Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

INOVASI ALAT
PRODUKSI ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA

ARMIDAYANTI
ELITA S.SI
FITRI KHOIRUNISA A.MD
ROBYANSYAH S.SOS

AMBAWANG
KALIMANTAN BARAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ramat 
Nya yang telah memberikan kelancaran serta kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
proposal  asap cair tempurung kelapa yang kelak akan diproduksi untuk menjadi penangkal
covid 19, seperti yang telah di beritakan oleh Trans 7 tempo hari yaitu tanggal 5 Oktober
2020. Proposal ini disusun untuk memberikan informasi untuk pembuatan alat dan proses
produksi asap cair serta manfaat dari asap cair itu sendiri. 
Kami menyadari masih banyak terdapat keterbatasan dalam  penyampaian proposal, 
oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami
harapkan dukungan dari berbagai pihak berupa material maupun non material sangat kami
sambut dengan tangan terbuka demi perbaikan di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga dengan tersampaikannya proposal ini dapat menggugah
keadaan masyarakat kita untuk lebih sehat dan dapat dijauhkan dari virus yang meresahkan
masyarakat kita akhir-akhir ini.   Adanya produksi asap cair ini ditengah-tengah masyrakat
juga dapat
memberdayaan masyarakat melalui pemberian kesempatan peluang usaha dan peningkatan
taraf  hidup yang lebih baik.

Ambawang,    2 November 2013
Ketua 

FITRI KHOIRUNISA, A.Md


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya potensi sumber daya alam lokal yang sangat besar yaitu limbah
tempurung kelapa hendaknya dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan pendapatan, dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi maka
beberapa hasil samping pertanian kelapa khususnya tempurung dan sabut dapat diolah
menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti arang tempurung kelapa
yang sangat potensial untuk diolah menjadi arang aktif.
Meningkatnya produksi arang aktif yang menggunakan bahan dasar tempurung
kelapa menambah terjadinya pencemaran udara karena penguraian senyawa-senyawa
kimia dari tempurung kelapa pada proses pirolisis.
Pada proses pirolisis juga dihasilkan asap cair, tar dan gas-gas yang tak
terembunkan. Asap cair yang merupakan hasil sampingan dari industri arang aktif
tersebut yang juga memiliki nilai ekonomi tinggi jika dibandingkan dengan dibuang ke
atmosfir.
Asap cair diperoleh dari pengembunan asap hasil penguraian senyawa-senyawa
organik yang terdapat dalam kayu sewaktu proses pirolisis.
Dengan pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan bakunya. Maka dengan itu,
dapat membantu para petani, meningkatkan pendapatan mereka melalui pembelian
tempurung kelapa yang selama ini hanya menjadi limbah yang tak termanfaatkan.

Inovasi yang dikembangkan salah satunya ialah berupa alat yang dapat
memproduksi asap cair lebih efisien dengan biaya pembuatan yang lebih murah serta
produk yang dihasilkan dapat menghasilkan asap cair yang jauh lebih berkualitas dengan
jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan alat pirolisis pada umumnya.
Inovasi yang kami lakukan merupakan terobosan bagi bertumbuh kembangnya
fungsi (aplikasi) asap cair terhadap sektor-sektor usaha serta produk-produk baru yang
terbukti memiliki daya saing, berbanding dengan produk penggantinya, baik dari segi
efektifitasnya, maupun nilai ekonomisnya.
1.2 Tujuan

1. Menawarkan rancang bangun pirolisis atau destilator pendingin untuk proses


pemurnian asap cair yang lebih sederhana dan murah tanpa mengabaikan aspek teknis
praktisnya
2. Membuat asap cair yang memiliki kemurnian phenol yang tinggi atau grade 1 yang
aman untuk diminum sebagai pencegah covid 19.
3. Memasyarakatkan penggunaan asap cair sebagai bahan minuman penangkal covid 19
yang aman untuk kesehatan juga murah dalam pembuatannya.
4. Sebagai suatu sarana yang yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
sumberdaya masyarakat.

1.1 Manfaat yang Diharapkan


1. Dikenalnya alat destilator yang dapat digunakan oleh berbagai industri dalam
pembuatan asap cair.
2. Tersosialisaikanya manfaat dari asap cair pada masyarakat sebagai alternatif bahan
organik yang aman jika dikonsumsi.

1.2 Kegunaan Alat


Dengan diciptakannya alat destilator ini, pemurnian asap cair mentah (crude)
dapat dilakukan dengan mudah dan murah tanpa mengabaikan aspek teknisnnya. Asap
cair yang dihasilkan oleh alat ini memiliki kemurnian phenol dan asam organik yang
tinggi dan aman digunakan pada industri pangan sebagai pengawet organik maupun dapat
diminum secara langsung serta dapat diproduksi secara masal dengan biaya produksi
rendah.
BAB II
ASPEK PRODUK

2.1 Asap cair


Asap cair merupakan suatu campuran larutan dan disperse koloid dari uap asap
kayu dalam air yang diperoleh dari hasil pirolisa kayu (Putnam 1999). Asap diproduksi
dengan cara pembakaran yang tidak sempurna yang melibatkan reaksi dekomposisi
konstituen polimer menjadi senyawa organic dengan berat molekul rendah karena
pengaruh panas yang meliputi reaksi oksidasi, polimerasi, dan kondensasi (Girrard 1992).
Asap cair diperoleh secara distilasi kering bahan baku asap misalnya tmpurung kelapa,
sabut kelapa, atau kayu pada suhu 400 0C selama 90 menit lalu diikuti dengan peristiwa
kondensasi dalam kondensor berpendingin air (Karseno et al. 2002). Distilat yang
diperoleh dimasukkan dalam corong pemisah untuk dipisahkan dari senyawa-senyawa
kimia yang tidak diinginkan misalnya senyawa tar yang tidak larut dengan asam
pirolignat. Asam pirolignat merupakan campuran dari asam-asam organic, phenol,
aldehid, dan lain-lain.
Menurut Pszczola (1995) dan Chen Dan Lin (1997), asap cair mempunyai
kelebihan, yaitu (1) selama pembuatannya, senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon
dapat dihilangkan, (2) konsentrasi pemakaian asap cair dapat diatur dan dikontrol serta
kualitas produk akhir menjadi lebih seragam, (3) polusi udara dapat ditekan dan (4)
pemakaian asap cair lebih mudah yaitu dengan cara direndam atau disemprotkan serta
dicampurkan langsung ke dalam bahan pangan.
Siskos et al. (2007) mengemukakan bahwa asap cair mengandung beberapa zat
antimikroba, antara lain adalah asam dan turunannya (format, asetat, butirat, propionat,
dan metil ester), alkohol(metil, etil, propil, alkil, dan isobutil alkohol), aldehid
(formaldehid, asetaldehid, furfural, dan metil furfural), hidrokarbon (silene, kumene, dan
simene), keton (aseton, metil etil keton, metil propil keton, dan etil propil keton), phenol,
piridin, dan metil piridin.
Senyawa-senyawa yang terkandung pada asap cair antara lain dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 1. Komponen volatil asap cair tempurung kelapa
Komponen Jumlah (%)
Pyrogallol 1.3-dimethyl ether 15.64
2-Methoxy-p-cresol 11.53
Pyrogallol trimethyl ether 8.65
p-Ethylguaicol 6.58
3,4,5-Trimethoxytoluene 5.60
2-Propanone,1-(4-hydroxy-3-methoxyphenyl) 4.55
Desaspidinol 4.25
3-Methoxy-pyrocatechol 3.86
Methylparaben 3.49
Guaethol 3.34
Acetovanillone 2.66
4-Ethoxy-3-methoxytoluene 1.90

Menurut Tranggono et al. (1996) asap cair tempurung kelapa memiliki 7 macam
komponen dominan, yaitu phenol, 3-metil-1,2-siklopentadion, 2-mektosiphenol, 2-
mektosi-4-metilphenol, 4-etil-2-metoksiphenol, 2,6-dimektosiphenol, dan 2,5-
dimektosi benzil alkohol yang semuanya larut dalam eter.
Phenol merupakan zat aktif yang dapat memberikan efek antibakteri dan
antimikroba pada asap cair. Selain itu, phenol juga dapat memberikan efek antioksidan
kepada bahan makanan yang akan diawetkan. Identisifikasi phenol terhadap kualitas asap
cair yang dihasilkan diharapkan dapat mewakili kriteria dari mutu asap cair tersebut,
sehingga hasilnya dapat diaplikasikan kepada semua produk pengasapan. Yulistiani
(1997) melaporkan kandungan phenol dalam distilat asap tempurung kelapa sebesar
1,28%, sedangkan Hanendyo (2005) melaporkan dua hasil pengukuran kadar phenol,
masing-masing pada panjang kondensor yang berbeda, yaitu 1,38% pada panjang
kondensor 2,5 m dan 1,41% pada panjang kondensor 4 meter.

2.2 Perkembangan produksi asap cair


Asap cair adalah kondesat komponen asap yang bisa digunakan untuk menciptakan flavor
asap pada produk (Whittle dan Howgate, 2002). Asap cair sudah dibuat pada akhir tahun
1800-an, tapi baru sepuluh sampai lima belas tahun belakangan digunakan secara
komersial pada industry pengasapan ikan (Moody dan Flick, 1990).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan produk asap cair, diantaranya
melihat sifat kimia dan komposisi kimia asap cair dari berbagai jenis kayu yang dibuat
secara pirolisis pada 350 – 400 C (Tranggono et al., 1996; Holzschuh et al., 2003).
Darmadji (2002) melakukan optimasi kondisi proses berupa suhu distilasi, waktu distilasi,
dan suhu kondensasi pembuata asap cair dengan menggunakan bahan tempurung kelapa
pada suhu 400 C yang dibakar 1 jam.
Kualitas dan kuantitas asap cair sangat dipengaruhi oleh kondisi proses pembakaran
bahan bakunya. Selama ini telah dilakukan penelitian-penelitian yang telah dilakuakan
untuk menentukan proses yang terbaik dalam pembuatan asap cair. Misalnya Tranggono
et al. (1996) yang menggunakan suhu pembakaran 350 – 400 C. Selain itu, Nurhayati
(2000) mencoba membandingkan dua metode pembakaran, yaitu metode tungku kubah
dan metode distilasi kering (destructive distillation) pada produksi asap cair.

2.3 Pirolisis
Pirolisis adalah suatu proses menggunakan incinerator untuk mendekomposisi
biomassa (material organik) secara termal tanpa adanya oksigen. Pirolisis dilakukan pada
tekanan tertentu dan suhu operasi diatas 4300 C (8000 F). Di dalam proses pirolisis,
limbah plastik mampu diubah menjadi nafta, liquid dan wax, seperti hidrokarbon dan gas.
Teknik pirolisis telah digunakan sejak awal tahun 1930 di Jerman untuk peningkatan
residu hidrogenasi yang diperoleh dari pencairan atau pelelehan batu bara (Umam &
Sapto, 2007).
Pirolisis biomassa merupakan salah satu teknologi alternatif yang dikembangkan
dalam bidang kimia. Salah satunya adalah untuk mengisolasi senyawa kimia yang
kemudian dapat dikonversi menjadi sumber energi hidrokarbon alternatif dan untuk
kepentingan síntesis bahan pengganti minyak bumi atau obat-obatan. Secara bertahap
pirolisis kayu akan mengalami degradasi sebagai akibat dari kenaikan temperatur
sehingga dihasilkan senyawa-senyawa karakteristik sesuai dengan tujuan pirolisis
(Fatimah & Jaka, 2005). Hemiselulosa terdegradasi pada 200-2600C, selulosa pada
2400C-3500C, dan lignin pada 2800C sampai 5000C. Degradasi termal dapat dilakukan
dengan adanya pelarut dalam jumlah rendah sehingga reaksi berjalan lebih cepat
(Sjostrom, 1993).
Pirolisis tidak efektif dalam mendekomposisi senyawa organik secara fisik dari
media yang terkontaminasi logam. Produk samping yang berisi logam-logam berat dapat
menstabilkan suhu sehingga proses pirolisis dan produk akhir yang diharapkan tidak
tercapai. Keunggulan nyata dari pirolisis dibandingkan dengan pembakaran adalah
reduksi terjadi sekitar 5-20 kali, karena pirolisis dilakukan dalam sebuah sistem tertutup,
maka tidak ada polutan yang dapat keluar (Anonim, 1997).
Asap cair dapat diproduksi dari tempurung kelapa yang diproses dengan teknik pirolisis dan
destilasi. Proses pertama mengubah tempurung kelapa menjadi asap dengan pembakaran
bersuhu 400-5000C. Asap selanjutnya di destilasi sehingga diperoleh asap cair. Proses
berlangsung selama 8 jam. Tetes pertama asap cair akan keluar pada 3-4 jam pertama.
Berikut skema proses produksi biogas dari tempurung kelapa dan peralatan produksi asap cair
(Prananta, 2006) :
Skema Proses Produksi

Tempurung Pirolisis Destilasi Asap cair


kelapa

Arang aktif

Tar

2.4 Destilator Asap Cair


Unit operasi distilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen yang ada di dalam suatu larutan atau cairan, yang tergantung pada
distribusi komponen-komponen tersebut antara fase uap dan fase cair. Semua komponen-
komponen ini terdapat dalam kedua fase tersebut. Fase uap terbentuk dari fase cair
melalui penguapan pada titik didihnya (Geankoplis, 1983). Distilasi asap cair dilakukan
untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang tidak diinginkan dan berbahaya, seperti
poliaromatik hidrokarbon (PAH) dan tar, dengan cara pengaturan suhu didih sehingga
diharapkan didapat asap cair yang jernih, bebas ter dan benzopiren (Darmaji, 2002).
Senyawa utama yang terkandung di dalam tar yang merupakan hasil dari suatu proses
distilasi adalah senyawa phenol yang terdapat dalam jumlah yang sedikit terutama terdiri
dari senyawa piridin dan quinolin (Holleman, 1903).
Kualitas asap cair dipengaruhi oleh kemurnian senyawa-senyawa yang terkandung
di dalamnya, khususnya phenol dan asam organik. Oleh karena itu diperlukan proses
pemurnian untuk memisahkan kedua senyawa tersebut sehingga dihasilkan asap cair yang
berkualitas tinggi dan aman untuk digunakan pada makanan. Proses pemurnian yang
selama ini sering dilakukan hanya sebatas dengan proses pengendapan untuk
menghilangkan tar dan endapan kotoran lainnya. Namun cara ini belum cukup maksimal
dapat memisahkan phenol dan asam organik dari asap cair yang kotor. Untuk itu perlu
ada proses destilasi ulang (redistilasi) berdasarkan perbedaan titik didih.
Berdasarkan hal tersebut, selain berupaya mengoptimalakan alat produksi destilasi
utama, juga diperlukan alat untuk mendistilasi asap cair hasil distilasi pertama agar
diperoleh asap cair yang aman digunakan pada obat dan makanan dengan alat distilasi
kedua. Alat distilasi ini didesain dengan desain yang sederhana dan tidak makan tempat
namun masih memenuhi aspek fungsionalnya sebagai distilator tahap lanjutan
(redestilator).
BAB III
ALAT PRODUKSI ASAP CAIR

4.1 Modifikasi alat untuk produksi asap cair yang meningkatkan kualitas, kuantitas
serta nilai ekonomis hasil produksi.

Tabel Perbandingan
Alat

Hasil 25 Liter asap cair grade 3 50 Liter asap cair grade 2


produksi / 100 Kg tempurung kelapa dan grade 3
/ 100 Kg tempurung kelapa
Prinsip dasar pembuatan alat ini, ialah
 Memberi ruang kondensasi pada asap pembakaran, hal ini bertujuan untuk
menurunkan suhu asap serta memberi ruang lebih pada asap sebelum melewati
pirolliss
 Menggandakan jumlah pirollis sebanya 16 saluran yang bertujuan agar untuk
memaksimalkan jumlah asap ter-embun khususnya pada dinding-dinding
pirollis
 Menggunakan besi penyangga dengan sebuah katrol yang di gunakan untuk
mengangkat perangkat alat bagian atas pada saat pengambilan arang sisa bakar
serta mengisi kembali bahan baku yang hendak di bakar
 Pembuatan alat ini hanya membutuhkan 2 buah drum, sebuah plat besi yang
yang di pergunakan sebagai parit penghubung yang menapung tetesan asap
cair dari masing-masing pirollis untuk kemudian di alirkan menuju bak
penampungan hasil produksi

 Ujung pirollis adalah jalur pelepasan asap ke udara sekaligus sebagai jalur
keluarnya hasil produksi asap cair grade

4.2 Kebaharuan (temuan baru) Dalam Inovasi Alat Yang Dikembangkan


Inovasi yang kami lakukan berpengaruh sangat besar sebagai pemicu bertumbuh
kembangnya aplikasi-aplikasi baru dari sektor usaha terkait yang menjadikan asap cair
sebagai bahan dasarnya.
Jika di tinjau dari dari segi ekonomi, adanya inovasi alat produksi asap cair ini.
Mampu menurunkan biaya produksi lebih dari 100 % dari pada alat produksi pada
umumnya. Dengan asumsi sebagai berikut;

Produktifitas asap cair pada umumnya:


 Asap cair grade 3
Membutuhkan 100 kg tempurung kelapa dengan harga Rp. 50.000. akan
menghasilkan sebanyak 20 liter asap cair grade 3, maka biaya untuk memproduksi
asap cair grade 3 adalah:
Rp 50.000 / 20 liter = Rp 2500 / liter
 Asap cair grade 2
Di ambil dari asap cair grade 3 yang di destilasi ulang sehingga
membutuh kan tambahan biaya untuk gas LPG sebesar Rp 18.000 / 20 liter di kurangi
penyusutan sekitar 10 % dari volume sebelumnya tambahan biaya untuk
memproduksi asap cair grade 2 adalah:
Rp 18.000 / 18 liter = Rp 1000 / liter
Maka total biaya produksi asap cair grade 2 adalah Rp 2500 + Rp 1000 =
Rp 3500 / liter

 Asap cair grade 1


Di ambil dari asap cair grade 2 yang di destilasi ulang sehingga membutuh kan
tambahan biaya untuk gas LPG sebesar Rp 18.000 / 20 liter di kurangi penyusutan
sekitar 10 % dari volume sebelumnya tambahan biaya untuk memproduksi asap cair
grade 1 adalah:
Rp = Rp 18.000 / 18 liter
Rp 1000 / liter
Maka total biaya produksi asap cair grade 1 adalah Rp 3500 + Rp 1000 =
Rp 4500 / liter

Produktifitas asap cair setelah modifikasi alat produksi


 Asap cair grade 3
Membutuhkan 100 kg tempurung kelapa dengan harga Rp.50.000. akan menghasilkan
sebanyak 50 liter asap cair grade 3, maka biaya untuk memproduksi asap cair grade 3
adalah:
Rp 50.000 / 50 liter = Rp 1000 / liter
 Asap cair grade 2
Pada tahap ini modifikasi alat kami telah mampu menghasilkan asap cair grade 2 dan
3 dengan hanya satu kali periode destilasi, sehingga untuk mendapatkan asap cair
grade 2. Tidak memerlukan biaya tambahan lagi
 Asap cair grade 1
Di ambil dari asap cair grade 2 yang di destilasi ulang sehingga membutuh kan
tambahan biaya untuk gas LPG sebesar Rp 18.000 / 20 liter di kurangi penyusutan
sekitar 10 % dari volume sebelumnya tambahan biaya untuk memproduksi asap cair
grade 1 adalah:
Rp 18.000 / 18 liter = Rp 1000 / liter
Maka total biaya produksi asap cair grade 1 setelah inovasi alat produksi adalah Rp
1000 + Rp 1000 = Rp 2000 / liter
Perbandingan biaya produksi antara sebelum dan setelah modifikasi alat produksi
asap cair menunjukan perbedaan yang drastis mempengaruhi harga jual yang bisa kami
tawarkan. Jika sama-sama mengacu pada keuntungan sebesar 100% dari penjualan,
maka harga jual asap cair.
Sebelum inovasi alat produksi
 Asap cair grade 3 Rp 5.000. /liter
 Asap cair grade 2 Rp 7.000 /liter
 Asap cair grade 1 Rp 9.000 / liter
Setelah inovasi alat produksi
 Asap cair grade 3 Rp 2.000 /liter
 Asap cair grade 2 Rp 2.000 /liter
 Asap cair grade 1 Rp 4.000 / liteR

Pengoperasian Alat
 Perangkat alat bagian atas diangkat hingga memberi ruang yang cukup untuk
melakukan pengisian bahan baku tempurung
 Tempurung kelapa di masukan ke dalam drum bagian bawah dan di bakar
sedikit bagian di permukaan paling atas, lalu perlahan-lahan di tutup dengan
perangkat alat bagian atasnya
 Membuat lobang celah udara yang di sesuaikan pada kebutuhan udara pada
pembakaran,
 Standard suhu pembakaran yang di rekomendasikan berkisar antara 300 s/d 500
‘C
BAB IV
RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA (RAB)

200 lonjor pipa Pvc ¾ ‘ @Rp. 30.000 Rp. 6.000.000


80 buah sock ‘ T ‘ ¾’ @Rp. 1500 Rp. 120.000
3 * 80 sock ‘ L ‘ ¾’ @RP. Rp. 360.000
2 kaleng lem PVC ‘ jpng @Rp.75.000 Rp. 150.000
4 lembar platizer (plat besi) 0,5 mm @Rp. 500.000
Rp. 2.000.000
6 lembar plat steless sedang @Rp1000.000
Rp. 6.000.000
ongkos las Rp. 1.000.000
tekhnik instalasi Rp. 2.500.000
alat destilasi grade 1 Rp. 2.500.000
sewa lahan produksi Rp. 5.000.000
Pembangunan pondok produksi Rp. 5.000.000
Kemasan Rp. 2.500.000
Ijin PRI Rp. 2.500.000
Tes Lab Rp. 2.500.000
Peralatan penampungan (jerigen) Rp. 500.000
Bahan (tempurung kelapa) Rp. 1.000.000
transportasi Rp. 1.000.000
sosialisasi masyarakat Rp. 6.000.000
dan lain-lain Rp. 870.000
-------------------------
Total Rp. 45.000.000
BAB V

PENUTUP

Kami menawarkan rancang bangun pirolisis atau destilator pendingin untuk proses
pemurnian asap cair yang lebih sederhana dan murah sehingga dapat digunakan langsung
oleh masyarkat baik itu dipergunakan untuk peternakan, pertanian dan perkebunan.
Selain itu degan membuat asap cair yang memiliki kemurnian yang tinggi atau grade 1 yang
aman untuk diminum sebagai pencegah covid 19 diharapkan dapat menjawab keresahan
dimasyarakat penawar dari covid 19 itu sendiri.
Sehingga dengan adanya produksi asap cair dan memasyarakatkan penggunaan asap cair
sebagai bahan minuman penangkal covid 19 yang aman untuk kesehatan juga murah dalam
pembuatannya akan menjadi sarana yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
sumberdaya masyarakat. Degan biaya yang kami ajukan sebesar Rp. 45.000.000; semoga
kegiatan ini dapat terealisasi.

Ketua
Pelaksana Sekretaris
Fitri Khoirunisa A.Md Elita S.Si

Anda mungkin juga menyukai