“SISTEM INTEGUMEN”
Kelompok 2 :
Adilla Permata Syafni (183310797)
Laila Utami (183310811)
Mita Afvia Narila (193310786)
Nabila Adina Putri (213310731)
Oktia Khairunisa (213310732)
Prahardinasti Nabilah (213310733)
Putra Hidayatullah (213310734)
Putri Salsabilla (213310735)
Rachma Fitriani (213310736)
Radhit Febrianto Putra (213310737)
Raisa Fitri (213310738)
Rifqah Kinasih (213310739)
Riyan Adi Pratama (213310740)
Sherin Santris Ania (183310823)
Said Agil Barairoh (213310741)
Sartika Zalendari (213310742)
Shelhsa Rhasmit (213310743)
Tania Putri Cristia Dewi (213310744)
Ummi Uttari Pratama (213310745)
Violin Amara Syaherna (193310801)
Vira Alia Putri (213310746)
Wangi Lara Hatika Suci (213310747)
Wilda Arafianti (213310748)
Yasirli Amrina (213310749)
Yolanda Andrian Tami Safitri (213310750)
Dosen Pembimbing :
Herwati, SKM, S.Kep, M.Biomed
Puji syukur saya panjatkan atas rahmat dan nikmat Tuhan yang telah
diberikan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas kelompok membuat
makalah Ilmu Biomedik Dasar tentang sistem Integumen dengan lancar.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan, ataupun penulisannya.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun, khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi saya untuk lebih baik di masa yang akan
datang.
Akhir kata, harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Atas segala bentuk
perhatian, kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …….………………………………..…
B. Rumusan Masalah…………………………………..….
C. Tujuan ……………………………………………….....
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Integumen...............................................
B. Klasifikasi dari Sistem Integumen....................................
C. Perkembangan Sistem Integumen....................................
D. Anatomi Sistem Integumen...............................................
E. Fungsi Sistem Integumen..................................................
F. Mekanisme Kehilangan Panas Pada Sistem Integumen......
G. Gangguan Pada Sistem Integumen....................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah
dehidrasi, menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk
mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu
tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan
tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu untuk
memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ
sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin,
sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot.
Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel
(epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan yang
mendasari (hypodermis atau subcutis).
Sistem Integumen merupakan bagian dari tubuh yang paling mudah di
inspeksi, mudah terpapar infeksi, terpapar penyakit dan mudah terjadinya luka. Kulit
merupakan organ paling besar dari keseluruhan tubuh yang memiliki banyak fungsi
termasuk pelindung terhadap paparan fisik, kimia dan biologis dari luar (Kolarsick et
al., 2011).
Kulit merupakan organ sensorik yang mempunyai reseptor terhadap panas,
dingin, sentuhan, nyeri dan tekanan. Kulit dapat menunjukkan emosi dan juga aspek
fisiologis yang normal seperti contohnya berkeringat, saat malu (kulit memerah) dan
saat menyeringai. Perubahan warna kulit juga dapat menunjukkan keadaan perubahan
hemodinamik seseorang melalui perubahan warna kulit. Sebagai contoh kulit
kemerahan saat terjadi cacar air yang menunjukkan infeksi secara sistemik, kulit yang
kekuningan menunjukkan kondisi "Jaundice" yang menunjukkan gangguan hati/liver.
Gangguan lain bisa meliputi jerawat, kutil, dan penebalan kulit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sistem integumen ?
2. Apa saja klasifikasi dari sistem integumen ?
3. Apa saja Perkembangan Sistem Integumen ?
4. Apa saja anatomi dari sistem integumen ?
5. Apa fungsi dari sistem integumen ?
6. Apa mekanisme kehilangan panas pada sistem integumen ?
7. Apa saja gangguan pada sistem integumen ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari sistem integumen
2. Mengetahui klasifikasi dari sistem integumen
3. Mengetahui Perkembangan Sistem Integumen
4. Mengetahui anatomi dari sistem integumen
5. Mengetahui fungsi dari sistem integumen
6. Mengetahui mekanisme kehilangan panas pada sistem integumen
7. Mengetahui gangguan pada sistem integumen
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Integumen
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin
“integumentum“, yang berarti “penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ
pada sistem integumen berfungsi menutup organ atau jaringan dalam manusia dari
kontak luar.
Sistem Integumen adalah ilmu yang mempelajari sistem tubuh manusia
yang paling terluar dan merupakan organ yang paling luas di antara sistem tubuh
manusia yang lain ( Risnawati, 2020).
Integumen berarti menutupi. Sistem integumen adalah salah satu sistem
yang sangat familiar pada tubuh setiap orang karena sistem ini menutup bagian
luar tubuh dan mudah di observasi ( Marthilda & Baiq, 2019).
Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh yang paling mudah di
inspeksi, mudah terpapar infeksi, terpapar penyakit dan mudah terjadinya luka.
Kulit merupakan organ paling besar dari keseluruhan tubuh yang memiliki banyak
fungsi termasuk pelindung terhadap paparan fisik, kimia, dan biologis dari
luar( Christina, dkk, 2020).
Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri
atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan
sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau
lingkungan eksternal).
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir).
Sistem integumen merupakan sebuah proses pembentukan sel dengan
pertukaran atau perubahan yang dilakukan secara terus menerus sebagai bentuk
bagian dari komponen sel manusia yang melibatkan peranan pada makhluk hidup
bagi kehidupan manusia.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
dan menginformasikan kita dari lingkungan sekitar. Sistem ini seringkali
merupakan bagian dari sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku,
kelenjar keringat, kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu
memperbaiki (self-repairing) dan mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas
antara lingkungan luar tubuh dengan dalam tubuh). Lapisan kulit dibagi menjadi 3
lapisan yakni epidermis, dermis dan subkutis (hipodermis) (Andriyani, Triana &
Juliarti, 2015).
b. Lapisan Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau
dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan
kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan
lama, berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera,
kelenjar. Sebasea, folikel jaringan rambut dan pembuluh darah yang
juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan dalam epidermis.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata,
yaitu stratum papilare dan stratum reticular.
1) Stratum papilare
Merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis
tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan
salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut
saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu
bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit
menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh
dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis,
pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit.
Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2) Stratum retikulare
Yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan
ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang
(kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat
dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast
yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak
pembuluh darah , limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus. Komponen dari lapisan ini berisi banyak
struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit terdiri dari :
a. Kelenjar sebaceous / sebasea (kelenjar lemak)
Menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau
trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit
dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak
lipid. pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar
sebaseanyalebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan
kulitnya tertutup oleh kotoran,debuatau kosmetik menyebabkan
sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan.
Pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna
kuning dan disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat.
c. Lapisan Subkutis(hipodermis)
Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-
sel lemak di dalamnya. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis,
sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam
yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak
lemak.
2. Warna Kulit
Tiga pigmen yang memengaruhi atau memberikan variasi terhadap
warna kulit adalah melanin, hemoglobin dan karoten (Tortora &
Derrickson, 2017). Melanin menunjukkan variasi warna kulit dimulai dari
warna kuning pucat ke warna kemerahan, bahkan coklat dan hitam.
Melanosit paling banyak berada pada kulit permukaan penis, puting susu
dan area areola (pada payudara), wajah, mukosa membran dan tungkai
bawah. Jumlah melanosit pada setiap orang hampir sama. Perbedaan warna
kulit berdasarkan jumlah pigmen dan produksi melanosit. Melanin
berakumulasi menjadi sebuah freckles (bintik- bintik) pada beberapa orang.
Seiring bertambahnya usia seseorang maka bintik-bintik penuaan pun mulai
muncul.
Tiga pigmen yang berkontribusi pada warna kulit (Marieb, 2012):
1. Jumlah dan macam melanin di dalam epidermis (warna kuning, coklat
kemerahan atau hitam
2. Jumlah karoten yang ada di stratum korneum dan jaringan subkutan.
Karoten adalah pigmen berwarna oranye kekuningan yang banyak
terdapat di wortel dan makanan lainnya yang berwarna kuning tua atau
sayuran berdaun hijau. Kulit cenderung berubah menjadi kuning oranye
ketika orang makan makanan yang kaya akan karoten dalam jumlah
yang banyak.
3. Jumlah oksigen yang kaya akan hemoglobin (pigmen di dalam sel darah
merah) di pembuluh darah dermis
Orang yang memproduksi banyak melanin memiliki kulit berwarna
coklat. Sedangkan untuk orang yang memiliki memiliki melanin yang
sedikit, memiliki warna kulit yang terang seperti pada ras kaukasian. Warna
kulit dan mukosa membran dapat menjadi petunjuk dalam mendiagnosa
beberapa kondisi kesehatan. Sebagai contoh; ketika darah tidak mampu
membawa sejumlah oksigen dari paru-paru dapat mengakibatkan seseorang
berhenti bernafas, sehingga mukosa membran, ujung jari tangan dan kulit
menjadi kebiruan atau sianosis. Jaundice disebabkan oleh karna
penumpukan pigmen berwarna kuning bilirubin dikulit. Sehingga kondisi
ini menjadikan seseorang memiliki penampilan kekuningan pada kulit dan
bagian sklera mata dan ini dapat menunjukkan penyakit hati. Selanjutnya
eritema, yaitu kemerahan dikulit yang disebabkan oleh pembengkakan
kapiler didermis akibat cedera kulit, paparan panas, infeksi, peradangan
atau merupakan reaksi alergi. Palor atau kepucatan pada kulit, biasa terjadi
karena kondisi syok atau anemia.
Perubahan warna kulit kan menjadi sulit diobservasi pada seseorang
dengan kulit yang lebih gelap. Meskipun demikian, pengkajian pada kuku
jari dapat memberikan informasi tentang sirkulasi pada seseorang dengan
kulit yang lebih gelap (Tortora & Derrickson, 2017).
3. Adneksa Kulit
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis
akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan
antara epidermis dan dermis di sebut rete ridge yang berfungsi sebagai
tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut
fingers prints. Pada daerah kulit terdapat juga kelenjar keringat Kelenjar
keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih
banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu
(Djuanda, A. 2007).
1. Kelenjar Keringat
Ada dua jenis kelejar kulit yaitu :
1) Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa.
pH nya sekitar 4- 6,8.
a) Kelenjar keringat ekrin
kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28
kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran.
Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada
kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan
aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf
kolinergik, faktor panas, stress emosional. kelenjar keringat
ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa
mineral, seperti garam, sodium klorida, granuļa minyak,
glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar
keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya
di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter
keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk
kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang
tidak ada rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin
Lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola
mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya
belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa
menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret yang hanya
terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin
dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan
yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau
khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan
sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak
terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan
dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitas kelenjar ini di pengaruhi oleh
hormon.
2) Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak
tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi
sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar
rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel
rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas,
skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh
hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada
dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara aktif.
2. Rambut
Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari
invaginasi epitel epidermis. Diitemukan diseluruh tubuh kecuali pada
telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia
minora. Pertumbuhan rambut pada daerah tubuh seperti kulit kepala,
muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin
(terutama androgen) tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid.
Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu
folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai
pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut
dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler
yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Rambut terdapat di
seluruh kulit kecuali telapaktangan kaki dan bagian dorsal dari falang
distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut yaitu rambut terminal (dapat panjang
dan pendek) dan rambut velus (pendek, halus dan lembut). Fungsi
rambut adalah melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata
melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung
(vibrissae) untuk menyaring udara, pengatur suhu, pendorong
penguapan keringat dan indera peraba yang sensitif (Anderson, 1999;
Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Sherwood, 2001)
Terdapat 2 fase petumbuhan rambut yaitu fase pertumbuhan
(anagen) dan fase istirahat (telogen). Pada fase pertumbuhan (Anagen),
Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi, di mana rambut janggut
tercepat diikuti kulit kepala. Fase ini berlangsung sampai dengan usia 6
tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami
fase pertumbuhan pada satu saat. Fase Istirahat (Telogen) berlangsung 4
bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100 lembar rambut rontok
dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma atau stress, dan
disebut Piloereksi.Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin.
Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hormon
seks(rambut wajah, janggut, kumis, dada, dan punggungdikontrol oleh
hormon Androgen). Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan
oleh kondisis Endokrin (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce,
2007; Sherwood, 2001).
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit
terutama. Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal
dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis. Struktur mirip
rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada tumbuhan. Rambut
terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal
dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir
(Brunner dan Suddarth. 2002).
Pertumbuhan rambut dimulai pada bulanke 3 masa janin. Mula-
mula epidermis mengalami invasike dermis. Pertumbuhan rambut
pertama kali terjadi pad adaerah :alis, dagu, bibir atas selanjutnya
diikuti bagian lain yang akan di tutup kulit tipis. Invasi epidermis ini
akan menjadi folikel rambut yang nantinya akan tumbuh menjadi
rambut. Pada bulan ke 5 sampai ke 6 janin mempunyai rambut yang
sangat halus yang disebut Lanugo. Sebelum lahir Lanugo rontok,
kecuali pada daerah : alis, kelopak mata dan kulit kepala. Beberapa
bulan setelah lahir, rambut-rambut ini rontok, diganti yang lebih kasar
yang disebut vellus. Pada masa puber : tumbuh rambut di sekitar saxila
dan pubes. Pada pria juga tumbuh kumis, jenggot, dan lain-lain. Rambut
kasar terdapat pada : kepala, alis dan tumbuh pada masa puber, disebut
sebagai “Terminal Hairs" ime au a' Da edisi ini 978623 (Brunner dan
Suddarth. 2000).
Struktur rambut :
E. Fungsi Kulit
Berbagai fungsi sistem integral(terutama kulit) termasuk pengaturan suhu/
termogulasi, penyimpanan darah, perlindungan, sensasi kulit, eksresi dan absorpsi
dan sintesa vitamin D.
1. Fungsi Proteksi / Perlindungan
Perlindungan Kulit memberi perlindungan pada tubuh dalam berbagai cara.
Sebagai contoh, keratin memiliki fungsi melindungi jaringan dibawahnya dari
mikroba, abrasi, panas dan bahan kimia. Lipid yang dilepaskan oleh butiran
lamelar menghambat penguapan air dari permukaan kulit, sehingga mencegah
terjadinya dehidrasi. Selain itu juga menghambat masuknya air keseluruh
permukaan kulit selama mandi dan berenang. Sebum dari kelenjar sebasea
membuat kulit dan rambut tidak mengering dan mengandung bahan kimia
bakterisida (zat yang dapat membunuh bakteri). PH asam dari keringat
menghambat pertumbuhan mikroba (Tortora & Derrickson, 2013). Pigmen
melanin juga membantu melindungi dari efek sinar ultraviolet yang merusak.
Dua jenis sel menjalankan fungsi pelindung yang bersifat imunologis yaitu
makrofag intraepidermal dan makrofag phagocytize. Makrofag intraepidermal
memperingatkan sistem kekebalan terhadap keberadaan penyerang mikroba
yang berpotensi berbahaya dengan mengenali dan memprosesnya, sedangkan
makrofag phagocytize menghalangi masuknya bakteri dan virus.
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
1) fisis/mekanis : tekanan, gesekan, tarikan
2) kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat;
3) panas : radiasi, sengatan sinar Ultra Violet;
4) infeksi luar : bakteri, jamur.
Beberapa macam perlindungan:
1) Melanosit
Lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit).
2) Stratum korneum impermeable
Terhadap berbagai zat kimia dan air.
3) Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum
Perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur.
4) Proses keratinisasi
Sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara
teratur.
2. Fungsi Absorpsi dan Eksresi
Kulit biasanya memiliki peran kecil dalam ekskresi, penyerapan dan
penghapusan zat dari tubuh. Meskipun stratum korneum bersifat hampir kedap
air, sekitar 400 ml air menguap setiap hari. Orang yang tidak bergerak banyak
kehilangan 200 ml tambahan perhari sebagai keringat; sedangkan orang yang
aktif secara fisik kehilangan lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan
panas dari tubuh, keringat juga merupakan sebuah kendaraan dalam
mengekskresi sejumlah kecil garam, karbondioksida, dan molekul organik
yang dihasilkan dari pemecahan protein, amonia dan urea (Tortora &
Derrickson, 2017).
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada
ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui
muara saluran kelenjar.
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea,
asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari
cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
3. Fungsi Persepsi / Sensasi Kulit
Sensasi kutan/kulit Sensasi kutan adalah sebuah sensasi yang muncul di area
kulit termasuk sensasi taktil seperti tekanan, sentuhan, getar dan gelitik serta
sensasi seperti kehangatan dan kesejukan. Sensasi kulit lainnya adalah nyeri
yang merupakan indikasi dari kerusakan jaringan.
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori
lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
1) Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas.
2) Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin.
3) Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan.
4) Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan.
5) Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan.
4. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Termoregulasi adalah pengaturan homeostatis suhu tubuh. Kulit berkontribusi
terhadap termoregulasi dengån mengeluarkan keringat dipermukaan kulit
dengan menyesuaikan aliran darah didermis. Hal ini dipengaruhi oleh suhu
lingkungan yang tinggi atau panas yang dihasilkan melalui kegiatan seperti
olahraga, yang menyebabkan produksi keringat dari kelenjar keringat ekrin
meningkat; keringat yang menguap dari permukaan kulit membantu
menurunkan suhu tubuh. Selain itu, pembuluh darah didermis kulit membesar
(menjadi lebih lebar), hal ini menyebabkan lebih Janyak darah yang mengalir
melalui dermis, sehingga meningkatkan jumlah kehilangan panas dari tubuh.
Pada kondisi suhu lingkungan yang rendah, produksi keringat menurun, hal ini
berarti menghemat panas.
Selain itu, pembuluh darah didermis kulit mengerut (menyempit), yang
mengurangi aliran darah melalui kulit dan mengurangi kehilangan panas dari
tubuh. Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot
berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga
mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga
terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).
5. Fungsi Pembentukan Pigmen
Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran
pigmen (melanosomes).
6. Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel
granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel
tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
7. Reservoir Darah
Dermis menampung jaringan pembuluh darah yang luas yang membawa
sekitar 8-10% dari total aliran darah pada dewasa yang beristirahat. Oleh
karena itu, untuk alasan ini, kulit berperan sebagai penampung darah.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D membutuhkan aktivasi molekul prekursor dikulit oleh sinar
Ultraviolet (UV) dibawah sinar matahari. Enzim dihati dan ginjal kemudian
memodifikasii molekul yang diaktifkan, sehingga menghasilkan kalsitriol,
yaitu bentuk paling aktif dari vitamin D. Kalsitriol adalah hormon yang
membantu dalam penyerapan kalsium dari makanan disaluran cerna kedalam
darah. Hanya sedikit paparan sinar UV (sekitar 10 hingga 15 menit setidaknya
dua kali seminggu) yang diperlukan untuk sintesis vitamin D.
Orang yang menghindar dari paparan sinar matahari serta individu yang
tinggal diiklim utara yang lebih dingin mungkin memerlukan suplemen
vitamin D untuk menghindari defisiensi vitamin D. Kebanyakan sel sistem
kekebalan memiliki reseptor vitamin D, dan sel tersebut mengaktifkan vitamin
D sebagai respon terhadap infeksi, terutama infeksi saluran pernafasan, seperti
influenza. Vitamin D dapat meningkatkan aktivitas fagositik, meningkatkan
produksi zat antimikroba dalam fagosit, mengatur fungsi kekebalan dan
membatu mengurangi peradangan. Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya
cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
9. Menyeimbangkan Homeostasis: Penyembuhan luka
Kerusakan kulit memicu serangkaian kejadian yang memperbaiki struktur dan
fungsi kulit menjadi normal (atau mendekati normal). Ada dua macam proses
penyembuhan luka yang dapat terjadi, bergantung pada kedalaman cedera.
Penyembuhan luka epidermis terjadi setelah luka yang hanya mengenai
epidermis, penyembuhan luka dalam terjadi setelah luka yang menembus
dermis.
Penyembuhan Luka Epidermis
Meskipun bagian tengah dari luka epidermis dapat meluas ke dermis,
tepi luka biasanya hanya melibatkan sedikit kerusakan pada sel epidermis
superfisial. Jenis luka epidermis yang umum tmasuk lecet, dimana sebagian
kulit terkelupas dan luka bakar ringan.
2. Panu
Penyakit kulit yang disebabkan karena infeksi jamur yang menyerang pada
bagian pigmen kulit. Infeksi panu yang terjadi akan menyebabkan bercak
putih yang akan terlihat karena berbeda dengan bagian kulit yang lain.
8. Hemangioma
Hemangioma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi bukan kanker yang
tumbuh karena pertumbuhan jaringan darah abnormal. HEmangioma biasanya
ditemukan dalam lapisan dari organ dalam - biasanya hati. Karena
Hemangioma tidak disebabkan faktor luar, biasanya orang menderita atau
Hemangioma berkembang sebelum orang lahir, ketika mereka masih didalam
kandungan. Hemangioma didalam hati biasanya tidak menyebabkan kelainan.
Biasanya juga tidak terdeteksi sebelum anda memeriksakan diri dan biasanya
pemeriksaan yang tidak terkait sama sekali dengan Hemangioma.
Gambar : hemangioma
9. Rosacea
Rosacea adalah gangguan kulit kronis yang menyerang lebih dari 16 juta
warga Amerika. Penyebab Rosacea masih tidak diketahui dan juga tidak ada
obatnya. Namun ilmuwan belakangan ini mampu mengembangkan jenis
perawatan yang dapat menekan gejala - gejala yang ditimbulkan oleh penyakit
Rosacea.
Terdapat 4 jenis Rosacea, setiap jenisnya membawa gejala sendiri.
Kemungkinan dalam 1 Individu dapat diserang oleh lebih dari 1 jenis
Rosacea. Ciri Khas Rosacea adalah lingkaran kecil berwarna merah berisi
nanah yang tumbuh pada kulit. Biasanya Rosacea hanya tumbuh pada bagian
hidung, pipi dan kening. Rosacea dapat menghilang dan timbul dengan
sendirinya, biasanya memiliki siklus. Jadi ketika anda menderita penyakit ini,
bisa saja gejala2xnya akan hilang namun akan muncul kembali di masa yang
akan datang.
A. Kesimpulan
Sistem integumen yang pada dasarnya mempelajari kulit beserta unsur yang terkait
seperti kelenjar keringat dan kelenjar minyak. Berfungsi dalam perlindungan tubuh
dari bahaya luar seperti sinar matahari, debu dan lain-lain. Pertumbuhan manusia
semakin lama semakin berubah sesuai perkembangan zaman. Hal ini dilakukan untuk
bisa bertahan hidup dengan lingkungannya. Jika manusia tidak menjaga sistem
integumen maka hidup manusia menjadi tidak seimbang.
B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan, harus dapat memahami anatomi dan fisiologi tubuh
manusia. Pada pembelajaran kali ini mengenai anatomi dan fisiologi system
integument, sangat di harapkan kepada mahasiswa untuk dapat memahami materi
tersebut, guna menambah ilmu dan bekal dalam menjalankan tugas sebagai seorang
mahasiwa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
3.EGC : Jakarta.
Chalik,R. (2016). ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA. Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Penerbit FK UI.
Wahyuningsih, H. P., & Kusmiyati, Y. (2017). ANATOMI FISIOLOGI.
Jakarta.
Washudi, & Hariyanto, T. (2016). BIOMEDIK DASAR (ANATOMI,
FISIOLOGI, BIOKIMIA, FISIKA, BIOLOGI). Jakarta Selatan: Pusdik
SDM Kesehatan.
Magdalena., C., dkk. 2020. Anatomi dan fisiologi manusia. Medan : yayasan
kita menulis.
Risnawati. 2020. Buku ajar : Keperawatan Sistem Integumen. Makasar :
Lakeisha.
Suprayitna., M & Fatmawati., B., R. 2019. Modul Keperawatan Ilmu
Biomedik Dasar. Yogyakarta : DEEPUBLISH
Mutakin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne. 2002. "Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah". Edisi 8,
Volume 3. Jakarta: EGC.
.