Anda di halaman 1dari 12

Bagaimana Menyentuh Hati

hal 79 – 96
Oleh Abbas As - Siisi
Yurike Dwiayu Rahmaningsih
Dakwah Fardiyah
• Seseorang yang siap melakukan dakwah fardiyah harus menyadari
pentingnya regenerasi aktivis dakwah, sehingga perjalanan dakwah
dalam rangka membela Islam tidak berhenti.
• Upaya ini dimulai dengan menyampaikan pengertian dakwah yang
integral dan sempurna kepada hati setiap muslim di masa kini.
• Para praktisi dakwah fardiyah harus melakukan analisa secara
kritikal guna membantu mengenali secara jelas setiap orang yang
hendak dijadi-kan sebagai objek dakwah, baik dari segi kejiwaan,
sosial, mahupun politik. Itulah langkah dakwah yang harus
ditempuh agar tidak justru bertentangan dan kontra produktif.
• Seorang da'i tidak akan berhasil dalam tugasnya kecuali jika disertai
dengan ibadah yang penuh keikhlasan dan totalitas kepada Allah.
• "Dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan
(pertolongan)Allah."(Hud: 88)
Kaidah Kaidah Dakwah yang Penting
• Dakwah Tanpa Kata Kata
Hal ini tercermin dalam dakwah lewat qudwah hasanah (keteladanan). Qudwah hasanah adalah model
dakwah yang tidak memerlukan penjelasan dan dialog. Ini merupakan cara praktis, kerana keyakinan
kepada dakwah seperti ini akan melahirkan keyakinan kepada fakta yang konkret dan realita yang nyata.
Cara ini lebih cepat membawa orang untuk percaya dan mene-rima ajakan. Imam As-Syahid Hasan Al-
Banna telah menyatakan, "Kitab yang terletak di perpustakaan sedikit yang membacanya, tetapi seorang
muslim sejati adalah 'kitab terbuka' yang semua orang membacanya. Ke mana saja ia pergi, ia adalah
'dakwah yang bergerak'.“

• Dakwah dengan Kata Kata


Dakwah harus menggunakan kaedah yang syar'i, seperti kata-kata dan penjelasan. Kaedah dakwah
harus bersumber dari nilai-nilai Islam. Dakwah, sebagai kaedah untuk menanamkan nilai-nilai hati, tidak
boleh menggunakan kaedah-kaedah jahiliah. Bila kita memiliki keterbatasan ilmu dan pemahaman,
maka Rasulullah SAW telah memberikan kemudahan dengan menyampaikan kebenaran walaupun
hanya satu ayat. Dalam penyampaiannya berusahalah untuk menyusun kata kata sebaik , semenarik,
dan semudah mungkin agar lebih dapat diterima oleh objek dakwah. Dakwah dengan kata kata akan
menemui banyak kendala dalam pelaksanaannya, maka dari itu kita harus banyak bersabar, bersikap
lunak dan penuh kasih sayang, serta memahami bahwa mungkin saja objek dakwah kita sebelumnya
telah mendapatkan pemahaman yang bertentangan dengan kebenaran islam. Kaidah dakwah tidak
tetap tergantung situasi dan kondisi nya, sehingga kita harus benar benar memahaminya untuk
menemukan strategi yang tepat dalam berdakwah.
Optimisme yang Penuh Senyum dan
Lapang Dada
• Banyak aktivis dakwah mengukur keterlibatan orang lain dalam kancah dakwah dengan standar-
standar yang sempit dan terbatas. Seseorang yang tidak mahu mencurahkan semua potensi, waktu,
dan hartanya, dianggap sebagai cacat. Diantara mereka ada yang menuduh saudaranya tidak
mengetahui problematika kehidupan sosial yang pelik, yang tengah dihadapi umat saat ini.
• Dalam pandangan para aktivis dakwah, sering dipersepsi bahawa setiap orang harus mencurahkan
segala sesuatu yang dimilikmya, padahal Allah berfirman,
• "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya." (Al-Baqarah: 286)
• Setiap kali seseorang memberikan dan mencurahkan potensinya, seberapa pun, itu akan menjadi
simpanan dan persediaan kebaikannya. Dakwah menuntut penyertaan setiap muslim sesuai dengan
kadar yang tidak sampai mempersulit kehidupannya. Setiap muslim dapat menunaikan tugas
dakwahnya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
• Dalam berdakwah, kita juga harus optimis dan penuh lapang dada. Seperti yang telah diajarkan
Rasulullah SAW ketika dakwahnya ditolak dan malah diusir serta dilempari oleh penduduk thoif,
Rasulullah menolak tawaran malaikat Jibril untuk menimpakan dua gunung di makkah kepada
penduduk Thoif. Rasulullah SAW malah mendoakan semoga ada dari keturunan penduduk Thoif
yang mau menyembah Allah SWT.
Bukanlah Engkau yang Menunjuki
Mereka
• Kesan pertama yang ditinggalkan seorang da'i di hati mad'u (objek dakwah)nya adalah
harapan akan masa depan. Kelapangan dada dan terbukanya hati mad'u sangat tergantung
pada besarnya pengaruh pertemuan pertama antara sang da'i dengan mad'unya. Oleh kerana
itu, seorang da'i harus terwarnai oleh ruh dakwah, baik secara kejiwaan mahupun perilaku.
• Seorang da'i harus benar-benar berorientasi kepada Allah dalam setiap langkahnya, agar
dibukakan oleh Allah hatinya dan hati orang yang menjadi sasaran dakwahnya. Bila tujuannya
tidak tercapai dan tidak mampu menembus hati manusia lewat cara ini kerana setiap orang
punya kondisi berbeda yang tidak diketahui ke-cuali oleh Allah maka ia harus ingat firman
Allah swt.
• "Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka menda-patpetunjuk, akan tetapi Allahlah yang
memberipetunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya." (Al-Baqarah: 272)
• "Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu cintai,
akan tetapi Allah-lab yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendaki- Nya, dan Allah
lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk." (Al-Qashash: 56)
• Dari Surat Al-Qashash ayat 56, bahwa cinta yang dalam bukan penyebab datangnya hidayah,
akan tetapi Allah lah yang memberi hidayah kepada siapa yang dikehendakiNya.
Memanfaatkan Kesempatan untuk
Menghidupkan yang Mati
• Maksud dari pernyataan tsb adalah kita dapat
memanfaatkan kesempatan seperti makan
bersama atau pertemuan untuk bertemu dengan
orang orang baru yang dapat menjadi peluang
dakwah kita. Mereka dapat duduk-duduk
bersama kita sambil mendengarkan taushiyab
(pesan) tentang Islam, agar mereka dapat
memahami Islam dengan mudah. Kita dapat
memberi semangat baru, mereka pun dapat
mengambil 'ibroh (pelajaran) dari ayat dan hadith
yang didengarnya. Dengan demikian kita dapat
memanfaatkan waktu secara baik tanpa sia-sia.
Magnet Hati
• Tidak ada seorang pun, ketika Allah menciptakannya, kecuali pasti memiliki potensi
menerima dan menolak. Bila tidak memiliki bererti ia telah kehilangan dirinya,
kehilangan rahsia wujudnya. la seperti pohon kering yang daun-daunnya
berguguran, tidak menghijau dan tidak hidup. Atau seperti pohon yang tidak
berbuah, hidup tapi seperti mati. la tidak punya pengaruh dalam kehidupan kerana
hanya dapat mengambil tetapi tidak dapat memberi.
• Ada sejumlah orang yang bukan nabi juga bukan syuhada, tetapi kedudukannya di
sisi Allah membuat para nabi dan para syuhada in hati. Mereka dapat menyingkap
rahsia Allah dalam dirinya, yakni anugerah indra: telinga, mata, dan hati. Mereka
membangkitkan dan "memerangi"nya dengan ibadah dan ketaatan, sehingga
menyala dan berkobar-kobar. Dari dalam jiwa dan hatinya muncul luapan
gelombang yang mampu mengharu biru hati manusia sehingga menjadikannya
lunak di hadapan Allah swt. Hati dan perasaan menjalin hubungan yang demikian
harmonis, dan tak dapat di-ungkapkan dengan kata-kata, namun kita dapat
merasakan kebahagiaan dengannya. la menjelma menjadi kha-yalan indah yang
melayang-layang. Ia pun lalu berubah menjadi "magnet" yang dapat menarik ruh
dan hati.
Bidang Garap Seorang Da’i
• Menurut pandangan saya bidang garap seorang da'i berbeda dengan seorang
penceramah. Seorang penceramah, bertugas menunjukkan manusia ke arah keimanan
kepada dasar-dasar agama dan aqidahnya, komitmen terhadap etika Islam dan
mengamalkan hukum-hukumNya, serta menjelaskan makna ayat maupun hadith.

• Sementara seorang da'i bertugas menuntun kaum muslimin mencapai tujuan


Islam dan risalahnya yang mendunia guna menyelamatkan umat manusia dan
membebaskannya dan penghambaan kepada selain Allah. Dia membangkitkan
umat Islam untuk merealisasikan tujuan-tujuan Islam yang tinggi, seperti tauhid,
persatuan, keadilan, kebebasan, dan saling memberi jaminan (solidaritas). Dia juga
memberi pendidikan islami kepada kaum muslimin tentang akhlak, perilaku, dan
muamalah, sehingga menjadi pribadi dan masyarakat islami.

• Aktiviti ceramah lebih sempit ruang lingkupnya daripada dakwah kerana seorang
penceramah hanya berhadapan dengan publik. Sementara seorang da'i tugasnya
menyaring pribadi dari sekelompok orang. Mereka dipilih untuk diberi pemahaman
yang shahih, keimanan yang dalam, aktiviti yang produktif, dan praktek lapangan di
jalan dakwah dengan cara hikmah, mauizhah hasanah (pelajaran yang baik), serta
penuh kesabaran.
Bidang Garap Seorang Da’i
Medan juang seorang da'i lebih luas daripada medan juang seorang
penceramah.Seorang penceramah, setelah menyampaikan ceramahnya akan
lantas pergi meninggalkan medan dakwah.

Sedangkan da'i, ia bagaikan seorang guru sekolah yang menyampaikan


pelajaran kepada murid-muridnya,—masih ada tugas yang harus dikerjakan di
medan dakwahnya—dan ia harus menguji muridnya itu. Ujian ini sebagai
ajang penilaian bagi guru di akhir tahun, sekaligus untuk meningkatkan
kualitinya.
Dengan begitu, dia akan benar-benar serius untuk mencapai hasil yang baik.
Dia berinteraksi dengan orang lain, selalu bersama mereka di kala suka
maupun duka. Membantu yang fakir, menolong yang sakit, dan menerapkan
konsekuensi dakwah atas dirinya, sehingga menjadi qudwah dalam
penampilan, perilaku, dan akh-laknya. Da'i seperti itulah yang dicintai dan
dirindukan, bahkan mereka akan mendukung dan menjadikannya sebagai
konsultan dalam segala problematika.
Dua Karakter Da’i : Cerdas dan Bersih
• Agar dakwah kita berhasil maka seorang da'i harus memiliki dua sifat ini: "cerdas
dan bersih". Yang saya maksud adalah cerdas akalnya dan bersih hatinya. Saya
tidak mensyaratkan kecerdasan yang brilian. Cukuplah apabila dapat memandang
segala sesuatu secara proporsional, tidak ditambah atau diku-rangi. Sebab, saya
menyaksikan sebahagian orang memiliki pola pikir yang kacau. Tidak tepat ketika
mempersepsi realita, sehingga menganggap adat sebagai ibadah, sunah sebagai
hal wajib, dan penampilan fisik sebagai hal yang utama. Hal inilah yang dapat
mengacaukan terapi penyelesaian kasus-kasus yang timbul dan menyebabkan
dakwah mengalami kegagalan yang serius.

• Sifat "bersih" menyangkut kondisi hati yang saya kehendaki bukanlah seperti
"bersihnya malaikat" tetapi hati yang dapat mencintai dan menyayangi orang lain.
Tidak bersuka ria di atas kesalahan dan penderitaan orang lain. Bahkan, merasa
sedih atas kesalahan mereka dan berharap agar mereka mendapat jalan
kebenaran.

• Seorang da'i yang tidak memiliki kecerdasan akal dan kebersihan hati, akan
membuat problem yang rumit di tengah perkembangan Islam.
Tidak Mengetahui Dakwah
• Ketika Anda berusaha mengubah seseorang dan pemikiran lama
menuju pemikiran baru, Anda harus menyadari bahawa pemikiran
itu benar-benar baru baginya. Artinya, ia belum mengenalnya.
Seseorang yang belum mengenal sesuatu, akan menolaknya.
Betapa banyak kalangan sahabat, —ketika mereka belum masuk
Islam— memusuhi Rasulullah saw. tetapi ketika mereka mendapat
hidayah Allah, mereka menjadi pendukungnya, bahkan berjuang
dan berperang bersama beliau.
• Oleh sebab itu, bila seorang da'i memahami bahawa sesungguhnya
dirinya adalah pelaku ishlah (perbaikan), —seorang doktor dan
seorang guru— maka pastilah ia akan mengubah metode dakwah
terhadap orang-orang awam. Dengannya, dakwah akan masuk ke
dalam relung hati dan akal yang paling dalam hingga mampu
mengubah hati (perasaan) dan pikiran itu secara total.
Tidak Mengetahui Dakwah
• Ustaz Hasan Al-Banna pernah menyatakan, "Jika di hadapanmu ada
sejumput gula pasir dan sejumput garam, bagaimana Anda dapat
membedakannya? Saya akan mengatakan, 'Saya harus mencicipi
keduanya, kare-na dengan mencicipinya kita dapat
membedakannya.'"
• Agar manusia mengetahui dakwah, mereka harus merasakan pahit-
manisnya dan daya tariknya. Tanpa merasakan ltu terlebih dahulu,
mereka patut dimaklumi atau dimaafkan, sampai kita telah
mendatangi dan menawarkannya kepada mereka.
• Sesungguhnya, misi seorang da'i di tengah kegelapan adalah
menyalakan lilin, menuntun si buta, memperde-ngarkan yang tuli,
mengemban beban, memberi makan yang lapar, tawadhu', dan
kasih sayang kepada sesama muslim.

Anda mungkin juga menyukai