METODOLOGI
Buat diagram alir untuk pembuatan masing-masing tepung. (tepung pisang dan tepung
kelor dibuat terpisah, lalu dicampur kering berdasarkan formulasi berikut, sehingga
kita punya 4 jenis tepung)
Formula
Jenis Tepung A B C D
Kelor 20 22.5 25
Pisang 80 75 70 60
Analisa organoleptik
Uji sensori digunakan untuk mengetahui penerimaan biskuit olahan dibandingkan
dengan biskuit 100% tepung terigu. Uji sensori organoleptik menggunakan uji hedonik
dengan 30-40 panelis tidak terlatih. Panelis merupakan mahasiswa Universitas Bina
Nusantara, Alam Sutera. Panelis diminta untuk menilai tingkat kesukaan mereka terhadap
beberapa variasi formula produk biskuit yang dibuat dari tepung pisang kelor. Penilaian
dilakukan menggunakan 7 skala antara sangat tidak suka hingga sangat suka, menggunakan
formulir pengujian pada Lampiran 1 Sebelum dilakukan pengujian para panelis diminta untuk
menandatangani formulir informed concent yang tertera pada Lampiran 2.
Merk
Panelis
A B C D
1 5 9 7 4
2 7 9 8 5
3 4 8 6 5
4 6 6 9 5
5 9 7 6 7
6 8 8 8 6
7 9 9 8 4
8 8 5 9 7
9 8 7 6 6
10 6 5 7 5
Lampiran 1
UJI KESUKAAN
Instruksi:
1. Di hadapan Anda terdapat empat sampel biskuit. Cicipi sampel tersebut secara
berurutan dari kiri ke kanan
2. Beri penilaian Anda dengan menyatakan rasa suka atau tidak suka
Tidak suka Tidak suka Tidak suka Tidak suka
.
Biskuit
2. Kadar abu
Kadar abu dapat diperoleh dengan metode dry ashing. Adanya kandungan abu
yang tinggi dalam bahan pangan dapat diasumsikan bahwa ada materi lain yang
masuk ke dalamnya. Berdasarkan SNI, mutu biskuit yang baik yaitu memiliki
kadar abu maksimum 1.5% (bb). Pada pengujian rasio 1, dihasilkan kadar abu
melebihi dari syarat SNI. Sedangkan, pengujian rasio 2, dihasilkan kadar abu 1.4%
(memenuhi SNI). Adanya perbedaan kadar abu ini diduga disebabkan oleh
penambahan tepung daun kelor.
3. Kadar protein
Perolehan kadar protein didapatkan dengan metode Kjeldahl mikro. Hasil
pengujian rasio 1, didapatkan kadar protein sekitar 16% dan pengujian rasio 2
didapatkan kadar protein sebesar 13%. Biskuit dengan rasio 1 memiliki kadar
protein lebih tinggi karena adanya kandungan tepung kelor yang lebih banyak.
Biskuit ini sudah sesuai untuk dikonsumsi karena berdasarkan SNI, mutu biskuit
yang baik yaitu memiliki kadar protein minimal 9% (bb). Kadar protein ini dapat
tinggi disebabkan karena daun kelor sendiri memiliki kandungan protein yang
tinggi, mengandung unsur asam amino essensial yang sangat penting, yakni unsur
argine, histidine, isoleucine, leusine, lysine, methionine, phenylalinine, threonine,
tryptophan, dan valine. Selain protein, daun kelor juga mengandung lemak, beta
carotene (vitamin A), thiamin (vitamin B1), riboflavin (B2), niacin (B3), vitamin
C, kalsium, karbohidrat, tembaga, serat, zat besi, magnesium, dan fosfor di
dalamnya.
4. Kadar lemak
Perolehan kadar lemak didapatkan dengan metode soxhlet extraction. Berdasarkan
SNI, mutu biskuit yang baik memiliki kadar lemak minimal 9,5%. Dan pengujian
rasio 1 dan 2 menunjukkan kadar lemak diatas 9,5%. Hal ini disebabkan karena
adanya penambahan tepung daun kelor dan margarin dimana margarin
mengandung lemak yang cukup tinggi sekitar 30%.