Anda di halaman 1dari 5

1.

Fasilitas Kepabeanan Impor yang diberikan bagi perusahaan berorientasi ekspor disebut dengan Fasilitas
Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Fasilitas ini bertujuan untuk sektor industri dan perdagangan
sebagai bentuk insentif fiskal pemerintah guna meningkatkan pertumbuhan sektor industri dan
perdagangan.
Fasilitas KITE terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN impor tidak dipungut atas impor bahan baku untuk diolah,
dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor; dan
b. Fasilitas pengembalian bea masuk atas impor bahan baku untuk diolah, dirakit, dipasang dan hasil
produksinya diekspor Pengertian Bea Masuk termasuk bea masuk tambahan seperti bea masuk anti
dumping, bea masuk pembalasan, bea masuk safeguard, dan bea masuk imbalan. Fasilitas Kepabeanan
Impor bagi perusahaan untuk pameran diberikan untuk Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
(TPPB), yaitu bangunan atau Kawasan dengan batas- batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan
usaha penyelenggaraan pameran barang hasil industri asal impor dan/ atau barang hasil industri dari
Daerah Pabean yang penyelenggaraannya bersifat internasional.
Perlakuan Fasilitas atas TPPB yaitu:
a. Barang Modal (Impor barang modal/ peralatan untuk pembangunan TPPB)
Fasilitas : Penangguhan Bea Masuk (BM), Pajak dalam Rangka Impor (PDRI) tidakdipungut.
b. Barang Pameran

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.79 – 4.9

2.

FOB : : USD 250.000


Freight : 10% x USD 25,000 : USD 25.000
Insurance : 0.5% x (FOB+ Freight) : USD 1.375
CIF : : USD 276.375
Nilai Pabean : USD 276.375 x Rp. 14,500 : Rp. 4.007.4737.500
BM : 20% x Rp.4.007.4737.500 : Rp. 801.487.500
Nilai Impor : (Nilai Pabean + BM) : Rp. 4.808.925.000
PPN : 10% x Rp. 4.808.825.000 : Rp. 480.892.500
PPh Ps 22 : 2.5% x Rp. 4.808.825.000 : Rp. 120.223.125
PDRI : PPN + PPh : Rp. 601.115.625
Total Pungutan : BM + PDRI : Rp. 1.402.603.125

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 2.25

3. Jika terdapat barang ekspor yang mengalami kerusakan, cara untuk mengembalikan ke wilayah pabean
yaitu dengan dokumen-dokumen terkait antara lain Pemberitahuan Pembetulan(PP) PEB dan SPPBE
(Surat Persetujuan Pengeluaran Barang Ekspor) atau Pemberitahuan Pembetulan (PP) PKBE dan SPPBE.
Selanjutnya petugas bea dan cukai yang menjaga pintu Kawasan akan melakukan penelitian antara
dokumen dan peti kemas. Dalam hal telah diperiksadi luar kawasan maka juga dilakukan penelitian atas
segel yang dilekatkan pada peti kemas. Dalam hal sesuai maka barang dapat dimasukkan ke Kawasan
pabean. Jika ternyata tidak sesuaimaka akan diserahkan kepada Unit Pengawas untuk dilakukan proses
lebih lanjut.
Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.13 – 3.15

4. Berikut tahapan urutan penyelesaian kewajiban pabeanan atas barang ekspor, yaitu :
a. Registrasi Kepabeanan Kewajiban untuk melakukan kepabeanan tidak hanya berlaku untuk importir
sja, tetapi juga berlaku untuk eksportir yang akan melakukan kegiatan ekspor. Kegiatan
registrasikepabeanan ini berfungsi untuk mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).
b. Penyusunan Draf PEB Setelah terdaftar dan memiliki NIK eksportir maka kegiatan ekspor sudah dapat
dilakukan oleh eksportir. Langkah pertama dalam tatalaksana kepabeanan di bidang ekspor adalah
membuatdraf pemberitahuan pabean ekspor. Data-data yang diisi dalam PEB merupakan ikhtisar dari
dokunendokumen, sebagai berikut:
• Dokumen identitas eksportir, antara lain: SIUP/IDP, NIK, dan NPWP;
• Dokumen komersial, transaksi perdagangan, berupa invoice dan packing list;
• Dokumen pembayaran: diisi sesuai dengan mekanisme pembayaran yang disepakati oleh eksportir
dan pembelinya diluar negeri, antara lain: Letter of Credit, Telegraphic Transfer, Collection, dan
sebagainya;
• Dokumen Lartas ekspor berupa surat perizinan ekspor, dan sebagainya; dan
• Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor (SSPCP) dalam hal barang ekspor
dikenakan bea keluar Dokumen lain yang diperlukan sesuai karakteristik barang.
c. Penyelesaian Izin Lartas / Pemenuhan Lartas Ekspor Semua barang dapat diekspor kecuali barang-
barang tertentu yang terkena aturan larangan dan pembatasan ketentuan umum yang dikeluarkan
oleh Kementrian Perdagangan RI. Kriteria barang ekspor dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :
• Barang yang bebas diekspor ( Barang ekspor yang dalam proses ekspornya tidak memerlukan izin
khusus dari otoritas perdagangan) ;
• Barang yang dibatasi ekspornya ( Barang yang hanya dapat diekspor dengan persetujuan dari
otoritas perdagangan, dalam hal ini menteri perdagangan atau pejabat-pejabat yang ditunjuknya);
dan
• Barang yang dilarang ekspornya ( barang yang sama sekali tidak boleh diekspor. Tujuan larangan
ekspor ini yaitu untuk melindungi kepentingan perekonomian dalam negeri dan juga kelestarian
lingkungan hidup).
d. Prosedur Pelayanan PEB Perlakuan pelayanan untuk masing-masing kategori berbeda. Hal ini
merupakan wujud dari manajemen risiko oleh aparatur DJBC untuk mengawasi barang-barang ekspor
secara efektif.
e. Penyampaian PEB PEB yang telah disusun oleh eksportir menggunakan modul aplikasi PEB
disampaikan kepada kantor bea dan cukai menggunakan sistem pertukaran data elektronik. Dalam
kantor bea dan cukai belum menerapkan sistem PDE maka PEB disampaikan dengan menggunakan
media data elektronik (flash disk) ataupun secara manual. Penyampaian PEB ditunjukkan kepada
kantor bea dan cukai tempat pemuatan sarana pengangkut. Penyampaian PEB baru dapat dilakukan
apabila eksportir telah memiliki estimasi tanggal keberangkatan sarana pengangkut ke luar daerah
pabean. PEB dapat disampaikan paling cepat 7 hari sebelum tanggal estimasi ekspor atau
keberangkatan sarana pengangkutnya.
f. Proses Dokumen PEB Tata cara penelitian PEB dan penatausahaannya dilaksanakan dengan
memperhatikan ketersediaan sistem aplikasi dikantor pabean tempat penyerahan PEB.
PEBmenggunakan sistem elektronik atau belum. Setelah PEB dikirim secara elektronik kepada bea
dan cukai, proses pertama yang dilakukan oleh sistem adalah penelitian perizinan lartas. penelitian
lartasini dilakukan secara otomatis oleh Sistem National Single Window. PEB yang belum memenuhi
perizinan akan mendapat respons validasi dokumen PEB oleh sistem CEISA ekspor. Tahap berikutnya
dari proses penelitian PEB adalah penomoran penjaluran. Sistem penjaluran ekspor hanya mengenal
dua alternatif yaitu :
• Pemeriksaan fisik (merah) apabila kategori PEB termasuk kategori yang wajib pemeriksaan fisik,
terbatas hanya enam kategori saja;
• Non pemeriksaan fisik, apabila kategori PEB tidak termasuk yang harus di periksa fisik.
g. Pemeriksaan Fisik Barang Barang ekspor tidak diperiksa fisik namun hanya diteliti dokumennya saja.
Barang ekspor akan diperiksa fisik dalam hal-hal tertentu saja dengan mempertimbangkan tingkat
risiko. Pemeriksaan fisik barang ekspor dapat dilakukan di beberapa alternatif tempat ,sebagai berikut
sesuai dengan permintaan pihak eksportir:
• Kawasan pabean dikantor pabean pemuatan, TPS,TPP, atau TPB
• Gudang eksportir sendiri
• Tempat lain yang digunakan menyimpan barang ekspor yang telah diizinkan olehkepala kantor.
h. Pemasukkan ke Kawasan Pabean Dokumen pelindung pemasukkan barang ekspor kekawasan pabean
adalah NPE. Untuk barang ekspor yang telah diperiksa fisik, namun izin lartasnya berupa laporan
surveyor (LS) belum terpenuhi, maka pemasukkan ke kawasan pabean menggunakan permohonan
pemasukkan sebagian peti kemas. Dalam hal barang dikenakan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
dilakukan di kawasan pabean, maka pemasukkan barang ekspor ke kawasan pabean menggunakan
PEB dan PPB.
i. Konsolidasi Barang Ekspor Penggunaan peti kemas yang sama untuk beberapa PEB (minimal 2 PEB).
j. Pembetulan PEB PEB yang telah diberitahukan, dapat dibetulkan terkait jenis barang, jumlah barang
atau nomor peti kemas, sepanjang barang belum dimasukkan ke kawasan pabean. Pembetulan tiga
hal tersebut masih dapat diizinkan meskipun barang telah masuk kawasan pabean jika berkaitan
dengan short shipment, makanan/minuman untuk kebutuhan penumpangdipesawat, atau barang
curah.
k. Pembatalan PEB PEB yaang telah diberitahukan, karena suatu hal dapat dibatalkan oleh eksportirnya.
Namuntidak selalu permohonan pembatalan PEB dapat dikabulkan. Dalam hal barang telah dimuatdi
sarana pengangkut untuk diekspor, maka permohonan pembatalan ditolak.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.6 – 3.118

5. Diketahui :
• Tarif Bea Keluar atas biji kakao = 15%
• HPE = US$2,000/Metric Ton
• Jumlah barang = 7.000 Metric Ton
• Kurs US$1 = Rp14.500

Jawab :
Bea Keluar = Tarif bea keluar × harga ekspor × jumlah satuan barang × nilai tukar mata uang asing
= 15% × US$2,000 × 7.000 Metric Ton × Rp14.500 = Rp30.450.000.000

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.25 - 3.27


6. Diketahui:

FOB : : USD 25,000


Freight : 10% x USD 25,000 : USD 2,500
Insurance : USD 2,300 : Closed in Jakarta
CIF : : USD 27,500
Nilai Pabean : USD 27,500 x Rp. 14,500 : Rp. 398,750,000
BM : 10% x Rp. 398,750,000 : Rp. 39,875,000
Nilai Impor : Rp. 398,750,000 + Rp. 39,875,000 : Rp. 438,625,000
PPN : 10% x Rp. 438,625,000 : Rp. 43,862,500
PPh Ps 22 : 2.5% x Rp. 438,625,000 : Rp. 10,965,625
PDRI : PPN + PPh : Rp. 54,828,125
Total Pungutan : BM + PDRI : Rp. 94,703,125
• Tarif Bea Keluar atas kayu olahan = 5%
• HPE = US$900/m³
• Jumlah barang = 5.500 m³
• Kurs US$1 = Rp14.500
Jawab :
Bea Keluar = Tarif bea keluar × harga ekspor × jumlah satuan barang × nilai tukar mata uang asing
= 5% × US$900 × 5.500 m³ × Rp14.500
= Rp3.588.750.000

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.25 - 3.27

7. Mengenai trafo, dapat dikeluarkan dari kawasan pabean guna listrik dapat kembali normal yaitu dengan
mengajukan permohonan fasilitas vooruitslag kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai dengan disertai alasan
agar aliran listrik dapat segera kembali normal dan dilampiri dengan dokumen pelengkap pabean serta
bukti permohonan fasilitas fisikal. Karena Fasilitas vooruitslag diberikan terhadap importir yang telah
mengajukan permohonan untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau keringan bea masuk, dan atas
permohonan yang dimaksud belum diterbitkan keputusan pembebasan/keringanannya. Apabila
permohonan disetujui, Kepala Kantor akan menerbitkan surat keputusan persetujuan Vooruitslag untuk
digunakan sebagai persetujuan pengeluaran barang impor (trafo beban untuk tegangan menengah)
dengan kewajiban importir menyampaikan Pemberitahuan pabean impor dalam jangka waktu paling
lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal diserahkannya dokumen pelengkap pabean.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 3.22 - 3.25

8. Persyaratan utama yang harus dilengkapi oleh para importir yang ingin mendapatkan skema tarif
preferensial adalah kewajiban melampirkan Surat Keterangan Asal (SKA). Namun bukan berarti bahwa
apabila barang impor sudah dilengkapi dengan SKA otomatis pasti mendapatkan keringanan atau
penghapusan tarif. Pejabat bea dan cukai terlebih dahulu harus meneliti dan memverifikasi SKA sesuai
dengan ketentuan pemenuhan aturan rule of origin. Ada tiga elemen utama yang menjadi fokus
penelitian pejabat bea dan cukai terhadap SKA ini, yaitu :
a. Pemenuhan kriteria origin (origin criteria), yaitu pemenuhan persyaratan mengenai statutas atas
barang yang akan diajukan tarif preferensinya.
b. Pemenuhan kriteria pengiriman (consignment criteria), persyaratan mengenai pengiriman langsung
barang dari negara eksportir ke negara importir yang merupakan mitra FTA. Toleransi
transhipment/transit hanya diberikan dengan batasan-batasan tertentu.
c. Pemenuhan prosedur penerbitan SKA (Procedural Provision), persyaratan formal penerbitan SKA
diatur secara khusus dalam operational certification procedure (OCP). Hal-hal khusus yang diatur
didalam setiap OCP atas FTA menjadi atensi tersendiri bagi pejabat bea dan cukai yang memutuskan
hak atas tarif preferensi.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.24 - 4.25

9. Benar, dapat dilakukan. Khusus untuk kendaraan yang digunakan resmi kantor PWNA dan juga yang
digunakan untuk keperluan pribadi pejabat PWNA diberikan dengan pembatasan jumlah dan karakteristik
kendaraan yang boleh diimpor. Kendaraan tersebut dapat dipindahtangankan kepemilikannya kepada
orang lain di Indonesia, dengan batasan waktu
• untuk keperluan kantor minimal sudah digunakan selama 3 tahun;
• untuk keperluan pribadi minimal 2 tahun.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.59

10. Syarat untuk barang yang diberikan fasilitas pembebasan atau keringanan bea masuk tersebut yaitu: a. a.
Belum diproduksi di dalam negeri;
c. Sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan; atau
d. Sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri.
Keputusan tentang poin-poin tersebut didasarkan pada daftar mesin, barang, dan bahan yang
ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian atau pejabat yang ditunjuk,
setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.

Sumber : Modul ADBI4235 Kepabeanan dan Cukai Hal 4.65

Anda mungkin juga menyukai