Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gilang Arya Putra

Kelas : Klimatologi 7
NPT : 21.18.0007
UJIAN TENGAH SEMESTER
ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
1. Ceritakan kaitan antara grk, global warming, climate change. Bagaimana hal tsb saling
berkaitan
2. Berikan contoh kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia yang
berkesesuaian dengan UNFCC! Jelaskan!
3. Jelaskan tentang:
a. 1 4 7 10 13 16 19 22 25 kyoto protocol
b. 2 5 8 11 14 17 20 23 26 copenhagen
c. 3 6 9 12 15 18 21 24 paris agreement
Jawab:
1. Perubahan iklim disebabkan oleh apa yang dikenal sebagai pemanasan global (global
warming) yang merupakan akibat dari efek rumah kaca pada atmosfer kita. Efek rumah kaca
terjadi akibat adanya gas-gas rumah kaca (GRK) yang memerangkap panas radiasi matahari
yang dipantulkan kembali ke angkasa oleh permukaan bumi. Pada dasarnya GRK ini dapat
bersumber dari alam itu sendiri (naturally) maupun dari aktivitas manusia (anthropogenic).
Perubahan iklim dicirikan adanya beberapa fenomena seperti berubahnya nilai rata-rata atau
median dan keragaman unsur iklim. Contohnya misal telah terjadi kenaikan dari data suhu
udara dalam jangka panjang dan ada kecenderungan naik dari waktu ke waktu, maka dapat
dikatakan telah terjadi perubahan iklim. Cara lain dalam pengamatan suhu juga dapat dilihat
dari fenomena hilangnya lapisan es di wilayah kutub. Selain suhu udara yang meningkat,
ada dua indikator lain dari perubahan iklim yakni perubahan pola curah hujan dan kenaikan
paras muka air laut.

Pemanasan global (global warming) adalah proses kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi.
Ada petunjuk hal itu terjadi akibat peningkatan jumlah emisi (buangan) Gas Rumah Kaca
(GRK) di udara. Panel Antar Pemerintah mengenai Perubahan Iklim (Intergovernmental
Panel on Climate Change = IPCC) melaporkan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi
meningkat sekitar 0,60C pada abad ke-20 dibandingkan suhu pada tahun 1750 saat awal
proses industrialisasi. Angka 0,60C kelihatan kecil, tetapi perubahan kecil itu mulai
menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan kita. Pemanasan global terjadi
karena peningkatan jumlah GRK di lapisan udara dekat permukaan bumi (atmosfir). Gas
tersebut memerangkap panas dari matahari sehingga menyebabkan suhu bumi semakin
panas dan akhirnya lebih panas lagi dari pada suhu normal.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas di udara di atas lapisan permukaan bumi (atsmofer)
yang memungkinkan sebagian panas dari matahari ditahan di atas permukaan bumi. Secara
alami gas-gas rumah kaca ini juga semuanya diserap di bumi, tetapi hanya sebagiannya saja.
Dengan demikian GRK membuat suhu di bumi pada titik yang layak huni bagi makhluk
hidup. GRK di bumi pada titik yang layak huni bagi mahluk hidup. GRK secara alami juga
menjaga agar iklim menjadi stabil. Namun meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca akan
menyebabkan pemanasan global. GRK terdiri dari beberapa unsur, diantaranya:
- Karbondioksida (CO2) dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil (seperti:
minyak bumi, gas bumi, dan batubara) untuk mendapatkan energi, selain kebakaran
hutan dan lahan. Manusia telah meningkatkan banyak karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu sebagai
menghangatkan kontruksi, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat
yang sama, banyak pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida makin menjadi
kurang dampak perambahan hutan sebagai diambil kayunya maupun sebagai perluasan
lahan pertanian.
- Nitrogen oksida (N2O) dihasilkan dari penggunaan pupuk kimia pada dunia pertanian.
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Dia dihasilkan terutama
dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida mampu
menangkap panas 300 kali semakin akbar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah
meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri.
- Metana (CH4) dihasilkan dari pembusukan sampah yang tidak dikelola dengan baik,
sawah tergenang, ternak, dan gas daerah rawan. Sayangnya, gaya hidup manusia modern
membuat metana dihasilkan berlebihan. Semakin banyak daging yang kita makan, maka
semakin banyak peternakan yang ada di bumi. Metana kini dianggap sebagai penyebab
pemanasan global terburuk kedua setelah karbon dioksida.
- Uap Air (H2O) adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab
terhadap sebagian akbar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara
regional, dan kegiatan manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air
kecuali pada skala lokal.
- Ozone (O3) merupakan gas yang berada di ketinggian 30 kilometer di langit atau lapisan
stratosfer, ozon atau trioksigen membantu menangkal radiasi matahari. Manusia dan
makhluk hidup lainnya tak bisa terpapar radiasi matahari yang terlalu kuat. Lapisan
ozon-lah yang selama ini melindungi kita. Namun, selama ini kita menambah lapisan
ozon di langit yang rendah atau troposfer. Dengan adanya ozon di troposfer, makin
banyak panas yang terperangkap di bumi. Ozon di lapisan troposfer ini terbentuk dari
kebiasaan manusia mengendarai mobil dan aktivitas pabrik.
- Chlorofluorocarbon (CFC) merupakan senyawa yang diciptakan oleh manusia dengan
menggabungkan unsur klorin, karbon, hidrogen, dan fluorin. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan senyawa kimia pendingin yang kita kenal dengan freon. Pendingin seperti
kulkas dan AC menggunakan freon. Pernah merasakan deodoran semprot yang memberi
efek dingin? Kemungkinan ada kandungan CFC di dalamnya. Sama seperti dinitrogen
oksida, CFC merusak lapisan ozon. Selain itu, CFC memperkuat efek gas rumah kaca
yang menambah panas bumi.
2. A

3. Protokol Kyoto adalah sebuah persetujuan sah dimana negara-negara perindustrian akan
mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5.2% dibandingkan
dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah jika dibandingkan dengan
perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa protocol, target ini berarti pengurangan
sebesar 29%). Tujuannya adalah untuk mengurangi rata-rata emisi dari 6 gas rumah kaca
yaitu karbondioksida, metana, nitrogen oksida, dll. Target penurunan emisi dikenal dengan
nama quantified emission limitation and reducation commitment (QELROs) merupakan
pokok permasalahan dalam seluruh urusan Protokol Kyoto dengan memiliki implikasi serta
mengikat secara hukum, adanya periode komitmen, digunakan rosot (sink) untuk mencapai
target, adalah jatah emisi setiap pihak di Annex I dan dimasukkannya 6 jenis gas rumah kaca
tersebut. Protokol Kyoto adalah protocol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim atau yang dikenal dengan UNFCCC. UNFCCC ini diadopsi pada
Pertemuan Bumi di Rio de Janiero pada 1992. Semua pihak dalam UNFCCC dapat
menandatangani atau meratifikasi Protokol Kyoto, sementara pihak luar tidak
diperbolehkan, Protokol Kyoto diadopsi pada sesi ketiga Konferensi Pihak Konvensi
UNFCCC pada 1997 di Kyoto, Jepang.

Hal yang melatar belakangi Protokol Koyoto terbentuk ialah terkait permasalahan perubahan
iklim yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang masif selama 150 tahun, pada dasarnya
Protokol Kyoto memiliki tujuan untuk menyatukan komitmen terkait penanggulangan
permasalahan perubahan iklim dengan mendapatkan pengakuan dari negara-negara maju
untuk bertanggung jawab atas tingginya tingkat emisi gas rumah kaca atau GRK sebagai
akibat dari kegiatan industri tersebut. Untuk itu dalam Protokol ini, negara-negara maju di
posisikan sebagai pemangku beban permasalahan pengurangan emisi gas rumah kaca dan
pemrakarsa komitmen bagi negara-negara di dunia untuk berkomitmen dalam
penanggulangan permasalahan perubahan iklim dengan prinsip ”Common but differentiated
responsibilities” atau tanggung jawab bersama tapi berbeda. Diharapkan hal ini menjadi
kerjasama multirateral dalam rangka mengatasi permasalahan perubahan iklim karena dalam
mengatasi permasalahan tersebut perlu melibatkan seluruh negara didunia yang tidak hanya
sebagian saja. Oleh karena itu, dibawah naungan PBB pada United Nations Framework
Convention on Climate Change atau UNFCCC Protokol Kyoto disepakati oleh negara-
negara anggota PBB di Kyoto, Jepang, pada tanggal 11 Desember 1997, kemudian
kesepakatan tersebut mulai berlaku pada 16 Februari tahun 2005.

Dalam Protokol Kyoto negara dibagi menjadi tiga bagian kelompok utama dengan
komitmen yang berbeda, kelompok pertama yaitu negara Annex satu dimana, kelompok ini
merupakan negara yang memiliki ekonomi maju yang notabenenya ialah negara
industrialisasi maju. Selanjutnya kelompok Anneex dua ialah negara yang terdiri dari
anggota OECD atau Organisation for Economic Cooperation and Development, kelompok
negara Annex dua pada dasarnya juga merupakan negara-negara maju yang mempunyai
peran dalam memfasilitasi negara-negara berkembang terkait penyediaan sumber daya
keuangan untuk memungkinkan negara berkembang melakukan kegiatan penanggulangan
pengurangan GRK sesuai dengan konvensi Protokol Kyoto. Selain itu kelompok negara
Annex dua juga diwajibkan melakukan pertukaran informasi maupun penjalinan kerjasama
dalam hal transfer teknologi terkait permasalahan emisi GRK. Kemudian yang terakhir ialah
kelompok negara Non Annex satu, kelompok negara ini dari negara-negara berkembang
yang diakui konvensi Protokol Kyoto, kelompok negara ini merupakan kelompok yang
dinilai membutuhkan bantuan dari kelompok negara Annex dalam hal adaptasi maupun
implementasi terkait penanggulangan pengurangan GRK.

Setelah Protokol Kyoto diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997, protokol ini dibuka untuk
ditandatangani pada tanggal 16 Maret 1998 oleh negara-negara lain di Markas Besar PBB,
New York. Namun demikian, bagi negara pihak yang tidak ikut menandatanganinya dapat
mengaksesi protokol tersebut setiap saat. Sesuai dengan pasal dua puluh lima, protokol ini
berlaku efektif setelah Sembilan puluh hari setelah diratifikasi oleh lima puluh lima negara.
Kesepakatan tersebut mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang
dilakukan Rusia pada 18 November 2004. Pada waktu itu Protokol telah ditandatangani oleh
delapan puluh empat negara penandatangan salah satunya ialah negara Indonesia, dengan
demikian Protokol tersebut telah terbentuk.

Dengan berlakunya Protokol Kyoto pada tanggal 16 februari 2005 terdapat beberapa
konsekuensi mendasar yaitu:
- 30 negara maju wajib mengurangi emisi mereka sesuai dengan target waktu yang
ditentukan dalam periode 2008-2012.
- Pasar karbon internasional menjadi resmi.
- Clean Development Mechanism (CDM) atau Mekanisme Pembangunan Bersih
beroperasi secara penuh.
- Dana adaptasi yang mulai disiapkan pada tahun 2001 akan dapat dimanfaatkan untuk
membantu negara berkembang menangani dampak negatif perubahan iklim.
Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak wajib menurunkan emisinya, Indonesia dapat
memanfaatkan fasilitas CDM, yaitu mekanisme dimana negara berkembang bisa
menyumbang upaya penurunan emisi di negara-negara maju dengan memperbolehkan
negara berkembang menurunkan emisinya, mensertifikasi penurunan emisi ini, kemudian
“menjual” sertifikasi ini ke negara-negara maju untuk memenuhi kewajiban penurunan emisi
mereka. CDM juga bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan di negara-negara
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai