebih Janyak darah yang mengalir
melalui dermis, sehingga meningkatkan jumlah kehilangan panas dari tubuh.
Pada kondisi suhu lingkungan yang rendah, produksi keringat menurun, hal ini
berarti menghemat panas.
Selain itu, pembuluh darah didermis kulit mengerut (menyempit), yang
mengurangi aliran darah melalui kulit dan mengurangi kehilangan panas dari
tubuh. Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga
mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga
terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).
5. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran
pigmen (melanosomes).
6. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
7. Reservoir Darah
Dermis menampung jaringan pembuluh darah yang luas yang membawa
sekitar 8-10% dari total aliran darah pada dewasa yang beristirahat. Oleh
karena itu, untuk alasan ini, kulit berperan sebagai penampung darah.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D membutuhkan aktivasi molekul prekursor dikulit oleh sinar
Ultraviolet (UV) dibawah sinar matahari. Enzim dihati dan ginjal kemudian
memodifikasii molekul yang diaktifkan, sehingga menghasilkan kalsitriol,
yaitu bentuk paling aktif dari vitamin D. Kalsitriol adalah hormon yang
membantu dalam penyerapan kalsium dari makanan disaluran cerna kedalam
darah. Hanya sedikit paparan sinar UV (sekitar 10 hingga 15 menit setidaknya
dua kali seminggu) yang diperlukan untuk sintesis vitamin D.

Orang yang menghindar dari paparan sinar matahari serta individu yang
tinggal diiklim utara yang lebih dingin mungkin memerlukan suplemen
vitamin D untuk menghindari defisiensi vitamin D. Kebanyakan sel sistem
kekebalan memiliki reseptor vitamin D, dan sel tersebut mengaktifkan vitamin
D sebagai respon terhadap infeksi, terutama infeksi saluran pernafasan, seperti
influenza. Vitamin D dapat meningkatkan aktivitas fagositik, meningkatkan
produksi zat antimikroba dalam fagosit, mengatur fungsi kekebalan dan
membatu mengurangi peradangan. Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya
cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
9. Menyeimbangkan Homeostasis: Penyembuhan luka
Kerusakan kulit memicu serangkaian kejadian yang memperbaiki struktur dan
fungsi kulit menjadi normal (atau mendekati normal). Ada dua macam proses
penyembuhan luka yang dapat terjadi, bergantung pada kedalaman cedera.
Penyembuhan luka epidermis terjadi setelah luka yang hanya mengenai
epidermis, penyembuhan luka dalam terjadi setelah luka yang menembus
dermis.
Penyembuhan Luka Epidermis
Meskipun bagian tengah dari luka epidermis dapat meluas ke dermis,
tepi luka biasanya hanya melibatkan sedikit kerusakan pada sel epidermis
superfisial. Jenis luka epidermis yang umum tmasuk lecet, dimana sebagian
kulit terkelupas dan luka bakar ringan.

Menanggapi cedera epidermal, sel basal epidermis yang mengelilingi


luka memutuskan kontak dengan membran basal. Sel-sel tersebut kemudian
membesar dan bermigrasi melintasi luka. Sel tampak bermigrasi sebagai
lembaran sampai sel maju dari sisi berlawanan dari luka bertemu. Ketika sel-
sel epidermis bertemu satu sama lain, mereka bermigrasi karena respons
seluler yang disebut penghambatan kontak. Migrasi sel epidermis berhenti
sepenuhnya ketika masing-masing akhirnya bersentuhan dengan sel epidermis
lainnya disemua sisi.
Penyembuhan Luka Dalam
Penyembuhan luka dalam terjadi ketika adanya luka yang melewati
dermis dan lapisan subkutan. Beberapa lapisan jaringan harus diperbaiki,
proses penyembuhan lebih kompleks dari penyembuhan luka epidermis.
Sebagai tambahan, karena jaringan luka terbentuk, jairngan yang sembuh
hilang beberapa dari fungsinya. Penyembuhan luka dalam terjadi dalam empat
fase yaitu (Tortora & Derrickson, 2017):
a. Fase Inflamasi
Selama fase inflamasi, gumpalan darah terbentuk diluka dan secara
sistematis menyatukan tepi luka. Sesuai dengan namanya, fase
penyembuhan luka melibatkan peradangan, respons vaskular dan seluler
yang membantu menghilangkan mikroba, benda asing, dan jaringan yang
sekarat sebagai persiapan untuk perbaikan.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
berhubungan dengan inflamasi meningkatkan pengiriman sel yang
membantu. Ini termasuk sel darah putih fagositik yang disebut neutrofil;
monosit yang berkembang menjadi makrofag yang memfagositisasi
mikroba; dan sel mesenkim, yang berkembang menjadi fibroblas
b. Fase Migrasi, Granulasi dan Proliferasi
Tiga fase berikutnya melakukan pekerjaan untuk memperbaiki luka. Pada
fase migrasi, bekuan menjadi keropeng, dan sel epitel bermigrasi dibawah
keropeng untuk menjembatani luka. Fibroblast bermigrasi disepanjang
benang fibrin dan mensintesis jaringan parut (serat kolagen dan
glikoprotein), dan pembuluh darah yang rusak mulai tumbuh kembali.
Selama fase ini, jaringan yang mengisi luka disebut granulasi. Fase
proliferasi ditandai dengan pertumbuhan luas sel epitel dibawah keropeng,
deposisi oleh fibroblas serat kolagen dalam pola acak, dan pertumbuhan
pembuluh darah yang berkelanjutan. Akhimya selama fase pematangan,
keropeng mengelupas setelah epidermis dikembalikan ke k normal, Serat
kolagen menjadi lebih teratur, fibroblas berkurang jumlahnya, dan
pembuluh darah kembali normal.

Fibrosis adalah proses pembentukan jaringan parut. Kadang-kadang begitu


banyaknya jaringan parut yang terbentuk selama penyembuhan luka dalam
sehingga bekas luka-yang terangkat diatas permukaan epidermis normal
terjadi. Jika bekas luka seperti itu tetap berada dalam batas luka asli, itu
adalah bekas luka hipertrofik. Jika melampaui batas kejaringan normal
disekitarnya, maka disebut bekas luka keloid/Cheloid. Jaringan parut
berbeda dari kulit normal karena serat kolagennya lebih padat,
elastisitasnya menurun, pembuluh darahnya lebih sedikit dan mungkin
memiliki atau tidak memiliki rambut, kelenjar kulit, atau struktur sensorik
yang sama dengan kulit yang tidak rusak. Karena susunan serat kolagen
dan kelangkaan pembuluh darah, bekas luka biasanya berwarna lebih
terang dari kulit normal.
F. Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
Panas dapat hilang dan masuk ke dalam tubuh manusia dengancara
konveksi, konduksi, radiasi dan evaporasi,
1. Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah.Gelombang inframerah yangdipancarkan dari tubuh
memiliki panjang gelombang 5 – 20mikrometer.Tubuh manusia memancarkan
gelombang panas kesegala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme
kehilanganpanas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanismekehilangan panas.
2. Konduksi
Proses perpindahan kalor secara konduksi bila dilihat secaraatomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul(atom), dimana partikel yang
energinya rendah dapat meningkatdengan menumbuk partikel dengan energi
yang lebih tinggi. Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron
bebas. Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung
kulitdengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh.
3. Konveksi
Apabila seceret kopi diletakkan di atas kompor listrik yang panasmaka enegi
dalam ceret akan meningkat yang disebabkan olehkonveksi. Apabila kalor
berpindah dengan cara gerakan partikel yang telahdipanaskan dikatakan
perpindahan kalor secara konveksi. Aliran konveksi dapat terjadi dikarenakan
massa jenis udara panassangat ringan dibandingkan massa jenis udara dingin
4. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasiperpindahan panas
tubuh.Setiap satu gram air yang mengalamievaporasi akan menyebabkan
kehilangan panas tubuh sebesar 0,58kilokalori. Pada kondisi individu tidak
berkeringat,mekanisme evaporasiberlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.Hal
ini menyebabkankehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16
kaloriper jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi
terjadiakibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dansistem
pernafasan.
Enegi panas mula-mula akan penetrasi kedalam jaringan kulit dalam bentuk
berkas cahaya (dalam bentuk radiasiatau konduksi) kemudian akan
menghilang didalamjaringan yang lebih dalam berupa panas, panas
tersebutkemudian diangkut ke jaringan lain dengan cara konveksiyaitu
diangkut ke jaringan seluruh tubuh melalui cairantubuh,dan energi panas akan
dikeluarkan melaluievaporasi (keringat)
G. Gangguan Pada Sistem Integumen
1. Jerawat
Salah satu masalah kulit yang disebabkan karenaada gangguan pada bagian
kelenjar kulit. Kelenjar kulit terhubungsecara langsung dengan bagian pori-
pori kulit. Kelenjar minyak yang ada di bagian bawah kulit dapat terkena
infeksi darikotoran luar yang masuk lewat pori-pori, sel-sel kulit mati dan
bakteri atau virus.
Hal hal yang paling sering menyebabkan jeawat adalah
- Terlalu banyak sebum yang dihasilkan kelenjar minyak kulit
- sel kulit mati yang bertumpuk di pori pori
- bakteri telah tumbuh berkembang di pori pori

Gambar : penyakit kulit Jerawat

2. Panu
Penyakit kulit yang disebabkan karena infeksi jamur yang menyerang pada
bagian pigmen kulit. Infeksi panu yang terjadi akan menyebabkan bercak
putih yang akan terlihat karena berbeda dengan bagian kulit yang lain.

Gambar : penyakit Panu

3. Dermatitis Atopik (Eksim)


Suatu dermatitis bersifat kronik residif yang dapat terjadi pada bayi, anak dan
dewasa dengan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya. Secara
epidemiologinya dermatitis atopik merupakan masalah kesehatan masyarakat
utama di seluruh dunia dengan pravelensi pada anak - anak 10 sampai 20
persen dan untuk orang dewasa 1 sampai 3 persen. Dermatitis atopik lebih
sering terjadi pada wanita daripada laki - laki dengan ratio perbandingan 1,5 :
1.
Etiologi dan Patogenesis Dermatitis Atopik (Eksim) :
Peran dari faktor endogen meliputi faktor genetik, hipersensitifitas akibat
peningkatan kadar immunoglobulin (Ig) E total dan spesifik, kulit relatif
kering (disfungsu sawar kulit) dan gangguan psikis. Gejala klinis kulit tampak
kering dan gatal, adanya bekas garukan dan gosokoan, dan kulit dapat merah,
bersisik, tebal, beruntusan dan terdapat cairan keluar serta terinfeksi. Faktor
eksogen pada DA, antara lain adalah trauma fisik-kimia-panas, bahan iritan,
allergen debu, tungau debu rumah, makanan (susu sapi, telur), infeksi
mikroba, perubahan iklim (peningkatan suhu dan kelembaban), serta hygiene
lingkungan. Faktor endogen lebih berperan sebagai faktor predisposisi
sedangkan faktor eksogen cenderung menjadi faktor pencetus.
4. Scabies
Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
SarcoptesSabies Varian Hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga
disebut dengan nama lain kudis, theitch, sevenyearitch, gudikan, gatal agogo,
budukan atau penyakit ampera. 
Patogenesis Penyakit Scabies :
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita akibat garukan. Penularan juga dapat terjadi karena bersalaman
atau bergandengan tangan yang lama dengan penderita sehingga terjadi kontak
kulit yang kuat, menyebabkan kuman skabies berpindah ke lain tangan. 
5. Kanker Kulit
Penyebab Kanker kulit adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol
didalam jaringan kulit. jika tidak diobati, sel sel aknker ini akan menyebar ke
organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, jaringan lunak, dan lain lain.
kanker kulit adalah jenis kanker yang paling dominan didunia. Di Amerika
kanker kulit diderita oleh 1 dari 5 orang dengan prevalensi sekitar 20%
menurut Yayasan Kanker Kulit.

Gambar 8 : Kanker Kulit


6. Penyakit Lupus
Penyebab Lupus adalah penyakit autoimmune atau kekebalan tubuh yang
terganggu yang diderita lebih dari 1.5 juta rakyat Amerika. Normalnya sistem
kekebalan tubuh akan menjaga tubuh dari gangguan penyakit, virus, bakteri
dan bentuk lain yang berbahaya. Dalam hal penyakit lupus, sistem kekebalan
tubuh salah mengidentifikasi bahaya dan sebaliknya menyerang sel tubuh
yang sehat dan merusak jaringan lunak seperti kulit dan organ lainnya.
Penyakit lupus dapat menimbulkan masalah lanjutan pada ginjal, sistem saraf,
jaringan darah dan kulit.

Gambar 9 : Penyakit Lupus

7. Penyakit Rubella/ Campak


Penyebab rubeola adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang berkembang
dalam sel di daerah tenggorokan dan paru paru. Rubeola sangatlah menular,
dan cepat menyebab melalui media udara ketika penderita rubeola batuk atau
bersin. Orang yang menderita Rubeola akan merasakan demam, batuk, hidung
berair, dan ruam ruam pada kulit sebagai puncak dari penyakit Rubeola. Jika
tidak dirawat dapat menyebabkan komplikasi seperti radang infeksi telinga,
pneunomia dan encephalitis (pembengkakan otak).
Gambar 10 : Penyakit Campak/ Rubella

8. Hemangioma
Hemangioma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi bukan kanker yang
tumbuh karena pertumbuhan jaringan darah abnormal. HEmangioma biasanya
ditemukan dalam lapisan dari organ dalam - biasanya hati. Karena
Hemangioma tidak disebabkan faktor luar, biasanya orang menderita atau
Hemangioma berkembang sebelum orang lahir, ketika mereka masih didalam
kandungan. Hemangioma didalam hati biasanya tidak menyebabkan kelainan.
Biasanya juga tidak terdeteksi sebelum anda memeriksakan diri dan biasanya
pemeriksaan yang tidak terkait sama sekali dengan Hemangioma.

Gambar : hemangioma
9. Rosacea
Rosacea adalah gangguan kulit kronis yang menyerang lebih dari 16 juta
warga Amerika. Penyebab Rosacea masih tidak diketahui dan juga tidak ada
obatnya. Namun ilmuwan belakangan ini mampu mengembangkan jenis
perawatan yang dapat menekan gejala - gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
Rosacea.
Terdapat 4 jenis Rosacea, setiap jenisnya membawa gejala sendiri.
Kemungkinan dalam 1 Individu dapat diserang oleh lebih dari 1 jenis
Rosacea. Ciri Khas Rosacea adalah lingkaran kecil berwarna merah berisi
nanah yang tumbuh pada kulit. Biasanya Rosacea hanya tumbuh pada bagian
hidung, pipi dan kening.  Rosacea dapat menghilang dan timbul dengan
sendirinya, biasanya memiliki siklus. Jadi ketika anda menderita penyakit ini,
bisa saja gejala2xnya akan hilang namun akan muncul kembali di masa yang
akan datang.

Gambar : penyakit Rosacea


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem integumen yang pada dasarnya mempelajari kulit beserta unsur yang terkait
seperti kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Berfungsi dalam perlindungan tubuh
dari bahaya luar seperti sinar matahari, debu dan lain-lain. Pertumbuhan manusia
semakin lama semakin berubah sesuai perkembangan zaman. Hal ini dilakukan untuk
bisa bertahan hidup dengan lingkungannya. Jika manusia tidak menjaga sistem
integumen maka hidup manusia menjadi tidak seimbang.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan, harus dapat memahami anatomi dan fisiologi tubuh
manusia. Pada pembelajaran kali ini mengenai anatomi dan fisiologi system
integument, sangat di harapkan kepada mahasiswa untuk dapat memahami materi
tersebut, guna menambah ilmu dan bekal dalam menjalankan tugas sebagai seorang
mahasiwa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
3.EGC : Jakarta.
Chalik,R. (2016). ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Penerbit FK UI.
Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. (2017). ANATOMI FISIOLOGI.
Jakarta.
Washudi, & Hariyanto, T. (2016). BIOMEDIK DASAR (ANATOMI,
FISIOLOGI, BIOKIMIA, FISIKA, BIOLOGI). Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Magdalena., C., dkk. 2020. Anatomi dan fisiologi manusia. Medan : yayasan
kita menulis.
Risnawati. 2020. Buku ajar : Keperawatan Sistem Integumen. Makasar :
Lakeisha.
Suprayitna., M & Fatmawati., B., R. 2019. Modul Keperawatan Ilmu
Biomedik Dasar. Yogyakarta : DEEPUBLISH
Mutakin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne. 2002. "Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah". Edisi 8,
Volume 3. Jakarta: EGC.
.

Anda mungkin juga menyukai