Combine PDF
Combine PDF
Disusun oleh
IR. WARTONO RAHARDJO
DR. AKMALUDDIN, ST., MT.
PALEONTOLOGI
PALEONTOLOGI adalah ilmu yang membahas tentang fosil
FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya
kehidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam
Penggalian
Fosil berasal dari
kata fodere = menggali
Fosil diperoleh dengan Penggalian
cara menggali
b. Mold :
Awetan berupa cetakan
c. Cast :
Awetan berupa cetakan
dari cetakan
Holosen
TERTIARY PALEO-
GENE
65
CRETACEOUS
JURASSIC
TRIASSIC
245
PERMIAN
CARBONIFEROUS
DEVONIAN
SILURIAN
ORDOVICIAN
CAMBRIAN
570 Ma
PRE CAMBRIAN
4600 Ma
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
KENOZOIK, MASALALU YANG TERDEKAT
0
MASA KINI HOLOSEN
0,011
MASA LALU PLEISTOSEN
2,0
PLIOSEN
5,0
MIOSEN
24
OLIGOSEN
38
EOSEN
45
PALEOSEN
65
MESOZOIK
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
PENGAWETAN FOSIL
FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya ke-
hidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam
TEREKAM : dapat diamati
dengan mengguna-
kan mata telanjang
ataupun mengguna-
kan alat pembesar
(mikroskop)
TERAWETKAN : belum
banyak mengalami Kenampakan fosil yang sama
di bawah mikroskop
perubahan bentuk
dari bentuk aslinya,
serta tidak menjadi
rusak & hancur oleh
Kondisi fosil dalam batuan di alam
penimbunan
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
BATUAN PENGANDUNG FOSIL
Koloni
Koral
FOSIL TRILOBIT :
CRINOID
TIDAK MOLUSKA
FOSIL : PADA YANG
ADA ORIENTASI BA- TIDAK
ADA ORIENTASI
JELAS, YANG
TIDAKPUCANGAN
TULEMPUNG ADA JELAS,
PROSES DI BAGIAN
YANG PATAHFOSIL
TRANSPORTASI
SANGIRAN, MASIH BERADA
= TETAP
TAK DI DI DEKAT
TER-
BATANGNYA : :
TEMPAT SEMULA
ORIENTASI FOSIL
HIDUP
BIOCOENOSIS
(FOSILBIOCOENOSIS
FOSIL BIOCOENOSIS)
Megafosil
Makrofosil : MAKROPALEONTOLOGI
Mikrofosil
Nannofosil
:
: }MIKROPALEONTOLOGI
1. Megafossil
Ukuran organisme utuh sangat besar
Vertebrate fossil
Hominid fossil
2. Macrofossil
Ukuran organisme cukup besar, tak memerlukan mikroskop
Invertebrate fossil
Petrified wood
3. Microfossil
Ukuran organisme kecil, memerlukan mikroskop
Foraminifera, Radiolaria, Diatomae
Fragmen invertebrate fossil
4. Nannofossil
Ukuran organisme amat kecil, memerlukan mikroskop yang kuat
(SEM, TEM)
Coccolithophore (coccolith)
1 cm 1 mikron
Data 2
Data 4
Data 3
Pleistosen Tengah (> 0,5 juta tahun yang lalu)
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
TERUMBU KARANG MIOSEN
Data 2
Data 1
TERUMBU KARANG
Cetakan Rangka pada Endapan batu- Hasil rekonstruksi dari Museum Ilmu
kapur (chalk) dari Bavaria , Jerman Pengetahuan Alam, Berlin
Jura (150 juta tahun lalu)
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
STUDI PENYEBARAN FOSIL SECARA
STRATIGRAFIS
• Batuan sedimen mempunyai sifat berlapis karena terjadinya tidak
sekaligus, melainkan tahap demi tahap. Setiap tahap meng-
hasilkan satu perlapisan A B C D E
D E
T7
C D E
T6 B C D
T5 B C
T4 A B C
T3 A B
T2 A
SEBARAN
A
T1 STRATIGRAFIS
• Perlapisan yang terbentuk dahulu akan berada di bawah perlapis-
an yang terbentuk kemudian: HUKUM SUPERPOSISI
• Dengan mempelajari/mengidentifikasi isi fosil dari setiap lapisan
yang berurutan dapat diketahui perkembangan organisme
sepanjang waktu : EVOLUSI ORGANIK
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
SEBARAN FOSIL SECARA STRATIGRAFIS
A. Eosen tengah
UMUR BATUAN
A. Eosen tengah
B. Oligosen akhir
Transport
Sedimentary Rocks
Erosion
Metamorphism
Weathering
Crystallization Melting
Magma
Rock cycle
Proportion of rock types on
the Earth
Composition Texture
What minerals make up the What is the shape, size and
rock? orientation of the mineral
grains that make up the
rock?
Major Difference:
Crystalline vs. Clastic
Batuan beku
Batuan beku non-fragmental
Batuan beku fragmental
(silikat Mg)
Magma
Lelehan batuan silikat panas yang terbentuk di alam,
bersifat mobil, dapat mengandung material padat dan
gas.
Zat padat terdiri dari sisa batuan asal yang tidak ikut
meleleh atau senolit (xenolith), sisa kristal yang tidak ikut
meleleh atau senokris (xenocryst) dan kristal-kristal yang
terbentuk oleh pembekuan magma (Jackson, 1982).
Magma terbentuk oleh pelelehan sebagian (partial
melting) batuan induk (parental rocks) di dalam mantel
atau, dalam jumlah yang lebih sedikit, di bagian bawah
kerak (lower crust) (Schmincke, 2004).
Bagaimana magma terbentuk?
Pelelehan batuan dapat terjadi karena perubahan 3
parameter dasar: tekanan (P), temperatur (T) dan
komposisi kimia (X), yaitu:
Kenaikan temperatur T pada kondisi P dan X yang
konstan (increasing temperature)
Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan
(decompression)
Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama
penambahan fluida khususnya H2O dan CO2)
Magma source: partial melting
Hypothetical Solid Rock:
Intermediate Composition Melting
Mineral Temp
A (Mafic) 1200°C
B (Int) 1000°C
C (Felsic) 800°C
Temperature = 500°C
Magma source: partial melting
Melting
Mineral Temp
A (Mafic) 1200°C
Intermediate Magma
(All Minerals Melt) B (Int) 1000°C
C (Felsic) 800°C
Temperature = 1400°C
Magma source: partial melting
Melting
Mineral Temp
A (Mafic) 1200°C
B (Int) 1000°C
C (Felsic) 800°C
A (Mafic) 1200°C
B (Int) 1000°C
C (Felsic) 800°C
(Schmincke, 2004)
Tempat terbentuknya magma
1. Zona subduksi (subduction zone)
Peleburan mantel atas / baji mantel (mantle wedge),
mantel tersomatisasi
Pelelehan parsial kerak samudera (fasies amfibolit,
eklogit)
Pelelehan parsial kerak benua bagian bawah
(anateksis)
2. Zona tumbukan (collision zone)
Pelelehan parsial kerak benua bagian bawah
(anateksis)
Pelelehan parsial kerak benua bagian tengah
(anateksis)
Tempat terbentuknya magma
3. Rekahan tengah samodra (mid oceanic rift)
Peleburan mantel atas
Ultramafic mantle
Magma
Rices
and Cools Magma
Chamber
Intrusive
(Plutonic)
Skema
sistem
magma
dan volcano
(Schmincke 2004)
Proses kristalisasi magma
Magma yang naik mendekati permukaan bumi biasanya mengalami
berbagai ubahan kimia dan mineralogi melalui proses-proses yang
disebut diferensiasi, yang menghasilkan bermacam-macam batuan
beku dengan komposisi kimia yang berbeda-beda
Komposisi asal magma disebut sebagai magma induk atau ‘Parental
Magma’ atau ‘Primitive Magma’
Diferensiasi (differentiation): proses-proses yang menghasilkan
magma turunan (derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia
dan mineralogi dari Primitive Parental Magma
Secara umum diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma
di dalam kerak (kedalaman <10km), di mana magma dalam kondisi
stagnan, mendingin secara perlahan dan mengkristal
Proses diferensiasi yang paling penting adalah: Kristalisasi
Fraksinasi (fractional crystallization). Proses lainnya antara lain
asimilasi dan magma mixing.
Proses kristalisasi magma
1. Kristalisasi
fraksinasi (fractional
crystallization)
Bowen’s reaction series
Proses kristalisasi magma
2. Asimilasi
Perubahan komposisi magma, sebagai akibat adanya reaksi
antara magma dengan batuan dinding yang berkomposisi
berbeda.
3. Percampuran magma induk
Magma intermediate, misal andesit sebagai hasil percampur-
an antara magma basalt dengan riolit.
Proses kristalisasi magma
Asimilasi dan percampuran
magma induk (magma mixing)
Igneous environments
Extrusive igneous rock.
Produced when lava erupts onto the surface.
The lava freezes on exposure to air or water.
Crystal grains lack time for growth and are mostly
invisible.
Intrusive igneous rock.
Produced by the crystallization of magma while still
underground.
The magma freezes because of the gradual loss of heat to
the country rock.
Crystal grains have time to grow and are mostly visible.
Igneous environments
Intrusive and extrusive
Fine
Grained
Coarse
Grained
Tipe tubuh batuan trobosan
Sill
Bentuk tabular atau seperti lempengan, bersifat
konkordan.
Dapat merupakan bagian tubuh intrusi melapis.
Tubuh intrusi yang tipis, dapat terbentuk di tempat
yang dangkal, menerobos batuan sedimen yang relatif
tidak terlipat.
Sebagian sill berkomposisi batuan basalt yang terbentuk
dari magma yang encer.
Tubuh sill dapat bersifat sederhana, majemuk, atau
terdiferensiasi (bagian dasar tersusun oleh mineral-
mineral berat, ke arah atas dapat tersusun oleh mineral-
mineral yang lebih ringan).
Tipe tubuh batuan trobosan
Lakolit (laccoliths)
Seperti jamur tubuh berbentuk lempengan, dasar
mendatar, atap seperti kubah, menerobos perlapisan
yang melengkung seperti busur, konkordan sebagian
besar bersifat asam atau menengah.
Diameter 1–8 km, tebal maksimum 1000 m
Di tempat yang dangkal, dapat berubah menjadi sill.
Komposisi didominasi oleh magma asam
Lakolit
Sumber: Winter (2014)
Tipe tubuh batuan trobosan
Lakolit (laccoliths)
Bentuk kerucut
dan lempengan
dalam bentuk
intrusi mafik
melapis
Tipe tubuh batuan trobosan
Pakolit (pacoliths)
Masa berbentuk lensa, melengkung, menginjeksi secara
konkordan perlapisan terlipat (antiklin atau sinklin), intrusi relatif
dalam
Pasif
Pakolit
Tipe tubuh batuan trobosan
Korok (dikes)
Tabular, memotong struktur utama (perlapisan atau foliasi)
Fine-grained Coarse-grained
Komposisi batuan beku
Mode atau Modal Composition: komposisi mineralogi dari suatu
batuan beku
Norm: normalisasi komposisi kimia batuan (oksida utama)
untuk mengetahui komposisi mineral normative
Komposisi batuan beku
Mineral Properties
Volcanic rocks
Vesicular: vesicles (holes, pores, cavities) form as gases
expand
Volcanic rocks
Glassy texture
Glassy (Extrusive)
Glassy textured rocks are formed by very
rapid cooling of magma. Obsidian rock with a glassy
Glassy rocks often form from magmas texture and conchoidal fractures
with high silica content that arranges into
long chainlike structures before
crystallization occurs. These silica chains
increase the viscosity of the magma and it
once it eventually cools it forms a glassy
textured rock.
Glassy rocks can be considered amorphous
because they have no crystalline structure.
Glassy rocks are classified by the amount
of glass contained by the rock: Copyright © Dr. Richard Bush
Masa dasar
(Groundmass)
Fenokris
(Phenocrysts)
Igneous texture
Glassy
Vesicular
Pyroclastic/fragmental
Columnar
basalt,
California
Struktur batuan beku
Carbonate lava
from Oldoinyo
Lengai, Tanzania
Igneous
rock classi-
fication
Klasifikasi dan penamaan
batuan non-fragmental
Terutama Berdasarkan:
Tekstur: biasanya dipakai pertama kali karena
memberikan bukti ttg genesa dan dapat dipakai untuk
klasifikasi yang umum
Komposisi: utamanya komposisi mineralogi tapi bisa
juga kimia
Klasifikasi batuan beku
Berdasarkan cara terjadinya:
Batuan pluton
Batuan hipabisal
Batuan gunungapi
Batuan plutonik
Membeku di tempat yang dalam (abisal), tubuh intrusi
besar (batolit, stok dan pluton-pluton besar lain),
membeku perlahan-lahan.
Berbutir sangat kasar, medium-kasar; secara lokal
ditemukan tekstur porfiritik; non porfiritik, subhedra
atau anhedra.
Batuan hipabisal
Mengkristal di bawah kondisi yang terpengaruh antara
batuan pluton dan batuan gunungapi, intrusi dangkal
kecil, dekat permukaan bumi (hipabisal), pada kerak
benua bagian atas, korok, sill, sumbat gunungapi, leher
gunungapi atau tubuh yang lebih besar (lakolit) pada
tempat yang dangkal, dapat mendingin cukup cepat.
Pada umumnya berbutir fanerik halus, porfiritik,
porfiritik (masadasar halus, tanpa gelas volkanik.
Bagian tepi intrusi dalam yang mendingin cepat dan
menerobos batuan yang dingin dapat mempunyai sifat
batuan hipabisal.
Batuan gunungapi
Membeku cepat, pada atau amat dekat dengan
permukaan bumi, afanitik dengan sedikit atau tanpa
campuran gelas, sangat halus-gelasan; klastik
Kristalisasi fenokris cenderung terjadi pada kisaran suhu
yang tinggi, sehingga muncul mineral-mineral yang
terbentuk pada suhu tinggi, P rendah (sanidin dan
plagioklas suhu tinggi)
Fenokris biotit, hornblenda, kuarsa
Ada dua fase pendinginan: fase intertelurik di tempat
yang dalam (fenokris) dan fase efusif (masadasar
afanitik), yang menghasilkan tekstur porfiritik.
Igneous rock minerals term
Mineral felsik
Warna putih, abu-abu, merah muda, rapat jenis
rendah
Kuarsa, feldspar, feldspatoid
Mineral mafik
Warna gelap, hijau, coklat, hitam, rapat jenis tinggi
(>3,80)
Piroksen, amfibol, olivin, biotit
Igneous rock minerals term
Felsic: feldspar + silica
~55-70% silica, K-feldspar > 1/3 of feldspars present
light-colored silicate minerals — Continental crust
Intermediate: between felsic and mafic
~55-65% silica, plag > 2/3 of feldspars present Na-rich
plag predominates over Ca-rich plag
Mafic: magnesium + ferric iron
~45-50% silica; Ca-rich plag dominant feldspar, dark
silicate minerals — Oceanic crust
Ultramafic: >90% mafic minerals, silica < 45%, few or
no feldspars
Mantle-derived
Klasifikasi batuan beku
Berdasarkan kejenuhan silika:
Batuan sangat jenuh silika (silica-oversaturated)
Kuarsa
Batuan jenuh silika (silica-saturated)
Mineral jenuh silika
Batuan tidak jenuh silika (silica-undersaturated)
Feldspatoid + olivin + korundum
Fine-grained rhyolite
Medium-grained gabbro
commons.wikimedia.org/wiki/Image:Diabas_1.jpg
Andesite
Andesite is an intermediate, extrusive igneous rock with a
predominantly fine-grained porphyritic texture that forms during
volcanic eruptions.
Andesite main contain phenocrysts which are usually large-grained
feldspar or amphibole minerals.
http://www.mii.org/index.html
Pyroclastic materials
Pyroclastic (Extrusive)
Pyroclastic materials form when
individual rock fragments are ejected Tuff rock with pyroclastic material.
during a violent volcanic eruption and
consolidate into larger rock composites
when they deposit on the surface.
Pyroclastic rocks contain at least 75%
pyroclastic fragments with the remainder
consisting of other inorganic sediments or
organic materials.
Pyroclastic rocks contain a mixture of
different types of particles that are not
cohesively joined by interlocking crystals,
but instead are consolidated masses of Copyright © Dr. Richard Busch
Quartz-rich
Granitoid
Plutonic rocks
60 60
nite
Gra
To
Grano-
na
Granite
par
diorite
lite
elds
li F
Alka
Alkali Fs. 20 20 Qtz. Diorite/
Quartz Syenite
Classification of Quartz Quartz Quartz Qtz. Gabbro
Alkali Fs. Syenite Monzonite Monzodiorite
5 5 Diorite/Gabbro/
Syenite
Phaneritic Igneous A
10 Syenite
(Foid)-bearing
35 Monzonite
(Foid)-bearing
65 Monzodiorite
(Foid)-bearing
90
P
Anorthosite
(F o
Alkali Fs. Syenite
id)
o
(Foid) (Foid)
bbr
Sy
Monzosyenite Monzodiorite
Ga
en
ite
id)
(Fo
60 60
Ultramafic
Olivine rocks
Dunite
90
Olivine
gabbro
Peridotites
We
ite
hr
urg
lite
Lherzolite
Plagioclase-bearing ultramafic rocks rzb
Ha
Pyroxene Olivine 40
(b)
Orthopyroxenite Olivine Websterite Pyroxenites
10
(c) 10
Websterite
Clinopyroxenite
Orthopyroxene Clinopyroxene
Q
Classification of Aphanitic
Igneous Rocks
60 60
Volcanic rocks
20 20
A P
10 10
A
Classification of Pyroclastic Rocks
Classification of the pyroclastic rocks. a. Based on type of material. After Pettijohn (1975)
Sedimentary Rocks, Harper & Row, and Schmid (1981) Geology, 9, 40-43. b. Based on the size
of the material. After Fisher (1966) Earth Sci. Rev., 1, 287-298.
Identifikasi
batuan beku
Identifikasi
batuan beku
Sekian dan Terima Kasih
Petrologi Batuan
Beku dan Metamorf
melanosome
leucosome
Image source: Winter (2010)
Variation of mineral assemblages in the
metamorphic rocks
3. Differences of protolith
Types of Protolith
Lump the common types of sedimentary and
igneous rocks into six chemically based-groups
1. Ultramafic - very high Mg, Fe, Ni, Cr serpentinite
2. Mafic - high Fe, Mg, and Ca metabasic
3. Shales (pelitic) - high Al, K, Si metapelite
4. Carbonates - high Ca, Mg, CO2 calc-silicate/marble
5. Quartz - nearly pure SiO2 quartzite
6. Quartzo-feldspathic - high Si, Na, K, Al metapsammite
Metamorphic agents and changes
• Temperature
• Pressure
• Fluids
2. Based on setting
• Contact Metamorphism
Pyrometamorphism
• Regional Metamorphism
Orogenic Metamorphism
Burial Metamorphism
Ocean Floor Metamorphism
• Hydrothermal Metamorphism
• Fault-Zone Metamorphism
• Impact or Shock Metamorphism
Contact Metamorphism
Rock that metamorphosed in the vicinity of plutonic or extrusive igneous bodies
- Index minerals
- Metamorphic zone
- Metamorphic grade
Franciscan metamorphism
San Francisco metamorphic belt (www.tulane.edu)
n
ca
cis
n
Fra
a r rovian
B
- Index minerals
- Metamorphic zone
METAMORPHISM
Facies and Description
of Metamorphic Rocks
Classification of Metamorphic Rocks
• Metamorphic rocks are classified on the basis of
texture and composition (either mineralogical or
chemical)
• Unlike igneous rocks, which have been plagued by
a proliferation of local and specific names,
metamorphic rock names are surprisingly simple
and flexible
• May choose some prefix-type modifiers to attach
to names if care to stress some important or
unusual textural or mineralogical aspects
Metamorphic Structure
Struktur foliasi
Metamorphic Structure
• Slate: a strongly cleaved rock in a) Slate
which the cleavage planes are
pervasively developed throughout
the rock, due to orientation of
very fine phyllosilicate grains. The
individual aligned grains are too
small to be seen with the naked
eye and the rock has a dull b) Phyllite
- Index minerals
- Metamorphic zone
- Metamorphic grade
Franciscan metamorphism
San Francisco metamorphic belt (www.tulane.edu)
n
ca
cis
n
Fra
a r rovian
B
- Index minerals
- Metamorphic zone
Tatanama dan Klasifikasi Batuan
Metamorf
• Batuan metamorf diklasifikasikan berdasarkan
tekstur dan komposisi (baik itu mineralogi maupun
kimiawi).
• Tidak seperti batuan beku, yang mempunyai
tatanama pasti dan spesifik, penamaan batuan
metamorf cenderung simpel dan fleksibel.
• Tatanama batuan metamorf dapat dimodifikasi
atau dikombinasikan berdasarkan tekstur khas dan
aspek mineralogi.
Tatanama batuan metamorf
1. Berdasarkan protolit:
a. Menjelaskan asal mula batuan sebelum termetamorfosa. Contoh:
metasedimen
b. Proses metamorfosa yang terjadi tidak dominan. Contoh:
metatonalite
2. Berdasarkan struktur dan tekstur. Contoh: sekis, gneiss, filit,
slate, milonit, dll.
3. Berdasarkan nama spesifik. Nama spesifik dapat pula
berasosiasi dengan fasies. Contoh: kuarsit, marmer, amfibolit,
eklogit, serpentinit, dll.
4. Kombinasi mineralogi. Tatanama ini paling umum digunakan
ahli batuan metamorf. Contoh: Sekis garnet-mika, amfibolit
garnet-biotit, granulit garnet-silimanit, dll.
Special names for metamorphic rocks
• Migmatite: a composite silicate rock that is a) Migmatite
heterogeneous on the 1-10 cm scale, commonly
having a dark gneissic matrix (melanosome) and
lighter felsic portions (leucosome). Migmatites may
appear layered, or the leucosomes may occur as
pods or form a network of cross-cutting veins.
• Serpentinite: an ultramafic rock metamorphosed at
b) Serpentinite
low grade, so that it contains mostly serpentine.
• Hornfels: is a type of granofels that is typically very
fine-grained and compact, and occurs in contact
aureoles. Hornfelses are tough, and tend to
splinter when broken. Skarn: a contact c) Grt-Wo skarn
metamorphosed and silica metasomatized
carbonate rock containing calc-silicate minerals,
such as grossular, epidote, tremolite, vesuvianite,
etc. Tactite is a synonym.
Special Terms for metamorphic names
Spotted phyllite
• Spot: porphyroblast minerals; if
such spots occur in a hornfels or
a phyllite (typically as a contact
metamorphic overprint over a
regionally developed phyllite),
the terms spotted hornfels, or
spotted phyllite would be
appropriate. Augen gneiss
• Augen: Some gneisses have large
eye-shaped grains (commonly
feldspar) that are derived from
pre-existing large crystals by
shear. Individual grains of this
sort are called auge (German for
eye), and the (German) plural is
augen. An augen gneiss is a
gneiss with augen structure.
IUGS Classification
GL 1. If the rock features are dominated by those of the protolith or
the protolith may be determined by the context of the rock then a
protolith name may be applied. Protolith-based names are
particularly recommended for weakly metamorphosed rocks,
especially where the use of a structural root name would be
considered contrary to established practice For example, with a
metamorphosed sandstone the name 'biotite-quartz-feldspar
metasandstone' should take precedence over 'biotite-quartz-
feldspar gneiss (or granofels)'.
GL 2. If the rock contains =75% modally of one mineral then it may
be named by adding the suffix 'ite' to the dominant mineral (for
example, biotitite, epidotite, glaucophanite).
GL 3a. If the rock fits the definition of one of the well-known and
commonly used specific names then it is generally appropriate to
use that specific term There is no absolute rule on when to use or
not to use a specific name. However a specific name will generally
take preference over the equivalent systematic/structural root
name if the specific name is well established or understood or if it is
more concise or gives greater detail than the systematic alternative
(for example marble rather than calcite granofels, amphibolite
rather than hornblende-plagioclase granofels, slate and phyllite as
types of schist). Conversely, a systematic name is more appropriate
where there is no specific name or a possible specific name is little
used, ambiguous or poorly defined.
GL 3b. If the context or genesis (that is, the metamorphic processes
forming the rock) of the rock is known and particularly if it is
desirable to emphasise this or give additional or detailed
information about the context or genesis of the rock then the
appropriate specific name should be used (for example, nebulite,
blastomylonite, tektite, hornfels). In this case the names should
conform to those in the relevant SCMR paper
Foliated textures: slaty cleavage
Slaty cleavage is used to describe rocks that split into thin, planar slabs
when hit with a hammer.
Rocks with slaty cleavage often contain alternating bands of different
minerals where one type of mineral (usually mica formed from
recrystallized clay) forms highly aligned platy grains of foliated minerals.
The rock will split into thin sections along these bands.
Slaty cleavage commonly occurs under low-grade metamorphic
conditions.
Photo: SCGS
Catatan tambahan :
❑ Astenosfer : merupakan mantel yang lunak (plastis) → sehingga litosfer dapat bergerak di atasnya
❑ Mesosfer : merupakan mantel yang padat (solid)
❑ Litosfer : merupakan mantel yang kaku (rigid) → sehingga mengapung di atas astenosfer
Karena semakin besar tekanan maka antar partikel menjadi semakin dekat (padat). Selain itu, inti luar
memiliki titik leleh yang lebih rendah karena terdapat di bawah mantel yang menyuplai unsur Sulfur
(s) dan Oksigen (𝑶𝟐 )
❑ Di fasa padat gelombang akan menjalar
seismik lebih cepat dibandingkan
dengan fasa cair.
❑ Kecepatan gelombang primer >
Kecepatan gelombang sekunder
❑ Gelombang primer : bisa menjalar di
semua media
❑ Gelombang sekunder : tidak bisa
menjalar di media cair
❑ Kecepatan gelombang di Transition
Zone tidak stabil karena komposisi
mineral berubah-ubah
Mountain
range
pegunungan
himalaya
Volcanic
arc
Cascade
volcanic
arc
Island
arc
Northern
mariana
island
# konsep #
❑ Gesekan antara inti luar dan mantel menyebabkan terjadinya pergerakan mantel sehingga terjadi
tektonik lempeng
❑ Pola gunung api dan gempa bumi terjadi akibat tektonik lempeng (interaksi antar litosfer). Misalnya,
terjadi tektonik lempeng yang menyebabkan penambahan air kedalam magma (Konvergensi kerak
samudera-kerak benua) maka akan mengakibatkan terjadinya volkanisme (pola gunung api dan gempa
yang teratur)
Hukum dasar
stratigrafi
NEW EMAIL
Intrusi batuan/kristalisasi magma/patahan
yang memotong perlapisan batuan akan
lebih muda dari lapisan batuan tersebut
The law of cross-cutiing relationship
The law of cross-cutiing relationship
The law of inclusions
01 kontak
Batas antar batuan
02 Struktur primer
Struktur yang terbentuk saat pengendapan atau pendinginan batuan
03 Struktur sekunder
Struktur setelah terjadi lithifikasi atau setelah terbentuknya batuan
→ Fault (Patahan), Fold (Lipatan), Joint (Kekar)
Struktur
ERROR
primer
biogenik
Trace fossil (track,
trail, burrow, boring),
Bioturbasi
Graded
bedding
Cross
Flute casts
bedding
Ripple
mark / current
ripple
Load cast
Terbentuk akibat tekanan pada sedimen
berupa lumpur yg masih basah dan belum
terkonsolidasi oleh sedimen berupa pasir
di atasnya.
Sejenis load structure, namun
bentuk intrusi lumpurnya lebih
Faktor yg mendukung terbentuknya struktur melengkung dan mirip nyala api
ini: terdapat perbedaan densitas antara (flame)
pasir dan lumpur
Flame
structure
gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter
Struktur primer
burrows boring
❑ Awetan berupa lubang sedimen ❑ Awetan berupa lubang sedimen
sewaktu sedimen masih lunak sewaktu sedimen sudah mengeras
Scour /
Pillow lava
channel
TRACK TRAIL
❑ Awetan berupa tapak ❑ Awetan berupa alur
RAIN DROP
Scour MARKs &
tool marks
NORMAL FAULT
STRIKE SLIP
OBLIQUE FAULT
old
synformal antiformal
anticline syncline
Syncline, Israel
HINGE POINT CREST POINT
Horizontal line
HINGE POINT
HINGE POINT
HINGE POINT= TROUGH POINT
TROUGH POINT
SYMMETRY ASYMMETRY
H
T
Symmetrical folds Asymmetrical folds
SALT DOME
Kubah garam adalah intrusi garam terhadap
sedimen di atasnya
https://youtu.be/tD7QnGkogVQ
tension joint
/ kekar tarik
Terbentuk oleh gaya tarik.
B.
C.
D.
jawaban 1
Jawaban : A
soal 2
Di samping ini merupakan geologic cross section
dari puncak suatu bukit. Terdapat beberapa
lapisan batuan yang berbeda-beda dari A sampai E
dan di beri label umur dalam million years old
(myo)/juta tahun lalu.
A. A
B. B
C. C
D. D
Jawaban = B
soal 5
1. Which rock would most likely be
produced by the metamorphism of the
grey limestone?
A. Quartzite
B. Slate
C. Marble
D. Gneiss
1. C. Marble
2. D. Grey
Limestone
A = Normal Fault
B = Reverse Fault
Soal 7
A = Sinistral Fault
B = Dextral Fault
Soal 8
A = Oblique Normal
B =Oblique Reverse
Soal 9
A = Oblique left-lateral
B = Oblique right-lateral
Soal 9
A = footwall
B = hanging wall
Soal 10
Jawaban = D
Soal 10
A. Pluton
B. Sill
C. Dike
D. Laccolith
jawaban 10
A. Pluton : tubuh batuan beku instrusif (batolith, stock, dike, sill, laccolith, pakolit, lopolith)
B. Sill
C. Dike (JAWABAN)
D. Laccolith
Soal 11
Jawaban = D
Soal dan jawaban 12
A = antiklin
B = siklin
C = strike dan dip, dip = 25 derajat (perlapisan miring 25
derajat)
Soal 13
Jawaban = C
Simbol sesar
Sesar Turun
Sesar Naik
Soal 14
Jawaban 14
3. Pernyataan berikut yang benar mengenai kecepatan rambat suara di laut adalah...
a. Keceapatan suara akan berkurang seiring dengan kedalaman karena pengaruh tekanan
b. Kecepatan suara akan meningkat pada zona termoklin karena pengaruh temperatur
c. Kecepatan suara akan lebih cepat pada pada daerah tropis dibandingkan dengan lintang
tinggi
d. Pada daerah air dalam, kecepatan suara akan lebih besar dibandingkan dengan permukaan
akibat adanya penurunan temperatur
e. Kecepatan suara paling rendah berada pada batas antara mixed layer dan daerah termoklin
11. Gas terlarut yang umum terdapat dalam air laut adalah sebagai berikut kecuali
a. N
b. O
c. H2S
d. H
e. CO2
12. Suhu air laut air bervariasi sesuai dengan kedalaman lautnya. Pernyataan yang benar adalah...
a. Di permukaan air laut suhu air laut pada dasarnya tidak terlalu panas, akan tetapi semakin
dalam suhunya semakin panas
b. Di permukaan air laut suhu air laut dingin tetapi semkin ke arah dalam semakin dingin
c. Di permukaan air laut suhu air laut panasnya sedang, sedangkan semakin ke arah dalam
semakin panas
d. Di permukaan air laut suhu air laut lebih panas, sebaliknya semakin ke arah dalam suhu air
laut semakin dingin
e. Di permukaan air laut suhu air laut lebih dingin, sebaliknya semakin ke arah dalam suhu air
laur semakin panas.
13. Zona kedalaman dimana dengan adanya cahaya yang masuk ke laut masih memungkinkan bagi
organisme untuk melihat akan tetapi terlalu lemah untuk fotosintesis disebut zona…
a. eufotik
b. disfotik
c. afotik
d. refotik
e. sinfotik
15. Zona dimana densitas air laut bertambah dengan cepat seiring dengan bertambahnya kedalaman
air laut disebut sebagai....
a. piknoklin
b. epilimnion
c. termoklin
d. haloklin
e. hypolimnion
16. Menurut beratnya, air laut terdiri dari sekiar 96,5% air murni dan sekitar 3,5% (atau 35‰) unsur
inorganik terlarut. Unsur-unsur inorganik tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu unsur mayor, unsur minor, dan unsur jejak. Yang termasuk unsur mayor antara lain....
a. N, Li, Rb
b. Br, C, Sr
c. Zn, Mo, F
d. K, Na, Ca
e. Cl, Mg, Fe
17. Warna air laut dipengaruhi oleh hasil refleksi cahaya yang diterima. Banyak sedikitnya
fitoplankton di dalam air laut dapat berpengaruh terhadap kenampakan warna air laut karena….
a. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya hijau dan biru dan merefleksikan cahaya merah
b. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya merah dan hijau dan merefleksikan cahaya biru
c. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya merah dan biru dan merefleksikan cahaya hijau
d. klorofil pada fitoplankton menyerap semua cahaya
e. klorofil pada fitoplankton merefleksikan semua cahaya
18. Zona kedalaman dimana dengan adanya cahaya yang masuk ke laut masih memungkinkan bagi
organisme untuk melihat akan tetapi terlalu lemah untuk fotosintesis disebut zona…
a. eufotik
b. disfotik
c. afotik
d. refotik
e. sinfotik
19. Komposisi ion-ion utama dalam air laut secara umum selalu konstan yaitu….
a. 55% Na+, 31% Cl-, 8% K+, 4% Mg2+, 1% Ca2+, and 1% SO42-
b. 55% Na+, 31% Cl-, 8% Mg2+, 4% SO42-, 1% K+, and 1% Ca2+
c. 55% Na+, 31% Cl-, 8% Ca2+, 4% Mg2+, 1% SO42-, and 1% K+
d. 55% Na+, 31% Cl-, 8% SO42-, 4% Mg2+, 1% Ca2+, and 1% K+
e. 55% Na+, 31% Cl-, 8% SO42-, 4% K+, 1% Mg2+, and 1% Ca2+
20. Pada fenomena termoklin maka lapisan bagian atasnya merupakan lapisan ...
a. termoklin
b. dalam
c. permukaan
d. campuran
e. homogen
PENGANTAR
ILMU dan TEKNOLOGI KEBUMIAN
KU1284
⚫ Apa itu Bumi?
➢ UTS 40%
➢ UAS 40%
➢ Lainnya (kuis, kehadiran, dsb) 20%
Aturan kuliah PITB
1. Kehadiran 80%
2. Keterlambatan 15 menit
3. HP dimatikan/mode hening
4. Berpakaian sopan (diantaranya tidak
menggunakan sandal)
5. Buku catatan kuliah PITB dapat diperoleh
di FITB seharga Rp. 75.000,- (incl. CD
materi kuliah).
Pustaka
1. Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian,
B. Brahmantyo, D.K. Mihardja, B. Santoso, dan B.
Tjasjono; FITB, 2009 (in press)
EarthSci
Pertemuan 3 lempeng tektonik
Gunung Api di Indonesia
Current volcanic
activity largely
subduction-
related
EarthSci
POTENSI DEPOSIT MINERAL DI INDONESIA
Manado
Gorontalo
Makassar
Jakarta
Indonesia …..kaya
Sumberdaya Bumi
tetapi
Juga Banyak Potensi
Bencana !!!
Ilmu geologi berkembang setapak demi setapak sejak lama; pada hakekatnya berkembang
dari falsafah yang mencari jawaban dari banyak hal mengenai bumi di sekitar kehidupan
manusia.
•Sejarah geologi:
- sejarah jagad raya dan planit-planit
- sejarah sedimentasi dan pembentukan batuan
- sejarah dan proses geomorfologi
- sejarah tektonik dan struktur geologi
- sejarah kehidupan dan evolusi di planit bumi
2) GEOLOGI SEBAGAI ILMU TERAPAN
Awan panas
Menuruni lereng:
Wedhus gembel
Suhu 500 – 600oC
Indroyono, 2003
Indroyono, 2003
Keragaman Hayati di laut Indonesia
⚫ Internasional:
Challenger (Pemetaan pertama secara menyeluruh sifat – sifat laut)
Glomar Challenger (Pemetaan pertama secara menyeluruh dasar laut)
Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset
⚫ Nasional:
Penjelajahan suku – suku Nusantara
Snellius I (th. 1929/30 dan II th. 1983/84)
Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset
ITB (Oseanografi, Hidrografi, dan Tek. Kelautan)
Kapal Riset HMS Challenger
Sumber: Bossard, 2008; Library of 19th Century Science The Golden Age of Geology
Teknik Geodesi dan
Geomatika
Ilmu dan Teknologi
Pengukuran, Pengamatan dan
Pemetaan
ILMU KEBUMIAN
The Earth Science
Bumi Padat Atmosfer
(solid earth) (atmosphere
)
Informasi spasial
Tool (“alat”) untuk memperoleh data dan informasi spasial :
o Penginderaan jauh
o Geodesi
o Surveying
o Hidrografi
Survey Terestrial
GPS satellites
HEIGHT
DIFFERENCES
Statistical and
Geometrical
Testings
LAND
SUBSIDENCE
Modeling
LAND SUBSIDENCE
GPS network CHARACTERISTICS
Covering the
study area
Coordinates from Survey # 1
Coordinates from Survey # 2
Inderaja
Sebelum Tsunami
Sesudah Tsunami
SPOT 5, res 5m, True Color - 2002
Lokasi : Bandara Hasanudin - Ujungpandang
Satelit Cuaca
NOAA
PEMOTRETANUDARA
Perekaman - Pemotretan
FOTO UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
(60% - 70%)
MODEL3D TRACING
Ekstraksi informasi - Digitasi TABLE
PROYEKSI
TEGAK
PLOTTING / DIGITASI
PETA
PETA
BOBBYSD- 1999
Aplikasi Fotogrametri
ALTM laser
and IMU
es
lin
GPS ground
n
ca
rs
reference station
se
Flight direction
La
Survey Hidrografi/ Kelautan
• Penentuan posisi
• Pengukuran
kedalaman
• Pengukuran arus
• Pengambilan contoh
dasar laut
• Pengamatan pasut
• Pengukuran detail
situasi dan garis
pantai
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Data lapangan
Simpan & Panggil
(Storage & Retrieval)
Foto udara Tabel &
Laporan
Citra Satelit
Pemrosesan
(processing)
Data dijital
Data dijital
Luaran (OUTPUT)
Tabel & Laporan
Apa yang diintegrasi dalam SIG
Perangkat lunak
Data
Peta topografi
SDM Metode
Analisa Data dalam
Sistem Informasi Geografis
DATA SUMBER ANALISA SPASIAL INFORMASI GEOGRAFI
Jalan
Aplikasi
Bencana
Hidrologi Alam
Informasi Bencana
Garis pantai
Aplikasi
Lingkungan
Batas admin Hidup
Aplikasi
Land use Tata
Ruang
Penduduk Informasi Tata Ruang
Aplikasi Informasi
Tema lain lain lain
77
Peta vs SIG
Peta SIG
▪ Statis ▪ Statis & Dinamis
▪ Rigid ▪ Fleksibel
⚫ Meteorologi lebih
mengkaji atmosfer bawah
(troposfer) dimana
fenomena cuaca (yang
membentuk iklim) terjadi
WMO: World Meteorological Organization
⚫ Berdasarkan keterkaitan http://www.wmo.int
dengan bidang ilmu lain:
pure meteorology, Meteorologi dibahas lebih rinci dalam
applied meteorology, dan kuliah selanjutnya
engineering meteorology.
Atmosfer Sebagai Objek Kajian dalam
Meteorologi: Fungsi Atmosfer dalam Sistem
Bumi
Umur Galaksi Bima Sakti (Milky Way) sekitar 13,6 milyar tahun
Umur alam semesta sekitar 13,8 milyar tahun sejak Big Bang
BATUAN TERTUA
Tahun 1999 ditemukan
batuan tertua, berasal dari
Era Pra-Kambrium.
Umur batuan sekitar 4,031
milyar tahun.
Di Komplek Acasta Gneiss,
the Slave Craton, Canada.
BATUAN-BATUAN TERTUA LAINNYA
Ditemukan batuan-batuan tertua lainnya, di antaranya di Rhodesia
(3,3 milyar tahun), Manitoba (2,7 milyar tahun), dan di Karelia
Finlandia (1,85 milyar tahun).
• Merkurius • Mars
• Venus • Jupiter
• Saturnus
• Uranus
• Neptunus
KLASIFIKASI PLANET BERDASARKAN POSISINYA
TERHADAP SABUK ASTEROID
• Merkurius • Jupiter
• Venus • Saturnus
• Bumi • Uranus
• Mars • Neptunus
DUA TIPE PLANET KLASIK
PLANET TERRESTRIAL PLANET JOVIAN
• Merkurius • Jupiter
• Venus • Saturnus
• Bumi • Uranus
• Mars • Neptunus
1. Merkurius
2. Venus
3. Bumi
4. Mars
PLANET JOVIAN
GAS RAKSASA
BERTIPE JUPITER
1. Jupiter
2. Saturnus
3. Uranus
4. neptunus
PERBANDINGAN UKURAN PLANET-PLANET
DIMENSI MASSA TATA SURYA
• 99,85 % Matahari
• 0,135 % Planet-planet
• 0,015 % Komponen-komponen sisa
1. Planet Terrestrial
2. Planet Jovian
3. Planet Kecil (Pluton)
Pada tahun 2006, IAU (International Astronomical Union) menetapkan adanya klasifikasi
baru benda langit anggota Tata Surya yang disebut sebagai planet kerdil (dwarf planet).
Hingga sekarang telah ditemukan 5 buah planet kerdil, dan para astronom memperkirakan
jumlah planet kerdil di seluruh Tata Surya bisa mencapai 50 buah.
DAERAH TRANS-NEPTUNIAN
Daerah trans-Neptunian adalah daerah yang
berada di seberang orbit Neptunus.
Upaya menemukan objek-objek langit di daerah
ini berawal dari temuan adanya gangguan pada
orbit Uranus dan Neptunus.
Gangguan yang terjadi diduga diakibatkan oleh
adanya planet yang cukup besar yang orbitnya
terletak di seberang orbit Neptunus.
Akhirnya ditemukan berbagai objek di mana Pluto
menjadi salah satunya, tetapi efek total dari objek-
objek ini tidak cukup besar untuk menghasilkan
gangguan tersebut.
Gangguan yang terjadi diakibatkan oleh massa
komet yang sangat banyak jumlahnya, jika
dijumlahkan total massanya bisa mencapai jumlah
yang mampu memberi gangguan kepada Uranus
dan Neptunus.
Ada 3 daerah trans-Neptunian: Sabuk Kuiper,
piringan objek-objek tersebar (scattered disk
objects), dan Awan Oort.
SABUK KUIPER
Sabuk Kuiper adalah daerah di
seberang orbit Neptunus yang
ditempati oleh sekumpulan objek
kecil yang mengorbit Matahari,
dimana daerah ini meluas hingga
jarak 50 SA dari Matahari.
Sabuk Kuiper bisa dipandang
sebagai sabuk asteroid kedua,
dengan ukuran yang jauh lebih
besar.
Luasnya 20 kali lebih besar dan
massanya 200 kali lebih besar dari
sabuk asteroid yang ada di antara
orbit Mars dan Jupiter.
Selain itu, objek Sabuk Kuiper
tersusun dari materi-materi beku
es, amonia, metana, dan bahan-
bahan yang mirip dengan penyusun
komet
SABUK ASTEROID
Sabuk asteroid adalah sekumpulan benda langit
yang sangat banyak yang berada di antara orbit
Mars dan Jupiter, menjadi area pembatas antara
planet dalam dan planet luar
Diduga merupakan sebuah calon planet yang
gagal terbentuk.
Pada saat pembentukkan planet ketika Tata
Surya baru terbentuk, sekumpulan materi
tersebut tidak bisa memadat menjadi planet
karena adanya gangguan dari gravitasi Jupiter.
Kohesi calon planet ini dikalahkan oleh gravitasi
Jupiter, sehingga yang terbentuk bukan planet
melainkan butiran kecil-kecil asteroid.
Ceres adalah nama asteroid terbesar yang ada
di dalam sabuk asteroid utama.
KOMET
Komet adalah gumpalan “es kotor” yang
mengorbit Matahari dalam lintasan yang
sangat lonjong.
Bahannya terdiri dari bekuan es, karbon
dioksida, ammonia, sianida, metana, dan
beberapa jenis logam.
Ekor komet bisa mencapai Panjang 150 juta
km, sehingga bisa menjadi benda terpanjang
di dalam Tata Surya.
Sebuah komet memiliki dua jenis ekor, yaitu
ekor debu dan ekor ion.
Komet-komet periode panjang berasal dari
daerah Awan Oort, yaitu awan sisa
pembentukan Tata Surya.
Neowise termasuk komet periode panjang
yang ditemukan tanggal 27 Maret 2020 dan
mencapai perihelion pada 3 Juli 2020.
AWAN OORT
Menurut astronom Belanda, Jaan
Hendrik Oort, bahwa Tata Surya
dikelilingi oleh awan yang berjari-
jari 50.000 hingga 100.000 SA.
Awan Oort mengandung sekitar
seratus trilyun komet.
Oort membuat hipotesis bahwa di
dalam awan ini terdapat jutaan inti
komet yang secara terus-menerus
jatuh ke bidang Tata Surya dan
menggantikan komet-komet yang
sudah hancur.
Bintang-bintang tetangga bisa
mengganggu Awan Oort, sehingga
ada sebagian materi jatuh ke
dalam bidang Tata Surya dan
ditarik oleh gravitasi Matahari.
MATAHARI
Matahari adalah sebuah bintang yang
mengandung 99,85% dari total massa Tata Surya.
Matahari terbentuk Bersama-sama dengan
anggota Tata Surya yang lain sekitar 4,6 milyar
tahun yang lalu.
Matahari tersusun dari gas yang didominasi
hidrogen (92,1%) dan helium (7,8%).
Matahari terdiri dari 3 bagian: bagian inti, bagian
radiatif, dan bagian konvektif.
Atmosfer Matahari terbagi menjadi 3 daerah:
daerah fotosfer, kromosfer, dan korona.
Korona adalah daerah paling luar dari atmosfer
Matahari yang bisa meluas hingga beberapa kali
jari-jari Matahari.
MISTERI ATMOSFER MATAHARI
Korona Matahari dapat diamati pada saat terjadi
gerhana matahari total.
Korona memiliki temperatur hampir 1-2 juta oC,
jauh lebih panas dari temperatur bagian fotosfer
(6.000 oC) dan kromosfer (10.000 oC). Secara
teoretik seharusnya lebih dingin dari bagian
permukaan karena posisinya yang lebih jauh dari
bagian inti.
Bagian inti Matahari memiliki temperatur sekitar
15 juta oC.
Bagian inti memancarkan satu jenis partikel yaitu
neutrino yang langsung dipancarkan ke angkasa.
Neutrino yang diamati di Bumi adalah neutrino
yang berasal dari Matahari.
Matahari sering melontarkan partikel dan radiasi
energi tinggi dalam bentuk flare dan pelontaran
massa korona yang bisa memberikan pengaruh
signifikan ke lingkungan Bumi.
SUNSPOT (BINTIK MATAHARI)
Sunspot memiliki temperatur sekitar 3.000-
4.000 oC, sehingga tampak lebih gelap dari
temperatur permukaan di sekitarnya.
Jumlah sunspot memiliki siklus 11 tahunan.
Periodisitas sunspot sudah teramati sejak abad
17 oleh Galileo. Banyaknya bintik yang muncul
menandakan Matahari sedang aktif.
Pada tahun 1645-1715 terjadi masa sunspot
minimum (Masa Minimum Maunder) yang
berdampak menurunkan temperatur Bumi.
Eropa mengalami masa yang sangat dingin yang
dijuluki sebagai Zaman Es Kecil.
GEJALA-GEJALA MATAHARI
Prominence adalah gejala munculnya lidah-lidah
api atau busur-busur api yang muncul dari
piringan Matahari.
Prominence eruptif bisa mencapai ketinggian
lebih dari 1 juta km dari permukaan fotosfer dan
melemparkan partikel-partikel dengan kecepatan
700 km/detik.
Badai Matahari adalah peristiwa ketika Matahari
memancarkan radiasi energi tinggi ke Bumi
seperti flare dan pelontaran massa korona.
Matahari secara kontinu memancarkan partikel
berenergi tinggi dan radiasi ke segala arah yang
dinamakan angin surya (solar wind). Pancaran
angin surya bergerak mengikuti garis-garis gaya
medan magnet Matahari yang mengarah ke luar.
Matahari berotasi sambil memancarkan angin
surya, sehingga pancarannya berbentuk seperti
sebuah spiral yang diberi nama Spiral Parker.
ANGIN SURYA DAN BADAI GEOMAGNETIK
Angin surya yang sampai ke Bumi berinteraksi dengan medan magnet Bumi sehingga magnetosfernya
berbentuk seperti komet dengan ekor yang memanjang hingga sejarak 1000 kali jari-jari Bumi.
Magnetosfer merupakan perisai Bumi terhadap pancaran partikel-partikel dari Matahari yang bisa
membahayakan kehidupan di Bumi.
MATAHARI SEBAGAI BINTANG
BINTANG TERDEKAT
Jarak bintang terang terdekat dengan Bumi
setelah Matahari adalah Alpha Centauri. Jika
jarak Bumi ke Matahari adalah 8,5 menit cahaya
(1 SA), maka jarak Bumi ke Alpha Centauri
sekitar 4,27 tahun cahaya (268.144,5 SA).
Jarak bintang lain ada yang ribuan tahun cahaya
atau lebih. Astronom sekarang bisa melihat
galaksi yang sejarak 13 milyar tahun cahaya.
Bintang terdekat dengan Matahari sebenarnya
Proxima Centauri, berjarak 4,27 tahun cahaya,
tapi bintang ini sangat lemah (20.000 kali lebih
lemah dari Alpha Centauri) sehingga tak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Alpha Centauri merupakan bintang yang setipe
dan seukuran dengan Matahari. Bintang Alpha
Centauri merupakan sistem 3 bintang (Alpha
Centauri A, Alpha Centauri B, dan Proxima
Centauri). Jarak antara bintang Alpha Centauri A
dan B sekitar 35 SA.
UKURAN BINTANG-BINTANG
Bintang paling terang di rasi Scorpio adalah
Antares, yaitu bintang raksasa merah yang
besarnya lebih dari 600 kali Matahari dan
berjarak 500 tahun cahaya. Bintang ini tampak
seperti planet Mars (Ares) karena warnanya
merah, karena itu dinamai Antares (Anti-Ares).
Bintang paling terang di rasi Orion adalah Rigel
(Beta Orionis) warnanya biru. Besar Rigel 60 kali
Matahari. Adapun bintang paling terang kedua di
rasi ini adalah Betelgeuse yang berwarna merah
dan merupakan bintang maharaksasa (red
supergiant) yang radiusnya 1000 kali Matahari.
Bintang paling terang di rasi Canis Major adalah
Sirius (Alpha Canis Major) dan merupakan
bintang yang paling terang di langit malam. Jarak
Sirius 9 tahun cahaya.
GALAKSI BIMA SAKTI (MILKY WAY)
Semua bintang yang dapat kita lihat dengan
mata telanjang hanyalah sebagian kecil dari
bintang yang ada di dalam galaksi kita. Jumlah
bintang dalam Galaksi Bima Sakti sekitar 200-
400 milyar, salah satunya adalah Matahari.
Galaksi Bima Sakti berbentuk cakram dengan
garis tengah 100.000-125.000 tahun cahaya.
Matahari berjarak sekitar 30.000 tahun cahaya
dari pusat galaksi. Bidang cakram ini disebut
sebagai bidang galaksi (galactic plane).
Di dalam semesta galaksi, Bima Sakti merupakan
galaksi yang berukuran sedang.
Hampir semua objek langit yang dapat kita lihat
dengan mata telanjang adalah benda-benda
dalam galaksi kita, kecuali Galaksi Andromeda,
Awan Magellan Besar dan Magellan Kecil.
BIMA SAKTI
Galaksi Bima Sakti berumur 13,5
milyar tahun. Terdiri dari 200
milyar bintang.
Bima Sakti memiliki dua satelit
galaksi yaitu Awan Magellan Besar
(LMC) dan Awan Magellan Kecil
(SMC) masing-masing berjarak
179.000 dan 210.000 tahun cahaya.
Keduanya merupakan galaksi kecil
yang mengorbit Bima Sakti.
Galaksi besar yang paling dekat
dengan Bima Sakti adalah
Andromeda yang berjarak 2,2 juta
tahun cahaya. Andromeda memuat
sekitar 250 milyar bintang hampir
mirip dengan Bima Sakti.
PUSAT BIMA SAKTI DAN ANDROMEDA
GUGUS GALAKSI
Galaksi-galaksi juga membentuk kelompok-
kelompok yang disebut sebagai gugus galaksi
(galaxy cluster). Merupakan struktur yang terdiri
dari ratusan sampai ribuan galaksi yang terikat
bersama oleh gravitasi dengan rentang tipe
massa mulai dari 1014–1015 massa Matahari.
Gugus galaksi merupakan struktur ikatan
gravitasi terbesar di alam semesta dan diyakini
sebagai struktur terbesar yang dikenal di alam
semesta sampai tahun 1980-an ketika gugusan
super (supercluster) ditemukan.
Gugus galaksi yang terkenal yang jaraknya relatif
dekat dengan kita adalah Gugus Virgo, Gugus
Fornax, Gugus Hercules, dan Gugus Coma.
Besar gugus galaksi berjarak jutaan tahun cahaya
dari tepi ke tepi.
PEMBENTUKAN TATA SURYA
Dari sekian banyak teori tentang pembentukan
Tata Surya, hipotesis yang tertua adalah hipotesis
kabut (nebular hypothesis) atau hipotesis
kondensasi yang diajukan oleh filsuf Jerman yaitu
Immanuel Kant pada tahun 1755, kemudian teori
ini dikembangkan oleh ahli matematika Perancis,
Pierre Laplace pada tahun 1796.
Menurut teori kondensasi, Matahari dan planet-
planet berasal dari kabut pijar yang berpilin di
dalam jagad raya. Karena proses rotasi maka ada
sebagian massa kabut yang terlepas dan
membentuk gelang-gelang pada cakram dari
gumpalan kabut tersebut.
Akibat putaran yang kontinu maka terjadi proses
pemadatan material pada bagian pusat cakram
dan pada bagian gelang-gelang, kemudian
terbentuk Matahari dan planet-planet.
Hipotesis kabut Kant kemudian dikembangkan
oleh Karl Von Weiszacker dan Gerard P. Kuiper
pada tahun 1940-an dengan teori vorteks.
Menurut teori Vorteks (pusaran) yang diajukan
oleh Von Weiszacker, kabut nebula semula
bergerak secara turbulen dan membentuk
vorteks-vorteks yang merupakan sifat dari
gerakan gas. Kemudian pada batas antar sel-sel
turbulen terjadi tumbukan antar partikel yang
membesar dan menjadi planet.
Menurut teori Protoplanet yang diajukan oleh
Kuiper, bahwa pembentukan planet melalui
proses turbulensi nebula dapat membantu
tumbukan planetesimal, sehingga planetesimal
membesar dan tumbuh sebagai protoplanet
yang kemudian menjadi planet.
BIG BANG
Alam semesta dimulai pada
waktu tertentu di masa lalu
melalui peristiwa dentuman
besar (Big Bang).
Sejak peristiwa itu ukuran
alam semesta terus
membesar.
BUKTI TERJADINYA
DENTUMAN BESAR
- Alam Semesta Berkembang
Alam semesta tunak (steady state)
12 September 2018
Perkenalan
(Nama dosen)
Lantai (X)
(Email)
12/9/2018 2
Geologi
Gambaran umum tentang bumi
Bumi-sumber daya kehidupan
Tujuan: Pemanfaatan teknologi eksplorasi
Dampak eksploitasi bumi
12/9/2018 3
Agenda
Evolusi Kehidupan
12/9/2018 4
1. Evolusi bumi dan kehidupan
12/9/2018 5
1. Evolusi bumi dan kehidupan
12/9/2018 6
Diskusi
Pembentukan dan
perubahan bumi dan Munculnya kehidupan
kehidupan sangat mulai dari mikroorganisme
kompleks dan lama.
Charles Darwin :
“The origin of species”
12/9/2018 8
1. Evolusi kehidupan
Tidak semua organisme dari jenis
(spesies) yang sama mempunyai
perlengkapan yg sama untuk bertahan
hidup (struggle for existence)
(Darwin, 1845. Journal of researches into the natural history and geology of the countries visited during
the voyage of H.M.S. Beagle round the world, under the Command of Capt. Fitz Roy, R.N. 2d edition).
12/9/2018 10
1. Evolusi kehidupan
12/9/2018 11
1. Evolusi kehidupan
Lamarck's theory held that species
underwent changes in response to changes
in their environment. One notable example
quoted by him was the case as it might
exist with respect to Giraffes.
12/9/2018 12
1. Evolusi kehidupan
12/9/2018 13
1. Evolusi kehidupan
Darwinism Lamarckism:
• This theroy does not believe in the • This theory states that there is an
internal vital force. internal vital force in all organisms.
• It contends that needs and/ or • It considers that new needs or desire
desires do not form part of Darwin’s produce new structures and change
natural selection theory. habits of the organism.
• An organ can develop further or • According to this theory if an organ
degenerate only due to continuous is constantly used it would be better
variations. developed whereas disuse of organ
results in its degeneration.
• Struggle for existence is very
important in this theory. • It does not consider struggle for
existence.
• Only useful variations are
transferred to the next generation. • All the acquired characters are
inherited to the next generation.
• Darwin’s natural selection theory is
based on survival of the fittest. • Lamarckism does not believe in
survival of the fittest.
12/9/2018 14
1. Evolusi kehidupan
EVOLUSI:
Evolusi merupakan perubahan bentuk organisme yang
berjalan sangat lambat dan berlangsung dalam waktu
yg sangat lama
Contoh:
Ikan ➔ Amphibi ➔ Reptil ➔ Mamalia (???)
Phenotype:
Adalah perubahan bentuk disebabkan oleh perubahan
lingkungan
12/9/2018 17
1. Evolusi kehidupan
Begitu spesies baru yang mampu
beradaptasi terbentuk,
anggota/individunya
memperbanyak diri dgn cepat dan
meningkat dalam jumlah →
sangat banyak/melimpah dan
menyebar luas hingga terekam
sebagai Pemunculan Awal (First
Appearance) dari spesies tsb.
12/9/2018 18
1. Evolusi kehidupan
Jika spesies tidak mampu lagi
bertahan terhadap perubahan
kondisi lingkungan →
anggota/individunya menurun
drastis dalam jumlah dan akhirnya
punah (extinction) atau yg disebut
sebagai Pemunculan Akhir (Last
Appearance) dari spesies tersebut.
12/9/2018 19
1. Evolusi kehidupan
A species may become extinct because:
12/9/2018 21
1. Evolusi kehidupan
12/9/2018 22
1. Evolusi kehidupan
12/9/2018 23
1. Evolusi kehidupan
Penurunan
muka laut Zaman es
hingga 100 yang hebat.
m.
Kehidupan 60-70%
di bumi
sebagian spesies
besar di punah.
dalam laut.
https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/
12/9/2018 24
1. Evolusi kehidupan
Hampir
Pendinginan
semua coral
global.
terganggu.
Sekitar 75%
Kondisi laut spesies
anoxic. punah.
https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/
12/9/2018 25
1. Evolusi kehidupan
Erupsi
The great volcanic
dying. besar di
Siberia.
Sekitar 96%
Pemanasan spesies
global. punah.
https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/
12/9/2018 26
1. Evolusi kehidupan
Sekitar 75%
Pemanasan spesies
global. punah.
https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/
12/9/2018 27
1. Evolusi kehidupan
Kepunahan
Vulkanisme.
dinosaurus.
Tabrakan Kepunahan
asteroid masal ke-
raksasa. 6???
https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/
12/9/2018 28
1. Evolusi kehidupan
12/9/2018 29
1. Evolusi kehidupan
Fig. 25.6
Copyright © 2002 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings
12/9/2018 30
2. Skala waktu geologi
ASAL KLASIFIKASI STRATIGRAFI
Pada mulanya tujuan ilmu geologi adalah menyusun
sejarah bumi dengan membagi dalam selang-selang
waktu tertentu
12/9/2018 31
2. Skala waktu geologi
12/9/2018 32
2. Skala waktu geologi
1. Super posisi (Steno, 1669)
Dalam urut-urutan yang tidak terganggu,
lapisan yang lebih muda terletak di atas
lapisan yang lebih tua (lapisan termuda
terletak di puncak)
Nicholas Steno
12/9/2018 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Steno%27s_Laws.png 33
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi
12/9/2018 37
2. Skala waktu geologi
2. Horizontalitas (Steno, 1669)
a. Dalam urut-urutan yang tidak terganggu, lapisan-lapisan
sedimen diendapkan secara hampir horizontal, dan tak dapat
tiada sejajar dgn permukaan di mana sedimen tsb
diendapkan.
b. Lapisan yg miring, tadinya adalah horizontal
https://commons.wikimedia.org/wik
i/File:Steno%27s_Laws.png
12/9/2018 38
2. Skala waktu geologi
Original Horizontality
12/9/2018 39
2. Skala waktu geologi
https://commons.wikimedia.org/wik
i/File:Steno%27s_Laws.png
12/9/2018 42
2. Skala waktu geologi
4. Uniformitarianisme (Hutton, 1756)
Proses-proses geologi yg berlangsung sekarang, juga terjadi pada
masa yang lampau : “The present is the key to the past”
12/9/2018 43
2. Skala waktu geologi
https://www.slideshare.net/cfoltz/earth-science-chapter-31-earths-story-and-those-who-first-listened
12/9/2018 44
2. Skala waktu geologi
5. Hukum urut-urutan fauna (Abbe Giraud-Soulavie, 1777)
Statement of principle:
“Fossil differs according to their geologic ages (stratigraphic
position); fossils in lower formations are unlike those in
higher beds. Fossil floras and faunas succeed one another
in a definite and determinable order (Anthony, 1955, p.89)”.
12/9/2018 45
2. Skala waktu geologi
5. Hukum urut-urutan fauna (Abbe Giraud-Soulavie, 1777)
12/9/2018 46
2. Skala waktu geologi
Hukum urut-urutan fauna
12/9/2018 47
2. Skala waktu geologi
6. Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816)
Modified statement:
“Strata can be distinguished by their characteristic fossils
(Woodford, 1935, op.cit, p.5-6; Schenk, 1940, p. 1754-
1755)”.
William Smith
12/9/2018 48
2. Skala waktu geologi
6. Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816)
12/9/2018 52
2. Skala waktu geologi
Age
12/9/2018 53
2. Skala waktu geologi
EON ERA
•Precambrian Eon:
•Hadean: period where the geosphere was still
forming an life had not yet come into being.
•Archean: present crustal structure, Planetary
Ocean, Formation of the continents and archaic
regime of Continental drift. Chemically and
thermally self-stabilizing biosphere,
Prokaryotes (Archaea, Eubacteria and Urkaria),
reducing atmosphere, Oxygen Crisis and the
decline of the Archaea, colonial stromatolites
•Proterozoic: continental drift (present regime)
begins, Proterozoic Ice Ages, Precambrian
Pangeas, The first Multicelluar organisms.
12/9/2018 55
TUGAS Dalam skala 1 tahun
= 0,01 Jt/15 M =
…..detik
1. Diketahui pembentukan
alam semesta 15 milyar
tahun yang lalu
2. Pembentukan Bumi (dan
Tata Surya) Hadean = 4,6
milyar tahun yang lalu 66,4 jt/15 M = … hari
12/9/2018 57
3. Penentuan umur relatif dan absolut
12/9/2018 58
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur relatif batuan
Membandingkan lapisan batuan yang lebih tua dan yang
lebih muda (super posisi, horizontalitas,
uniformitarianisme).
12/9/2018 59
3. Penentuan umur relatif dan absolut
12/9/2018 https://en.wikibooks.org/wiki/High_School_Earth_Science/Relative_Ages_of_Rocks 60
3. Penentuan umur relatif dan absolut
https://www.slideshare.net/cooperk2/guide-to-rock-dating-chap-4
12/9/2018 61
3. Penentuan umur relatif dan absolut
https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/dating-rocks-and-fossils-using-geologic-methods-107924044
12/9/2018 62
3. Penentuan umur relatif dan absolut
https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/dating-rocks-and-fossils-using-geologic-methods-107924044
12/9/2018 63
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur absolut batuan
• Penggunaan isotop, yaitu unsur-unsur kimia dengan inti atom yang
mengandung jumlah neutron yang berbeda-beda, tanpa mengubah jumlah
proton (yang dikenal dari nomor atom).
Proses peluruhan:
1. Memancarkan partikel β (nomor massa tetap, nomor atom bertambah 1.
2. Menangkap partikel β (nomor atom berkurang 1, nomor massa tetap)
3. Memancarkan partikel α (penambahan 2 proton dan 2 neutron)
→ Disertai radiasi sinar elektromagnetik (sinar φ)
12/9/2018 64
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur absolut batuan
Maka Np + Nd = No
Jika pada batuan tertentu diketahui jumlah atom Nd (kondisi jumlah atom
saat ini), maka dengan diketahuinya waktu paruh setiap unusr radioaktif,
dapat diketahui berapa jumlah atom asal, dan waktu yang dibutuhkan dari
jumlah atom asal hingga jumlah atom saat ini (berapa kali T½)
12/9/2018 66
Gedung Prodi Teknik Geologi dan Teknik Pertambangan
(https://arcraftureyou.files.wordpress.com/2015/05/gedung-geologi-itb.jpg)
12/9/2018 67
12/9/2018 68
12/9/2018 69
12/9/2018 70
12/9/2018 71
KEPUNAHAN MASAL (Mass extinction)
1. Catastrophic extinction
2. Gradual extinction
3. Step extinction
Contoh :
1. Pada batas antara Kapur – Tersier, diduga penyebabnya adalah pengaruh
dari obyek luar angkasa (bolides) yg dapat menciptakan perubahan iklim yg
sangat besar dgn melontarkan awan debu yg dasyat dan menyebabkan
turunnya hujan asam, tsunami, kebakaran hutan yg hebat shg
mengakibatkan kematian masal dr beberapa kelompok organisme
3. Beberapa kepunahan dapat terjadi melalui beberapa tahap sbg akibat dari
serangkaian kejadian, seperti adanya hujan meteor yg dapat menyebabkan
terjadinya serangkaian pengrusakan lingkungan yg mematikan
12/9/2018 72
Original horizontality? and cross-cutting
12/9/2018 73
Original horizontality? and cross-cutting
12/9/2018 74
HUKUM ke 5 & 6
12/9/2018 75
KEGUNAAN MIKROPALEONTOLOGI DLM INDUSTRI
12/9/2018 76
GEOLOGIC
TIME
SCALE
12/9/2018 77
12/9/2018 78
Geologic Time Scale
12/9/2018 79
GEOLOGIC TIME SCALE
12/9/2018 80
GEOLOGIC
TIME
SCALE
12/9/2018 81
Understanding the geological
relationships of different rock unit
Nicolaus Steno in 1669 described two
basic geologic principles (steno’s
principals).
The first stated that sedimentary
rocks are laid down in a horizontal
manner,
the second stated that younger rock
units were deposited on top of older
rock units
William Smith, in 1815 produced a
geologic map of England in which he
successfully demonstrated the validity
of the principle of faunal succession.
The Earth devided into a number of periods - the Geological
time-scale, according to the rock types and sort of fossils found
in each one.
❖ Smith (1816)
❖ D’Orbigny (1850)
❖ Opel (1865)
12/9/2018 84
12/9/2018 85
EON ERA
•Precambrian Eon:
•Hadean period where the geosphere was still
forming an life had not yet come into being.
•Archean ("first", "primary") previously defined as:
Archeozoic ("first life")and Azoic (lifeless)→Present
crustal structure, Planetary Ocean, Formation of the
continents and archaic regime of Continental
drift. Gaia (Chemically and thermally self-stabilizing
biosphere) - Bioenergetic Processes - Prokaryotes
(Archaea, Eubacteria and Urkaria) - reducing
atmosphere, Oxygen Crisis and the decline of the
Archaea, colonial stromatolites
•Proterozoic ("age of first life")→Endosymbiosis
(Eukaryotes). Continental drift (present regime)
begins. Proterozoic Ice Ages - Precambrian
Pangeas. The first Multicelluar organisms.
900
1600
2500
3800
4500
The "zoic" part of the word comes from the
root "zoo", which means animal.
This is the same root as in the words Zoology
and Zoological Park (or Zoo).
"Cen" means recent, → “Age of Mammals “
"Meso" means middle, →”Age of Dinasours
“
"Paleo" means ancient, → “Age of Fishes”
At its beginning, multicelled animals
underwent a dramatic "explosion" in
diversity, and almost all living animal
phyla appeared within a few millions
of years.
At the other end of the Paleozoic, the
largest mass extinction in history
wiped out approximately 90% of all
marine animal species
Mesozoic
Mesozoic means "middle animals", and
is the time during which the world
fauna changed drastically from that
which had been seen in the Paleozoic.
Dinosaurs, which are perhaps the most
popular organisms of the Mesozoic,
evolved in the Triassic, but were not
very diverse until the Jurassic.
Except for birds, dinosaurs became
extinct at the end of the Cretaceous.
Some of the last dinosaurs to have lived
are found in the late Cretaceous
deposits of Montana in the United
States.
CENOZOIC STRATIGRAPHY
12/9/2018 95
Mg4 PITB:
INTERIOR BUMI
Tektonik Lempeng
(Plate Tectonics)
dan
Batuan (Rocks)
INTERIOR BUMI
Inti Bumi:
2900 km – pusat Bumi; inti
luar dan dalam; densitas 9,5 –
14,5 gr/cm3
Diperkirakan terdiri dari Fe-Ni
(dilihat dari densitas unsur
Moho Discontinuities
tersebut dan dari deduksi
meteorit yang jatuh di Bumi)
Selubung Bumi:
Batas kerak bumi – 2900 km;
selubung bawah dan
selubung atas; densitas 3,3 –
5,7 gr/cm3; volumenya 82,3%
dari volume Bumi dan 67,8%
dari massa Bumi.
Guttenberg
Discontinuities
Kerak Bumi:
Ketebalan tidak merata: di
bawah pegunungan 70 km di
bawah samudra bisa hanya 5
km saja; densitas rata-rata 2,7
gr/cm3
Teori Pengapungan Benua (1912)
Alfred Wegener (1880-1930)
EQ 1906
EQ 1984
Pinatubo Kanaga
1990-an
• Natural
• Solid
• Inorganic
• Crystalline Structure
• Chemical Compound
Source: E. R. Degginger/Bruce Coleman Inc.
Important Silicates Micas
Muscovite
Feldspars
Orthoclase
Olivine
Quartz
Mineral Pembentuk Batuan
Rocks are made of Minerals
(Minerals in Granite)
Proportions of
Rock Types on the Earth
Identification
Batuan Beku:
Berasal dari pembekuan magma
Groundmass
Phenocrysts
“Translation” of Texture:
Plutons and Volcanoes
Fine
Grained
Coarse
Grained
Kandungan mineral dari
kelompok utama batuan beku:
F A Komposisi % SiO2 Mineral utama
Kuarsa, ortoklas,
Asam > 65 Na-plagioklas,
muskovit, biotit,
+/- hornblenda
Na-plagioklas, biotit,
Intermedier 55 - 65 hornblenda, kuarsa,
ortoklas (augit)
Ca-plagioklas, augit,
Basa 45 - 55 +/- hornblenda,
+/- olivin
Ca-plagioklas,
Ultrabasa < 45 olivin, +/- augit
Batuan Sedimen:
Berasal dari hasil
pengendapan fragmen/bahan
(batuan, mineral, organisme, dll)
Sedimentology & Stratigraphy
Sedimentology
The study of the processes that erode,
transport and deposit sediments
Sedimentary Petrology
The study of the characteristics and origin
of sedimentary rocks.
Stratigraphy
The study of the origin, relationship, and
extent of rock layers (strata).
Klasifikasi batuan sedimen
1. Detritus (erosi-transportasi-sedimentasi-
kompaksi-litifikasi) → halus: batulempung,
batulanau; → kasar: batupasir, breksi,
konglomerat
2. Kimiawi: hasil evaporasi → batugaram;
perubahan kimiawi → rijang
3. Organik: asal organik → batubara,
batugamping
Types of Sedimentary Rocks
Detrital Chemical
Organic
Clastic
Texture Crystalline
Texture
Tekstur batuan sedimen
1. Besar butir → ukuran butir (Skala
Wentworth)
2. Pemilahan (sorting) → gradasi
3. Kebundaran (roundness)
4. Kemas (Fabric): sifat hub antar butir
5. Porositas: rasio V-rongga : V-total (%)
6. Semen atau masa dasar
Grain Size
•Gravel
2mm
•Sand
1/16 mm
•Mud - Silt
1/256 mm
•Mud - Clay
Grain Size Interpretation
• Gravel
• High Energy • River, Beach
• Sand
• River, Beach, Desert
• Silt
• Delta, Shallow Ocean
• Clay
• Low Energy • Deep Ocean, Lake,
Swamp
Diagenesis: Lithification
Sediment
Rock
Sorting
Sorting
1. Metamorfisme kontak
2. Metamorfisme dinamik
3. Metamorfisme regional
Metamorphism
• Recrystalization
• Solid-State Chemical
Reactions
• No Melting
Directed Pressure Results in:
Foliation
Foliation Under a Microscope
Gneis Sekis
Filit Marmer
Kegunaan
batuan
Estetika → Arsitektur
Industri: logam, bangunan, manufaktur
Energi
Batu mulia, batu permata
→ hobby dan perhiasan
Monumen alam,
Pusaka bumi
ANY QUESTIONS?
5. PROSES-PROSES DI BUMI
KEGEMPAAN
PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN
EarthSci
MAGMATISME - VOLCANISME
gempa bumi
אחרונותGEMPA BUMI
DAN מיקום 95,000רעידות אדמה חזקות ב 25 -שנה
BATAS LEMPENG
P wave S wave
waktu
SEISMOMETER
PROSES DARI DALAM BUMI
Pembentukan Pegunungan
EarthSci
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI
EarthSci
RANGKAIAN PEGUNUNGAN
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI
EarthSci
PUSAT GEMPA
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI
EarthSci
GUNUNG API
TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONICS)
GERAK
DIVERGEN
GERAK
CONVERGEN
EarthSci
GERAK TRANSFORM
PROSES EKSOGEN ATAU
PROSES GEOMORFIK
PERANAN PROSES-PROSES
* Pelapukan
* Karstifikasi
* Erosi
* Transportasi
* Sedimentasi
wildculture.com
Proses Geomorfik
SIKLUS BATUAN
Proses Geomorfik
PELAPUKAN (WEATHERING)
1. Pelapukan Mekanik (Fisik: tidak mengubah
komposisi kimia material/disintegrasi):
- perubahan temperatur ekstrim
- proses-proses mekanik (pecah, retak, dsb)
- aktivitas organik (termasuk manusia)
2. Pelapukan Kimia (mengubah komposisi
kimia material/dekomposisi) →
pembentukan tanah residu oleh air tanah
Karena pelapukan kimia
Hasil akhir dari proses (Contoh di daerah tropis)
pelapukan terhadap
batuan adalah SOIL
(TANAH)
Proses Geomorfik
TAHAPAN EROSI SUNGAI
AWAL:
Sheet erosion: 5 mm
Rill erosion: <50 cm
Gully: 50 – 150 cm
Gully dalam: 1.5 – 5 m
INTERMEDIATE
Ravine: > 5 m
LANJUT
Sungai meander
Muda: G. Malabar Muda-Dewasa: Kintom, Banggai
Lateral erosion
Proses Geomorfik
DINAMIKA ALIRAN SUNGAI VS LERENG
Proses Geomorfik
EROSI – TRANSPORTASI – SEDIMENTASI
(Diagram Hjulstrom)
LINGKUNGAN SEDIMENTASI
Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI
Proses Geomorfik
ENDAPAN KIPAS DELTA
Proses Geomorfik
ENDAPAN SUNGAI TERANYAM
Palu, Sulteng
Proses Geomorfik
Sungai teranyam dam meander di dataran Mimika, Papua
Proses Geomorfik
DINAMIKA PANTAI
Proses Geomorfik
DINAMIKA GELOMBANG VS LERENG
Proses Geomorfik
PENGIKISAN GELOMBANG (ABRASI)
NUSADUA, BALI
Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI
EarthSci
PERTUMBUHAN PANTAI
Proses Geomorfik
Terumbu terangkat di Luwuk, Sulawesi Tengah
Proses Geomorfik
DINAMIKA LERENG:
GERAKAN TANAH/LONGSOR
Proses Geomorfik
Tipe MASS WASTING (PEMINDAHAN MASA/TANAH)
Proses Geomorfik
Tipe MASS WASTING (PEMINDAHAN MASA/TANAH)
Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI: GURUN & PROSES ANGIN
EarthSci
EROSI & SEDIMENTASI: GLETSER & PROSES GLASIASI
EarthSci
H2O(air) + CO2 (gas) H2CO3 (asam Karbonat)
KARSTIFIKASI H2CO3 + CaCO3 Ca2+ + 2HCO32-
Gunung Sewu
Kriteria karst ideal
menurut Thornbury (1989)
1. Terjadi pada batuan tersingkap ke permukaan yang
mempunyai daya pelarutan (umumnya batu gamping; bisa
terjadi pada dolomit dan kapur/chalk tapi tidak sebaik pada
batu gamping). Umumnya batu gamping murni 80- 98%
CaCO3 .
2. Batuan bersifat padat (dense), terkekarkan intensif, dan
berlapis-lapis tipis, struktur mendatar.
3. Adanya lembah yang mengerosi (entrenched valley) yang
mencapai lapisan bawah batuan yang mempunyai sifat-
sifat tersebut di atas, sehingga air tanah bisa menyusup
masuk dan mengalami sirkulasi sehingga terjadi proses
pelarutan yang baik.
4. Daerah berada pada iklim dengan curah hujan yang cukup
atau tinggi.
Morfologi karst
1. Minor karst landforms: small-scale solutional features →
karren (pada permukaan batu gamping berupa alur-alur
dengan dimensi dalam mm – cm, panjang 15 – 20 m);
dengan bentuk khas misalnya “solution pits, facets, flutes,
runnels”
2. Major karst landforms: Eksokars positif (karst residual
hills) dan negatif (dolina, uvala, polje, dry valley)
3. Endokars: gua (dengan bentukan-bentukan speleotem),
sungai bawah tanah.
dolina
Collapse sinkhole di Guatemala City
Endokars
heliktit
Curtain
flowstone
pilar
Teras/travertin
stalagmit
Peta topografi karst di sebagian daerah Gunungsewu, Yogyakarta
Mosaik foto
udara
Karst
Karangbolong
Jawa Tengah
Q
U
E
S
T
I
O
N
S
???
SAMUDERA
Disusun oleh :
2019
1
https://aquariumworks.org
2
https://www.youtube.com/watch?v=_38JDGnr0vA
5 Oceans in the world
3
www.surfertoday.co
Berapa kedalaman laut?
4
https://www.youtube.com/watch?v=UwVNkfCov1k
Kenapa perlu mengkaji sifat fisis
samudera?
5
Stewart, 2005
Siklus hidrologi
6
https://www.youtube.com/watch?v=ncORPosDrjI
Lantai Samudera
7
https://www.youtube.com/watch?v=Z1b3yNgIfKw
3-2
8
Kostka, 2002
9
http://geography-
student.blogspot.com
3-1
Pergerakan benua
(Continental Drift)
10
Kostka, 2002
11
https://www.youtube.com/watch?v=_5BGRCryrO
Benua PANGAEA pada 200 – 300 juta tahun yang lalu
12
https://www.youtube.com/watch?v=uLahVJNnoZ4
Suhu permukaan laut
13
https://www.youtube.com/watch?v=1DNHRLgjLjA
Anomali suhu permukaan
14
https://www.youtube.com/watch?v=xlrFFiSROmg NASA
Distribusi suhu terhadap kedalaman
Mixed Conductivity
50 – 200 m
layer Temperature Depth
(CTD) Instrument
1000 – 1500 m
Deep
layer
[Yvon-Lewis, 2005] 15
Distribusi musiman suhu
terhadap kedalaman
[maritime.haifa.ac.il/departm/lessons/ocean/lect12.htm]
16
Pengukuran
Salinitas, Suhu,
dan Kekeruhan
17
SALINITAS AIR LAUT
18
http://seaa.rwsentosablog.com
19
https://spaceplace.nasa.gov/science-
fair/en/
https://www.youtube.com/watch?v=-KNmJAlLnMA
20
Ogden, 2014
21
https://usclivar.org
DENSITAS AIR LAUT
22
www.youtube.com
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 23
www.wikihow.com
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 24
http://slideplayer.com
http://gotbooks.mira
costa.edu
25
ARUS LAUT
26
www.eveningexpress.co.uk
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ARUS LAUT:
27
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 28
https://www.youtube.com/watch?v=1ifoCIFKYXQ
Sirkulasi Arus Global
29
http://www.seos-project.eu
Sirkulasi arus bawah permukaan laut di
samudera/ laut dalam
AABW: Antarctic
Bottom Water
CPW: Circumpolar
Water
NADW: North Atlantic
Deep Water
PDW: Pacific Deep
Water
AAIW: Antarctic
Intermediate Water,
AIW: Arctic
Intermediate Water,
MedW: Mediterranean
Water
RedSW: Red Sea
Water
30
www.sciencedaily.com
Global Conveyor Belt
32
https://www.youtube.com/watch?v=WPA-KpldDVc
ARLINDO
33
http://birdsheadseascape.com
UPWELLING
www.seafriends.org.nz/oceano/waves.htm
35
https://www.youtube.com/watch?v=Dl2OxgN_nus
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 36
https://www.youtube.com/watch?v=UDyhcxyR_90
Tipe pecahnya gelombang di perairan pantai
+ collapsing wave:
between pluging
dan surging wave
38
https://www.youtube.com/watch?v=Wx9vPv-T51I
Simulasi Tsunami Aceh, 26 Desember 2004
39
Tsunami source base on the Altimetry Data By Hirata 🡺 Scenario-6
PASANG SURUT
41
http://gotbooks.miracosta.edu/
Tides at Bay of Fundy
42
https://www.youtube.com/watch?v=budXQlGL8Dc
TERUMBU KARANG
43
https://www.youtube.com/watch?v=ZiULxLLP32s
Coral Bleaching
44
https://www.youtube.com/watch?v=fA6mpexcyN4
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
KU 1284
ATMOSFER BUMI
F = T4
F : fluks radiasi, : emisivitas, T : temperatur mutlak dan :
tetapan Stefan – Boltzmann = 8,14 x 10-11 ly mnt-1 K-4, 1 ly = 1
langley = 1 kalori cm-2
Untuk benda hitam = 1 dan F = T4
maks = a/T
H 1000 mb
(b)
Gambar 17
Gambar 18
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 21
UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Menurut cara pembentukan :
Stratiform (tumbuh meluas secara horizontal) → stratus
Cumuliform (tumbuh vertikal) → cumulus
Cumulus Cumulonimbus
Ketika kedua gaya ini seimbang maka objek jatuh pada laju yang tunak
dan konstan (terminal velocity)
Tetes akan jatuh dari awan bila kecepatan terminalnya melebihi kecepatan
updraft.
Updraft dalam awan yang kuat yang menjaga tetes naik dalam
awan yang memberi mereka lebih banyak waktu untuk tumbuh
Ketika tetes air likuid superdingin dan partikel es berada dalam parsel
udara yang sama, maka tetes cair akan menguap dan mengendap pada
partikel es karena tekanan uap jenuh diatas permukaan air lebih besar dari
pada yang ada dipermukaan es
Jadi es akan tumbuh menjadi besar sedangkan tetes air akan habis
menguap, kedua proses berlangsung pada kecepatan yang sama.
Hasil netto-nya adalah bahwa kristal es tumbuh pada pengeluaran tetes air
A B
Andreas 2015
Kemudian bayangkan kita (C) melihat orang
yang duduk di kereta A, dan yang lalu lalang
di dalam koridor kereta A, dan melihat
kereta B
A B
C Andreas 2015
Pergerakan relatif dapat dicatat dari
perbedaan jarak, perbedaan posisi.
Kecepatan dan Percepatan termasuk dalam
kontek pergerakan karena merupakan
turunan dari posisi
Andreas 2015
Coba bayangkan satelit yang
bergerak melihat pergerakan
lempeng di bumi!
Coba bayangkan pergerakan
tubuh gunung api Agung di pulau
Bali yang bergerak di lempeng
Eurasia!
Coba bayangkan pergerakan
tubuh gunung api Agung di pulau
Bali yang bergerak di lempeng
Eurasia dari lempeng Australia!
Pemantauan dinamika bumi
prinsipnya melihat perubahan
relatif dari bumi terhadap galaksi
dan antar komponen penyusun
sistem bumi
Cara melihat dinamika bumi bisa
dengan teknologi satelit
(monitoring), terestrial, dan
kombinasi diantara keduanya
SATELLITE MONITORING
GNSS
TERESTRIAL MONITORING
THEODOLIT & TOTAL STATION & TLS +++
Theodolit Digital + EDM
Photo by Sarkawijaya
TERRESTRIAL AUTOMATED MONITORING SYSTEM
SYSTEM SETUP
Radio
link
Client
A
Remote Monitor
Access Client Radio
Modem link
Client
Radio
link
Client
C
TPS
Analyzer
Notebook
Courtesy : PERTAMINA
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DINAMIKA
ATMOSFER BUMI
GNSS
LEO
IONOSPHERE LAYER
TROPOSPHERE LAYER
Total Electron & Water Vapor Content from signal delay & Acceleration
Total Electron Content
Water Vapor Content
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DINAMIKA
HIDROSFER BUMI
Sea tide and current from Satellite Altimetry & buoy
SEA LEVEL RISE
SEA LEVEL RISE
ILUSTRASI KONDISI TOPOGRAFI JAKARTA TAHUN 2000-2050 TERHADAP MUKA LAUT RATA-RATA & POTENSI ROB
Elevasi di bawah muka laut rata-rata Elevasi di atas muka laut rata-rata
Arus Eddies
STUDI KASUS
PEMANTAUAN PERGERAKAN
LEMPENG, DEFORMASI GEMPA
BUMI & TSUNAMI
GNSS
GNSS InSAR
2001 2005
TERIMAKASIH
3. EVOLUSI BUMI
39
Maka akhirnya disimpulkan bahwa Bumi di masa-masa awal
terbentuknya hanya mempunyai sangat sedikit dan relatif atmosfer awal
yang kurang signifikan. Adanya atmosfer dan hidrosfer sekarang
umumnya dipikirkan merupakan evolusi dari emanasi sumber-sumber
yang berada jauh di bawah permukaan Bumi, oleh suatu proses yang
dikenal sebagai outgassing. Hipotesis ini mendasarkan pemikiran bahwa
semua volatil berasal dari dalam Bumi. Atmosfer baru yang terbentuk
akan mengandung kadar besar karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2),
hidrogen (H2) dan air (H2O).
Proses outgassing masih dapat kita saksikan sekarang seperti mata air
panas, kawah-kawah fumarol, atau geyser semburan gas dan air panas,
yang seluruhnya berasosiasi dan berada di lingkungan gunung api.
Panas yang ditimbulkan berasal dari batuan beku yang berada di
kedalaman. Air yang tersembur keluar umumnya akan diresirkulasi
menjadi air tanah, tetapi sebagian merupakan air juvenil, yaitu air yang
berasal dari interior bumi dan tidak pernah berasal dari permukaan.
Sumber volatil lain kemungkian dari magma yang keluar ke permukaan
bumi sebagai aliran lava.
Tabel 3.1. menunjukkan bagaimana adanya kaitan yang cukup erat
antara kandungan senyawa-senyawa volatil yang berada di atmosfer dan
hidrosfer dengan yang berasal dari mata air panas, kawah fumarol dan
geyser.
Di masa-masa awal pembentukan Bumi, terjadi akumulasi garam. Garam
berasal dari batuan yang melapuk, tererosi dan terbawa ke laut..
Mencoba untuk merekonstruksi perkembangan air laut dari proses-prose
di atas sangatlah spekulatif. Tetapi diduga saat itu kadar garam sangat
rendah dan laut masih bersifat asam dan mengandung konsentrasi volatil
tinggi. Ketika volume total lautan diperkirakan meningkat dengan cepat,
asam-asam berreaksi dengan batuan beku (yang diperkirakan umumnya
berjenis basaltis) dan proporsi basa di lautan kemungkinan meningkat
tajam dan akhirnya keasaman lautan menurun tajam.
Pada eon kedua, 3,5 milyar tahun yang lalu, Bumi masih belum
mempunyai oksigen bebas. Jumlah sangat sedikit oksigen bebas
diproduksi secara terus menerus oleh proses fotokimia, yaitu ketika
molekul air disosiasi menjadi hidrogen dan oksigen bebas karena
pengaruh sinar ultraviolet. Kandungan oksigen bebas di atmosfer saat itu
diduga 0,01% dari kondisi di atmosfer sekarang, karena begitu terbentuk
langsung diambil untuk oksidasi mineral-mineral.
40
Tabel 3.1 Perbandingan komposisi volatil (dalam persen berat)
(Sumber data W.W. Rubey (1952; dalam Strahler, 1971)
Volatil ekses di Gas-gas di mata Gas-gas volkanik
atmosfer dan air panas, kawah dari lava basaltis
hidrosfer fumarol dan dari Mauna Loa
geyser dan Kilauea,
Hawaii
Air, H20 92,8 99,4 57,8
Total karbon, sbg 5,1 0,33 23,5
CO2
Sulfur, S2 0,13 0,03 12,6
Nitrogen, N2 0,24 0,05 5,7
Argon, A trace trace 0,3
Klorin, Cl2 1,7 0,12 0,1
Fluorin, F2 trace 0,03 -
Hidrogen, H2 0,07 0,05 0,04
41
Dalam pembentukan batuan sedimen misalnya terdapat hukum yang
menyatakan bahwa lapisan batuan yang berada di bawah lapisan batuan
di atasnya secara normal dan alamiah mempunyai umur yang relatif
lebih tua. Contoh lain, jika terdapat misalnya magma yang menerobos
memotong lapisan-lapisan batuan yang telah ada, maka umur magma
relatif lebih muda daripada batuan yang diterobosnya. Begitu pula suatu
sesar yang memotong susunan batuan dianggap mempunyai umur yang
lebih muda daripada batuan termuda yang dipotongnya.
Dalam penentuan umur secara relatif, perlu dikenal suatu tanda (marker)
yang akan menjadi tanda bagi lapisan yang ditentukan umur relatifnya.
Hal ini agar memudahkan dalam membuat kesebandingan lapisan-
lapisan yang terletak terpisah berjauhan. Metode paling awal untuk
penentuan marker umur relatif ini adalah dengan penentuan fosil indeks,
yaitu fosil atau himpunan fosil tertentu yang hanya hidup pada lapisan
batuan tertentu dan mempunyai penyebaran yang luas/global.
Dengan mempelajari penyebaran fosil indeks maka akan terususunlah
kolom stratigrafi dengan urutan lapisan-lapisan yang telah diketahui
umur relatifnya dengan keberadaan fosil indeks. Dari kolom stratigrafi
itu akan terbaca letak susunan lapisan-lapisan batuan, dengan umur-
umurnya dinyatakan dalam masa kehidupan fossil. Masa ini diberi nama
sesuai dengan nama geografis tempat pertama kali fosil tersebut
dijumpai. Misalnya Zaman Jura, fosilnya dijumpai di Pegunungan Jura,
Eropa Tengah; Zaman Devon berasal dari lapisan-lapisan dengan fosil
penciri yang dijumpai di Pegunungan Devon, Inggris, dan seterusnya.
Susunan stratigrafi yang disusun berdasarkan fosil indeks dan umur
relatif yang dihimpun dan diperbandingkan dari seluruh benua,
memperlihatkan kesamaan dan berkorelasi satu dengan lainnya. Dari
korelasi stratigrafi di seluruh dunia, tersusun suatu kolom stratigrafi,
yang merupakan standar urutan kejadian di bumi. Dari sanalah disusun
kolom waktu geologi (geologic time scale),
Skala waktu international yang dipergunakan untuk satuan waktu dalam
kolom waktu geologi adalah eon (kurun), era (masa), period (zaman) dan
epoch (kala), seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1. Kurun (Eon)
merupakan pembagian interval waktu geologi terbesar. Kurun terdiri
dari Hadean, Archean, Proterozoic dan Phanerozoic. Kurun dibagi menjadi
beberapa masa (era), dan masa dibagi menjadi beberapa zaman (period)
dan zaman terbagi atas beberapa kala (epoch).
42
waktu, ditentukan dengan melakukan perhitungan alamiah. Untuk
mengetahui umur bumi secara absolut, orang mencoba menghitung
waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan satu lapisan batuan
sedimen. Dengan mengukur tebal lapisan dan kecepatan pengendapan,
maka dapat dihitung waktu yang diperlukan untuk mengendapkan
lapisan tersebut.
Pada 1715, Edmund Halley memikirkan suatu perhitungan waktu yang
dibutuhkan untuk “menggarami” laut sampai mempunyai salinitas
seperti saat ini. Pada 1889, pemikiran itu dicoba oleh John Joly. Ia
mengukur kadar garam di sungai dan di laut, lalu melalukan
perhitungan waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar salinitas
seperti dianalisis dari air laut. Ia menganggap bahwa waktu yang
dibutuhkan identik dengan umur bumi. Metode tersebut masih lemah
dan belum memadai karena tidak mencerminkan semua laut di bumi,
juga garam yang terlarut dalam air laut tidak hanya berasal dari sungai-
sungai saja, tetapi juga dari gunung api bawah laut dan pelarutan
mineral-mineral evaporit.
Cara lain dilakukan oleh seorang fisikawan Lord Kelvin pada 1896, yakni
dengan menghitung kecepatan pendinginan bumi. Dengan suatu
anggapan bahwa bumi semula merupakan suatu bulatan kabut pijar
yang sekarang telah mendingin secara pelahan-lahan dan membentuk
kerak di permukaannya. Akan tetapi pada saat itu, belum diketahui
adanya sifat radio aktifitias unsur yang memancarkan panas secara
kontinyu. Lord Kelvin tidak memperhitungkan adanya penambahan
panas radio aktif ini, mengakibatkan hasil penghitungan umur bumi
masih belum akurat.
Dengan diketemukannya unsur-unsur radio aktif yang meluruh secara
tetap oleh Marie Curie, penentuan umur absolut bumi menjadi lebih
meyakinkan. Dalam fisika dan kimia telah dipelajari bahwa nomor atom
unsur tertentu merupakan jumlah proton dalam inti atom unsur tersebut
dan tidak berubah-ubah. Sedangkan inti atom terdiri dari neutron yang
jumlahnya dapat bervariasi tanpa mengubah jumlah proton. Misalnya
unsur karbon, terdiri dari 6 proton, tetapi dapat disertai oleh 6, 7, atau 8
neutron. Atom suatu unsur yang mengandung jumlah neutron yang
berbeda-beda disebut isotop. Suatu isotop dikenali dari nomor massanya,
yang merupakan jumlah neutron dan protonnya. Contoh di atas, karbon
mempunyai 3 nomor massa 12, 13 dan 14, ditulis seperti 12C, 13C dan 14C.
Umumnya unsur kimia merupakan gabungan beberapa isotop dan di
bumi bersifat stabil, cenderung tidak berubah. Akan tetapi ada beberapa
di antaranya yang tidak stabil, misalnya 14C bersifat radio aktif.
Ketidakstabilan inti isotop disebabkan oleh karena keragaman nomor
massa ada batasnya. Inti isotop radioaktif akan berubah secara spontan
menjadi isotop yang lebih stabil dari unsur kimia yang sama atau isotop
43
unsur kimia yang lain. Proses perubahan ini disebut peluruhan (decay).
Contohnya isotop 14C meluruh menjadi 14N, dan 238U menjadi 206Pb.
Isotop 14C dan 238U dinamakan parents, sedangkan 14N dan 206Pb disebut
daughter.
Ada tiga cara peluruhan radioaktif, yaitu dengan memancarkan partikel
β (dalam hal ini nomor massa tetap, tetapi nomor atomnya bertambah
satu), dengan menangkap partikel β (nomor atom berkurang satu, nomor
massanya tetap), dan dengan memancarkan partikel α, yang terdiri dari
2 proton dan 2 neutron (2p + 2n); hilangnya partikel α, mengakibatkan
nomor massa berkurang empat dan nomor atom dua. Peluruhan
radioaktif dapat juga disertai radiasi sinar elektromagnetik (sinar ,)
tetapi tidak mempengaruhi nomor massa dan nomor atomnya.
Kecepatan peluruhan isotop tidak sama. Banyak isotop radioaktif yang
pernah ada di bumi yang sekarang sudah punah karena meluruh dengan
cepat. Namun, beberapa isotop radioaktif yang peluruhannya lambat,
masih ada. Percobaan di laboratorium membuktikan bahwa kecepatan
peluruhan tidak terpengaruh oleh perubahan kondisi kimia atau fisik.
Dengan demikian, kecepatan peluruhan isotop di selubung bumi (mantle)
berjalan tetap atau dapat dikatakan bahwa kecepatan peleburan tidak
terpengaruh oleh proses geologi. Hal ini penting artinya bagi penentuan
umur absolut.
Peleburan setiap unsur radioaktif mempunyai waktu tertentu yang dapat
diukur, dan mengikuti hukum dasar bahwa banyaknya bagian atom-
atom parent yang meluruh dalam setiap satuan waktu adalah sama.
Jumlah atom-atom parent yang meluruh turun tetap secara menerus,
sedangkan jumlah atom-atom daughter naik secara menerus pula.
Kecepatan peluruhan radioaktif itu dinyatakan dalam waktu paruh (half-
life), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan sejumlah atom-
atom parents menjadi setengahnya. Misalnya waktu paruh suatu isotop
radioaktif diketahui satu jam, dan dimulai dengan 1000 atom (N0).
Setelah satu jam tersisa 500 atom-atom parent (Np) dan terbentuk 500
atom-atom daughter (Nd). Setelah dua jam akan tersisa 250 atom-atom
parent (Np), dan seterusnya. Maka Np + Nd = N0 . Jika dalam suatu bahan
misalnya diketahui sejumlah atom-atom daughter yang merupakan
kondisi saat ini hasil peluruhan, maka tinggal dihitung mundur berapa
kali waktu paruh untuk mencapai jumlah asal. Maka itulah umur bahan
tersebut.
Dengan diketahuinya umur absolut dari lapisan-lapisan yang
sebelumnya telah ditentukan umurnya secara relatif, kolom waktu
geologi menjadi lebih lengkap dan sejarah evolusi bumi lebih mudah
difahami dalam bingkai waktu yang pasti (lihat tabel 3.2).
44
Tabel 3.2. Skala Waktu Geologi
Holosen 0,011
Kuarter Manusia modern Homo sapiens
(Quaternary)
Pleistosen Fosil-fosil Homo erectus, zaman es 1,8
Kenozoikum
Devon
ikan; hutan pertama
(Devonian)
(cyanospermae)
transgresi di awal diakhiri regresi; 430
Silur (Silurian)
volkanisme intensif; koral dominan
aktivitas gunung api di Inggris dan 500
Ordovisium glasial di Sahara; ikan pertama
(Ordovisian) arthopoda besar di laut, alga laut
dominan
Kambrium adanya spongia, bintang laut, 570
(Cambrian) brachiopoda dan cephalopoda
Prakambrium
45
3.3. Ringkasan Sejarah Bumi dari Masa ke Masa
3.3.1. Prakambrium
Lapisan batuan Prakambrium adalah batuan-batuan yang tertua yang
dianggap tidak mengandung fosil. Penentuan umur lapisan-lapisan
Prakambrium di antaranya dengan metode yang membedakan daur-
daur, atau dengan penentuan umur mutlak dengan pertolongan unsur-
unsur radio-aktif. Lapisan Prakambrium mempunyai kekhasan yaitu
lapisan-lapisannya selalu terdapat di bawah lapisan-lapisan yang
mengandung fosil. Kekecualian jika batuan-batuan Prakambrium
mengalami pensesarkan (tergeserkan) di atas batuan-batuan yang lebih
muda.
Dari sisi batuannya sendiri, umumnya batuan Prakambrium terutama
berbentuk kristalin (hablur), baik yang berasal dari pembekuan magma,
maupun dari peleburan dan penghabluran kembali sediment-sedimen
dan batuan-batuan lainya, yang disebabkan oleh proses metamorfosis.
Namun sulit untuk diselidiki pada batuan Prakambrium, proses mana di
antara proses-proses itu yang sesungguhnya telah membentuk lapisan
Prakambrium.
Sebaran batuan Prakambrium yang tersingkap ke permukaan bumi,
sangat terbatas. Pada umumnya daerah-daerah singkapan batuan
Prakambrium merupakan bagian inti benua, yang dikenal juga sebagai
perisai-perisai benua, atau disebut juga kraton.
Di dunia, sebaran batuan Prakambrium banyak dijumpai di Kanada
sekitar Teluk Hudson; Amerika Utara pada beberapa lajur di bagian
timur dan barat, termasuk di Grand Canyon, Arizona; Amerika Selatan
pada dua daerah yang terpisahkan oleh lembah sungai Amazon yaitu di
utara di Guyana, Venezuela (Perisai Guyana) dan di selatan di Brasilia
(Perisai Brasilia); Benua Afrika, yang seluruh bagian tengahnya terdiri
dari lapisan-lapisan Prakambrium (Perisai Afrika Pusat); Eropa terutama
di negeri-negeri sekitar Laut Timur: Finlandia, Swedia, Negara-negara
Baltik (Perisai Fennoskandia atau Perisai Baltik); Siberia dan Cina Utara
(Perisai Angara); India yang hampir meliputi seluruh daerah di selatan
lembah Indus-Gangga (Perisai Gondwana); Cina bagian tenggara dan
Indocina (Perisai Syan); dan Australia barat dengan 75% bagiannya
terdiri dari batuan-batuan Prakambrium.
Endapan-endapan Prakambrium mempunyai sumber daya mineral
penting. Di antaranya adalah cebakan-cebakan nikel, kobalt,
kromium dan platina yang dijumpai di Huron, Kanada, dengan
mineral logam berharga lainnya seperti emas dan perak. Di Amerika
Serikat dijumpai endapan-endapan besi yang berlimpah. Dijumpai pula
46
endapan batuan dengan unsur uranium yang terakumulasi pada batas
antara dua formasi, yakni Huron dan Timiskaming di Amerika bagian
utara. Di Brasil ditemukan cebakan intan, emas dan uranium. Di
Guyana, pelapukan granit-granit Prakambrium menyebabkan
timbulnya endapan-endapan bauksit yang merupakan salah satu
bahan-dasar penting bagi industri aluminium Amerika Utara.
Di Afrika, di antaranya dijumpai potensi intan (di Kimberley) dan
emas (di Witwatersrand) selain juga uranium, tembaga, timah, emas,
intan, kromium dan platina di Afrika Tengah. Sedangkan di India dan
Sailan, terutama kaya akan batu muIia (gemstones/precious stone) dan
batu setengah mulia (semi-precious stone). Di Eropa kaya akan nikel dan
besi, dan di Australia berpotensi emas di Kalgoordie, timbal dan perak di
Broken Hill, selain juga mengandung banyak uranium.
Sekalipun secara umum pada lapisan Prakambrium tidak dijumpai
kesan-kesan adanya kehidupan, namun jejak-jejak organik sedikit
terlacak. Misalnya di Rhodesia (sekarang di Afrika Selatan) dijumpai
lapisan grafit berumur + 2.650 juta tahun yang berasal dari batubara yang
mengalami metamorfosis. Diperkirakan selama Prakambrium tidak ter-
dapat fosil dengan cangkang keras, sehingga pemfosilan tidak
mungkin terjadi. Kemungkinan untuk membuat rangka, baru timbul
pada akhir Prakambrium. Dari data yang ada sulit untuk mengetahui
kondisi iklim selama Prakambrium. Diduga pada saat itu permukaan
bumi daratan merupakan gurun. Tumbuhan darat diperkirakan baru
muncul pada akhir Paleozoikum.
3.3.2. Paleozoikum
Ciri paling khas dari awal Paleozoikum (Kambrium) ialah munculnya
fosil-fosil yang telah mecapai tingkatan perkembangan yang lebih tinggi
daripada Prakambrium. Fosil-fosil penciri Kambrium paling umum di
antaranya adalah dari ordo Trilobita (Crustaceae/binatang-binatang
bercangkang) yang telah punah dan Brachiopoda (binatang yang
menyerupai koral/Archaeocyatha). Nama zaman ini berdasarkan nama
daerah Kambria atau Kimbria di Wales, Inggris. Di atasnya dijumpai
lapisan dari zaman berikutnya yakni Ordovisium yang umumnya
menumpang secara tidak selaras.
Iklim Kambrium ditentukan dari penyebaran Archaeocyathus yang
cukup luas, dan dapat diduga bahwa di seluruh dunia pada waktu itu
terdapat iklim yang sedang, bahkan panas. Batuan Kambrium tidak
banyak mengandung sumber daya mineral yang dapat diusahakan. Di
India hanya menghasilkan garam dapur di Cambrian Salt Range, dan
sedikit perkiraan adanya intan di formasi Vindhya Atas yang
47
mungkin berumur Kambrium, atau di Panna dan Colconda yang
hasilnya tidak terlalu signifikan.
Zaman berikutnya adalah Silur yang secara paleontologi
dicirikan oleh banyak kelompok binatang baru yang bermunculan, di
antaranya yang sangat penting, yaitu Vertebrata (binatang-binatang
bertulang punggung). Namun fosil penunjuk Silur adalah Graptolit,
yaitu koloni binatang-binatang kecil yang diliputi oleh suatu kerangka
berzat-tanduk dinamakan rabdosoma yang terbagi ke dalam 2 golongan
yaitu Axonophora dan Axonolipa yang lebih tua. Karena cara hidup
Graptolit yang bersifat plangton-pelagos, binatang-binatang itu dapat
tersebar luas sehingga menjadi contoh fosil penunjuk klasik yang baik
sekali. Iklim selama Silur diduga panas. Sumberdaya mineral penting
dari lapisan Silur di antaranya yaitu bijih-bijih besi di Amerika Utara
dan Cekoslowakia dan endapan-endapan garam di berbagai dunia,
terutama di Amerika Utara. Zaman Silur ialah zaman yang tertua yang
diketahui di Indonesia, dengan ditemukannya fosil koral Tabulata yang
bernama Halysites di Papua.
Gambar 3.1.
48
punggung. Di laut kita jumpai perkembangan luas dari kelompok-
kelompok binatang yang tak bertulang punggung seperti Brachiopoda
dan Amonit, serta perkembangan koral (Tetracoralla). Sumber daya
mineral Devon terbatas, di antaranya cebakan besi di Luxemburg, dan
batu gamping di Erzberg, Steiermark, Austria yang sebagian berubah
menjadi besi karbonat.
Sesudah Devon datanglah suatu zaman yang dinamai Karbon.
Penamaannya ditentukan berdasarkan sejumlah besar karbon bebas yang
ditemuia secara luas di berbagai bagian dunia. Karbon untuk pertama
kali dikenal di Eropa Barat yaitu di Perancis yang oleh seorang ahli
geologi yang bernama Omalius d’Halloy pada tahun 1808 telah disebut
“Terrain Houller”, daerah arang. Jelas, endapan-endapan zaman Karbon
secara ekonomi menjadi penting karena penghasil cadangan batubara
utama.
49
Selama zaman ini kelompok Vertebrata yang sangat penting, yaitu
Reptilia, berkembang. Amfibia, yang muncul untuk pertama kalinya
dalam Jaman Devon, kini mengalami perkembangan besar. Binatang-
binatang laut menunjukkan gambaran yang serupa seperti Jaman Devon.
Tetracoralla, Trilobita, Brachiopoda, Nautiloidea dan Amonit merupakan
binatang-binatang yang penting. Crinoida, B1astoidae berkembang biak
luas sekali yang tidak dikenal sebelumnya. Kelompok binatang yang
baru, yaitu Fusulinoida, mulai berkembang. Termasuk yang sangat
menarik yaitu perkembangan serangga, laba-laba, dan lipan, serta sejenis
capung raksasa dengan bentangan sayap selebar 75 cm. Serangga Zaman
Karbon semuanya adalah pemakan daging atau bangkai.
Zaman Perm adalah zaman penutup Masa Paleozoikum, berdasarkan
pengamatan-pengamatan di daerah Perm Di Rusia Timur Di Jerman
Sistem itu sudah lebih dulu dikenal orang pada pengusahaan tembaga
didekat Mansfeld. Di Eropa, Zaman Perm terletak tidak selaras di atas
Karbon yang mengandung batubara, sedangkan fauna laut menunjukkan
pula penyimpangan-penyimpangan tertentu dari fauna Karbon. Lebih-
lebih dengan pertolongan Amonit, maka Perm dapat dikenal dengan
jelas. Di benua Gondwana (Amerika Selatan, Afrika, India dan Australia)
Perm itu biasanya terbentuk sebagai suatu kesatuan dengan Karbon.
Endapan ekonomis zaman Perm terutama endapan evaporit/garam yang
terdapat di Jerman dan Amerika sebelah baratdaya. Pada beberapa
tempat di Australia ditemukan orang lapisan-lapisan batubara selain juga
kaolin (lempung bahan porselin). Iklim Perm dapat dipersamakan
dengan iklim pada waktu sekarang.
3.3.3. Mesozoikum
Selama Masa Paleozoikum permukaan bumi kita sebagian besar telah
mendapat bentuk seperti yang kita lihat sekarang. Pegunungan-
pegunungan besar seperti di sepanjang pantai samudera Atlantik di
Amerika Utara dan Eropa, rangkaian pegunungan Variscia memotong
Eurasia bagian barat, dan di sepanjang pantai timur Australia, Cina dan
Siberia. Proses perlipatan di Pegunungan Ural telah menyatukan Eropa
dengan Asia. Sementara antara Afrika dan Eurasia pun terdapat
perhubungan darat. Sepanjang Masa Mesozoikum hubungan-hubungan
itu terpisah oleh cekungan besar Thetys, suatu rangkaian cekungan-
cekungan sedimentasi yang sejarahnya merupakan sumbangan penting
bagi sejarah Masa Mesozoikum. Di sisi lain terbentuk cekungan Lingkar
Pasifik.
Kehidupan selama Masa Paleozoikum memperlihatkan semua filum dan
kelas-kelas binatang bertulang belakang telah berkembang, walaupun
binatang-binatang invertebrata justru berkembang dalam Masa
50
Paleozoikum daripada selama Mesozoikum. Amonit adalah jenis dengan
perkembangannya yang cepat merupakan fosil penunjuk yang sangat
baik semenjak Paleozoikum Atas yang juga tetap bertahan di dalam Masa
Mesozoikum dengan perkembangan suturanya yang mengagumkan,
terutama di Zaman Trias.
Adanya batupasir berwarna merah yang sangat banyak yang diselingi
endapan bukit pasir yang jelas, menunjukkan adanya iklim kering yang
tersebar luas. Juga terdapatnya rekah-kerut, batu bersegi-segi (yakni batu
yang telah digosok oleh angin gurun yang mengandung pasir sehingga
permukaannya bersegi-segi) yang terasah dan berbagai gejala lainnya
yang kini hanya kita temukan dalam iklim kering atau setengah kering
(gurun atau stepa), menunjukkan hal yang sama. Hal yang serupa ialah
tentang terdapatnya evaporit diberbagai tempat. Sebaliknya adanya
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan yang banyak, seperti halnya di
India dan Australia, justru menunjukkan kemungkinan adanya iklim
tropika yang lembab. Dalam cekungan-cekungan Siberia pun di sebelah
timur pegunungan 'Ural,' kerapkali dijumpai tikas-tikas tumbuhan.
Banyaknya Reptilia di Afrika Selatan dan Amerika Selatan menunjukkan
adanya iklim yang cukup sedang lembabnya,
Dalam endapan-endapan lautan, koral mempunyai arti yang penting.
Juga hal ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata ketika itu tentu cukup
tinggi.
Gamping koral yang bukan main banyaknya dalam Tethys, dan juga
dalam geosinklin-geosinklin Kalifornia meskipun agaak kurang dari
pada yang pertama tadi, merupakan ciri yang khas bagi endapan-
endapan Trias. Di Amerika Barat binatang karang pembentuk terumbu,
bahkan terdapat hingga di Alaska. Hal ini mernberi kesan, bahwa pada
ketika itu pembagian daerah-daerah iklim berlainan dengan sekarang:
Gurun terdapat di tempat-tempat seperti Eropa Barat, rimba raya tropika
di daerah-daerah seperti India dan Australia, dan koral di Alaska.
Pelamparan es yang luas seperti yang terdapat selama Jaman Perm,
dalam Jaman Trias tidak diketahui bekas-bekasnya. Di beberapa bagian
dunia, Zaman Trias dicirikan oleh adanya kegiatan vulkanisme
(kegunungapian) dan magmatisme yang luar biasa. Di Eropa Barat dan
Afrika Utara dijumpai intrusi-intrusi batuan basa berbentuk retas (gang)
yang terdapat di mana-mana. Di Amerika Utara (Jajaran Pegunungan
Newark) dijumpai sejumlah besar lelehan batuan basa yang menyisip di
antara sedimen-sedimen klastika, sedangkan di Afrika Selatan dan Brasil
dicirikan oleh retas-retas berupa sill dan lakolit. Endapan-endapan abu
gunung api di Pegunungan Alpen, Malaysia, Kalimantan dan California
mempunyai arti penting secara ekonomi. Di Eropa Barat, Cina dan
Australia, endapan Trias merupakan penghasil garam dan beberapa di
antaranya penghasil batu bara.
51
Zaman berikutnya di masa Mesozoikum yang lebih muda daripada Trias
disebut Jura (Jurassic). Namanya didasarkan dari endapan-endapan yang
dijumpai di Pegunungan Jura yang membentang di Pegunungan Alpen
di selatan Jerman, Swis dan Perancis. Lapisan-lapisan yang sama
umurnya sangat luas tersebar di Eropa berupa batuan sedimen yang
diendapkan dalam cekungan-cekungan yang sekarang membentuk
pegunungan Variscia dan Kaledonia yang telah terkikis.
Endapan-endapan Zaman Jura sangat kaya akan fosil, baik fosil sisa-sisa
binatang lautan maupun daratan. Amonit yang menerus sejak Zaman
Perm sangat penting artinya sebagai fosil penunjuk. Pada akhir Zaman
Trias hampir semua Amonit punah, kecuali satu keluarga yaitu keluarga
Phylloceratidae yang kemudian di Zaman Jura menurunkan
Neoammonoidae. Kelompok baru ini sangat berbeda dengan
Mesoammonoidae, dan ciri-cirinyapun khas pula. Karena banyaknya
Amonit yang terkandung di dalamnya, maka Jura itu dapat dibagi
menjadi sejumlah besar jenjang-jenjang pembagian umur berdasarkan
lapisan fauna ini. Koral (terumbu), Echinodermata, leli-laut (Crinoida)
juga berkembang pesat, selain jenias-jenis Moluska.
Tentu saja perkembangan yang paling menarik adalah perkembangan
fauna vertebrata yang telah dimulai di masa akhir Paleozoikum dan
mulai berkembang luas sejak Trias dengan pemuncak di Zaman Jura.
Inilah zaman yang dikenal luas sebagai zaman ketika Dinosaurus
menguasai Bumi. Walaupun keluarga Dinosaurus sekarang ini mulai
dipertanyakan apakah masuk ke dalam Reptilia atau bukan, tetapi
endapan-endapan Jura banyak mengandung fosil Reptilia, yakni jenis
binatang yang sangat tergantung pada temperatur udara. Di Amerika
Utara, Afrika Timur, Cina dan Australia telah banyak ditemukan fosil-
fosil raksasa dari binatang-binatang itu yang setiap harinya tentu
memerlukan makanan yang bukan main banyaknya, sehingga
diperkirakan hal itu hanya mungkin terjadi dalam iklim tropika yang
panas lembab. Selain itu, banyak di antara Reptilia itu, baik yang bentuk
raksasa maupun yang kecil, mempunjai bentuk badan yang diperkirakan
merupakan hewan yang hidup di dalam air, kira-kira seperti buaya-
buaya yang hidup sekarang ini. Hal tersebut juga menjadi salah satu
petunjuk bahwa iklim Zaman Jura lebih lembab, sekurang-kurangnya
lebih lembab daripada selama Zaman Trias.
Dengan kondsi iklim panas dan lembab, endapan-endapan Jura
meghasilkan lapisan-lapisan batubara yang potensial seperti ditemukan
di Siberia, Australia Timur, Cina dan Asia Tenggara. Di Eropa Barat
terdapat longgokan-longokan biji besi yang luas di Elzas-Lotharingen
dan Luxemburg. Di Amerika Utara, dengan adanya aktivitas vulkanisme,
menghasilkan endapan-endapan bijih mineral penghasil emas seperti di
Califomia dan Alaska. Di Indonesia, granit-granit di Bangka, Belitung,
52
kepulauan Riau, serta semenanjung Malaysia merupakan sumber
endapan bijih timah utama.
Zaman terakhir selama Mesozoikum dikenal sebagai Zaman Kapur
(Cretaceous). Penamaannya tidak didasarkan pada wilayah tertentu di
Bumi, tetapi merujuk pada tempat di sepanjang pantai selat Channel,
Perancis-Inggris, tempat batu kapur tersingkap luas. Penamaan ini
kemudian berlaku di seluruh dunia dengan ciri utama adalah tersebarnya
endapan batu kapur / batu gamping yang luas.
Secara stratigrafis, perubahan dari Jura ke Kapur dicirikan oleh adanya
gejala susut laut dan pada kebanyakan daerah di dunia dicirikan dengan
pengendapan lapisan berlingkungan daratan yang mengandung fosil-
fosil Reptilia/Dinosaurus (Gambar 3.3.). Susut laut dan genang laut
berlangsung silih berganti selama Zaman Kapur, tetapi diakhiri dengan
susut laut yang terjadi hampir di seluruh dunia.
Gambar 3.3.
Tyrannosaurus rex (kanan) berhadapan dengan Triceratops (kiri) di akhir Zaman
Kapur sebelum kepunahan masal (dari: Strahler, 1971)
53
pegunungan Garba dan pegunungan Gumai. Di Jawa, endapan Kapur
ditemukan sebagai lensa-lensa batu gamping yang mengandung
Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih di daerah Lukulo,
Kebumen, Jawa Tengah, juga sebagai fragmen batu gamping pada
endapan Eosen di Pegunungan Jiwo, dekat Klaten. Endapan luas Kapur
tersebar di
Gambar 3.4.
Beberapa contoh fosil Zaman Kapur
(dari Katili dan Marks, 1963
54
Maluku dan diberbagai tempat lainnya di Indonesia Timur, terutama di
pulau Misool, serta batu gamping berbutir halus dengan kandungan
fosil Globotruncana terdapat di Timor, Roti, Seram, Burn, kepulauan Sula,
Buton, Sulawesi Timur, Halmahera, dan Papua. Di Kalimantan, lapisan-
lapisan Zaman Kapur terdapat di hulu dan di pertengahan aliran
sungai Seberuang dan sungai Selangkai, didekat Semitau, Kalimantan
Barat. Sedangkan di Kalimantan Tenggara batuan Zaman Kapur
ditemukan di Pegunungan Meratus pada Formasi Manunggul yang
terdiri dari konglomerat, batupasir, lempung, napal dan batugamping,
dengan kandungan fosil Orbitolina.
Kondisi iklim selama Kapur tidak selembab zaman sebelumnya, salah
satunya ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah bentuk raksasa
Reptilia, seperti Brachiosaurus dan Diplodocus yang hanya terbatas pada
Zaman Jura saja. Secara ekonomi, endapan Kapur tidak mengandung
enadapan-endapan yang dapat diusahakan. Di beberapa daerah di Eropa
Barat, Cina, Amerika Utara bagian barat, Meksiko, Iran, dan Irak,
lapisan-lapisan Kapur mengandung cadangan-cadangan minyak bumi
yang cukup berlimpah, selain terdapatnya granit yang disertai dengan
cebakan-cebakan mineral bijih.
55
Paleozoikum oleh ketidak selarasan sudut.
Salah satu pembagian jenjang waktu selama Kenozoikum yang paling
menarik adalah karena secara stratigrafis di dalam lapisan-lapisan Tersier
terdapat fauna dan flora yang sangat mirip dengan flora dan fauna yang
masih hidup sekarang. Semakin lebih muda, persamaan-persamaan itu
semakin jelas. Pembagian kala (period) selama Kenozoikum didasarkan
atas seberapa besar kemiripan itu terjadi diusulkan oleh seorang geologi
Inggris Charles Lyell (1797 – 1875): Eosen, asal kata Eos = fajar, dan Kainos
= baru; mengandung 0 - 5% bentuk-bentuk sekarang. Oligosen, asal kata
dari Oligos = sedikit, dan Kainos; mengandung 6 – 15% bentuk-bentuk
sekarang. Miosen, asal kata dari Meion = kurang, dan Kainos;
mengandung 16 – 50% bentuk-bentuk sekarang. Pliosen, asal dari kata
Pleion = lebih, dan Kainos; mengandung 50 – 90% bentuk-bentuk
sekarang. Pleistosen, asal kata dari Pleistos = terlebih-lebih, dan Kainos;
mengandung 90 – 100% bentuk-bentuk baru. Holosen, asal dari kata
Holos = samasekali, dan Kainos; mengandung melulu bentuk-bentuk
sekarang. Walaupun cara pembagian ini mempunyai beberapa
kekurangan yang sulit diterima (terutama menyangkat angka presentasi
persamaan), tetapi nama-nama kala masih tetap dipakai di seluruh dunia
sampai sekarang.
Dengan semakin bertambahnya pengetahuan geologi dengan data yang
baru ditemukan di seluruh dunia mengenai formasi-formasi
Kenozoikum, terutama juga didorong oleh terdapatnya minyak bumi di
dalamnya pada banyak tempat, beberapa kelompok binatang dapat
dipakai sebagai fosil penunjuk, terutama fosil-fosil mikro Foraminifera,
Gastropoda (untuk endapan laut) dan binatang menyusui Vertebrata
(untuk endapa darat). Masa Kenozoikum juga sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena dalam lapisan-lapisan paling muda pada
masa ini banyak ditemukan fosil-fosil jenis Homo (manusia) yang menarik
perdebatan tiada hentinya tentang asal-usul manusia.
Namun demikian, fosil-fosil yang dianggap leluhur manusia sudah
ditemukan di Afrika pada Kala Pliosen, yaitu Dryopithecus (Gambar 3.5).
Temuan-temuan tersebut menjadi perdebatan yang panas hingga
sekarang tentang asal-usul manusia.
Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan tempat yang paling terkenal
tentang endapan-endapan Pleistosen berupa endapan-endapan berfasies
laut, sebagian danau dan sungai, serta endapan gunung api. Selain itu,
endapan-endapan Kuarter Pulau Jawa telah terkenal ke seluruh dunia
ketika ditemukannya banyak fosil-fosil vertebrata dan manusia, terutama
di sepanjang Bengawan Solo di Jawa Tengah (Sangiran) dan Jawa Timur
(Trinil). Di antara fosil-fosil itu terutama adalah Pithecanthropus erectus
(sekarang dikenal sebagai Homo erectus) yang bentuknya menyerupai
manusia modern.
56
Gambar 3.5. Fosil Dryopithecus dan gambaran mahluknya
(Sumber: Strahler, 1971)
57
sebuah sungai besar yang mengalir ke Laut Cina Selatan. Lalu dari
Kalimantan Selatan, yaitu sungai Barito, Kahayan, Sampit, dan lain-lain
bergabung dengan sungai-sungai dari Lampung dan Sumatra Selatan
serta sungai-sungai dari Jawa Utara mengalir di dasar Laut Jawa
sekarang. Seluruhnya akhirnya bersama-sama bermuara di dalam
cekungan yang lebih dalam di Selat Makassar selatan atau di sebelah
Utara Bali (Gambar 3.6).
Gambar 3.6.
Sundaland selama zaman es
terakhir kira-kira 18.000
tahun yang lalu
(Tjia, 1987)
58
Endapan-endapan bernilai ekonomi selama masa Pleistosen di antaranya
adalah cebakan timah pantai-pantai Belitung, Bangka dan Singkep. Di
Indonesia bagian timur, ciri-ciri kala Pleistosen terutama terdiri dari
undak-undak koral yang terangkat hingga mencapai elevasi yang tinggi
dari permukaan laut sekarang. Hal ini menunjukkan adanya gerak-gerak
vertikal yang kuat selama Kala Pleistosen, bahkan selama Holosen pula.
Pada beberapa tempat lainnya, seperti di Timor bagian utara dan banyak
tempat di Indonesia, undak-undak pantai tidak hanya terbentuk oleh
koral saja, melainkan juga oleh endapan sungai.
59
GEOLOGI SEJARAH
BAHAN KURSUS PENYEGARAN UNTUK PESERTA
STUDENT GEOSCIENCE OLYMPIAD 2007
Disusun oleh
WARTONO RAHARDJO
AKMALUDDIN
GEOLOGI SEJARAH
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
WAKTU GEOLOGI
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
WAKTU GEOLOGI
Masa Kini 0 MYA 0 MYA 0 MYA
Phanerozoic
Cenozoic
570 MYA
65 MYA
Proterozoic Mesozoic
Pembentukan 4,600 MYA
Bumi
245 MYA
2700 MYA
Paleozoic
Archean
Pembentukan
Alam Semesta 12,000 MYA 4,600 MYA 570 MYA
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PENDINGINAN BUMI
Planetisimal bumi dan gas
setelah mendingin mem-
bentuk planet bumi, yang
mendingin dari arah luar ke
dalam
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
FASE AWAL TERBENTUKNYA ATMOSFER
Jumlah dan macam gas yang ada di atmosfer primordial tergantung dari variasi
gas yang dikeluarkan bumi pada fase diferensiasi (outgassing) .
Nitrogen cenderung tinggal di atmosfer, uap air menjadi hujan membentuk laut,
karbondioksida bersenyawa dengan Ca membentuk batugamping. Gas Hidrogen
dan Helium karena ringan cenderung hilang ke ruang angkasa.
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN ATMOSFER
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA PALEOZOIC
MESOZOIC
245
PERMIAN
286
CARBONIFEROUS
360
DEVONIAN
408
SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN
570
PRE CAMBRIAN (PROTEROZOIK & ARCHEAN)
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA MESOZOIC
CENOZOIC
65
CRETACEOUS
144
JURASSIC
213
TRIASSIC
245
PALEOZOIC
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA CENOZOIC
0
HOLOCENE
0.01
PLEISTOCENE
2
PLIOCENE
5.1
MIOCENE
24.6
OLIGOCENE
38
EOCENE
54.9
PALEOCENE
65
M E S O Z O I C WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN POSISI BENUA
SEPANJANG WAKTU
0 MYA
Cenozoic
65 MYA
Mesozoic
245 MYA
Paleozoic
570 MYA
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
0 MYA
Cenozoic
65 MYA
Mesozoic
245 MYA
Paleozoic
570 MYA
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ORGANISME TERTUA DARI
FIG TREE SERIES AFRIKA SELATAN
MIKROFOSIL SEJENIS
ALGA MEMBULAT
Archaeosphaeroides
DARI AWAL PRE CAM-
BRIAN, 3,1 MILYAR
TAHUN YANG LALU.
LEVIN, 1982
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
FAUNA SERPIH BURGESS (CAMBRIAN)
FOSILNYA
HASIL
REKONSTRUKSINYA
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
BURUNG PURBA (JURASSIC)
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
RIWAYAT PEMBENTUKAN
SAMUDERA ATLANTIK
56 JUTA T.L.
MASA KINI
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
GLASIASI DAN MUKA AIR LAUT
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
URUTAN HOMINID
Homo sapiens
Australopithecus Homo erectus Homo sapiens
(Neanderthal) (Cro Magnon)
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
Kristalografi dan
Mineralogi
1-Pendahuluan
dan Kristalografi
Ver. 2.1/20201201
Diagram yang
menunjukkan aliran
informasi antara ilmu
kristalografi, mineralogi dan
ilmu pengetahuan yang lain.
Jalur informasi ditunjukkan
dengan tanda panah
Mengapa mempelajari
Kristalografi?
Hampir semua mineral di alam berbentuk kristalin →
Mineralogi & Scanning Electron Microscope
Mineral dengan warna sama dapat dibedakan berdasarkan
sistem kristalnya, misalnya kuarsa (heksa.), kalsit (rhomb.),
anhidrit (ortho.) dan gipsum (mono.).
Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem kristalnya
→ Mineral Optik & Petrografi
Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal
dan jarak antar kisi-kisi kristal → Difraksi Sinar-X (X-Ray
Diffraction).
Mengapa mempelajari
Mineralogi?
Identifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan
sifat-sifat fisik
Eksplorasi endapan mineral dan bijih
Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolit)
Gemologi (batu permata)
Aspek mineralogi ilmu material, seperti keramik
Biomineralogi
Mineral sebagai bencana kesehatan (seperti asbes) →
Mineralogi Medis
Difraksi sinar-X (XRD)
Metode Analisis
Mineral Optik
Anhidrit Belerang
Sifat kristal
Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu
membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal (disebut sebagai hukum ketetapan sudut
bidang dua atau hukum Steno)
Catatan:
♦ bidang muka kristal adalah bidang-bidang datar
yang membentuk permukaan kristal
♦ masing-masing kristal mempunyai letak dan arah
bidang muka kristal tertentu dan berbeda-beda
Contoh: kristal tawas
Sifat kristal
Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4· 24H2O]
Sudut antar bidang r dan m kurang lebih 109°28.25'
109°28.25'
109°28.25'
109°28.25'
Tujuh sistem kristal
Dasar penggolongannya:
Jumlah sumbu kristal
Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
atau sudut yang dibentuk sumbu
Parameter yang digunakan untuk masing-masing
sumbu
Sumbu kristal: garis bayangan, lurus, yang
menembus kristal (bidang-bidang muka kristal)
dan melalui pusat kristal.
Kubik
Ketiga sumbu kristal dari sistam
ini sama panjang dan semuanya
saling tegak lurus.
Fluorit
Tetragonal
Kedua sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
sedangkan sumbu yang lain dapat
lebih panjang atau lebih pendek
Ketiga sumbu kristalnya saling tegak
lurus.
Scheelite
Hexagonal
Terdiri atas 4 sumbu kristal
Ketiga sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
terletak horisontal, serta saling
membentuk sudut 120°
Sumbu kristal yang lain dapat lebih
panjang atau lebih pendek.
Vanadinite
Trigonal
Terdiri atas 4 sumbu kristal
Ketiga sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
terletak horisontal, serta saling
membentuk sudut 120°
Sumbu kristal yang lain dapat lebih
panjang atau lebih pendek.
Calcite
Ortorombik
Aeschynite
Monoklin
Rhodochrosite
Sistem kristal dan contoh
Kubik – intan, garnet, halit, pirit, fluorit
Tetragonal – rutil, anatas, vesuvianit
Heksagonal – kuarsa, grafit, vanadinit, apatit
Trigonal/rombohedral – brusit, sinabar, basnesit, kalsit
Ortorombik – anhidrit, olivin, staurolit, topaz,
hipersten, enstatit, lawsonit, silimanit, andalusit
Monoklinik – aegirin, ortoklas, biotit, muskovit,
amfibol, piroksen, gipsum, klorit, azurit
Triklin – kaolinit, kyanit, wolastonit, rodonit,
rodokrosit, mikroklin, albit
Kristalografi dan
Mineralogi
2-Mineralogi Fisik
Ver. 2.1/20201202
copyright@Stonetrust, Inc
Image courtesy of the USGS Image courtesy of the
Albert Copley Oklahoma copyright@Stonetrust, Inc
University Archives 54
3-Sistematika
Mineralogi
Ver. 2.1/20201202
Native Platinum
Native Bismuth
Diamond Graphite
Sistematika mineral
Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan
kombinasi antara logam atau semilogam dengan
belerang (S) atau selenium (Se), misalnya galena
[PbS], pirit, proustit [Ag3AsS3], dll.
Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi
antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu
atau lebih macam logam, misalnya magnetit,
goetit [FeOOH].
Haloid, dicirikan …
Sulfida dan Oksida
Cv Py
Dg Po
Cp
Cc
Bn
Sulfida Cu-Fe
Minerals Formula %Cu SG
Kalkopirit CuFeS2 34 4.1–4.3
Enargit Cu3AsS4 47 4.4
Kalkosit Cu2S 80 5.5–5.8
Digenit Cu9S5 79 5.6
Kovelit CuS 66 4.7
Kuprit Cu2O 88 6
Malasit Cu2(OH)2CO3 57 4
Source:
• Porphyry copper deposits
• Epithermal base-metals
Sulfida umum lainnya
Gn
Galena PbS - dense, cubic
Zn
cleavage may contain substantial
silver
Zn>>Fe Sphalerite (Zn,Fe)S – submetallic
black to resinous yellow, brown
Zn>Fe luster, yellow streak
Pt Pentlandite (Fe,Ni)9S8 – yellow-
bronze; in magmatic ores
Cinnabar HgS – vermilion-red
color, dense
Molybdenite MoS2 – silver
metallic sheets
Sulfida umum lainnya
Cobaltite (Co,Fe)AsS – silver white metallic
Barit Wolframit
Sulfat
Merupakan garam alam dari
asam sulfat (H2SO4).
Terdapat lebih dari 200 spesies
mineral ini di alam.
Sulfat tidak tersebar merata di
alam, yang umum dijumpai Anhidrit
adalah gipsum, anhidrit, dan
barut.
Terbentuk baik secara evaporit
maupun endapan hidrotermal.
Barit
Sulfat
Sulfat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Kelompok barit
Barit BaSO4 Ortorombik
Kelestit SrSO4 Ortorombik
Kelompok anhidrit
Anglesit PbSO4 Ortorombik
Anhidrit CaSO4 Ortorombik
Gipsum
Gipsum CaSO4·2H2O Monoklin
Sulfat yang lainnya
Alunit KAl3(SO4)2(OH)6 Rombik
Epsomit MgSO4·7H2O Ortorombik
Barite Gypsum Hanksite
Alunite
Celestite
Rhombohedral crystals
Effervesces with acid
Used in manufacture of
cement, fertilizer
Important: sedimentary and
metamorphic (also igneous
rock, such as carbonatite)
Deskripsi singkat: Rodokrosit
Fluorit
Halit Silvit
Halit (garam alam)
Borak
Sistematika mineral
Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya: apatit
[CaF(PO4)3], vanadinit [Pb5Cl(PO4)3].
Apatit Apatit
Fosfat
Merupakan mineral yang tersusun oleh
tetrahedron PO42-.
Struktur mineral ini bermacam-macam, seperti
berlinit [AlPO4] memiliki iso-struktur dengan
kuarsa, triphyline [LiFePO4] memiliki
isostruktur dengan olivin [Mg2SiO4] sedangkan
xenotime [YPO4] memiliki isostruktur dengan
zirkon [ZrSiO4]
Merupakan bahan utama pupuk, seperti apatit
[Ca5(PO4)3(F,OH,Cl)].
Macam-macam mineral fosfat
A B
Kuarsa
Distribusi mineral silikat
Quartz
structure
Quartz is
Silicate ion (SiO44–) a silicate
polymorph.
The silicate
ion forms
tetrahedra.
Oxygen ions
(O2–) Silicon ion
(Si4+)
2 planes at 90°
Single chains
2 planes at 90°
Single chains
2 planes at 60°
and 120° Double chains
2 planes at 90°
Single chains
2 planes at 60°
and 120° Double chains
1 plane Sheets
Muscovite:
Micas KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Biotite:
K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4
2 planes at 90°
Single chains
2 planes at 60°
and 120° Double chains
1 plane Sheets
Muscovite:
Micas KAl2(AlSi3O10)(OH)2
Biotite:
K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Pyrope
Spessartine
Grossular Garnet (var: Tsavorite)
Grossular Gems
Uvarovite
Struktur mineral silikat
Inosilicates: kelompok piroksen: ortopiroksen
(enstatit, hipersten, wolastonit); klinopiroksen
(diopsid, augit, hedenbergit, pigeonit); piroksen-
alkali (jadeit, aegirin, ompacit, spodumen);
kelompok amfibol: ortorombik (antofilit,
feroantofilit); monoklinik (tremolit, aktinolit,
hornblenda); alkalin (glaukofan, riebekit,
arfvedsonit)
Phyllosilicates: kelompok talk-pirofilit (talk,
pirofilit); kaolin (kaolinit, dikit, nakrit); serpentin
(lizardit, krisotil, antigorit); kelompok mika
(muskovit, biotit, flogopit);
Hedenbergite Augite Aegirine
Paragonite
Celadonite
Lepidolite Muscovite
Struktur mineral silikat
Phyllosilicates: kelompok smektit (smektit,
montmorilonit, nontronit)
Tectosilicates: kelompok feldspar: alkali-feldspar
(ortoklas, sanidin, mikroklin, anortoklas);
plagioklas (albit, oligoklas, andesin, labradorit,
bitownit, anortit); kelompok feldspatoid: nefelin,
leusit; kelompok zeolit: natrolit, analsim,
laumontit, klinoptilolit, heulandit, mordenit.
Sanidine Anorthoclase
Ametyst
Feldspar Group
[(Na,K,Ca)AlSi2O8]
Cleavage
Hardness (6)
White to pink
Ceramics, ornamental
Important: igneous, Orthoclase
metamorphic, sedimentary
(clastic)
Labradorite
Amphibole Group
[Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22]
Clevage (56° and 124°)
Green to black
Some form are used as
asbestos
Important: igneous,
Actinolite
metamorphic rocks
(hornblende most common)
Hornblende
Pyroxene Group
[(Mg,Fe)2SiO4(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6]
Olivine in
Dunite
Kristalografi dan
Mineralogi
4-Asosiasi dan
Genesa Mineral
Ver. 1.2/20131029
Granit, mengandung
asosiasi mineral:
K-feldspar,
Plagioklas,
Kuarsa,
Biotit,
Hornblenda
Sistem magmatik
Suhu dan tekanan
Mineral-mineral magmatik mempunyai variasi
suhu pembentukannya.
Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap
ketergantungan suhu: (1) level suhu, dan (2) laju
pendinginan mineral.
Awal pengkristalan sistem granitik kering
memiliki suhu relatif tinggi, membentuk sanidin
atau ortoklas, sedangkan pada granitik basah,
suhu lebih rendah, membentuk ortoklas.
Sistem magmatik
Riebeckite
Konsentrasi mineral
pada sistem magmatik
Chromite
layers (dark)
in layered
igneous rock
Sistem pegmatik granitik
Pegmatit granitik adalah tubuh batuan
mengandung kristal besar dari kuarsa dan
feldspar yang terbentuk oleh proses magmatik
Ada 6 karakteristik: (1) kristal sangat besar, (2)
penzonaan dan perlapisan, (3) kuarsa-feldspar
saling tumbuh, (4) “cleavelanditic albite”, (5)
mineral-mineral unsur jarang, (6) kehadiran
aplit.
Ukuran kristal bisa mencapai 15 meter.
Sistem pegmatik granitik
Sistem pegmatit granitik
Aspek ekonomi
Beberapa pegmatit mengandung kumpulan
mineral-mineral unsur jarang, seperti alanit (Ce),
ambligonit (Li), autunit (U), spodumen (Li),
topaz (F), turmalin (Li, B), bavenit (Be), berilonit
(Be), euklas (Be), litiofilit (Li), mikrolit (Ta, Nb),
penakit (Be), polucit (Ce), tobernit (U), trifilit
(Li), dan uraninit (U).
Juga mengandung kumpulan fosfat, seperti
fluorapatit.
Sistem pegmatit granitik
Distribusi mineral
Berhubungan dengan cara pemadatan lelehan
magma: (1) distribusi mineral berzona, dan (2)
orientasi kristal-kristal panjang.
Penzonaan pada pegmatit (konsentris) terdiri atas:
(a) zona basa, biasanya terisi oleh aplit dengan
plagioklas-Na dan kuarsa; (b) zona dinding,
mengandung kristal mika besar, juga pertit, kuarsa
dan plagioklas-Na; (c) zona menengah,
mengandung kristal besar pertit, dan (d) zona inti,
terdiri dari kuarsa dan REE.
Sistem pegmatit granitik
Hotspring – Sipoholon
Travertin – Sipoholon
Groundwater
Magma
Plutonic
intrusion
Groundwater dissolves metal oxides
and sulfides. Heated by the magma, it
rises, precipitating metal ores in joints.
Deformed
country rock
Geysers and
hot springs
Groundwater
Magma
Plutonic
intrusion
Groundwater dissolves metal oxides
and sulfides. Heated by the magma, it
rises, precipitating metal ores in joints.
Deformed
country rock
Geysers and
hot springs Vein deposit
Groundwater
Magma
Plutonic
intrusion
Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
Lingkungan bawah permukaan dangkal (istilah
geologi ekonomi, lingkungan epitermal).
Lingkungan ini menghasilkan endapan-endapan
yang ekonomis, seperti emas, perak, seng, dan
timbal.
Lingkungan vulkanik endomagmatik adalah
lingkungan hidrotermal vesicles, vesicular cavities,
amygdules. Lingkungan ini banyak menghasilkan
mineral zeolit, tembaga murni, ametis.
Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
Lingkungan sub-vulkanik, berasosiasi dengan:
(1) pluton dangkal, (2) pluton dalam, (3)
komplek migmatik atau anateksis. Endapan
yang sering dijumpai berupa endapan sulfida
atau oksida dari tembaga porfiri atau skarn,
misalnya: pirit [FeS2], kalkopirit [CuFeS2],
magnetit [Fe3O4], atau mineral-mineral alterasi
seperti kaolin, montmorilonit, dll.
Sistem air permukaan
Lingkungan air permukaan dapat dibagi
menjadi:
Freshwater lacustrine,
Alkaline/saline lacustrine,
Open marine,
Restricted marine, dan
Groundwater/formational water of the basinal,
phreatic, and vadose zones.
Sistem air permukaan
Kelompok mineral
chloride/sulfate/borate,
carbonate,
phospate,
siliceous,
aluminous,
ferruginous, Lacustrine
manganiferous.
sulfate
Restricted marine
Sistem air permukaan
Freshwater lacustrine
Relatif rendah akan karbonat dan klorida,
Kalau pakan cukup (nitrogen dan fosfor), fauna
yang mengandung karbonat, seperti ostrakoda
dan snails dapat terbentuk,
Masukan silika dalam bentuk abu vulkanik
menyebabkan pembentukan diatomae dari opal-
A.
Sistem air permukaan
Saline and alkaline lacustrine
Evaporasi air danau pada sistem
tertutup atau semi-tertutup,
Material klorida/sulfat/borat
brines → halit [NaCl]
larutan kalsium/Na-sulfat/karbonat
→ gipsum [CaSO4·2H2O], glauberit,
sulfohalit [Na6(SO4)2·FCl].
larutan soda dan/atau kalsium →
borak, hanksit, uleksit, colemanit.
Salar de Uyuni
Sistem air permukaan
Aragonite
Sistem air permukaan
Open marine (laut terbuka)
Material silika
opal-A (biogenik) → gel silika + air → larutan silika
asam
larutan silika asam → gel silika + air → opal-A
SiO2·2HO == H4SiO4(aq)
Pelarutan silika biogenik yang berasal dari cangkang
radiolaria, diatom terkayakan oleh larutan silika asam →
chert.
Flint Chert
Klasifikasi opal
Gipsum Anhidrit
Sistem air
permukaan
Sumber:
Dr. Nugroho
Sekian dan Terima Kasih