MAKALAH
Mata Kuliah:
Tafsir
Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 6 (Enam)
Kediri
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para pegiat khilafah banyak sekali menyandarkan pendapatnya kepada al-Quran dan
Hadis. Salah satu dari ayat yang digunakan pembenaran terhadap pendapat mereka adalah QS.
Shad: 26. Maka perlu kiranya kita tinjau makna yang terkandung dalam ayat tesebut menurut
tafsir yang otoritatif, dan apakah benar ayat tersebut merupakan dalil sebagai kewajiban
mendirikan negara khilafah.
Di dalam mehamai al-Quran, syarat yang tak bisa ditawar ialah memahami tafsirnya.
Sehingga tidak boleh bagi sesorang yang belum mencapai derajat kepakaran dalam bidang tafsir
menafsirkan sesuai nalar pribadi tanpa memperdulikan tafsiran ulama yang otoritatif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dikaji
dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut ini:
1
BAB 2
PEMBAHASAN
“Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau kami jadikan khalifah di bumi, maka berilah
”keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah mengikuti hawa nafsu
Arti kata khalifah dalam ayat tesebut adalah orang yang mengganti (mewakili) pekerjaan
orang lain. Sehingga makna ayat tersebut adalah : Allah menjadikan nabi Dawud sebagai
penggati/ wakil-Nya dan pengganti dari nabi sebelumnya, yakni Nabi Musa AS, dalam
menegakkan syariat dan menyampaikan wahyu kepada umatnya. Sedangkan kata al-Ardi
bermakna territorial bani Israel1
Imam al-Qurtubi menafsirkan ayat tersebut: “Kami jadikan engkau pemimpin untuk
menegakkan kebenaran dan membasmi kemungkaran”2.
Menurut imam Nawawi al-Bantani, maksud dari kata khalifah dalam ayat tersebut
adalah nabi yang menjadi raja atas bani Israel.3
وإذ قال ربك للمالئكة إني جاعل في األرض خليفة﴾ [البقرة﴿]30 :
“Ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifa di
bumi”.
Menurut riwayat Ibnu Mas’ud yang dimaksud khalifah dalam ayat QS. Al-Baqarah: 30
tesebut adalah Nabi Adam AS. Beliau dijadikan kahilafah. untuk menjalankan hukum-hukum
dan perintah Allah. Karena beliau adalah utusan pertama Allah yang diutus kepada keluarganya.
Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Taurat, dimasa tersebut telah berlaku keharaman
bangkai, darah dan babi.4
Menurut Imam al-Qurtubi, kedua ayat di atas adalah Sebagian dari beberapa dalil-dalil
kewajiban mengangkat pemimpin atau khalifah yang dita’ati agar masyarakat terkumpul dalam
satu suara dan dapat menegakkan kebenaran. Tidak ada khilaf di antara ulama mengenai
kewajiban ini kecuali dari sebagian kalangan Mu’tazilah.5
Meskipun mengangkat pemimpin hukumnya adalah wajib, akan tetapi di dalam ayat
tersebut tidak membicarakan bentuk pemerintahan terterntusama sekali.
Kesimpulan ini diperkuat dengan pernyataan Syekh Wahbah Zuhaili yang menyatakan
bahwa urgensi khilafah bukan pada bentuk sitem kepemerintahan, melainkan yang tepernting
ialah adanya kepemimpinan yang ditaati oleh rakyat yang dapat mengatur dan menjaga dari
Oleh karenanya persoalan sisyah disesuaikan dengan kondisi, sekira lebih mendekatkan
pada kemashlahatan dan menjauhkan dari kemuadlaratan sebagaimana pendapat Imam Ibnu
Aqil.8
BAB 3
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ayat QS. Shad: 26 menerangakan
bahwa Allah menjadikan nabi Dawud sebagai pemimipin untuk menegakkan kebaikan dan
membasmi kemungkaran, dan ayat tersebut merupakan salah satu dari dalil kewajiban
mengangakat seorang pemimpin, akan tetapi ayat tersebut tidak membicarakan tentang sistem
pemerintahan tertentu. Sehingga pembentukan negara adalah merupakan persoalan siyasah yang
teknisnya disesuaikan dengan kondisi, sekira lebih mendekatkan pada kemashlahatan dan
menjauhkan dari kamadharatan.