Anda di halaman 1dari 1148

PALEONTOLOGI

Disusun oleh
IR. WARTONO RAHARDJO
DR. AKMALUDDIN, ST., MT.
PALEONTOLOGI
PALEONTOLOGI adalah ilmu yang membahas tentang fosil
FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya
kehidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam

Penggalian
Fosil berasal dari
kata fodere = menggali
Fosil diperoleh dengan Penggalian
cara menggali

Fosil umumnya tersimpan


dalam perlapisan batuan
di alam

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


UJUD FOSIL
FOSIL : Adalah sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya
kehidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam
FOSIL dapat berupa :
1. Sisa yang berupa kerangka utuh /
fragmen kerangka, disebut
Body fossil
2. Jejak yang merupakan rekaman
kegiatan organisme tersebut,
disebut sebagai Trace fossil
(fosil jejak).
3. Senyawa organik yang tersimpan
dalam batuan. Senyawa tersebut
merupakan hasil penguraian dari
tubuh organisme yang pernah ada,
disebut sebagai Chemical fossil
(fosil kimia).
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
BODY FOSSIL

BODY FOSSIL dapat berupa


a. Tubuh / Cangkang asli :
Awetan cangkang asli

b. Mold :
Awetan berupa cetakan

c. Cast :
Awetan berupa cetakan
dari cetakan

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


URUTAN PROSES PEMBENTUKAN
MOLD DAN CAST

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2012


TRACE FOSSIL

TRACE FOSSIL DAPAT BERUPA

a. Track : Awetan jejak berupa tapak

b. Trail : Awetan jejak berupa alur

c. Burrow : Awetan berupa lubang


sedimen semasih lunak

d. Boring : Awetan berupa lubang


pada sedimen yang
sudah mengeras

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


WAKTU PEMBENTUKAN FOSIL

FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya


kehidupan di masa lalu yang terekam dan
terawetkan dalam batuan oleh proses alam

MASA LALU : yang dimaksud adalah masa lalu geologis,


yaitu masa sebelum masa sekarang

MASA SEKARANG : Holosen : masa sesudah 12.000


tahun yang lalu, saat berakhirnya Jaman Es
yang terakhir.

MASA LALU : masa sebelum Holosen : masa sebelum


12.000 tahun yang lalu.

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


SKALA WAKTU GEOLOGI

Holosen

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


JAMAN – JAMAN GEOLOGI
0 Ma
QUATERNARY NEO-
GENE

TERTIARY PALEO-
GENE
65
CRETACEOUS
JURASSIC
TRIASSIC
245
PERMIAN
CARBONIFEROUS
DEVONIAN
SILURIAN
ORDOVICIAN
CAMBRIAN
570 Ma
PRE CAMBRIAN
4600 Ma
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
KENOZOIK, MASALALU YANG TERDEKAT
0
MASA KINI HOLOSEN
0,011
MASA LALU PLEISTOSEN
2,0
PLIOSEN
5,0
MIOSEN
24
OLIGOSEN
38
EOSEN
45
PALEOSEN
65
MESOZOIK
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
PENGAWETAN FOSIL
FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya ke-
hidupan di masa lalu yang terekam dan terawetkan
dalam batuan oleh proses alam
TEREKAM : dapat diamati
dengan mengguna-
kan mata telanjang
ataupun mengguna-
kan alat pembesar
(mikroskop)
TERAWETKAN : belum
banyak mengalami Kenampakan fosil yang sama
di bawah mikroskop
perubahan bentuk
dari bentuk aslinya,
serta tidak menjadi
rusak & hancur oleh
Kondisi fosil dalam batuan di alam
penimbunan
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
BATUAN PENGANDUNG FOSIL

FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya


kehidupan di masa lalu yang terekam dan
terawetkan dalam batuan oleh proses alam

BATUAN : benda alam yang tersusun oleh mineral,


terdiri dari batuan beku, batuan sedimen
dan batuan metamorf

BATUAN YANG MENGANDUNG FOSIL :


batuan sedimen dan batuan metamorf yang
berasal dari batuan sedimen yang tidak
sepenuhnya mengalami metamorfisme

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


BATUAN SEDIMEN DI BUMI

• Bumi tersusun oleh 3 jenis batuan utama : batuan beku, batuan


sedimen dan batuan metamorf

• Secara keseluruhan, batuan beku dan


metamorf jauh lebih banyak dari
batuan sedimen, tetapi di permu-
kaan kerak bumi batuan sedimen
lebih banyak dijumpai.

• Batuan sedimen mempunyai


sifat berlapis, baik per-
lapisan tipis yang mu-
dah terlihat maupun
perlapisan tebal yang
tidak mudah terlihat

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


BATUAN SEDIMEN PENGANDUNG FOSIL

Batulempung yang kaya akan Batugamping yang kaya akan


fosil moluska di Sangiran fosil Balanus di Klayu, Sragen

Perselingan Batugamping dan Batupasir dengan struktur


napal yang kaya akan fosil silang-siur yang kaya akan fosil
Foraminifera di Temas, Bayat vertebrata di Trinil, Ngawi
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
PROSES PEMBENTUK FOSIL

FOSIL : Sisa atau jejak yang merupakan bukti adanya


kehidupan di masa lalu yang terekam dan
terawetkan dalam batuan oleh proses alam
PROSES ALAM : bukan proses kerja manusia. Proses
alam yang berpengaruh pada pembentukan
fosil adalah proses eksogen (asal luar) berupa :
pelapukan, erosi, transportasi, pengendapan
(deposisi), pembatuan (litifikasi)

Proses yang berdampak positip pada pembentukan


fosil : pengendapan dan pembatuan
Proses yang berdampak negatip pada pembentukan
fosil : pelapukan, erosi, transportasi

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


BEBERAPA PERSYARATAN
AGAR ORGANISME YANG MATI DAPAT
TERAWETKAN SEBAGAI FOSIL YANG BAIK

1. MEMPUNYAI CANGKANG YANG KERAS

2. BERJUMLAH BANYAK & BERUKURAN KECIL

3. TIDAK TERKENA PROSES TAFONOMIK YANG MERUSAK

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


PROSES YANG BERPENGARUH PADA
PEMBENTUKAN FOSIL
FOSIL : REKAMAN ORGANISME YANG TELAH MATI
PROSES YANG BEKERJA PADA / MENGENAI SUATU
ORGANISME SETELAH MATI PROSES TAPHONOMIK
MACAM PROSES TAPHONOMIK :
1. PROSES YANG MERUSAK DAN TIDAK MENGHASILKAN
FOSIL
Dimangsa oleh Predator
Busuk karena bakteri sebelum terkubur
Hancur karena transportasi
Terkubur lambat, hancur sebelum sepenuhnya terkubur
Terkubur lambat atau cepat, hancur karena proses tektonis,
magmatis atau metamorfisme
Terkubur lambat atau cepat pada batuan porous, hancur
karena air tanah yang korosif

2. PROSES YANG MENGHASILKAN FOSIL


Terkubur secara cepat pada batuan yang kedap air Tidak
terkena proses Taphonomik yang merusak
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
CANGKANG YANG KERAS
1. Cangkang keras memungkinkan untuk tidak gampang rusak oleh
proses pembusukan, erosi dan transportasi.
2. Cangkang keras dari organisme yang hidup secara berkoloni lebih
gampang terawetkan dari yang hidup secara soliter.

Koloni
Koral

3. Perkecualian : dalam keadaan tertentu tanpa cangkang keraspun


dapat terawetkan sebagai Trace Fossil : Contoh : Ediacaran Fossil

Trace Fossil yang ditemukan Tafsiran organisme yang


membentuknya
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
JUMLAH BANYAK & UKURAN KECIL
1. Jumlah yang banyak memungkinkan masih ada sisa yang relatif
utuh seandainya sebagian besar mengalami kerusakan
2. Ukuran kecil sukar mengalami abrasi, sehingga dalam satu volume
batuan yang kecil masih dijumpai banyak fosil yang berukuran
kecil sedang kalau ada fosil besar paling merupakan perwakilan
dari satu macam organisme saja.
Satu fragmen contoh
yang kecil akan
mewakili organisme
dalam jumlah besar

Satu fragmen fosil


besar hanya mewakili
satu organisme saja

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


PENGUBURAN CEPAT
1. CEPAT TERKUBUR OLEH SEDIMEN YANG RELATIF IMPER-
MEABEL
a. Organisme terbebas dari faktor predasi (pemangsa)
dan bakteri pembusuk.

b. Organisme terbebas dari faktor pelapukan dan abrasi

2. SETELAH TERKUBUR TIDAK TERSERANG AIR TANAH YANG


BERSIFAT KOROSIF

Fosil yang tersimpan tidak akan larut

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


LAPISAN PENGANDUNGNYA TIDAK RUSAK
KARENAPROSES PELAPUKAN, TEKTONIK, MAGMATIK
ATAU METAMORFISME
1. PROSES TEKTONIK KEMUNGKINAN AKAN MERUSAK ATAU
MENGHANCURKAN JENIS FOSIL YANG BERUKURAN BESAR

2. PROSES MAGMATIK DAN METAMORFISME AKAN MENG-


HANCURKAN (MEREKRISTALISASIKAN) SEMUA JENIS FOSIL
DARI SEMUA UKURAN SEHINGGA HILANG.

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


KEMUNGKINAN BENTUK AWETAN FOSIL
ORGANISME HIDUP
Setelah mati dan terkena proses
taphonomik mungkin
Rusak, hancur, lenyap, Tidak lenyap, segera
tidak terawetkan terkubur
TIDAK MEMBENTUK FOSIL MEMBENTUK KUMPULAN
/ ONGGOKAN FOSIL

Terkumpul di tempat Terangkut, terkumpul


semula hidup (in situ) di tempat lain (ex situ)
FOSIL BIOCOENOSIS FOSIL THANATOCOENOSIS
Yang mungkin berupa

INDIGENEOUS EXOTIC REWORKED LEAKED


Terpindahkan tetapi Terpindahkan ke Berasal dari batuan Berasal dari batuan
masih pada lingkungan lingkungan yang yang lebih tua yang lebih muda
yang sama lain
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
AWETAN FOSIL BIOCOENOSIS

FOSIL TRILOBIT :
CRINOID
TIDAK MOLUSKA
FOSIL : PADA YANG
ADA ORIENTASI BA- TIDAK
ADA ORIENTASI
JELAS, YANG
TIDAKPUCANGAN
TULEMPUNG ADA JELAS,
PROSES DI BAGIAN
YANG PATAHFOSIL
TRANSPORTASI
SANGIRAN, MASIH BERADA
= TETAP
TAK DI DI DEKAT
TER-
BATANGNYA : :
TEMPAT SEMULA
ORIENTASI FOSIL
HIDUP
BIOCOENOSIS
(FOSILBIOCOENOSIS
FOSIL BIOCOENOSIS)

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


PERCABANGAN PALEONTOLOGI
• BERDASAR MACAM OBYEK STUDINYA
Tumbuh – tumbuhan : PALEOBOTANI
Palinologi
Hewan / Binatang : PALEOZOOLOGI
Vertebrata
Invertebrata
Manusia : PALEOANTHROPOLOGI

• BERDASAR UKURAN OBYEK STUDINYA

Megafosil
Makrofosil : MAKROPALEONTOLOGI
Mikrofosil
Nannofosil
:
: }MIKROPALEONTOLOGI

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


PEMBAGIAN JENIS FOSIL
BERDASAR UKURAN FOSILNYA

1. Megafossil
Ukuran organisme utuh sangat besar
Vertebrate fossil
Hominid fossil
2. Macrofossil
Ukuran organisme cukup besar, tak memerlukan mikroskop
Invertebrate fossil
Petrified wood
3. Microfossil
Ukuran organisme kecil, memerlukan mikroskop
Foraminifera, Radiolaria, Diatomae
Fragmen invertebrate fossil
4. Nannofossil
Ukuran organisme amat kecil, memerlukan mikroskop yang kuat
(SEM, TEM)
Coccolithophore (coccolith)

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


MEGAFOSIL / VERTEBRATE FOSSIL

Rekonstruksi kerangka utuh Triceratop Frangmen tengkorak Homo erectus

Fragmen rangka Stegodon trigonocephalus


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
MACROFOSIL

Fragmen fosil terumbu koral Fosil bivalvia (internal cast)

Fosil Crinoida (Echinodermata) Fosil bivalvia & gastropoda


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
MICRO & NANNOFOSIL

Foraminifera dan algae pada batuan Foraminifera kecil pada batuan

Sayatan batuan yang mengandung Coccolith dilihat dengan menggunakan


fosil Foraminifera Scanning Electron Microscope (SEM)

1 cm 1 mikron

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


TUGAS AHLI PALEONTOLOGI
(DARI DISIPLIN BIOLOGI)
• MELAKUKAN IDENTIFIKASI & REKONSTRUKSI FOSIL
- Sisa utuh
- Fragmen
- Cetakan
}Klasifikasi - Taksonomi

• MELAKUKAN ANALISIS TERHADAP KONDISI DAN


FUNGSI MORFOLOGI DARI ORGANISME TERSEBUT
- Bagaimana cara hidupnya
- Bagaimana cara metabolismenya
- Bagaimana cara reproduksi /mempertahankan diri

• MELAKUKAN ANALISIS TERHADAP EKOSISTEM


ORGANISME YANG MEMFOSIL TERSEBUT PADA SAAT
ORGANISME TERSEBUT MASIH HIDUP.

• MELAKUKAN ANALISIS PERKEMBANGAN MORFOLOGI


FOSIL YANG TERDAPAT PADA URUTAN PERLAPISAN
YANG TERBENTUK PADA WAKTU GEOLOGI BERBEDA :
EVOLUSI ORGANIK
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
Stegodon trigonocephalus
Data 1

Data 2

Data 4

Data 3
Pleistosen Tengah (> 0,5 juta tahun yang lalu)
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
TERUMBU KARANG MIOSEN
Data 2

Data 1

Rekonstruksi mengacu padamodel masa


kini yang diterapkan untuk masa lalu
berdasar data yang tersedia

TERUMBU KARANG

Miosen Tengah (15 Juta tahun yang lalu)

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


Archaeopteryx : PERALIHAN REPTIL KE BURUNG

Cetakan Rangka pada Endapan batu- Hasil rekonstruksi dari Museum Ilmu
kapur (chalk) dari Bavaria , Jerman Pengetahuan Alam, Berlin
Jura (150 juta tahun lalu)
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
STUDI PENYEBARAN FOSIL SECARA
STRATIGRAFIS
• Batuan sedimen mempunyai sifat berlapis karena terjadinya tidak
sekaligus, melainkan tahap demi tahap. Setiap tahap meng-
hasilkan satu perlapisan A B C D E
D E
T7
C D E

T6 B C D

T5 B C
T4 A B C

T3 A B

T2 A
SEBARAN
A
T1 STRATIGRAFIS
• Perlapisan yang terbentuk dahulu akan berada di bawah perlapis-
an yang terbentuk kemudian: HUKUM SUPERPOSISI
• Dengan mempelajari/mengidentifikasi isi fosil dari setiap lapisan
yang berurutan dapat diketahui perkembangan organisme
sepanjang waktu : EVOLUSI ORGANIK
WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
SEBARAN FOSIL SECARA STRATIGRAFIS

BANYAK GENUS / SPESIES


FOSIL MEMPUNYAI
KISARAN STRATIGRAFIS
YANG PENDEK SEHINGGA
DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
PENENTU UMUR BATUAN
Disadur dari JONES, 1969,Hal.295
YANG MENGANDUNGNYA

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


SEBARAN FOSIL SECARA STRATIGRAFIS
A. Dijumpai Discocyclina dan Nummulites dalam jumlah banyak

UMUR BATUAN DITENTUKAN


DENGAN MENGAMBIL ZONE
OVERLAP PADA KISARAN
UMUR BATUAN STRATIGRAFI DARI TAKSON-
TAKSON YANG ADA

A. Eosen tengah

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


SEBARAN FOSIL SECARA STRATIGRAFIS
A. Dijumpai Discocyclina dan Nummulites dalam jumlah banyak
B. Dijumpai Nummulites, Miogypsinoides dan Cycloclypeous

UMUR BATUAN

A. Eosen tengah
B. Oligosen akhir

WR/2008/Mikropaleontologi/Teknik Geologi UGM


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
HUTAN RAWA PADA JAMAN KARBON
Pada hutan tersebut didapatkan
tumbuhan antara lain
Sigillaria, Lepidodendron,
Calamites, Sphenophyllum
Rentangan sayap capung
mencapai hampir 1 meter

275 juta tahun lalu


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
MACAM FOSIL YANG DITEMUKAN

MOLD ON ROCK ORIGINAL


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
FAUNA SERPIH BURGESS

WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009


REKONSTRUKSI KEHIDUPAN LAUT
JAMAN CAMBRIAN
(BERDASAR FOSIL YANG DIJUMPAI PADA SERPIH BURGESS)

560 juta tahun lalu


FAUNA EDIACARA, AUSTRALIA

Mold dari organisme yang dijumpai di batuan sedimen di Ediacara


Australia

580 juta tahun lalu


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
ORGANISME GUNFLINT, CANADA
FOSIL PRIMITIF
YANG TERDAPAT PADA
BATU RIJANG GUNFLINT.
BERBENTUK PAYUNG ADA-
LAH Kakabekia umbellata.
Huroniospora BERBENTUK
BOLA, SEDANG YANG BER-
FILAMEN ADALAH Gunflintia

REKONSTRUKSI BENTUK MI-


KROFOSIL GUNFLINT, Eoas-
terion (A), Eosphaera (B), Ani-
mikiea (C) dan Kakabekia (D)

2000 juta tahun lalu


WR / 2009 / PALEONTOLOGI / PEMBEKALAN PESERTA IESO 2009
Petrologi Batuan
Beku dan Metamorf

1-Petrologi Batuan Beku


(Petrology of Igneous Rocks)
Ver. 2.1/20201202

Dike at Singkawang @IWW2009


Dr. I Wayan Warmada
Laboratorium Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
Pendahuluan
Rock are made of minerals (minerals in granite)
Rock and mineral types
 Minerals are chemical compounds, sometimes specified
by crystalline structure as well as by composition, which
are found in rocks
 Rocks consist of one or more Minerals, and fall into
three main types depending on their origin and previous
processing history:
 Igneous rocks are ones which have solidified directly from
a molten state, such as volcanic lava.
 Sedimentary rocks are ones which have been remanu-
factured from previously existing rocks, usually from the
products of chemical weathering or mechanical erosion,
without melting.
 Metamorphic rocks are ones which result from processing,
by heat and pressure (but not melting), of previously
existing sedimentary or igneous rocks.
Rock cycle
Sediment Lithification
Deposition

Transport
Sedimentary Rocks
Erosion
Metamorphism
Weathering

Igneous Rocks Metamorphic Rocks

Crystallization Melting
Magma
Rock cycle
Proportion of rock types on
the Earth

igneous & metamorphic rocks = crystalline rocks


Rock identification is based on

Composition Texture
What minerals make up the What is the shape, size and
rock? orientation of the mineral
grains that make up the
rock?

Major Difference:
Crystalline vs. Clastic
Batuan beku
 Batuan beku non-fragmental
 Batuan beku fragmental

Fragmental: volcanic surge


Non-fragmental: lava aa G. Batur @IWW2008 G. Batur @IWW2008
Struktur kerak bumi
 Litosfer
 Astenosfer
 Mesosfer
 Inti bumi
Komposisi kerak
a. Kerak benua
 Kerak benua bagian atas: Komposisi rata-rata lebih
mendekati granodiorit daripada granit; Komposisi kimia
rata-rata SiO2 = 66,4%
 Kerak benua bagian bawah (kondisi anhydrous)
 Batuan metamorf fasies granulit asal batuan beku mafik
 Kerak benua bagian bawah (kondisi hydrous)
 Batuan metamorf fasies amfibolit asal batuan beku
basalt.
b. Kerak samodra
 Batuan sedimen pelagik
 Batuan beku basalt, diabas, gabro
Komposisi mantel
a. Mantel atas
 Batuan ultramafik

(silikat Mg + Fe 3O4 + silikat hidrat)


b. Mantel bawah
 Batuan ultramafik

(silikat Mg)
Magma
 Lelehan batuan silikat panas yang terbentuk di alam,
bersifat mobil, dapat mengandung material padat dan
gas.
 Zat padat terdiri dari sisa batuan asal yang tidak ikut
meleleh atau senolit (xenolith), sisa kristal yang tidak ikut
meleleh atau senokris (xenocryst) dan kristal-kristal yang
terbentuk oleh pembekuan magma (Jackson, 1982).
 Magma terbentuk oleh pelelehan sebagian (partial
melting) batuan induk (parental rocks) di dalam mantel
atau, dalam jumlah yang lebih sedikit, di bagian bawah
kerak (lower crust) (Schmincke, 2004).
Bagaimana magma terbentuk?
Pelelehan batuan dapat terjadi karena perubahan 3
parameter dasar: tekanan (P), temperatur (T) dan
komposisi kimia (X), yaitu:
 Kenaikan temperatur T pada kondisi P dan X yang
konstan (increasing temperature)
 Penurunan tekanan P pada T dan X yang konstan
(decompression)
 Perubahan X pada P dan T yang konstan (terutama
penambahan fluida khususnya H2O dan CO2)
Magma source: partial melting
Hypothetical Solid Rock:
Intermediate Composition Melting
Mineral Temp

A (Mafic) 1200°C

B (Int) 1000°C

C (Felsic) 800°C

Temperature = 500°C
Magma source: partial melting

Melting
Mineral Temp

A (Mafic) 1200°C
Intermediate Magma
(All Minerals Melt) B (Int) 1000°C

C (Felsic) 800°C

Temperature = 1400°C
Magma source: partial melting

Melting
Mineral Temp

A (Mafic) 1200°C

B (Int) 1000°C

C (Felsic) 800°C

Temperature = 900°C Magma


Magma Separates Felsic
Melting
Mineral Temp

A (Mafic) 1200°C

B (Int) 1000°C

C (Felsic) 800°C

Remaining Rock: More Mafic Magma


Temperature = 900°C
Bottom line on partial melting
Partial Melting produces a magma that is
more felsic than the parent rock

Rock Magma from Partial Melting


Ultramafic Mafic
Mafic Intermediate
Intermediate Felsic
Felsic (more) Felsic
Lokasi terbentuknya magma

(Schmincke, 2004)
Tempat terbentuknya magma
1. Zona subduksi (subduction zone)
 Peleburan mantel atas / baji mantel (mantle wedge),
mantel tersomatisasi
 Pelelehan parsial kerak samudera (fasies amfibolit,
eklogit)
 Pelelehan parsial kerak benua bagian bawah
(anateksis)
2. Zona tumbukan (collision zone)
 Pelelehan parsial kerak benua bagian bawah
(anateksis)
 Pelelehan parsial kerak benua bagian tengah
(anateksis)
Tempat terbentuknya magma
3. Rekahan tengah samodra (mid oceanic rift)
 Peleburan mantel atas

4. Rekahan tengah benua (intra continental rift)


 Peleburan mantel atas

5. Kepulauan tengah samudera (mid oceanic island)


 Peleburan mantel atas

(Best, 1982; Wilson, 1989)


Composition: magma source
Mafic Intermediate Felsic

Ultramafic mantle

Source: Partial Melting of ultramafic mantle at


Divergent Zones and…
Composition: magma source
Mafic Intermediate Felsic

Source: Partial Melting of ultramafic mantle at


Divergent Zones and … Hot Spots
Composition: magma source
Mafic Intermediate Felsic

Source: Partial Melting of mantle, ocean crust and


continent at Subduction Zones
Composition: magma source
Mafic Intermediate Felsic

Source: Partial melting felsic continent above


Hot Spots & Subduction Zones
Composition: magma source
Extrusive
(Volcanic)
Surface

Magma
Rices
and Cools Magma
Chamber

Intrusive
(Plutonic)
Skema
sistem
magma
dan volcano

(Schmincke 2004)
Proses kristalisasi magma
 Magma yang naik mendekati permukaan bumi biasanya mengalami
berbagai ubahan kimia dan mineralogi melalui proses-proses yang
disebut diferensiasi, yang menghasilkan bermacam-macam batuan
beku dengan komposisi kimia yang berbeda-beda
 Komposisi asal magma disebut sebagai magma induk atau ‘Parental
Magma’ atau ‘Primitive Magma’
 Diferensiasi (differentiation): proses-proses yang menghasilkan
magma turunan (derivative magmas) yang berbeda komposisi kimia
dan mineralogi dari Primitive Parental Magma
 Secara umum diferensiasi dianggap terjadi dalam reservoir magma
di dalam kerak (kedalaman <10km), di mana magma dalam kondisi
stagnan, mendingin secara perlahan dan mengkristal
 Proses diferensiasi yang paling penting adalah: Kristalisasi
Fraksinasi (fractional crystallization). Proses lainnya antara lain
asimilasi dan magma mixing.
Proses kristalisasi magma
1. Kristalisasi
fraksinasi (fractional
crystallization)
Bowen’s reaction series
Proses kristalisasi magma
2. Asimilasi
Perubahan komposisi magma, sebagai akibat adanya reaksi
antara magma dengan batuan dinding yang berkomposisi
berbeda.
3. Percampuran magma induk
Magma intermediate, misal andesit sebagai hasil percampur-
an antara magma basalt dengan riolit.
Proses kristalisasi magma
Asimilasi dan percampuran
magma induk (magma mixing)
Igneous environments
Extrusive igneous rock.
 Produced when lava erupts onto the surface.
 The lava freezes on exposure to air or water.
 Crystal grains lack time for growth and are mostly
invisible.
Intrusive igneous rock.
 Produced by the crystallization of magma while still
underground.
 The magma freezes because of the gradual loss of heat to
the country rock.
 Crystal grains have time to grow and are mostly visible.
Igneous environments
Intrusive and extrusive

Fine
Grained

Coarse
Grained
Tipe tubuh batuan trobosan
 Sill
 Bentuk tabular atau seperti lempengan, bersifat
konkordan.
 Dapat merupakan bagian tubuh intrusi melapis.
 Tubuh intrusi yang tipis, dapat terbentuk di tempat
yang dangkal, menerobos batuan sedimen yang relatif
tidak terlipat.
 Sebagian sill berkomposisi batuan basalt yang terbentuk
dari magma yang encer.
 Tubuh sill dapat bersifat sederhana, majemuk, atau
terdiferensiasi (bagian dasar tersusun oleh mineral-
mineral berat, ke arah atas dapat tersusun oleh mineral-
mineral yang lebih ringan).
Tipe tubuh batuan trobosan
 Lakolit (laccoliths)
 Seperti jamur tubuh berbentuk lempengan, dasar
mendatar, atap seperti kubah, menerobos perlapisan
yang melengkung seperti busur, konkordan sebagian
besar bersifat asam atau menengah.
 Diameter 1–8 km, tebal maksimum 1000 m
 Di tempat yang dangkal, dapat berubah menjadi sill.
 Komposisi didominasi oleh magma asam

Lakolit
Sumber: Winter (2014)
Tipe tubuh batuan trobosan
 Lakolit (laccoliths)

Lakolit di pegunungan Judith, Montana


Tipe tubuh batuan trobosan
 Lopolit (lopoliths)
 Tubuh berbentuk lempengan atau melensa, permukaan bagian
bawah dan atas cekung ke arah atas (seperti cawan atau cerutu)
 Bersifat basa, konkordan, bagian tengah melesak ke bawah, di
daerah yang sedikit terlipat
 Tebal 1/10 – 1/20 lebar, diameter puluhan-ratusan km, tebal
ribuan meter
 Bersifat mafik atau ultramafik

Bentuk kerucut
dan lempengan
dalam bentuk
intrusi mafik
melapis
Tipe tubuh batuan trobosan
 Pakolit (pacoliths)
 Masa berbentuk lensa, melengkung, menginjeksi secara
konkordan perlapisan terlipat (antiklin atau sinklin), intrusi relatif
dalam
 Pasif

Pakolit
Tipe tubuh batuan trobosan
 Korok (dikes)
 Tabular, memotong struktur utama (perlapisan atau foliasi)

Hubungan tegangan dengan injeksi


yang membentuk korok (Anderson
dan Hubbert)

Arah tegangan terkecil


Tipe tubuh batuan trobosan
 Korok (dikes)
 Tabular, memotong
struktur utama
(perlapisan atau
foliasi)
Tipe tubuh batuan trobosan
 Ring dike (korok berbentuk cincin)
 Kemiringan tajam
 Pergerakan magma ke atas, di sepanjang rekahan silindris
dan seperti kerucut, bagian tengah / pusatnya runtuh
 Lebar beberapa km

Ardnamurchan ring dike, Skotlandia. Sumber: https://ardnamurchannaturalhistorycentre.com


Tipe tubuh batuan trobosan

a. Foto udara semenanjung


Ardnamurchan, Skotlandia
b. Peta geologi
c. Skema pembentukan ring dike
Tipe tubuh batuan trobosan
 Stock
 Batuan beku intrusi yang berbentuk relatif circular,
elongated, vertically oriented dengan ukuran yang relatif
kecil (luas singkapan <100 km²).

Tulungagung, Jawa Timur


Tipe tubuh batuan trobosan
 Batolit (Batholiths)
 Batuan beku intrusi yang berukuran sangat besar, tidak
mempunyai dasar, berkomposisi batuan asam (granit,
granodiorit), singkapan ribuan km².

Sierra Nevada batolit,


batolit, California
Tipe tubuh batuan trobosan
 Pluton
 Terminologi yang mencakup seluruh tubuh batuan beku intrusi.
Sering dipakai jika sulit untuk mengklasifikasikan satu tubuh
intrusi batuan beku ke dalam salah satu terminologi tertentu,
misalnya karena bentuk geometrinya tidak diketahui

Diagram blok skematik


beberapa tubuh intrusi.
Sumber: Winter (2014).
Type of igneous rocks
 Volcanic (or extrusive) rocks cool from lava eruptions and tend
to have a fine-grained texture.
 Plutonic (or intrusive) rocks solidify underground and tend to
have a coarse-grained texture.

Fine-grained Coarse-grained
Komposisi batuan beku
 Mode atau Modal Composition: komposisi mineralogi dari suatu
batuan beku
 Norm: normalisasi komposisi kimia batuan (oksida utama)
untuk mengetahui komposisi mineral normative
Komposisi batuan beku
Mineral Properties

Olivine Green to yellow-green; vitreous; fractures;


small, equidimensional grains
Plagioclase Usually white or gray;
2 cleavages at 90°;
elongate grains; striations sometimes visible
Pyroxene Greenish black or brownish black;
rather dull luster;
blocky grains
Amphibole Black with shiny, splintery appearance;
two cleavages at 60° and 120°;
elongate grains
Biotite Shiny, black sheets;
one perfect cleavage
Orthoclase Usually white or pink;
2 cleavages at 90°;
equidimensional grains
Muscovite Shiny, silver y sheets;
one perfect cleavage
Quartz Colorless to gray;
vitreous with conchoidal fracture;
irregular grains in intrusive rocks;
equidimensional phenocrysts in extrusive rocks
Type of minerals
 Essential – Minerals which must be present in order for a rock
to be classified with a certain name
 Accessory – Minerals need not be present in a rock, but which
may be present in small amounts
Tekstur ba-
tuan beku
Tekstur
 Definisi: Istilah yang dipakai untuk menjelaskan hubungan
antar kristal
 Pembagian tekstur berdasarkan granularitas:
 Fanerit
Cukup besar, dapat ditentukan dengan mata / lensa pembesar
(tubuh intrusi, inti tubuh ekstrusi besar)
– Kasar : > 5 mm
– Sedang : 1-5 mm
– Halus : < 1 – 0,05 mm
 Afanit (kristalin, sangat halus :< 0,05 mm)
Ditentukan dengan mikroskop (tubuh intrusi kecil dekat
permukaan bumi, ekstrusi)
 Gelasan
Aliran lava, intrusi-intrusi kecil sangat dangkal
Tekstur
 Kristal-kristal kasar:
 Pendinginan lambat (kesempatan dalam penambahan ion-
ion, pertumbuhan kristal: besar)
 Kekentalan magma yang rendah
 Proses pengintian sukar terjadi serta berlangsung perlahan-
lahan
 Jumlah inti kristal yang sedikit: memungkinkan sedikit
kristal tumbuh menjadi besar sebelum kristal di
sampingnya tumbuh
 Kristal-kristal dalam basalt yang halus:
 Pengintian yang cepat (inti kristal banyak)
 Kristalisasi cepat (pendinginan cepat pada permukaan
bumi), dihalang-halangi oleh kekentalan magma yang
rendah (encer)
Tekstur
 Pembagian tekstur berdasarkan kristalinitas:
 Holokristalin
Semuanya kristal
 Hipokristalin
Sebagian kristal, sebagian gelas gunungapi
 Holohialin
Semuanya gelas gunungapi
Tekstur
 Pembagian tekstur berdasarkan fabrik / hubungan antar
kristal:
 Panidiomorfik granular
Sebagian besar tersusun oleh kristal-kristal euhedra
 Hipidiomorfik granular
Sebagian besar tersusun oleh kristal-kristal subhedra
 Senomorfik / alotriomorfik granular
Sebagian besar tersusun oleh kristal-kristal anhedra
Tekstur
 Penjelasan bentuk kristal:
 Kristal euhedra
Hubungan antar kristal yang dibatasi oleh muka kristalnya
sendiri
 Kristal subhedra
Hubungan antar kristal, dengan sebagian muka kristal
dibatasi oleh muka kristal mineral yang lain
 Kristal anhedra
Hubungan antar kristal yang semuanya dibatasi oleh muka
kristal mineral lain
Textural classification
1) Phaneritic: crystals visible with naked eye
Plutonic or intrusive rocks
2) Aphanitic: crystal too small for naked eye
Volcanic or extrusive rocks
3) Porphyritic: two different, dominant grain sizes
Large crystals = phenocrysts; small crystals = groundmass
4) Fragmental: composed of disagregated igneous material
Pyroclastic rocks
Porphyritic size distribution
 Porphyritic - bimodal size distribution, with large grains
surrounded by numerous small grains or glass

 Phenocrysts - Large crystals formed by relatively slow cooling


below the earth’s surface

 Groundmass - Small crystals or glass, formed by more rapid


cooling
Porphyritic size distribution
 Pegmatitic: very large xtals (cm to 10s of cm); i.e., slowly
cooled
Forms veins or layers within plutonic body
 Glassy: non-crystalline; cools very fast (e.g., obsidian)

Volcanic rocks
 Vesicular: vesicles (holes, pores, cavities) form as gases
expand
Volcanic rocks
Glassy texture
 Glassy (Extrusive)
 Glassy textured rocks are formed by very
rapid cooling of magma. Obsidian rock with a glassy
 Glassy rocks often form from magmas texture and conchoidal fractures
with high silica content that arranges into
long chainlike structures before
crystallization occurs. These silica chains
increase the viscosity of the magma and it
once it eventually cools it forms a glassy
textured rock.
 Glassy rocks can be considered amorphous
because they have no crystalline structure.
 Glassy rocks are classified by the amount
of glass contained by the rock: Copyright © Dr. Richard Bush

 Glass-bearing: 0-20% glass


 Glass-rich: 20-50% glass
 Glassy: 50 – 100% glass
 Obsidian is a common glassy rock.
Igneous texture – crystalline
Coarse Grained Fine Grained
Keluarga batuan faneritik

Granit biotit dari Sibolga, Sumatera Utara,


berumur Perm (280-230 juta tahun yang lalu).
Keluarga batuan faneritik

Granit biotit, dari pulau Natuna


berumur Perm-Yura (141-280 juta tahun yang lalu).
Keluarga batuan faneritik

Granit biotit berlapis, dari pantai Trikora, pulau Bintan, kabupaten


Kepulauan Riau, berumur Trias-Jura (248-131 juta tahun yang lalu)
Keluarga batuan faneritik

Mikrogranit dari Sibolga, Sumatera Utara,


berumur Perm (280-230 juta tahun yang lalu).
Keluarga batuan faneritik

Aplit, dari Bourder County, Colorado,


berumur Pra-Kambrium (>500 juta tahun yang lalu)
Keluarga batuan faneritik

Pegmatit, dari Portland, Middlesex County, Connecticut,


berumur Devon Atas (360-345 juta tahun yang lalu).
Ultramafic Rock – Dunite
Igneous texture – crystalline
Porphyritic

Masa dasar
(Groundmass)

Fenokris
(Phenocrysts)
Igneous texture
Glassy

Vesicular
Pyroclastic/fragmental

Made of rock fragments


rather than crystals
Pyroclastic/fragmental

Ubud ignimbrite, Batur Volc.

Accretionary lapilli, Batur Volc. Pumice, Batur Volc.


Struktur batuan beku
 Definisi: Istilah yang dipakai untuk menjelaskan
hubungan antar kumpulan mineral / material penyusun
batuan
 Macam-macam struktur:
 Perlapisan bersusun (intrusi melapis)
 Skoriaan
 Vesikuler
 Amigdaloidal
 Trasitik
 Perlitik
 Kekar tiang dan lembaran
 Lava bantal Granit biotit berlapis
Struktur batuan beku

Columnar
basalt,
California
Struktur batuan beku

Carbonate lava
from Oldoinyo
Lengai, Tanzania
Igneous
rock classi-
fication
Klasifikasi dan penamaan
batuan non-fragmental
 Terutama Berdasarkan:
 Tekstur: biasanya dipakai pertama kali karena
memberikan bukti ttg genesa dan dapat dipakai untuk
klasifikasi yang umum
 Komposisi: utamanya komposisi mineralogi tapi bisa
juga kimia
Klasifikasi batuan beku
 Berdasarkan cara terjadinya:
 Batuan pluton
 Batuan hipabisal
 Batuan gunungapi
Batuan plutonik
 Membeku di tempat yang dalam (abisal), tubuh intrusi
besar (batolit, stok dan pluton-pluton besar lain),
membeku perlahan-lahan.
 Berbutir sangat kasar, medium-kasar; secara lokal
ditemukan tekstur porfiritik; non porfiritik, subhedra
atau anhedra.
Batuan hipabisal
 Mengkristal di bawah kondisi yang terpengaruh antara
batuan pluton dan batuan gunungapi, intrusi dangkal
kecil, dekat permukaan bumi (hipabisal), pada kerak
benua bagian atas, korok, sill, sumbat gunungapi, leher
gunungapi atau tubuh yang lebih besar (lakolit) pada
tempat yang dangkal, dapat mendingin cukup cepat.
 Pada umumnya berbutir fanerik halus, porfiritik,
porfiritik (masadasar halus, tanpa gelas volkanik.
 Bagian tepi intrusi dalam yang mendingin cepat dan
menerobos batuan yang dingin dapat mempunyai sifat
batuan hipabisal.
Batuan gunungapi
 Membeku cepat, pada atau amat dekat dengan
permukaan bumi, afanitik dengan sedikit atau tanpa
campuran gelas, sangat halus-gelasan; klastik
 Kristalisasi fenokris cenderung terjadi pada kisaran suhu
yang tinggi, sehingga muncul mineral-mineral yang
terbentuk pada suhu tinggi, P rendah (sanidin dan
plagioklas suhu tinggi)
 Fenokris biotit, hornblenda, kuarsa
 Ada dua fase pendinginan: fase intertelurik di tempat
yang dalam (fenokris) dan fase efusif (masadasar
afanitik), yang menghasilkan tekstur porfiritik.
Igneous rock minerals term
 Mineral felsik
 Warna putih, abu-abu, merah muda, rapat jenis
rendah
 Kuarsa, feldspar, feldspatoid
 Mineral mafik
 Warna gelap, hijau, coklat, hitam, rapat jenis tinggi
(>3,80)
 Piroksen, amfibol, olivin, biotit
Igneous rock minerals term
 Felsic: feldspar + silica
~55-70% silica, K-feldspar > 1/3 of feldspars present
light-colored silicate minerals — Continental crust
 Intermediate: between felsic and mafic
~55-65% silica, plag > 2/3 of feldspars present Na-rich
plag predominates over Ca-rich plag
 Mafic: magnesium + ferric iron
~45-50% silica; Ca-rich plag dominant feldspar, dark
silicate minerals — Oceanic crust
 Ultramafic: >90% mafic minerals, silica < 45%, few or
no feldspars
Mantle-derived
Klasifikasi batuan beku
Berdasarkan kejenuhan silika:
 Batuan sangat jenuh silika (silica-oversaturated)
Kuarsa
 Batuan jenuh silika (silica-saturated)
Mineral jenuh silika
 Batuan tidak jenuh silika (silica-undersaturated)
Feldspatoid + olivin + korundum

Olivin (Mg2SiO4) + SiO2 → piroksen (2MgSiO2)


Feldspatoid (KAlSiO2O6) + SiO2 → feldspar (KAlSi3O8)
Klasifikasi kimia batuan beku
Berdasarkan kandungan silika (SiO2):
 Asam (SiO >66%)
2
Granit, sienit, diorit kuarsa, trasit
 Menengah (SiO2: 52 – 66%)
Diorit, granodiorit, andesit
 Basa (SiO2: 45 – 52%)
Gabro, basalt
 Ultrabasa (SiO2 <45%)
Peridotit, dunit
The Characteristics of Common
Igneous Rocks
Rhyolite
 Rhyolite is a felsic, extrusive igneous rock and usually has an aphanitic
texture with glassy fragments and phenocrysts depending on the rate
of cooling. Glassy fragments form from rapid cooling and phenocrysts
form from slower cooling rates.
 Rhyolite forms very rapidly from lava flows on the Earth’s surface.
 Rhyolite contains mostly light colored quartz and feldspar minerals.
 These minerals generally give the rock a pink or grayish color.

Fine-grained rhyolite

Copyright © Dr. Richard Busch


Pumice
 Pumice is a felsic, extrusive igneous rock with a glassy, vesicular texture
formed from a combination of rapid cooling and a high gas content.
 Pumice forms in similar condition as obsidian, and the two can often be
found in close proximity.
 Pumice is so light from the presence of lots of gas bubbles pockets that it
often floats when placed in water.
Pumice with a vesicular texture

Copyright © 2006 Andrew Alden, geology.about.com,


reproduced under educational fair use."
Obsidian
 Obsidian is a felsic, extrusive igneous rock with a glassy texture.
 Obsidian forms very quickly from the rapid cooling of silica-rich lava.
 Unlike other minerals and rocks, the ions that form obsidian are
unordered, or amorphous, meaning they have no structure, and as a result
it produces a conchoidal fracture when broken.
 Thin sections of obsidian appear translucent and it is the presence of
various metallic ions that give it an overall dark appearance.
Obsidian

Copyright © 2006 Andrew Alden, geology.about.com,


reproduced under educational fair use
Gabbro
 Gabbro is a mafic, intrusive medium to coarse-grained igneous rock with a
phaneritic texture.
 Gabbro is composed primarily of pyroxene, with calcium-rich plagioclase
feldspar and small amounts of olivine and amphibole.
 Large gabbro intrusions are often sources of economically valuable nickel,
chromium, and platinum.

Medium-grained gabbro

Copyright © Dr. Richard Busch


Basalt
 Basalt is a mafic, extrusive fine-grained dark green to black volcanic rock
with a porphyritic texture.
 Basalt is composed primarily of pyroxene, and calcium-rich plagioclase
with small amounts of olivine and amphibole.

Copyright © Dr. Richard Busch


Diabase
 Diabase is a medium to fine-grained mafic, intrusive igneous rock.
 Diabase consists primarily of iron-rich pyroxenes and plagioclase
labradorite.
 It is often very dark colored, but can be mottled with lighter colors.
 Diabase dikes are tabular intrusions of diabase that fill fractures below the
Earth’s surface.

commons.wikimedia.org/wiki/Image:Diabas_1.jpg
Andesite
 Andesite is an intermediate, extrusive igneous rock with a
predominantly fine-grained porphyritic texture that forms during
volcanic eruptions.
 Andesite main contain phenocrysts which are usually large-grained
feldspar or amphibole minerals.

Andesite with amphibole phenocrysts

Copyright © Dr. Richard Busch


Diorite
Diorite is an intermediate, intrusive igneous rock with a predominantly
coarse-grained phaneritic texture .
Diorite is composed of quartz, sodium-rich plagioclase, and amphibole or
biotite.
The composition of diorite looks similar to granite, except that diorite
contains a greater concentration of darker mafic minerals.

http://www.mii.org/index.html
Pyroclastic materials
 Pyroclastic (Extrusive)
 Pyroclastic materials form when
individual rock fragments are ejected Tuff rock with pyroclastic material.
during a violent volcanic eruption and
consolidate into larger rock composites
when they deposit on the surface.
 Pyroclastic rocks contain at least 75%
pyroclastic fragments with the remainder
consisting of other inorganic sediments or
organic materials.
 Pyroclastic rocks contain a mixture of
different types of particles that are not
cohesively joined by interlocking crystals,
but instead are consolidated masses of Copyright © Dr. Richard Busch

multiple rock fragments.


 Tephra is the term used to describe
pyroclastic sediments.
The IUGS Igneous Rocks
Classification
Q
(a) The rock must contain a total of
at least 10% of the mineral below. Quartzolite
Recommendize to 100% 90 90

Quartz-rich
Granitoid

Plutonic rocks
60 60

nite
Gra

To
Grano-

na
Granite

par
diorite

lite
elds
li F
Alka
Alkali Fs. 20 20 Qtz. Diorite/
Quartz Syenite
Classification of Quartz Quartz Quartz Qtz. Gabbro
Alkali Fs. Syenite Monzonite Monzodiorite
5 5 Diorite/Gabbro/
Syenite
Phaneritic Igneous A
10 Syenite
(Foid)-bearing
35 Monzonite
(Foid)-bearing
65 Monzodiorite
(Foid)-bearing
90

P
Anorthosite

Syenite Monzonite Monzodiorite


Rocks (Foid)-bearing
10 10 (Foid)-bearing
Diorite/Gabbro

(F o
Alkali Fs. Syenite

id)

o
(Foid) (Foid)

bbr
Sy
Monzosyenite Monzodiorite

Ga
en
ite

id)
(Fo
60 60

A classification of the phaneritic igneous (Foid)olites


rocks. a. Phaneritic rocks with more than
10% (quartz + feldspar + feldspathoids).
After IUGS.
F
Classification of Gabroic Igneous Rocks
GabbroicPlagioclase A classification of the phaneritic igneous
rocks. b. Gabbroic rocks. c. Ultramafic
rocks Anorthosite
rocks. After IUGS.
90

Ultramafic
Olivine rocks
Dunite
90
Olivine
gabbro
Peridotites

We
ite

hr
urg

lite
Lherzolite
Plagioclase-bearing ultramafic rocks rzb
Ha

Pyroxene Olivine 40
(b)
Orthopyroxenite Olivine Websterite Pyroxenites
10

(c) 10
Websterite
Clinopyroxenite
Orthopyroxene Clinopyroxene
Q
Classification of Aphanitic
Igneous Rocks
60 60

Volcanic rocks
20 20

A P
10 10

A classification and nomenclature of


volcanic rocks. After IUGS.
60 60

A
Classification of Pyroclastic Rocks

Classification of the pyroclastic rocks. a. Based on type of material. After Pettijohn (1975)
Sedimentary Rocks, Harper & Row, and Schmid (1981) Geology, 9, 40-43. b. Based on the size
of the material. After Fisher (1966) Earth Sci. Rev., 1, 287-298.
Identifikasi
batuan beku
Identifikasi
batuan beku
Sekian dan Terima Kasih
Petrologi Batuan
Beku dan Metamorf

2-Petrologi Batuan Metamorf


(Petrology of Metamorphic Rocks)
Ver. 2.1/20201202

Dike at Singkawang @IWW2009


Dr. I Wayan Warmada
Laboratorium Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
___________
Slide dikompilasi dari Nugroho Imam Setiawan, Ph.D.
Why Study Metamorphism?
• Interpretation of the conditions and
evolution of metamorphic bodies, mountain
belts, and ultimately the state and evolution
of the Earth's crust
• Metamorphic rocks may retain enough
inherited information from their protolith to
allow us to interpret much of the pre-
metamorphic history as well
Introduction: Definition
• Metamorphism
– Mineralogical or textural change brought about in a rock in the
solid state as a result of increase in temperature or pressure
(Blatt and Tracy, 2001).
– Sub-solidus process leading to changes in mineralogy and/or
texture (for example grain size) and often in chemical
composition in a rock. These changes are due to physical
and/or chemical conditions that differ from those normally
occurring at the surface of planets and in zones of cementation
and diagenesis below this surface. They may also be coexisted
with partial melting (IUGS).
• Protolith
– Origin unmetamorphosed rock
Rock Circle
General genesis of metamorphic rocks
Example of several metamorphic rocks
Source: www.petrography.net
a) Sapphirine in high-temp met. rock b) Almandine in metapsamittic rock

c) Jade in jadeitic rock d) Ruby (corrundum) in


high-temp. met. rock
Limitation of metamorphism
Low-temperature limit grades into diagenesis
• Metamorphism begins in the range of 100-150 oC for the more
unstable types of protolith.
• Some zeolites are considered diagenetic and others
metamorphic.
High-temperature limit grades  melting temperature
• Melting temperatures are strongly dependent on pressure,
rock composition and the amount of water present.
• At 0.5 GPa; Wet: granite begin to melt at 660 oC, basalt at 800
oC. Dry: granite begin to melt at 1000 oC, basalt at >1120 oC.
Ultrahigh-pressure

Bucher and Grapes (2011)


Migmatite  ultrahigh-temperature metamorphic rock
A rock composed of igneous and metamorphic material, which can distinguish megacopically.

melanosome

leucosome
Image source: Winter (2010)
Variation of mineral assemblages in the
metamorphic rocks

1. Differences of whole rock chemistries

2. Differences of metamorphism (P, T, H2O)

3. Differences of protolith
Types of Protolith
Lump the common types of sedimentary and
igneous rocks into six chemically based-groups
1. Ultramafic - very high Mg, Fe, Ni, Cr  serpentinite
2. Mafic - high Fe, Mg, and Ca  metabasic
3. Shales (pelitic) - high Al, K, Si  metapelite
4. Carbonates - high Ca, Mg, CO2  calc-silicate/marble
5. Quartz - nearly pure SiO2  quartzite
6. Quartzo-feldspathic - high Si, Na, K, Al  metapsammite
Metamorphic agents and changes
• Temperature
• Pressure
• Fluids

Metamorphic grade: a general


increase in degree of
metamorphism without
specifying the exact relationship
between temperature and
pressure
Temperature
Increasing temperature has several effects
1) Promotes recrystallization  increased
grain size
2) Drive reactions (endothermic)
3) Overcomes kinetic barriers
Pressure
• High T/P geotherms in areas of plutonic
activity or rifting
• Low T/P geotherms in subduction zones
Fluids
• Fluid inclusions
• Fluids are required for hydrous or carbonate phases
(ex: skarn, calc-silicate schist)
• Volatile-involving reactions occur at temperatures
and pressures that require finite fluid pressures 
derived from protolith
Type of metamorphism (Winter, 2010)

1. Based on principal process or agent


• Dynamic Metamorphism  deformation
and crystallization is the main processes
• Thermal Metamorphism  temperature is
the main agent
• Dynamo-thermal Metamorphism  mix of
both processes and agent
Type of metamorphism (Winter, 2010)

2. Based on setting
• Contact Metamorphism
Pyrometamorphism
• Regional Metamorphism
Orogenic Metamorphism
Burial Metamorphism
Ocean Floor Metamorphism
• Hydrothermal Metamorphism
• Fault-Zone Metamorphism
• Impact or Shock Metamorphism
Contact Metamorphism
Rock that metamorphosed in the vicinity of plutonic or extrusive igneous bodies

• Pyrometamorphism: very high-temperature and low pressure


• Product: hornfels
• Polymetamorphism: orogenic event followed by contact metamorphism  spotted
phyllite/schist
Regional Metamorphism
Def: metamorphism that affects a large body of rock, and thus
covers a great lateral extent.
Three principal types:
• Orogenic metamorphism
o Type of metamorphism associated with convergent plate margins
• Burial metamorphism
o Mild deformation, no igneous intrusions discovered
o Metamorphic effects attributed to increased temperature and pressure due to
burial
o Diagenesis grades into the formation of zeolites, prehnite, pumpellyite,
laumontite, etc
• Ocean-floor metamorphism
o Affects the oceanic crust at ocean ridge spreading centers
o It also can be considered as metasomatism and hydrothermal metamorphism
Lokasi pembentukan batuan metamorf
Yonemura et al. (2013)
Hidrothermal Metamorphism
• Hot H2O-rich fluids
• Usually involves metasomatism
• Difficult type to constrain: hydrothermal
effects often play some role in most of the
other types of metamorphism
• Example: serpentinite
Fault-Zone metamorphism
• High rates of deformation and strain with only
minor recrystallization
• Example: Mylonite a) Mylonite

b) Mylonite in thin section


(a) Shallow fault
zone with fault
breccia
(b) Slightly deeper
fault zone (exposed
by erosion) with
some ductile flow
and fault mylonite

Figure 21.7. Schematic cross section


across fault zones. After Mason (1978)
Petrology of the Metamorphic Rocks.
George Allen & Unwin. London. In
Winter (2010)
Impact or Shock Metamorphism
Changes in rocks and minerals as a result of
hypervelocity impact of meteorite.

Bucher and Grapes (2011)


Prograde Metamorphism
• Prograde: increase in metamorphic grade with
time as a rock is subjected to gradually more
severe conditions
 Prograde metamorphism: changes in a rock
that accompany increasing metamorphic grade
• Retrograde: decreasing grade as rock cools and
recovers from a metamorphic or igneous event
 Retrograde metamorphism: any accompanying
changes
Barrovian metamorphism
Scottish Highland (After Barrow, 1912)

Chl  Bt  Grt  St  Ky  Sil

- Index minerals
- Metamorphic zone
- Metamorphic grade
Franciscan metamorphism
San Francisco metamorphic belt (www.tulane.edu)

n
ca
cis
n
Fra
a r rovian
B

- Index minerals
- Metamorphic zone
METAMORPHISM
Facies and Description
of Metamorphic Rocks
Classification of Metamorphic Rocks
• Metamorphic rocks are classified on the basis of
texture and composition (either mineralogical or
chemical)
• Unlike igneous rocks, which have been plagued by
a proliferation of local and specific names,
metamorphic rock names are surprisingly simple
and flexible
• May choose some prefix-type modifiers to attach
to names if care to stress some important or
unusual textural or mineralogical aspects
Metamorphic Structure
Struktur foliasi
Metamorphic Structure
• Slate: a strongly cleaved rock in a) Slate
which the cleavage planes are
pervasively developed throughout
the rock, due to orientation of
very fine phyllosilicate grains. The
individual aligned grains are too
small to be seen with the naked
eye and the rock has a dull b) Phyllite

appearance on fresh surfaces.


• Phyllite: similar to slate but
slightly coarser phyllosilicate
grains and give silky appearance
to cleaved surfaces.
Metamorphic Structure
• Schist: characterized by parallel a) Grt-Mica schist
alignment of moderately to
coarse grains usually clearly
visible with the naked eye. The
fabric is known as schistosity.
• Gneiss: gneisses are coarse,
with grain size of several b) Bt-Ms gneiss
millimeters and foliated. The
term of orthogneiss is used for
gneisses of igneous parentage,
paragneiss for
metasedimentary gneisses.
Metamorphic Structure
• Mylonite: term used for fine- a) Mylonite

grained rocks produced in


zones of intense ductile
deformation where pre-
b) Mylonite thin section
existing grains have been
deformed and recrystalized as
finer grains
Porphyroclast vs Porphyroblast
• Porphyroclasts: large grains
that remained large while their
surrounding matrix became
fine grained. Ex: Feldspar
augen in a recrystallized fine-
grained quartz + feldspar
matrix are common and
typical examples.
• Porphyroblasts: new-grown
metamorphic minerals that
grow over pre-existing
minerals.
Metamorphic Facies
Facies of metamorphic rocks
• Greenschist: a low-grade metamorphic rock that
a) Greenschist
typically contains chlorite, actinolite, epidote,
and albite. Such a rock is called greenschist if
foliated, and greenstone if not. The protolith is
either a mafic igneous rock or graywacke.
• Amphibolite: a metamorphic rock dominated by
hornblende + plagioclase. Amphibolites may be
foliated or non-foliated. The protolith is either a b) Amphibolite c) Granulite
mafic igneous rock or graywacke.
• Granulite: a high grade rock of pelitic, mafic, or
quartzo-feldspathic parentage that is
predominantly composed of OH-free minerals.
Muscovite is absent and plagioclase and
orthopyroxene are common.
• Blueschist: a blue amphibole-bearing
metamorphosed mafic igneous rock or mafic d) Blueschist e) Eclogite
graywacke. This term is so commonly applied to
such rocks that it is even applied to non-
schistose rocks.
• Eclogite: a green and red metamorphic rock that
contains clinopyroxene and garnet (omphacite +
pyrope). The protolith is typically basaltic.
Metamorphic Facies
vs Mineral
Assemblages
Table 25-1. Definitive Mineral Assemblages of Metamorphic Facies

Facies Definitive Mineral Assemblage in Mafic Rocks


Zeolite zeolites: especially laumontite, wairakite, analcime
Prehnite-Pumpellyite prehnite + pumpellyite (+ chlorite + albite)
Greenschist chlorite + albite + epidote (or zoisite) + quartz ± actinolite
Amphibolite hornblende + plagioclase (oligoclase-andesine) ± garnet
Granulite orthopyroxene (+ clinopyrixene + plagioclase ± garnet ±
hornblende)
Blueschist glaucophane + lawsonite or epidote (+albite ± chlorite)
Eclogite pyrope garnet + omphacitic pyroxene (± kyanite)
Mineral assemblages in mafic rocks of the facies of contact meta-
Contact Facies
morphism do not differ substantially from that of the corresponding
regional facies at higher pressure.
After Spear (1993)
Barrovian metamorphism
Scottish Highland (After Barrow, 1912)

Chl  Bt  Grt  St  Ky  Sil

- Index minerals
- Metamorphic zone
- Metamorphic grade
Franciscan metamorphism
San Francisco metamorphic belt (www.tulane.edu)

n
ca
cis
n
Fra
a r rovian
B

- Index minerals
- Metamorphic zone
Tatanama dan Klasifikasi Batuan
Metamorf
• Batuan metamorf diklasifikasikan berdasarkan
tekstur dan komposisi (baik itu mineralogi maupun
kimiawi).
• Tidak seperti batuan beku, yang mempunyai
tatanama pasti dan spesifik, penamaan batuan
metamorf cenderung simpel dan fleksibel.
• Tatanama batuan metamorf dapat dimodifikasi
atau dikombinasikan berdasarkan tekstur khas dan
aspek mineralogi.
Tatanama batuan metamorf
1. Berdasarkan protolit:
a. Menjelaskan asal mula batuan sebelum termetamorfosa. Contoh:
metasedimen
b. Proses metamorfosa yang terjadi tidak dominan. Contoh:
metatonalite
2. Berdasarkan struktur dan tekstur. Contoh: sekis, gneiss, filit,
slate, milonit, dll.
3. Berdasarkan nama spesifik. Nama spesifik dapat pula
berasosiasi dengan fasies. Contoh: kuarsit, marmer, amfibolit,
eklogit, serpentinit, dll.
4. Kombinasi mineralogi. Tatanama ini paling umum digunakan
ahli batuan metamorf. Contoh: Sekis garnet-mika, amfibolit
garnet-biotit, granulit garnet-silimanit, dll.
Special names for metamorphic rocks
• Migmatite: a composite silicate rock that is a) Migmatite
heterogeneous on the 1-10 cm scale, commonly
having a dark gneissic matrix (melanosome) and
lighter felsic portions (leucosome). Migmatites may
appear layered, or the leucosomes may occur as
pods or form a network of cross-cutting veins.
• Serpentinite: an ultramafic rock metamorphosed at
b) Serpentinite
low grade, so that it contains mostly serpentine.
• Hornfels: is a type of granofels that is typically very
fine-grained and compact, and occurs in contact
aureoles. Hornfelses are tough, and tend to
splinter when broken. Skarn: a contact c) Grt-Wo skarn
metamorphosed and silica metasomatized
carbonate rock containing calc-silicate minerals,
such as grossular, epidote, tremolite, vesuvianite,
etc. Tactite is a synonym.
Special Terms for metamorphic names
Spotted phyllite
• Spot: porphyroblast minerals; if
such spots occur in a hornfels or
a phyllite (typically as a contact
metamorphic overprint over a
regionally developed phyllite),
the terms spotted hornfels, or
spotted phyllite would be
appropriate. Augen gneiss
• Augen: Some gneisses have large
eye-shaped grains (commonly
feldspar) that are derived from
pre-existing large crystals by
shear. Individual grains of this
sort are called auge (German for
eye), and the (German) plural is
augen. An augen gneiss is a
gneiss with augen structure.
IUGS Classification
GL 1. If the rock features are dominated by those of the protolith or
the protolith may be determined by the context of the rock then a
protolith name may be applied. Protolith-based names are
particularly recommended for weakly metamorphosed rocks,
especially where the use of a structural root name would be
considered contrary to established practice For example, with a
metamorphosed sandstone the name 'biotite-quartz-feldspar
metasandstone' should take precedence over 'biotite-quartz-
feldspar gneiss (or granofels)'.
GL 2. If the rock contains =75% modally of one mineral then it may
be named by adding the suffix 'ite' to the dominant mineral (for
example, biotitite, epidotite, glaucophanite).
GL 3a. If the rock fits the definition of one of the well-known and
commonly used specific names then it is generally appropriate to
use that specific term There is no absolute rule on when to use or
not to use a specific name. However a specific name will generally
take preference over the equivalent systematic/structural root
name if the specific name is well established or understood or if it is
more concise or gives greater detail than the systematic alternative
(for example marble rather than calcite granofels, amphibolite
rather than hornblende-plagioclase granofels, slate and phyllite as
types of schist). Conversely, a systematic name is more appropriate
where there is no specific name or a possible specific name is little
used, ambiguous or poorly defined.
GL 3b. If the context or genesis (that is, the metamorphic processes
forming the rock) of the rock is known and particularly if it is
desirable to emphasise this or give additional or detailed
information about the context or genesis of the rock then the
appropriate specific name should be used (for example, nebulite,
blastomylonite, tektite, hornfels). In this case the names should
conform to those in the relevant SCMR paper
Foliated textures: slaty cleavage
 Slaty cleavage is used to describe rocks that split into thin, planar slabs
when hit with a hammer.
 Rocks with slaty cleavage often contain alternating bands of different
minerals where one type of mineral (usually mica formed from
recrystallized clay) forms highly aligned platy grains of foliated minerals.
The rock will split into thin sections along these bands.
 Slaty cleavage commonly occurs under low-grade metamorphic
conditions.

The weathered exterior of this rock and


broken fragments show an example of slaty
cleavage from the Carolina Slate belt in South
Carolina’s Piedmont.
Photo: SCGS
Foliated textures: schistosity
 Schistosity describes rocks with foliated mineral grains that are large
enough to see without magnification.
 Schistocity occurs under medium-grade metamorphic conditions, and the
crystals have a greater opportunity to grow during recrystallization.
 Unlike slaty cleavage, which tends to preferentially affect some minerals
more than others, schistosity tends to affect all the different mineral
components.
 Rocks with schistosity are generally referred to as schist.

The foliated mineral grains of this schist


provide a good example of schistosity. Notice
how the rock weathers in flaky sections.
Rocks with schistosity can easily crumble or
broken into smaller pieces with bare hands.
Photo: SCGS
Foliated textures: gneissic
 Gneissic textures occur when the silicate minerals in the rock separate and
recrystallize into alternating bands of light (quartz and feldspar) and dark
(biotite, amphibole, or hornblende) grains of silicate minerals.
 The mineral alignment in gneissic rocks is less platy and more granular or
elongated than slaty cleavage or schistosity.

The alternating quartz and biotite


bands in this rock characterize gneissic
texture. This photo also illustrates an
example of folding that results from
the intense heat and pressure of
metamorphic conditions.
Photo: SCGS
Foliated metamorphic rocks
 Slate
 Phyllite
 Schist
 Gneiss

Photo: SCGS

South Carolina’s Piedmont is composed


primarily of foliated metamorphic rocks.
In many locations different metamorphic
rock types occur in close proximity. Many
of the metamorphic rocks in this region
are folded and faulted, making for very
exciting geology.
Photo: SCGS
Foliated rocks: slate
 Slate is a fine-grained rock composed of mica flakes and quartz
grains that enable the rock to break into thin slabs of rock, along
planes of slaty cleavage.
 Slate forms in low-grade metamorphic environments from a parent
rock of either shale, mudstone, or siltstone.
 Slate is commonly thought of as black, but it can also be red when
it contains iron oxide minerals, or green when it contains chlorite.
Weathered slate may even appear light brown in the example
below.

This example of slate is part of the


Carolina Slate belt which traverses through
the Piedmont of South Carolina. This
image also provides a good example of
the slaty cleavage that has also been
folded.
Photo: SCGS
Foliated rocks: schist
 Schist exhibits schistosity, which is formed by the alignment of
platy medium- to coarse-grained minerals formed under moderate-
to high-grade metamorphic conditions.
 Schists are primarily composed of silicate minerals such as mica
(muscovite and biotite), quartz, and feldspar .
 Shale, siltstone, and some sandstones can provide the parent rock
for schist.
 Schist may contain accessory minerals such as garnet, tourmaline,
and pyrite.

This schist is from the Piedmont region in


South Carolina. Notice how the different
layers are weathering at slightly different
rates, the layers of darker, mica rich schist
are weathering more quickly than the tan,
feldspar and quartz-rich layers.
Photo: SCGS
Foliated rocks: phyllite
 Phyllite is a low- to moderate-grade metamorphic rock that
contains aligned platy mica minerals and has slaty cleavage.
 The individual crystals are fine grained and generally consist of
muscovite, white mica, and chlorite (green rocks).
 Phyllite has a satiny appearance and waxy texture.
 Phyllite is a metamorphic form of shale, mudstone, and siltstone.

These samples of phyllite all came


from the same quarry in South
Carolina. The slaty cleavage of the
phyllite is what makes it a foliated
rock. As phyllite weathers it parts
along the cleavage planes.
Foliated rocks: gneiss
 Gneiss is a medium- to coarse-grained rock formed under high
grade-metamorphic conditions.
 Gneiss is primarily composed of quartz, potassium feldspar, and
plagioclase feldspar with lesser amounts of biotite, muscovite, and
amphibole.
 Granites and sometimes rhyolite provide the parent rock for gneiss.

Gneisses are generally light colored because


they contain a large amount of quartz and
feldspar. The alternating light and dark
bands in this gneiss illustrate the segregation
of different minerals during crystallization.
This example also shows folds in the rock.
This gneiss most likely formed from a
metamorphosed igneous intrusion. South
Carolina’s Piedmont and Blue Ridge contain
gneissic bedrock.
Photo: SCGS
Nonfoliated rocks: marble
 Marble is a nonfoliated, coarse-grained metamorphic rock formed from the
parent rock limestone or dolostone.
 Because it is formed from limestone or dolostone it is predominantly
composed of the mineral calcite, which metamorphoses into various
carbonate and other minerals. As calcite recrystallizes, all the grains are
active at the same time and they grow to the same size and shape, which
leads to its nonfoliated texture.
 Different color schemes in marble are the result of impurities or the presence
of weathered materials deposited in or near the limestone.

Marble is used as a building material and is


popular for sculpture. The word ‘marble’ derives
from a Greek word that translates as “shining
stone” because it can be polished. Limestone that
metamorphoses into marble may contain a lot of
fossils; however, the heat and pressure of
metamorphism destroys preexisting features
primarily through recrystallization.
Copyright © Dr. Richard Busch
Nonfoliated rocks: quartzite
 Quartzite is a metamorphic rock formed under moderate to high-
grade metamorphism that exhibits both foliated and nonfoliated
structure.
 The parent rock to quartzite is sandstone.
 Quartzite forms from the recrystallization of quartz grains in the
sandstone and often the resulting metamorphic rock will preserve
vestiges of the original bedding patterns .
 Quartz is predominantly white in color, but can also contain
pinkish or grayish shades depending on the presence of iron
oxides.
This example of quartzite show a couple of
interesting features. First, notice how the
different bedding planes have been preserved
during the metamorphism. Secondly, there is
a fault running though the quartzite that
occurred after the formation of the rock. This
particular example is of a foliated quartzite
(due primarily to the preservation of the
bedding planes) however some quartzite
rocks are classified as nonfoliated.
Further Readings
 Birkeland, 2016. Elemental Geosystems. 8th Rev.Ed., Pearson
 Haldar, S.K., 2020. Introduction to Mineralogy and Petrology. 2nd
Ed. Elsevier.
 Klein, C., Philpotts, A., 2017. Earth Materils: Introduction to
Mineralogy and Petrology. 2nd Ed., Cambridge University Press.
 Lutgens, F.K., Tarbuck, E.J., Tasa, D., 2018. Essentials of
Geology. 13th Ed. Pearson.
METAMORPHISM
Sekian dan Terima Kasih
GEOLOGY
SESSION
By Mentari Khoerunnisa Azzahra

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Geologi
struktur
esome words ## Awesome words ## Awesome words ## Awesome word
# struktur dalam bumi #
Sifat Kimia
1. Crust (Kerak) : Silika Asam/Felsik & Al (Kerak Benua → di atas mantel asam) atau Silika Basa/Mafik &
Mg (Kerak Samudera → Di atas mantel basa)
2. Mantel : Silika Ultrabasa
3. Inti : Ferrum (Fe) dan Nikel (Ni)

Catatan tambahan :

❑ Astenosfer : merupakan mantel yang lunak (plastis) → sehingga litosfer dapat bergerak di atasnya
❑ Mesosfer : merupakan mantel yang padat (solid)
❑ Litosfer : merupakan mantel yang kaku (rigid) → sehingga mengapung di atas astenosfer

Mengapa inti luar cair sedangkan inti dalam padat?


❑ Inti Luar → cair
❑ Inti Dalam → padat

Karena semakin besar tekanan maka antar partikel menjadi semakin dekat (padat). Selain itu, inti luar
memiliki titik leleh yang lebih rendah karena terdapat di bawah mantel yang menyuplai unsur Sulfur
(s) dan Oksigen (𝑶𝟐 )
❑ Di fasa padat gelombang akan menjalar
seismik lebih cepat dibandingkan
dengan fasa cair.
❑ Kecepatan gelombang primer >
Kecepatan gelombang sekunder
❑ Gelombang primer : bisa menjalar di
semua media
❑ Gelombang sekunder : tidak bisa
menjalar di media cair
❑ Kecepatan gelombang di Transition
Zone tidak stabil karena komposisi
mineral berubah-ubah
Mountain
range

pegunungan
himalaya
Volcanic
arc

Cascade
volcanic
arc
Island
arc

Northern
mariana
island
# konsep #
❑ Gesekan antara inti luar dan mantel menyebabkan terjadinya pergerakan mantel sehingga terjadi

tektonik lempeng

❑ Pola gunung api dan gempa bumi terjadi akibat tektonik lempeng (interaksi antar litosfer). Misalnya,

terjadi tektonik lempeng yang menyebabkan penambahan air kedalam magma (Konvergensi kerak

samudera-kerak benua) maka akan mengakibatkan terjadinya volkanisme (pola gunung api dan gempa

yang teratur)
Hukum dasar
stratigrafi

esome words ## Awesome words ## Awesome words ## Awesome word


Which is older, 1 or 6?
How do you know
The law of superposition
Dalam keadaan belum terdeformasi, lapisan yang tua berada
di bawah lapisan yang muda.
The law of original horizontaly

Posisi awal saat pengendapan itu horizontal

Jika lapisan horizontal maka menunjukkan daerah stabil


dan pasif (belum terkena deformasi)

Jika lapisan miring (sudah terangkat/terlipat) maka


menunjukkan daerah tektonik aktif
The law of original horizontaly
The law of lateral accretion
The law of uniformitarianism
Which is older, 3 or 1?
1
Which is older, 4 or b?
4
How do you know

Jika batuan terkena patahan,


ketidakselarasan, atau intrusi. Maka
lapisan batuan tersebut lebih tua.
Jadi, patahan/ketidakselarasan/intrusi
lebih muda.
The law of cross-cutting relationships

NEW EMAIL
Intrusi batuan/kristalisasi magma/patahan
yang memotong perlapisan batuan akan
lebih muda dari lapisan batuan tersebut
The law of cross-cutiing relationship
The law of cross-cutiing relationship
The law of inclusions

Inklusi granit menunjukkan granit


lebih tua dari batu pasir

Inklusi batu pasir menunjukkan


batu pasir lebih tua dari granit
Which is older, 2 or 6?
2
Do you know?
Unconformities
(ketidakselarasan)

esome words ## Awesome words ## Awesome words ## Awesome word


Pengertian
Ketidakselarasan adalah kontak/batas antar batuan yang
disebabkan akibat adanya jeda waktu yang cukup lama. Lalu,
erosi menghapus seluruh/sebagian jejak batuan sebelumnya dan
diiringi oleh pengendapan lapisan baru di atasnya
Jenis-jenis
disconformity
Ketidakselarasan antara batuan sedimen dan batuan
sedimen
nonconformity
Ketidakselarasan antara batuan sedimen dengan batuan
beku/batuan metamorf
paraconformity
Ketidakselarasan antara batuan sedimen dengan batuan
sedimen. Namun, bidang erosi tidak terlihat jelas sehingga
dapat dilihat perbedaannya dengan fossil yang berada di tiap
lapisan
Angular
unconformity
Terdapat perbedaan sudut
Angular
unconformity
cture ## Picture ## Picture ## Picture ## Picture ## Picture
cture ## Picture ## Picture ## Picture ## Picture ## Picture
deformasi

esome words ## Awesome words ## Awesome words ## Awesome word


Gaya
(stress and
strain)
Stress dan strain
Stress/Tegangan adalah sistem
gaya yang akan mengubah atau
meregangkan suatu benda

Strain/Regangan adalah sebuah


deformasi yang dihasilkan dari
suatu tegangan
Sifat material
Sifat material

● Elastis : Jika terkena stress maka akan NEW EMAIL


berubah dan jika stress dihilangkan akan
Kembali ke bentuk semula
● Plastis : Jika terkena stress maka akan
berubah namun jika stress dihilangkan tidak
akan kembali ke bentuk semula
● Rigid : Jika stress yang di berikan masih di
bawah wajar maka tidak akan terjadi
perubahan. Jika stress yang diberikan
melebihi batas maka akan rusak (patah)
Faktor jenis deformasi
Faktor tekanan ruang
Confining pressure adalah

Confining pressure yang


semakin besar akan semakin
menambah sifat ductile suatu
material
Faktor temperatur
Faktor waktu
# markers to identify deformation#

01 kontak
Batas antar batuan

02 Struktur primer
Struktur yang terbentuk saat pengendapan atau pendinginan batuan

03 Struktur sekunder
Struktur setelah terjadi lithifikasi atau setelah terbentuknya batuan
→ Fault (Patahan), Fold (Lipatan), Joint (Kekar)
Struktur
ERROR
primer

epth ## In depth ## In depth ## In depth ## In depth ## In de


Struktur primer

Pra deposisi Pasca deposisi Struktur erosi


Ripple mark, perlapisan, Load structure, flame Scour mark, tool mark,
laminasi, gradasi, imbrikasi, structure, mud crack, channel (m) and scour
cross startification mud diapir (dm)

nd Announcement ## Second Announcement ## Second Announce


Struktur primer

biogenik
Trace fossil (track,
trail, burrow, boring),
Bioturbasi

nd Announcement ## Second Announcement ## Second Announce


Struktur primer
normal
Graded bedding

Graded
bedding

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer

Cross
Flute casts
bedding

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer

Ripple
mark / current
ripple

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Current ripples
Struktur primer

Load cast
Terbentuk akibat tekanan pada sedimen
berupa lumpur yg masih basah dan belum
terkonsolidasi oleh sedimen berupa pasir
di atasnya.
Sejenis load structure, namun
bentuk intrusi lumpurnya lebih
Faktor yg mendukung terbentuknya struktur melengkung dan mirip nyala api
ini: terdapat perbedaan densitas antara (flame)
pasir dan lumpur

Flame
structure
gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter
Struktur primer

burrows boring
❑ Awetan berupa lubang sedimen ❑ Awetan berupa lubang sedimen
sewaktu sedimen masih lunak sewaktu sedimen sudah mengeras

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer

Scour /
Pillow lava
channel

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer
Struktur
Mud crack imbrikasi
❑ Terbentuk akibat kondisi basah dan ❑ Umumnya dimiliki oleh konglomerat.
kering yg datang secara ❑ Butir2 sedimen yg berukuran gravel
bergantian. berbentuk discoid (memipih) dan
❑ Umumnya membentuk retakan terimbrikasi (posisinya terorientasi
poligonal miring).
❑ Bisa terbentuk di: ❑ Dapat ditemukan pada endapan
- Cekungan gurun sedimen akibat banjir (sheetflood
- Danau yg dangkal deposit)
- Rawa

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer
Misalnya, lapisan dengan porositas tinggi dan banyak air ditimpa
Hummocky oleh lapisan dengan porositas yang lebih rendah. Sehingga
menyebabkan tekanan berlebih (akibat gravitasi). Fluida di dalam
cross-stratification batuan pun keluar dan membentuk struktur dewatering (jalur fluida)

❑ Terbentuk saat terjadinya badai di


laut dangkal dekat pantai Dewathering
❑ Terbentuk akibat kombinasi antara structure
aktivitas gelombang dan arus di
laut dangkal

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer

TRACK TRAIL
❑ Awetan berupa tapak ❑ Awetan berupa alur

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Struktur primer

RAIN DROP
Scour MARKs &
tool marks

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Fault and fold
https://youtu.be/z_ZRC-i1y8k

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


Patahan /
sesar
HANGING WALL VS FOOT WALL
The rocks above a fault are called the hanging wall. The rocks beneath a fault are called
the footwall.
Cara mudah:
Hanging Wall = lancip di bagian atas
Foot Wall = lancip di bagian bawah
Jenis-jenis
Hanging wall turun terhadap footwall

NORMAL FAULT

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


REVERSE FAULT
Hanging wall naik
terhadap footwall

Sudut > 45⁰

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


thrust FAULT
Hanging wall naik terhadap footwall

Sudut < 45⁰

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Horst adalah hasil dari patahan yang mengalami
pengangkatan.
Graben adalah hasil dari patahan yang
mengalami depresi.
Terjadi di antara 2 sesar normal (yang
diakibatkan gaya tensional)

HOrST AND GRABEN


A horst represents a block pushed upward
relative to the blocks on either side by the
faulting, and a graben is a block has been
lowered relative to the blocks on either side due
to the faulting.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


❑ Bergerak horizontal
❑ Bergerak ke kanan (dextral) atau ke kiri
(sinistral)

STRIKE SLIP

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Berpindah secara vertikal dan horizontal

OBLIQUE FAULT

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


listric FAULT
sesar normal melengkung dimana
permukaan sesar cekung ke atas.
Biasa terbentuk di zona ekstensi yang
dimana terdapat rekahan yang
mengikuti lintasan lengkung.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


lipatan
Berkembang akibat gaya kompresi pada tepi lempeng dari
kerak bumi, akan memendek dan menebal
BAGIAN-BAGIAN LIPATAN
BAGIAN-BAGIAN LIPATAN
AXIAL PLANE
anticline syncline
young

old
synformal antiformal
anticline syncline

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


synformal antiformal
anticline syncline anticline syncline

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


ANTIKLIN
Membentuk lengkungan ke atas
pada lapisan batuan dengan dua
sayap, dari lengkung maksimum ke
arah bawah.
( Hamilton, WK., hal180 )

rief %% In brief %% In brief %% In brief %% In brief


SIKLIN
Membentuk lengkungan ke bawah
pada lapisan batuan dengan dua
sayap, dari lengkung bawah ke
arah atas.
( Hamilton, WK., hal180 )

rief %% In brief %% In brief %% In brief %% In brief


ANTIKLIN VS SIKLIN

Syncline, Israel
HINGE POINT CREST POINT
Horizontal line
HINGE POINT

INFLECTION Horizontal line INFLECTION


POINT POINT

HINGE POINT
HINGE POINT= TROUGH POINT
TROUGH POINT
SYMMETRY ASYMMETRY

• Hinge point is a point of maximum curvature


• Inflection point is a point where the curve changes from
concave to convex
• Crest point is the highest point of the curvature
• Trough point is the lowest point of the curvature
C
H
C
C = Crest H
H = Hinge IH
I = Inflection I C
T = Trough C H
H
I
I
H

H
T
Symmetrical folds Asymmetrical folds

Overturned folds (Overfolds) Recumbent folds


SYMMETRICAL
FOLD
❑ Axial plane tegak (vertikal)
❑ Limb miring memiliki dip yang sama

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


ASYMMETRICAL
FOLD
❑ Axial plane miring
❑ Limb miring memiliki dip yang
berbeda

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


OVERTURNED
FOLD
❑ Limb miring ke arah yang sama
❑ Salah satu limbnya overturned
(terguling)

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


RECUMBENT
FOLD
❑ Axial plane horizontal

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


MONOCLINE
FOLD
Lipatan yang hanya mempunyai
satu sayap hampir datar
( Hamilton, WK., hal180 )

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


chevron
Terjadi karena perbedaan yang kontras
antara lapisan yang lemah (mudah terlipat)
dan lapisan yang kuat. Sehingga
menghasilkan limb yang lurus.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


isoclinal
Lipatan yang mempunyai bidang sumbu
yang sejajar satu dengan yang
lainnya. Lipatan ini disebabkan oleh adanya
dorongan yang terjadi secara berkelanjutan.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


DOME
Topografi dome : bagian yang naik dari
lapisan batuan, tererosi membentuk
pola melingkar atau elipsoid.

(Hamilton, WK., hal 183)

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Faktor yang mempengaruhi :
1. Sedimen garam terkubur ribuan meter di dalam
bumi (mendapat tekanan yang kuat)
2. Garam memiliki kemampuan untuk mengalir dan
berubah wujud saat berada dalam tekanan tinggi

SALT DOME
Kubah garam adalah intrusi garam terhadap
sedimen di atasnya

Sedimen di atas garam seringnya belum


terlitifikasi. Sehingga, harus terkubur sedalam
mungkin hingga terlitifikasi dan akhirnya
memberi tekanan yang tinggi. Maka, garam
akan mengintrusi

https://youtu.be/tD7QnGkogVQ

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


BASIN
Topografi basin : bagian yang turun dari
lapisan batuan, tererosi membentuk
pola melingkar atau elipsoid.

(Hamilton, WK., hal 183)

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Fold and fault

Fold-thrust complex developed in


Upper Jurassic limestones in the
Haut Giffre area of the Subalpine
thrust belt (Morcles nappe in
France)

gn a Newsletter ## Design a Newsletter ## Design a Newsletter


kekar
Shear joint /
kekar gerus
Terbentuk oleh gaya kompresi

cirinya: lurus, bidang rata,


berpasangan, rapat, memotong
fragmen & matriks

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Kekar tektonik
K. Tarik

tension joint
/ kekar tarik
Terbentuk oleh gaya tarik.

cirinya: tidak lurus (lengkung),


membuka, tidak berpasangan,
sering terisi.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Sheeting
joint
Struktur pada batuan beku yang
berlembar-lembar. Terjadi karena
penghilangan beban batuan di atasnya.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Columnar
joint
Saat pendinginan mendapatkan gaya
dari arah vertical dan horizontal sehingga
berbentuk polygonal. Biasanya pada
batuan beku.

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


mudcracks
Terbentuk akibat pengurangan
kadar air pada batuan sedimen
(dehidrasi)

lcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome ** Welcome


Latihan
soal
SOAL 1
A.

B.

C.

D.
jawaban 1
Jawaban : A
soal 2
Di samping ini merupakan geologic cross section
dari puncak suatu bukit. Terdapat beberapa
lapisan batuan yang berbeda-beda dari A sampai E
dan di beri label umur dalam million years old
(myo)/juta tahun lalu.

1. Manakah umur yang mungkin untuk batuan


beku?
A. 1,5 myo
B. 12 myo
C. 28 myo
D. 40 myo
jawaban 2
Jawaban : B (12 myo)
soal 3

A. Contact Metamorphic Rock


B. An Unconformity
C. A glacial moraine
D. Index Fossil Jawaban = A
soal 4
Manakah lapisan pada bagian barat kolom
geologi yang sama dengan lapisan X pada
bagian kolom geologi sebelah timur?

A. A
B. B
C. C
D. D

Jawaban = B
soal 5
1. Which rock would most likely be
produced by the metamorphism of the
grey limestone?
A. Quartzite
B. Slate
C. Marble
D. Gneiss

2. What is the oldest layer shown?


A. Glacial soil
B. Tan Limestone
C. Brown Sandstone
D. Grey Limestone
jawaban 5
Jawaban :

1. C. Marble
2. D. Grey
Limestone

Quartzite << quartz


sandstone
Slate << shale atau
mudstone
Gneiss << schist
(sekis)
Soal 6

A = Normal Fault
B = Reverse Fault
Soal 7

A = Sinistral Fault
B = Dextral Fault
Soal 8

A = Oblique Normal
B =Oblique Reverse
Soal 9

A = Oblique left-lateral
B = Oblique right-lateral
Soal 9
A = footwall
B = hanging wall
Soal 10

Jawaban = D
Soal 10

A. Pluton
B. Sill
C. Dike

D. Laccolith
jawaban 10
A. Pluton : tubuh batuan beku instrusif (batolith, stock, dike, sill, laccolith, pakolit, lopolith)
B. Sill
C. Dike (JAWABAN)

D. Laccolith
Soal 11

Jawaban = D
Soal dan jawaban 12

A = antiklin
B = siklin
C = strike dan dip, dip = 25 derajat (perlapisan miring 25
derajat)
Soal 13

Jawaban = C
Simbol sesar
Sesar Turun

Sesar Naik
Soal 14
Jawaban 14

❑ Lihat ke bagian yang turun


❑ Ketika bagian tengah (pada gambar = batu pasir) lebih
Bagian yang turun
kecil maka Antiklin
❑ Ketika bagian yang tengah (pada gambar = batu pasir)
lebih besar maka Siklin

❑ Untuk menentukan dip lihat besar dua sisi yang


sejenis
❑ Pada gambar terlihat, bahwa batu lempung dan batu
lanau memiliki besar yang berbeda pada masing-
masing sisi, sehingga Asimetris
Soal 14

❑ Karena merupakan antiklin, maka bagian tertua


berada di bagian tengah/dalam (batu pasir)
❑ Untuk lapisan berikutnya berurutan dari dalam ke luar
(tua ke muda)
❑ Lipatan terjadi sebelum sesar
Soal 14

❑ Sesar turun di akibatkan oleh gaya tension yang


arahnya searah sesar turun (pada gambar berarti,
barat-timur)
❑ Gaya kompresi (compression) arahnya tegak lurus
gaya tension, maka pada gambar berarah utara-
selatan
Quiz Oseanografi

1. Berikut pernyataan yang benar mengenai sifat air laut adalah:


a. Peningkatan salinitas akan menyebabkan titik beku menurun
b. Air yang memiliki salinitas terendah adalah air dengan temperatur tinggi dan salinitas
rendah
c. Air tawar memiliki tekanan uap yang lebih tinggi dibandingkan dengan air laut
d. Tekanan osmosis air akan naik dengan penurunan salinitas
e. Viskositas air laut lebih rendah dibandingkan dengan air tawar

2. Yang dimaksud dengan zona piknoklin adalah :


a. Zona dimana densitas berkurang dengan cepat seiring dengan bertambahnya kedalaman.
b. Zona dimana densitas meningkat sangat pelan dengan bertambahnya kedalaman
c. Zona dimana salinitas mengalami perubahan besar
d. Zona dimana temperatur air laut dengan cepat turun seiring dengan bertambahnya
kedalaman
e. Semua jawaban salah.

3. Pernyataan berikut yang benar mengenai kecepatan rambat suara di laut adalah...
a. Keceapatan suara akan berkurang seiring dengan kedalaman karena pengaruh tekanan
b. Kecepatan suara akan meningkat pada zona termoklin karena pengaruh temperatur
c. Kecepatan suara akan lebih cepat pada pada daerah tropis dibandingkan dengan lintang
tinggi
d. Pada daerah air dalam, kecepatan suara akan lebih besar dibandingkan dengan permukaan
akibat adanya penurunan temperatur
e. Kecepatan suara paling rendah berada pada batas antara mixed layer dan daerah termoklin

4. Unsur-unsur anorganik terlarut minor dalam air laut adalah.....


a. Brom, Karbon, Stronsium, Boron, dan Fosfor
b. Brom, Klor, Natrium, Potassium, dan Fluor
c. Brom, Karbon, Stronsium, Silikon, dan Fluor
d. Brom, Nitrogen, Fosfor, Boron, dan Fosfor
e. Boron, Karbon, Natrium, Boron, dan Silikon

5. Pernyataan yang benar menganai kelarutan gas pada lautan adalah....


a. Pada zona termoklin kelarutan gas akan meningkat karena pengaruh temperatur
b. Kelarutan gas akan lebih besar pada air tawar dibandingkan dengan air laut
c. Kelarutan gas meningkat seiring dengan berkurangnya tekanan
d. Kelarutan akan meningkat seiring bertambahnya lintang
e. Semua jawaban salah

6. Yang tidak termasuk sedimen laut berdasarkan asal-usulnya adalah


a. Sedimen Litogenik
b. Sedimen volkanogenik
c. Sedimen Limnogenik
d. Sedimen Hidrogenik
e. Sedimen Kosmogenik

7. Sumber panas pada permukaan samudera berasal dari


a. Radiasi sinar matahari
b. Konduksi panas dari atmosfer
c. Kondensasi uap air
d. Jawaban a dan b benar
e. Jawaban a, b, dan c benar

8. Yang tidak termasuk faktor yang mempengaruhi warna laut adalah :


a. Hamburan sinar oleh partikel tersuspensi
b. Refleksi warna langit
c. Sifat material yang tersuspensi dan terlarut
d. Kandungan elemen jejak (trace element) terlarut
e. kedalaman perairan

9. Yang termasuk dalam unsur mayor pada airlaut adalah


a. C
b. K
c. Fe
d. F
e. Br

10. Samudera yang paling luas adalah


a. Pasifik
b. Atlantik
c. Artik
d. Hindia
e. Selatan

11. Gas terlarut yang umum terdapat dalam air laut adalah sebagai berikut kecuali
a. N
b. O
c. H2S
d. H
e. CO2

12. Suhu air laut air bervariasi sesuai dengan kedalaman lautnya. Pernyataan yang benar adalah...
a. Di permukaan air laut suhu air laut pada dasarnya tidak terlalu panas, akan tetapi semakin
dalam suhunya semakin panas
b. Di permukaan air laut suhu air laut dingin tetapi semkin ke arah dalam semakin dingin
c. Di permukaan air laut suhu air laut panasnya sedang, sedangkan semakin ke arah dalam
semakin panas
d. Di permukaan air laut suhu air laut lebih panas, sebaliknya semakin ke arah dalam suhu air
laut semakin dingin
e. Di permukaan air laut suhu air laut lebih dingin, sebaliknya semakin ke arah dalam suhu air
laur semakin panas.

13. Zona kedalaman dimana dengan adanya cahaya yang masuk ke laut masih memungkinkan bagi
organisme untuk melihat akan tetapi terlalu lemah untuk fotosintesis disebut zona…
a. eufotik
b. disfotik
c. afotik
d. refotik
e. sinfotik

14. Nekton adalah organisme di laut yang….


a. bergerak bebas (nekton)
b. bergerak mengikuti arus (plankton)
c. bergerak merayap di dasar laut (bentos vagil)
d. menambatkan diri di dasar laut (bentos sesil)
e. menggali sedimen di dasar laut

15. Zona dimana densitas air laut bertambah dengan cepat seiring dengan bertambahnya kedalaman
air laut disebut sebagai....
a. piknoklin
b. epilimnion
c. termoklin
d. haloklin
e. hypolimnion

16. Menurut beratnya, air laut terdiri dari sekiar 96,5% air murni dan sekitar 3,5% (atau 35‰) unsur
inorganik terlarut. Unsur-unsur inorganik tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok
yaitu unsur mayor, unsur minor, dan unsur jejak. Yang termasuk unsur mayor antara lain....
a. N, Li, Rb
b. Br, C, Sr
c. Zn, Mo, F
d. K, Na, Ca
e. Cl, Mg, Fe

17. Warna air laut dipengaruhi oleh hasil refleksi cahaya yang diterima. Banyak sedikitnya
fitoplankton di dalam air laut dapat berpengaruh terhadap kenampakan warna air laut karena….
a. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya hijau dan biru dan merefleksikan cahaya merah
b. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya merah dan hijau dan merefleksikan cahaya biru
c. klorofil pada fitoplankton menyerap cahaya merah dan biru dan merefleksikan cahaya hijau
d. klorofil pada fitoplankton menyerap semua cahaya
e. klorofil pada fitoplankton merefleksikan semua cahaya

18. Zona kedalaman dimana dengan adanya cahaya yang masuk ke laut masih memungkinkan bagi
organisme untuk melihat akan tetapi terlalu lemah untuk fotosintesis disebut zona…
a. eufotik
b. disfotik
c. afotik
d. refotik
e. sinfotik

19. Komposisi ion-ion utama dalam air laut secara umum selalu konstan yaitu….
a. 55% Na+, 31% Cl-, 8% K+, 4% Mg2+, 1% Ca2+, and 1% SO42-
b. 55% Na+, 31% Cl-, 8% Mg2+, 4% SO42-, 1% K+, and 1% Ca2+
c. 55% Na+, 31% Cl-, 8% Ca2+, 4% Mg2+, 1% SO42-, and 1% K+
d. 55% Na+, 31% Cl-, 8% SO42-, 4% Mg2+, 1% Ca2+, and 1% K+
e. 55% Na+, 31% Cl-, 8% SO42-, 4% K+, 1% Mg2+, and 1% Ca2+

20. Pada fenomena termoklin maka lapisan bagian atasnya merupakan lapisan ...
a. termoklin
b. dalam
c. permukaan
d. campuran
e. homogen
PENGANTAR
ILMU dan TEKNOLOGI KEBUMIAN

(Introduction to Earth Sciences


and Technology)

KU1284
⚫ Apa itu Bumi?

⚫ Apa itu ILMU KEBUMIAN?

⚫ Apa itu TEKNOLOGI KEBUMIAN?


The Blue Planet
Komponen Bumi

Cryosphere Dicuplik dr Tomczak, 2002


Posisi Bumi dan Bulan pada orbit revolusi
mengelilingi Matahari
Orbit Bumi
⚫ Elip dengan eksentrisitas 0,017
⚫ Kecepatan sudut rotasi bumi  = 2 rad/hari = 7,29 x
10-5 rad . s-1

Orbit bumi a, b : sumbu panjang dan pendek elips


Silabus

Ilmu kebumian dan teknologi adalah


kuliah yang menjelaskan tentang sistem
Bumi, yaitu hubungan dinamis antara
atmosfer (iklim, udara), hidrosfer (laut,
air), litosfer (kulit Bumi) dan barisfer
(interior Bumi); serta bagaimana peran
dan pengaruhnya terhadap kehidupan di
atas Bumi, khususnya manusia.
Silabus

Kuliah ini membahas mulai dari lahir dan


perkembangan ilmu kebumian, terbentuknya
dan evolusi Bumi, materi penyusun Bumi
(padat, gas, cair) dan proses-prosesnya
(termasuk yang menimbulkan bencana), dan
keunikan kebumian Indonesia, termasuk
kekayaan sumber daya Buminya.

Diperkenalkan pula cara eksplorasi dalam


bidang kebumian termasuk cara-cara
pengukuran dan pemantauan dinamika
kebumian.
Tujuan Instruksional Umum/
Goals

Mahasiswa mendapatkan gambaran


umum tentang bumi secara keseluruhan,
dan memahami Bumi sebagai sumber
daya kehidupan yang dapat dimanfaatkan
melalui teknologi eksplorasi dan
bagaimana dampaknya jika dieksploitasi.
Luaran (Outcomes)

Mahasiswa mengerti bagaimana sifat dan


dinamika Bumi, sehingga sedikitnya mampu
menganalisis persoalan yang berkaitan dengan
kebumian, terutama ketika dilakukan eksplotasi
terhadap sumber daya kebumian, serta
nantinya mampu melakukan pendekatan untuk
memecahkan permasalahannya dengan
mengikuti kaidah-kaidah yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
Penilaian

➢ UTS 40%
➢ UAS 40%
➢ Lainnya (kuis, kehadiran, dsb) 20%
Aturan kuliah PITB

1. Kehadiran 80%
2. Keterlambatan 15 menit
3. HP dimatikan/mode hening
4. Berpakaian sopan (diantaranya tidak
menggunakan sandal)
5. Buku catatan kuliah PITB dapat diperoleh
di FITB seharga Rp. 75.000,- (incl. CD
materi kuliah).
Pustaka
1. Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian,
B. Brahmantyo, D.K. Mihardja, B. Santoso, dan B.
Tjasjono; FITB, 2009 (in press)

2. Earth Science , 11/E, Tarbuck, E.J., Lutgens, F.K. dan Tasa,


D., Prentice Hall. 2006.

3. The Blue Planet: An Introduction to Earth System Science,


2nd Ed., Brian J. Skinner, Steven C. Porter, & Daniel B.
Botkin, John Wiley & Sons, 1999.

4. Geodesy the Concept, Petr Vanicek and E.J. Krakiwsky,


North Holland Publishing, Amsterdam 1986.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
Mg Tujuan Instruksional Pustaka yang
Topik Sub Topik
# Khusus (TIK) Relevan
1 Pendahuluan - Tujuan kuliah, Ruang - Mahasiswa Pustaka 1 bab 1
lingkup, Sistem mengetahui tujuan, (BB, BT, DKM,
evaluasi, literatur ruang lingkup kuliah, BS)
- Lahirnya Ilmu sistem evaluasi dan
Kebumian dan literatur yang
pengembangannya di digunakan; dan
ITB mengenal lahirnya
Ilmu Kebumian
Bumi dan alam Pembentukan alam Mahasiswa memahami Pustaka 1 bab
2 semesta semesta. Teori terjadinya posisi bumi di alam 21, 22 (GL +
bumi. Bumi sebagai semesta dan bagaimana GD)
bagian dari tata surya. kejadiannya.
3 Evolusi bumi Skala Waktu Geologis. Mahasiswa memahami Pustaka 1 bab
Evolusi kehidupan bahwa bumi selalu 11, 12 (GL)
berubah dan berevolusi
dari waktu ke waktu.
4 Interior bumi Karakteristik interior bumi Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab 7
dan materinya gambaran tentang sifat (GL)
berdasarkan sifat-sifat bumi, terutama interior
fisis (seismik, thermal dan dan bawah permukaan
komposisi mineralnya, bumi dari aspek fisik
dll).
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
5 Proses-proses Bumi sebagai benda Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab 4,
geologis padat. Dinamika gambaran fisik interior 5, 8 (GL)
astenosfer-litosfer. Proses bumi, dan bagaimana
tektonik / endogen – proses-proses yang
eksogen, dan produknya. terjadi di astenosfer-
litosfer.
6 Karakteristik fisik Struktur vertikal laut. Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab
laut. Interaksi laut-atmosfer. gambaran tentang laut, 13, 14 (OS)
Karakteristik fisik laut. sifat dan behaviornya.
7 Atmosfer Bumi Pembagian atmosfer. Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab
Struktur dan sifat fisis gambaran tentang 16, 17, 18 (ME)
atmosfer serta atmosfer, interaksinya
pengaruhnya terhadap dengan bagian bumi lain
kehidupan serta mengetahui sumber
dayanya.
8 Konsep Penentuan posisi, model Mahasiswa mendapatkan Pustaka 3 (GD)
pemantauan bumi (fisik, matematik), gambaran umum tentang
dinamika bumi dan pemantauan bentuk dan ukuran fisik
dinamika bumi bumi serta konsep
pemantauan
terhadapnya.
9 UTS
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
10 Sumber daya Potensi sumber daya Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab 2,
mineral, migas, dan mineral (logam, non- gambaran umum tentang 3(GL)
energi logam, industri, bahan potensi sumber daya
bagunan), migas, energi mineral, migas, energi dan
dan energi alternatif. energi alternatif, serta
eksplorasinya.
11 Sumber daya Potensi sumber daya Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 Bab 15
kelautan kelautan (hayati – gambaran umum tentang Pustaka 2 (OS)
nirhayati) dan potensi sumber daya
eksplorasinya. kelautan dan eksplorasinya.
12 Sumber daya Potensi sumber daya Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab 19,
atmosfer dan atmosfer, variabilitas iklim gambaran umum mengenai 20 (ME)
perubahan iklim dan perubahan iklim global proses-proses terkait
dengan variabilitas iklim,
perubahan iklim global dan
sumber daya yang dapat
dieksplorasi;
13 Sumber daya air Potensi sumber daya air Mahasiswa mendapatkan Pustaka 1 bab 5
permukaan dan air tanah gambaran umum tentang (BB, DKM, EDJ,
beserta eksplorasinya. potensi sumber daya air TWH)
dan eksplorasinya.
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

14 Bahaya kebumian Potensi ancaman dan Mahasiswa mengenal Pustaka 1 bab 7,


(Geohazard) dan kerawanan bencana jenis-jenis ancaman 9, 15, 19 (RK,
mitigasinya kebumian (gempa, bencana alam, AS, NSN, WK)
tsunami, gunung api, karakteristiknya dan
longsor, banjir dan mitigasinya
kekeringan, gelombang
laut, badai/puting
beliung)
15 Teknologi Terestrial (darat dan Mahasiswa mendapatkan Pustaka 3 (GD)
pengamatan / laut), fotogrametri, gambaran umum tentang
pengukuran dan penginderaan jauh, teknologi pengambilan,
pemetaan Sistem Informasi pengolahan dan
Geografik (SIG) dan penyajian data serta
pemanfaatan teknologi informasi spasial yang
spasial untuk manajemen berkaitan dengan
bencana pemantauan dinamika
bumi dan manajemen
bencana.
16 UAS
Struktur Ilmu – ilmu Kebumian dan Kelautan

Dicuplik dr Tomczak, 2002


Latar Belakang:
POTENSI SUMBER DAYA BUMI INDONESIA ?
INDONESIA BERADA
DI PERSIMPANGAN:

1.Dua Benua (Australia


dan Asia)
2.Dua Samudra (Pasifik
dan Hindia)
3.Tiga Lempeng
Tektonik (Pasifik,
Eurasia, Indo-Australia)
4.Dua Sistem Cuaca
(Asia Daratan dan
Australia – Pasifik)

EarthSci
Pertemuan 3 lempeng tektonik
Gunung Api di Indonesia

Current volcanic
activity largely
subduction-
related

EarthSci
POTENSI DEPOSIT MINERAL DI INDONESIA

Manado

Gorontalo

Makassar
Jakarta
Indonesia …..kaya
Sumberdaya Bumi
tetapi
Juga Banyak Potensi
Bencana !!!

Berikut ini gambaran potensi bencana


alam kebumian di Indonesia
Potensi bencana :
• Gempa bumi
• Tsunami
• Banjir
• Kekeringan
• Tanah longsor
• Amblesan tanah
• Gelombang Badai
Meteorologi
Meteorologi

⚫ Ilmu yang lebih luas dari Meteorologi


>>>>Sains Atmosfer.

⚫ Sains Atmosfer mencakup kajian dari


atmosfer bawah sampai puncak atmosfer.

⚫ Meteorologi lebih mengkaji atmosfer bawah


(troposfer) dimana fenomena cuaca terjadi.

⚫ Meteorologi: pure meteorology, applied


meteorology, dan engineering meteorology.
Meteorologi
Divisi Meteorologi :

a. Teoritis; Meteorologi fisis, Meteorologi dinamis,


Meteorologi Statistik.

b. Aplikasi; Meteorologi sinoptik, aeronautik,


maritim, pertanian, kedokteran, bangunan,
hidrometeorologi, dan Meteorologi enjiniring.

c. Skala; Meteorologi makro, meso dan mikro.


Meteorologi meso sering tidak disebut dan
tidak didiskusikan, karena batasnya kabur
dengan skala makro atau mikro.
Atmosfer Penopang Kehidupan Bumi

⚫ Bumi satu-satunya planet yang ada kehidupan.

⚫ Atmosfer sebagai pelindung dari radiasi matahari yang kuat


dan dari meteor yang jatuh.

⚫ Atmosfer sebagai sumber daya alam vital, tanpa atmosfer


manusia, hewan, tanaman akan mati.

⚫ Tanpa atmosfer, bumi tercabik-cabik oleh batu angkasa yang


jatuh ke bumi
Perang Meteorologi

⚫ Memanfaatkan Teknologi Modifikasi Cuaca.

⚫ Perang Vietnam oleh tentara Amerika Serikat (AS).

⚫ Awan di bom yang berisi serbuk perak jodida yang


bertindak sebagai inti es.

⚫ Terjadi petir, merusak gelombang radar tentara


Vietnam.

⚫ Perang meteorologi sangat berbahaya dan sangat


mengerikan.

⚫ Perang meteorologi sekarang dilarang.

⚫ Di Indonesia Teknologi Modifikasi Cuaca untuk hujan


buatan sejak 1980.
Teknik Geologi
➢Geologi adalah ilmu yang mempelajari batuan
yang membentuk interior dan permukaan Bumi,
dan mempelajari proses-proses alam yang
membentuk permukaan bumi dari waktu ke
waktu.

➢Proses-proses ini meliputi tektonik lempeng


(contohnya pengapungan benua), gempabumi,
volkanisme (aktivitas kegunungapian), gerakan
tanah / longsor, dan erosi, serta proses-proses lain
yang berkaitan dengan pergerakan kerak bumi.
ILMU GEOLOGI MURNI DAN GEOLOGI TERAPAN

1) GEOLOGI SEBAGAI ILMU MURNI (SAINS)

Ilmu geologi berkembang setapak demi setapak sejak lama; pada hakekatnya berkembang
dari falsafah yang mencari jawaban dari banyak hal mengenai bumi di sekitar kehidupan
manusia.

•Bentang alam dan bentuk muka bumi:


- pegunungan, - dataran, - lautan.

•Material pembentuk bumi:


- masa padat (batuan, mineral, tanah)
- masa cair (air, minyak bumi, dsb.)
- masa gas (udara, uap panas bumi, gas bumi, dsb.).

•Proses-proses (exogen dan endogen)


- tektonik dan orogenesa
- volkanisme - erosi dan transportasi
- intrusi - sedimentasi
- pelapukan- longsoran, dsb.

•Sejarah geologi:
- sejarah jagad raya dan planit-planit
- sejarah sedimentasi dan pembentukan batuan
- sejarah dan proses geomorfologi
- sejarah tektonik dan struktur geologi
- sejarah kehidupan dan evolusi di planit bumi
2) GEOLOGI SEBAGAI ILMU TERAPAN

•Kebutuhan akan lahan pembangunan


•Kebutuhan akan Tanah Fundasi
•Kebutuhan akan air untuk kehidupan sehari-hari dan industri
• Kebutuhan akan bahan energi
• Kebutuhan akan bangunan buat pembangunan perumahan, berbagai
sarana /
prasarana.
• Kebutuhan akan lahan subur untuk pertanian
• Kebutuhan akan mitigasi bencana alam
• Kebutuhan akan informasi geologi untuk perencanaan fisik pembangunan
pada
umumnya.
• Kebutuhan akan ekosistem yang mendukung kehidupan dengan baik.
GEOLOGI

Ilmu Murni Ilmu Terapan

• Bentuk muka bumi • Pertambangan


• Matrial pembentuk bumi: • Teknik Sipil
- masa padat (batuan/mineral) • Teknik Perencanaan
- masa cair (air, minyak bumi) • Teknik Lingkungan
- masa gas (uap, gas bumi, atmosfir) • Lain-lain:
• Proses-proses geologi: - pertanian
- Endogen - arsitektur
- Exogen. - seni
- dsb.
• Sejarah geologi:
- Sedimentasi
- Tektonik dan struktur geologi
- Geomorfologi/bentuk muka bumi
- Bencana alam
- Kehidupan
Erupsi lava Letusan awan panas
Lava adalah
magma yang
mengalir keluar

Terbentuknya awan panas terjadi ketika magma yg


membeku di dalam pipa diatrema dihancurkan oleh
kekuatan letusan gas vulkanik

Awan panas
Menuruni lereng:
Wedhus gembel
Suhu 500 – 600oC

Akibat awan panas


Sumber: AFP dan media lain
(santrikalicode)
LAHAR DINGIN MERAPI
Lahar adalah aliran banjir bandang
yang membawa material volkanik
(lumpur, pasir, batu, bongkah batu
besar) yang mengalir menuruni
lembah-lembah sungai. Umumnya
bersamaaan dg hujan lebat di hulu
gunungapi.

Hati-hati: Lahar bukan lava!

Aliran lahar (Mediaindonesia)

Aliran lahar di K. Code (Mediaindonesia) Endapan lahar (Kompasiana)


Oseanografi
Oceanography
Dari bahasa Yunani (Greek) yang terdiri
dari:
⚫Okeanos = Ocean = Lautan/ Samudera
⚫Grapo = to write = Menulis/ Menguraikan

⚫Oseanografi dapat diartikan ilmu yang


menguraikan seluk beluk tentang laut dan
atau samudera
Distribusi Daratan dan Lautan
DARATAN SAMUDERA
Belahan Bumi Utara (BBU) 39,3 % 60,7 %

Belahan Bumi Selatan (BBS) 19,1 % 80,9 %


BASED ON UNCLOS-1982, 5.8 MILLION SQUARE-KILOMETERS OF
SEAS, 17504 ISLANDS, 81000 KILOMETERS COAST-LINE

Indroyono, 2003
Indroyono, 2003
Keragaman Hayati di laut Indonesia

➢ Perairan laut Indonesia >>> Perairan


tropis

➢ Keragaman hayati yang sangat besar,


mulai berbagai macam ikan, terumbu
karang, rumput laut, dll
Benua Maritim Indonesia

➢ Berdasarkan Komisi PBB ttg Hukum Laut


(UNCLOS) 1982: Luas wilayah laut = 5,8
km2
➢ Jumlah pulau: 17504
➢ Panjang garis pantai = 81000 km
Keadaan Geologi/ Geotektonik

⚫ Pertemuan beberapa lempeng kerak bumi

⚫ Lempeng Benua Asia dan Australia, Lempeng


Samudera Pasifik dan India

⚫ Frekuensi Gempa Bumi yang kerap >>>


Tsunami

⚫ Rangkaian Gunung Api aktif


Perairan Laut Indonesia

➢ Diapit oleh dua samudera : Pasifik dan India

➢ Daerah pelintasan gerak massa air dari


Samudera Pasifik ke India yang dikenal dg
Arus Lintas Indonesia, ARLINDO (Indonesia
Through Flow, ITF)

➢ Salah satu penentu variabilitas iklim dunia


>>> El Nino dan La Nina
Jalur navigasi laut internasional

➢ Perairan Indonesia merupakan jalur


navigasi laut internasional, yaitu:

❖Laut Cina Selatan - Selat Malaka


❖Laut Sulawesi - Selat Makassar – Selat Lombok
❖Laut Cina Selatan - Selat Sunda
❖Laut Halmahera – Laut Banda – Laut Timor
Struktur Keilmuan Oseanografi Fisis
(Structure of Physical Oceanography)

Dicuplik dr Tomczak, 2002


Perkembangan
Ilmu dan Teknologi Kelautan

⚫ Internasional:
 Challenger (Pemetaan pertama secara menyeluruh sifat – sifat laut)
 Glomar Challenger (Pemetaan pertama secara menyeluruh dasar laut)
 Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset

⚫ Nasional:
 Penjelajahan suku – suku Nusantara
 Snellius I (th. 1929/30 dan II th. 1983/84)
 Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset
 ITB (Oseanografi, Hidrografi, dan Tek. Kelautan)
Kapal Riset HMS Challenger

Sumber: Bossard, 2008; Library of 19th Century Science The Golden Age of Geology
Teknik Geodesi dan
Geomatika
Ilmu dan Teknologi
Pengukuran, Pengamatan dan
Pemetaan

ILMU KEBUMIAN
The Earth Science
Bumi Padat Atmosfer
(solid earth) (atmosphere
)

Sifat, Dimensi, Lokasi/


Posisi, Kuantitas, Kualitas

Informasi spasial
Tool (“alat”) untuk memperoleh data dan informasi spasial :

o Penginderaan jauh
o Geodesi
o Surveying
o Hidrografi
Survey Terestrial

•Penentuan penentuan posisi (X,Y,Z)


•Pengukuran deformasi
•Penentuan beda tinggi
•Pengukuran profil : memanjang melintang
•Pemetaan
•Pengukuran DTM
Global Positioning System -GPS

Penentuan posisi (X,Y,Z)


dengan bantuan satelit
Prinsip studi penurunan tanah dengan survei GPS

GPS satellites

HEIGHT
DIFFERENCES
Statistical and
Geometrical
Testings
LAND
SUBSIDENCE
Modeling

LAND SUBSIDENCE
GPS network CHARACTERISTICS
Covering the
study area
Coordinates from Survey # 1
Coordinates from Survey # 2
Inderaja

Penginderaan jauh (remote sensing) secara umum dapat didefinisikan


sebagai ilmu dan seni untuk mendapatkan informasi tentang
permukaan bumi tanpa melalukan kontak fisik secara langsung.

Hal ini dilakukan dengan mengindera dan merekam pantulan atau


pancaran energy (radiasi gelombang elektromagnetik) untuk diproses
dan dianalisis menjadi informasi yang kemudian dimanfaatkan untuk
bermacam informasi.

(Fundamentals of Remote Sensing NRC-Canada).


Inderaja

A = sumber energi (iluminasi)


B = radiasi & atmosfer
C = interaksi dengan target
D = perekaman energi
E = transmisi, penerimaan dan pemrosesan data
F = interpretasi dan analisis
G = aplikasi
Pemantauan kerusakan akibat Tsunami-Aceh 2004

Sebelum Tsunami

Sesudah Tsunami
SPOT 5, res 5m, True Color - 2002
Lokasi : Bandara Hasanudin - Ujungpandang
Satelit Cuaca
NOAA

The GOES (Geostationary Operational


Environmental Satellite) System
Aplikasi monitoring hutan
Pada rekaman citra yang
diambil tahun 1984
penggundulan hutan
masih relatif sedikit
dibandingkan dengan
penggundulan hutan
pada citra yang diambil
tujuh tahun kemudian -
1991
Fotogrametri si d el a
p
r un 2

Merupakan cikal bakal Penginderaan jauh ov er


l ap r un 1

Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni,


pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh
informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek
fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses
perekaman, pengamatan/ pengukuran dan
interpretasi citra fotografis atau rekaman gambar
gelombang elektromagnetik.
Visualisasi konsep dasar Fotogrametri

PEMOTRETANUDARA

Perekaman - Pemotretan

FOTO UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
(60% - 70%)

Rekonstruksi - Restitusi FOTO


KIRI
FOTO
KANAN
PROYEKTOR
KIRI PROYEKTOR
KANAN
RESTITUSI MODEL3D

MODEL3D TRACING
Ekstraksi informasi - Digitasi TABLE

PROYEKSI
TEGAK
PLOTTING / DIGITASI
PETA

PETA
BOBBYSD- 1999
Aplikasi Fotogrametri

⚫ Monitoring fenomena melalui pemotretan berkala


⚫ Penentuan posisi melalui triangulasi udara
⚫ Pemetaan (peta foto, peta garis, peta kontur, topografi, tematik)
⚫ Pembentukan Digital Terrain Model
Light Detection And Ranging (LIDAR)

Dengan sistem LIDAR selain Digital


GPS satellites
Terrain Model (DTM) dapat dihasilkan
juga Digital Surface Modeling (DSM)
Aircraft GPS

ALTM laser
and IMU

es
lin
GPS ground
n
ca
rs
reference station
se

Flight direction
La
Survey Hidrografi/ Kelautan

• Penentuan posisi
• Pengukuran
kedalaman
• Pengukuran arus
• Pengambilan contoh
dasar laut
• Pengamatan pasut
• Pengukuran detail
situasi dan garis
pantai
Sistem Informasi Geografis (SIG)

⚫Teknologi informasi berbasis


komputer, yang:
di gunakan untuk memproses,
menyusun, menyimpan, me-manipulasi
dan menyajikan data spasial, yaitu data
yang mempunyai acuan lokasi/posisi
(geo-referensi) & disimpan dalam basis
data,
 digunakan untuk berbagai macam
aplikasi
⚫Informasi SIG adalah informasi
dinamis
Komponen Utama SIG

Data Masukan Data Luaran


Database Management
(Input Data): Systems (DBMS) (Output data):

Peta Masukan (INPUT)


Peta

Data lapangan
Simpan & Panggil
(Storage & Retrieval)
Foto udara Tabel &
Laporan
Citra Satelit
Pemrosesan
(processing)
Data dijital
Data dijital
Luaran (OUTPUT)
Tabel & Laporan
Apa yang diintegrasi dalam SIG

Perangkat lunak
Data

Peta tematik Tabulasi


Perangkat keras

Peta topografi

SIG Basis data

SDM Metode
Analisa Data dalam
Sistem Informasi Geografis
DATA SUMBER ANALISA SPASIAL INFORMASI GEOGRAFI

Jalan
Aplikasi
Bencana
Hidrologi Alam
Informasi Bencana
Garis pantai
Aplikasi
Lingkungan
Batas admin Hidup

Informasi Lingkungan Hidup


Geologi

Aplikasi
Land use Tata
Ruang
Penduduk Informasi Tata Ruang

Aplikasi Informasi
Tema lain lain lain
77
Peta vs SIG
Peta SIG
▪ Statis ▪ Statis & Dinamis

▪ Proses updating mahal ▪ Proses updating murah

▪ Rigid ▪ Fleksibel

▪ Diskrit (lembar per lembar) ▪ Kontinu & yang perlu saja

▪ Analisis & modeling secara ▪ Analisis & modeling secara


langsung tidak mungkin langsung sangat mungkin

▪ Menurunkan (generate) ▪ Menurunkan (generate)


data perlu interpretasi data tidak perlu
interpretasi
Meteorologi dalam Ilmu Kebumian
⚫ Meteorologi merupakan
bagian dari Sains
Atmosfer yang mencakup
kajian terhadap atmosfer
bawah sampai puncak
atmosfer.

⚫ Meteorologi lebih
mengkaji atmosfer bawah
(troposfer) dimana
fenomena cuaca (yang
membentuk iklim) terjadi
WMO: World Meteorological Organization
⚫ Berdasarkan keterkaitan http://www.wmo.int
dengan bidang ilmu lain:
pure meteorology, Meteorologi dibahas lebih rinci dalam
applied meteorology, dan kuliah selanjutnya
engineering meteorology.
Atmosfer Sebagai Objek Kajian dalam
Meteorologi: Fungsi Atmosfer dalam Sistem
Bumi

⚫ Sebagai materi dasar pembentuk kehidupan (kaya


nitrogen zat utama pembentuk asam amino, oksigen,
air, dll.): Bumi sampai sekarang diketahui merupakan
satu-satunya planet yang mempunyai kehidupan

⚫ Sebagai pelindung kehidupan dari paparan radiasi


dan partikel kosmik berenergi tinggi dan dari meteor
(benda langit) yang jatuh ke dalam orbit Bumi

⚫ Sebagai pengatur (regulator) utama bagi


kesetimbangan energi yang membentuk sistem iklim
Bumi yang ramah terhadap kehidupan melalui
proses-proses interaksi dengan lautan dan
komponen Bumi yang lain
Perubahan Komposisi Atmosfer dan
Isu Perubahan Iklim Antropogenik

⚫ Efek rumah kaca di atmosfer merupakan salah satu


regulator iklim yang penting.
⚫ Konsentrasi gas CO2, penyumbang terbesar
terhadap efek rumah kaca di atmosfer, diketahui
telah meningkat secara sangat signifikan setelah
revolusi industri (sumber antropogenik)
⚫ Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dipercayai
oleh para ilmuwan telah menyebabkan pemanasan
global dan memicu perubahan iklim yang terjadi
sekarang ini
⚫ Isu perubahan iklim antropogenik mempengaruhi
percaturan politik global dalam berbagai sektor
Perubahan Komposisi Atmosfer dan
Isu Perubahan Iklim Antropogenik

⚫ Efek rumah kaca di atmosfer merupakan salah satu


regulator iklim yang penting.
⚫ Konsentrasi gas CO2, penyumbang terbesar
terhadap efek rumah kaca di atmosfer, diketahui
telah meningkat secara sangat signifikan setelah
revolusi industri (sumber antropogenik)
⚫ Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dipercayai
oleh para ilmuwan telah menyebabkan pemanasan
global dan memicu perubahan iklim yang terjadi
sekarang ini
⚫ Isu perubahan iklim antropogenik mempengaruhi
percaturan politik global dalam berbagai sektor
Suatu dialog di dalam sebuah blog
(http://micpohling.wordpress.com)
Math! How much CO2 is emitted by human May 15, 2007 at 6:27 am
on earth annually?
Hi Brian:
March 27, 2007 at 3:56 am (Environment, 0.90 kg/day x 365 days x 6 600 000 000
Math!) = 2.168×10^12 kg or 2.168×10^9
tonnes/year (1 tonne=1000 kg). I
Another math time! :) skipped the kg conversion to tonnes
part. Checked if the number is tallied
And again, it is closely related to GW area. with yours.
Reply
Currently (as of year 2007), human Neil Chapman said,
population on earth is 6.6 billion (via
wikipedia). I went around to look for how June 16, 2007 at 12:46 am
much CO2 is exhaled out per person, and
2 claims were found (both via wikipedia): By my coarse calculation a typical car
generates about as much CO2 as 12
claim#1: an average person’s respiration people. That means 6.5 billion people
generates approximately 450 liters are equivalent to 500 million cars.
(roughly 900 grams) of carbon dioxide
per day (CO2#Human_physiology) KOMPONEN KE-6:
ANTHROPOSPHERE/HUMANOSPHERE
BUMI DAN ALAM SEMESTA

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN


FAKULTAS ILMU dan TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
30 September 2020
BUMI DAN ALAM SEMESTA
1. Bumi dan Lingkungannya
2. Tata Surya (Solar System)
3. Galaksi Bima Sakti (Milky Way)
4. Gugus Galaksi
5. Pembentukan Alam Semesta
BENTUK BUMI
SAMUEL ROWBOTHAM (1816-1884)
Seorang berkebangsaan Inggris yang
mendirikan Perhimpunan Bumi Datar pada
abad ke 19.
Bumi dipandang sebagai sebuah lempengan
berbentuk lingkaran yang diselubungi oleh
sebuah kubah yang ditempati benda-benda
langit seperti bintang-bintang, planet,
Matahari, dan Bulan.
Pusat Bumi adalah Kutub Utara (Artik) dan
piringan Bumi dikelilingi oleh tembok es
yang sangat tebal dan tinggi yang oleh para
penjelajah Bumi disebut sebagai Antartika.
Tembok inilah yang menjaga air di seluruh
samudera agar tidak tumpah dari tepi
piringan Bumi.
DATAR VS BULAT
Bangsa Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan
Mesopotamia berpendapat bahwa Bumi
adalah sebuah piringan mengambang di
atas permukaan lautan.
Bangsa Jermania dan Norse berpendapat
bahwa di pusat piringan terdapat sebuah
pohon besar yang menjadi pusat Bumi,
sedangkan di lautan yang mengelilingi
Bumi terdapat seekor ular penjaga
bernama Jormungandr.
Ada beberapa filsuf Yunani Kuno yang
berpendapat bahwa Bumi berbentuk
datar, diantaranya:
Thales (624-547 SM), Anaximenes (585-
528 SM), Leukippos (540-475 SM),
Anaxagoras (500-428 SM), dan
Demokritos (460-370 SM).
ERATOSTHENES
276-194 SM
- Matematikawan
- Ahli Geografi
- Astronom
Salah seorang filsuf Yunani Kuno yang
meyakini bahwa Bumi berbentuk
bulat.
Merupakan orang pertama yang
merumuskan tentang Sistem
Koordinat Geografi dan menghitung
keliling Bumi.
Bapak Ilmu Geodesi
RADIUS BUMI:
TIMELINE

Eratosthenes (230 SM) : 6317 km


Poseidonius (100 SM) : 5675 km
Al-Ma’mun (900 M) : 7000 km
Snellius (1600 M) : 6160 km

Radius Bumi rata-rata : 6371 km


IUGG - The International Union of
Geodesy and Geophysics
BUMI DAN KOSMOS
PYTHAGORAS (570-495 SM)
Berdasarkan pengamatan pada
sejumlah peristiwa gerhana, para
pengikut Pythagoras berpendapat
bahwa Bumi itu berbentuk bulat,
tapi Bumi bukan sebagai pusat alam
semesta melainkan bergerak
mengelilingi api yang tidak tampak.
Berbagai pandangan tentang Bumi
dan alam semesta kemudian
dikompilasi oleh para pelajar Yunani
pada abad ke-4 SM dan disimpulkan
bahwa Bumi adalah sebuah bola
yang menjadi pusat alam semesta.
GEOSENTRISME
Prinsip geosentrisme disusun oleh
Aristoteles (384-322 SM).
Konsep ini berhasil menyingkirkan
gagasan-gagasan heliosentrisme
yang mulai muncul pada masa itu.
Teori ini kemudian dibakukan oleh
seorang Aristotelian, Klaudius
Ptolemeaus (100-170 M), dalam
bukunya berbahasa latin yaitu
Almagest (Risalah Besar) berisi
tentang risalah-risalah astronomi.
Lima planet model geosentris
Aristoteles (384-322 SM)
yang digambarkan oleh
Ptolemeaus (100-170 M):
1. Merkurius
2. Venus
3. Mars
4. Jupiter
5. Saturnus
Uranus (1781)
Neptunus (1846)
Pluto (1930)
7 nama hari disusun
berdasarkan 7 benda
• Matahari (Sun) Sun-day langit di Tata Surya
yang dapat diamati
• Bulan (Moon) Moon-day dengan mata
• Mars Tuesday telanjang.
• Mercury Wednesday
• Jupiter Thors-day
• Venus Friday
• Saturn Saturn-day
PENAMAAN 7 HARI BERDASARKAN BENDA-BENDA LANGIT

CELESTIAL BODY LATIN GREEK BABILONIA NORDIC ENGLISH


Sun Sol Shamash Sunnan Sunday
Moon Luna Sin Monan Monday
Mars Mars Ares Nergal Tiw Tuesday
Mercury Mercurius Hermes Nabu Woden Wednesday
Jupiter Jupiter Zeus Marduk Thor Thursday
Venus Venus Afrodit Ishtar Frigg Friday
Saturn Saturnus Ninurta Saeturn Saturday
HELIOSENTRIS
Nicolaus Copernicus (1473-1543), seorang
astronom, matematikawan, dan ekonom
berkebangsaan Polandia mengembangkan Teori
Heliosentris dalam bentuk yang lebih terperinci
secara matematis.
Teorinya berhasil meruntuhkan Teori Geosentris
tradisional dan dianggap sebagai salah satu
penemuan terpenting sepanjang masa.
Dipandang sebagai Bapak Astronomi Modern
yang menginspirasi Galileo, Kepler, dan Newton.
Copernicus mendedikasikan karyanya untuk
Aristarchus (310-230 SM), seorang filsuf Yunani
Kuno pencetus model Heliosentris yang
menempatkan Matahari sebagai pusat dan Bumi
berputar mengelilinginya.
TIMELINE BENTUK BUMI
GEOMETRI BUMI – BENTUK & UKURAN
ELLIPSOID REFERENSI GEOID
Model Matematis Permukaan Bumi Referensi Tinggi Permukaan Bumi
GEOID
Konsep geoid berasal dari Carl Friedrich
Gauss (1777-1855), merupakan representasi
dari bentuk permukaan fisik bumi yang tidak
beraturan.
Secara fisis geoid merupakan bidang
ekuipotensial Bumi yang permukaannya
berimpit dengan muka laut rata-rata (mean
sea level) dalam keadaan yang tidak
terganggu.
Undulasi atau tinggi geoid merupakan jarak
vertikal antara geoid dan ellipsoid.
DIMENSI BUMI MODERN

Radius Ekuator = 6378 km


Radius Polar = 6357 km
Radius Rata-rata = 6371 km

IUGG - The International Union of


Geodesy and Geophysics
STRUKTUR BUMI DAN ATMOSFER
STRUKTUR BUMI DAN MEDAN GEOMAGNETIK
MAGNETOSFER DAN SABUK
RADIASI VAN ALLEN
Di atas eksosfer, pada sekitar jarak
10-15 radius bumi di siang hari,
medan magnet bumi turun sampai
nilainya dapat diabaikan atau nol.
Batas ini disebut magnetopause,
dan seluruh daerah yang terletak di
dalamnya disebut magnetosfer.
Pada sisi bumi malam, magnetosfer
meluas sampai jauh membentuk
ekor magnetik bumi (earth’s
magnetic tail).
Sabuk radiasi Van Allen
adalah pita-pita radiasi
berbentuk donat.
Tersusun oleh partikel-
partikel bermuatan yang
terperangkap dalam medan
magnetik bumi.
Dalam kondisi radiasi
maksimum bisa terbentuk
tiga lapis sabuk.
Ditemukan oleh Dr. James A.
Van Allen
Fenomena aurora terjadi di
sekitar medan geomagnetik
kutub pada ketinggian 100-
1000 km.
DIMENSI WAKTU
Umur Bumi sekitar 4,54 milyar tahun

Umur Tata Surya sekitar 4,6 milyar tahun, dihitung berdasarkan


teori kabut Kant-Laplace yang diperbaiki oleh Gerard P. Kuiper

Umur Galaksi Bima Sakti (Milky Way) sekitar 13,6 milyar tahun

Umur alam semesta sekitar 13,8 milyar tahun sejak Big Bang
BATUAN TERTUA
Tahun 1999 ditemukan
batuan tertua, berasal dari
Era Pra-Kambrium.
Umur batuan sekitar 4,031
milyar tahun.
Di Komplek Acasta Gneiss,
the Slave Craton, Canada.
BATUAN-BATUAN TERTUA LAINNYA
Ditemukan batuan-batuan tertua lainnya, di antaranya di Rhodesia
(3,3 milyar tahun), Manitoba (2,7 milyar tahun), dan di Karelia
Finlandia (1,85 milyar tahun).

Batuan tertua di Indonesia berumur Kambrium (500-490 juta tahun)


ditemukan di sungai Karim Digul (formasi kariem) dan di Merauke
(formasi awilagoh), Papua.

Ditemukan juga batuan fosil berumur Silur (443-417 juta tahun) di


daerah Kepala Burung (formasi kemoen), Papua.

Catatan: Konfigurasi bentuk muka bumi yang sekarang baru


terbentuk sekitar 10 juta tahun yang lalu.
KALENDER KOSMIK DIPADATKAN DALAM 1 TAHUN
SATU DETIK TERAKHIR
TATA SURYA (SOLAR SYSTEM)

- Dimensi Ruang Tata Surya


- Anggota Tata Surya
- Pembentukan Tata Surya

Tata surya adalah semua benda langit yang


terikat oleh gravitasi matahari.
KOMPOSISI FISIK TATA SURYA
• Matahari
• Planet
• Satelit/Bulan
• Asteroid
• Komet
• Meteoroid
• Debu Antar Planet
• Trans-Neptunian
• Plasma
• Sabuk Kuiper
• Awan Oort
DEKOMPOSISI STRUKTUR TATA SURYA
TATA SURYA KLASIK
KLASIFIKASI PLANET BERDASARKAN POSISINYA
TERHADAP ORBIT BUMI
PLANET INFERIOR PLANET SUPERIOR

• Merkurius • Mars
• Venus • Jupiter
• Saturnus
• Uranus
• Neptunus
KLASIFIKASI PLANET BERDASARKAN POSISINYA
TERHADAP SABUK ASTEROID

PLANET DALAM PLANET LUAR

• Merkurius • Jupiter
• Venus • Saturnus
• Bumi • Uranus
• Mars • Neptunus
DUA TIPE PLANET KLASIK
PLANET TERRESTRIAL PLANET JOVIAN

• Merkurius • Jupiter
• Venus • Saturnus
• Bumi • Uranus
• Mars • Neptunus

• Pluto (dwarf planet) - Planet Gas Raksasa -


PLANET TERRESTRIAL
BERTIPE KEBUMIAN

1. Merkurius
2. Venus
3. Bumi
4. Mars
PLANET JOVIAN
GAS RAKSASA
BERTIPE JUPITER

1. Jupiter
2. Saturnus
3. Uranus
4. neptunus
PERBANDINGAN UKURAN PLANET-PLANET
DIMENSI MASSA TATA SURYA

• 99,85 % Matahari
• 0,135 % Planet-planet
• 0,015 % Komponen-komponen sisa

Komponen-komponen sisa terdiri dari satelit-


satelit planet, komet, asteroid (planet-planet
minor), dan interplanetary medium.
DIMENSI JARAK – SATUAN ASTRONOMI (SA)
- Jarak rata-rata Bumi-Matahari sekitar 150 juta km
149,597 juta km = 1 AU (Astronomical Unit) = 1 SA
1 SA = 8,5 menit cahaya.

- Jarak rata-rata Pluto-Matahari = 6 milyar km (40 SA)

- Jari-jari sabuk Kuiper meluas hingga sekitar 50 SA

- Jari-jari awan Oort mencapai 100.000 SA (jari-jari tata surya)

- Jarak Matahari ke bintang terdekat = 279.000 SA


SKALA TATA SURYA
Tata Surya dalam skala SA
(Satuan Astronomi)
1 SA = 150 juta km
Jarak Matahari-Bumi = 1 SA
Jarak Matahari Pluto = 40 SA
Jari-jari Sabuk Kuiper max 50 SA
Jari-jari Awan Oort 100.000 SA
PERBANDINGAN PLANET TERRESTRIAL DAN JOVIAN

Planet Terrestrial Planet Jovian


Jarak dari Matahari Kurang dari 2 SA Lebih dari 5 SA
Ukuran Kecil Besar
Komposisi Didominasi oleh material- Didominasi oleh
material batuan yang elemen-elemen
mengandung elemen Besi, ringan seperti
Oksigen, Silikon, Nikel, Hidrogen dan
Magnesium, dan Sulfur Helium
Densitas Tinggi Rendah
Planet Jarak ke Matahari (SA) Perioda Revolusi
Merkurius 0,39 88 hari
Venus 0,72 225 hari
Bumi 1 365,3 hari
Mars 1,52 687 hari
Jupiter 5,20 11,9 tahun
Saturnus 9,54 29,5 tahun
Uranus 19,19 84 tahun
Neptunus 30,07 164 tahun
Pluto 39,52 248 tahun
EKLIPTIKA – BIDANG ORBIT BUMI
BIDANG EKLIPTIKA
Semua planet mengorbit
Matahari pada bidang dan arah
yang sama.
Sebagian besar memiliki
bentuk orbit yang hampir
lingkaran.
Kemiringan bidang orbit
planet-planet terhadap bidang
ekliptika kurang dari 4o, kecuali
Merkurius 7o dan Pluto 17o
GARIS EKLIPTIKA
Seorang pengamat yang
melihat ke arah barat sesaat
setelah Matahari terbenam,
dapat mengamati garis
ekliptika (bidang orbit Bumi)
melalui kesegarisan planet-
planet
Dilihat dari kutub utara bidang ekliptika, semua planet mengorbit
Matahari dalam arah yang sama (berlawanan arah jarum jam)
Hampir semua planet berotasi pada sumbunya dengan arah yang
sama dengan gerak revolusinya (berlawanan arah jarum jam).

Kecuali Venus yang rotasinya terbalik (searah jarum jam) dan


Uranus yang “menggelinding” dalam mengorbit Matahari.
PERUBAHAN
LANDSCAPE
TATA SURYA
2006

1. Planet Terrestrial
2. Planet Jovian
3. Planet Kecil (Pluton)

Planet kecil (dwarf) yang


komposisinya mirip Pluto:
Eris, Pluto, Haumea,
Makemake, dan Ceres
SISTEM PLANET DALAM TATA SURYA BARU ?
DEFINISI PLANET MENURUT IAU – 2006
INTERNATIONAL ASTRONOMICAL UNION
• Mengorbit Matahari bukan sebagai satelit dari sebuah
planet.
• Memiliki massa yang mencukupi sehingga gaya gravitasi
diri yang dibangkitkan sanggup mengatasi gaya-gaya lain,
sebagai akibatnya planet menjadi memiliki bentuk bulat
akibat adanya keseimbangan hidrostatik.
• Daerah di sekitar orbit telah dibersihkan sehingga objek
ini menjadi satu-satunya benda yang berukuran besar
pada jarak tertentu.
PLANET KERDIL ANGGOTA TATA SURYA
Pada tahun 2006, IAU (International Astronomical Union)
menetapkan adanya satu klasifikasi baru benda langit anggota
Tata Surya, yaitu planet kerdil/katai (dwarf planet).

Hingga saat ini telah ditemukan 5 buah planet kerdil. Para


astronom memperkirakan jumlah planet kerdil di seluruh Tata
Surya mencapai 50 buah.

Pluto semula dianggap sebagai planet kesembilan, namun IAU


menggolongkan Pluto sebagai planet kerdil. Pluto merupakan
planet kerdil yang paling besar massanya setelah Eris.
LIMA PLANET KERDIL – DWARF PLANETS
PLANET KEBUMIAN INFERIOR
MERKURIUS
Merupakan planet terpanas kedua
setelah Venus
Ukurannya hanya sepertiga dari
diameter Bumi
Inti Merkurius cukup besar yaitu
40% dari volume total planet.
Bumi hanya 17%
Planet yang bergerak relatif cepat
terhadap bintang-bintang latar
belakang.
Sebagai planet inferior, dapat
diamati sebelum Matahari terbit
(Apollo) atau setelah Matahari
terbenam (Hermes)
PLANET KEBUMIAN INFERIOR
VENUS
Dikenal sebagai planet kembaran
Bumi karena memiliki kesamaan
ukuran, komposisi, dan gravitasi
Atmosfer sangat tebal. Tekanan
atmosfer permukaan 92 kali tekanan
di permukaan Bumi
Atmosfer tidak memiliki O2 dan
didominasi oleh CO2 (96,5%)
Temperatur permukaan lebih besar
30 kali temperatur permukan Bumi
Albedo tinggi dan terjadi green house
effect yang sangat berat
Gejala vulkanisme Venus mirip Bumi
Dapat dilihat beberapa saat sebelum
Matahari terbit (bintang fajar) atau
beberapa saat setelah Matahari
terbenam (bintang senja)
PLANET KEBUMIAN SUPERIOR
MARS (1)
Terkait dengan warna merah planet, orang
Yunani Kuno menamainya dengan nama dewa
perang, Ares. Dalam bahasa latin menjadi stella
Martis, atau bintang Mars. Bangsa Arab
menyebutnya Al-Mirrikh (Al-Ahmar), orang
Turki menyebutnya Merih.
Ada sebuah bintang di rasi Scorpio dinamai
Antares (Anti-Ares) karena berwarna merah
seperti Mars.
Warna merah Mars berasal dari warna batuan
dan tanah Mars yang tersusun dari oksida besi.
Memiliki gunung tertinggi di Tata Surya dinamai
Olympus Mons, tingginya 3 kali Mount Everest.
Memiliki ngarai (Valles Marineris) yang
panjangnya 4000 km dan dalamnya 6,5 km.
PLANET KEBUMIAN SUPERIOR
MARS (2)
Mars pertama kali diamati dengan menggunakan
teleskop oleh Galileo.
Kerak Mars lebih tebal dari kerak Bumi dan solid
menyatu, tidak seperti di Bumi yang terbagi menjadi
beberapa lempeng tektonik.
Mars sering mengalami badai debu yang menutupi
seluruh permukaannya, terutama terjadi pada saat
di titik perihelionnya.
Atmosfer bersifat transfaran terhadap radiasi UV
dengan green house effect yang lemah.
Mars memiliki tudung kutub yang tersusun dari es
dan lapisan tipis kabon dioksida beku, juga memiliki
pola-pola erosi dan seperti jejak sungai purba.
Pada tanggal 27 Agustus 2003 pukul 9:51:13 UT
Mars mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi
dalam kurun waktu 60.000 tahun.
PLANET RAKSASA JOVIAN
JUPITER (1)
Nama Jupiter (Jove) adalah nama dewa utama
bangsa Romawi yang identik dengan Zeus
(Yunani) dan Thor (Nordic).
Massa Jupiter 320 kali massa Bumi dan
volumenya 1300 kali volume Bumi.
Karena massa Jupiter sangat tinggi, maka
medan gravitasinya menarik objek-objek kecil
seperti asteroid dan komet yang datang dari
Tata Surya bagian luar dan mencegah objek-
objek tersebut memasuki Tata Surya bagian
dalam.
Jupiter memiliki setidaknya 63 satelit.
Tahun 1610 Galileo menemukan 4 buah satelit
yang kemudian dinamai sebagai satelit-satelit
Galilean yaitu: Io, Europa, Ganymede, dan
Calisto; masing-masing berukuran lebih besar
dari Pluto
PLANET RAKSASA JOVIAN
JUPITER (2)
Atmosfer Jupiter tersusun dari 89,8% hidrogen,
10,2% helium, dan campuran gas-gas langka.
Atmosfer Jupiter memiliki ketebalan sekitar
16.000 km yang bersuhu -130 oC. Bersambung
dengan lautan hidrogen dan helium cair dengan
kedalaman 40.000 km.
Bagian inti padat memiliki ketebalan 19.000 km,
bahkan lebih besar dari ukuran Bumi yang
memiliki radius rata-rata 6.371 km.
Bintik Merah Besar (Great Red Spot) Jupiter
memiliki ukuran sekitar tiga kali ukuran Bumi.
Medan magnet Jupiter 15.000 kali lebih kuat
daripada medan magnet Bumi, sehingga ukuran
magnetosfernya 1.200 kali magnetosfer Bumi.
Komet Shoemaker-Levy pertama kali terlihat
pada bulan Maret 1993 dan menabrak Jupiter
pada bulan Juli 1994.
Komet Shoemaker-Levy 9 tertangkap gravitasi Jupiter pada tahun 1992,
terobervasi pada tahun 1993, dan menabrak Jupiter tahun 1994.
PLANET RAKSASA JOVIAN
SATURNUS (1)
Nama planet diambil dari nama dewa penguasa
waktu yang tingkah lakunya dianggap mirip.
Saturnus bergerak lebih lambat dari Jupiter dalam
mengorbit Matahari, bercahaya lebih redup dan
warnanya lebih kuning.
Saturnus adalah planet yang teringan (berdensitas
rendah) di Tata Surya, bisa mengambang di atas
permukaan air.
Cincin Saturnus tersusun dari bongkah-bongkah es
yang mengelilingi planet. Penemuan cincin ini
dilaporkan pertama kali oleh Galileo tahun 1610.
Kekuatan magnetosfer Saturnus hanya
seperduapuluh magnetosfer Jupiter, dan lebih
lemah dari magnetosfer Bumi.
Saturnus adalah planet terbesar kedua setelah
Jupiter dan merupakan planet terjauh yang bisa
dilihat dengan mata telanjang.
PLANET RAKSASA JOVIAN: SATURNUS (2)

Saturnus memiliki 62 satelit mulai dari yang berukuran kurang dari 1 km


hingga yang berukuran lebih besar dari Merkurius yaitu Titan, dan hanya
7 buah saja yang berbentuk bulat.
PENEMUAN URANUS
Planet Uranus ditemukan pada
tahun 1781 oleh Sir William
Herschel (1738-1822) seorang
astronom Jerman-Inggris.
Dengan menggunkan teleskop
reflektor 40-ft buatannya sendiri,
Herschel juga menemukan satelit-
satelit Saturnus dan Uranus serta
menemukan banyak galaksi.
PLANET RAKSASA JOVIAN
URANUS
Uranus merupakan planet terbesar ketiga setelah Jupier
dan Saturnus, dan merupakan planet pertama yang
ditemukan pada jaman modern (1781).
Uranus masih bisa dilihat dengan binokuler asal
pengamat berada di tempat yang sangat gelap dan tahu
posisinya pada saat itu.
Uranus memiliki 27 satelit, ketiga terbanyak setelah
Jupiter dan Saturnus.
Warna biru disebabkan oleh metana. Atmosfernya yang
didominasi oleh gas hidrogen dan helium.
Merupakan planet terdingin di Tata Surya, suhu di
puncak awan mencapai -224 oC, dan merupakan planet
teringan kedua setelah Saturnus.
Sumbu rotasi Uranus bersifat unik, hampir sejajar
dengan bidang orbitnya (kemiringan 98o), ia tampak
menggelinding dalam mengorbit Matahari.
Secara khusus dinamai dengan nama dewa Yunani yaitu
Ouranos, dewa langit yang merupakan bapaknya
Saturnus dan kakeknya Jupiter.
PENEMUAN NEPTUNUS
Dengan melihat adanya gangguan pada gerak
planet Uranus, John Couch Adam (1819-1892),
seorang sarjana matematika dari Universitas
Cambridge, meramalkan adanya planet yang
orbitnya terletak di seberang orbit Uranus.
Kemudian ia mencoba menghitung massa serta
elemen-elemen orbit dari planet hipotesis itu.
Pada waktu yang hampir bersamaan, astronom
Perancis, Urbain Le Verrier (1811-1877), juga
melakukan perhitungan terkait dengan gangguan
pada orbit Uranus.
Tahun 1846, dengan menggunakan perhitungan
Le Verrier, dua astronom Jerman yaitu Johann
Galle dan Heinrich d’Arrest secara observasi
berhasil menemukan planet yang dimaksud,
kemudian diberi nama Neptunus.
PLANET RAKSASA JOVIAN
NEPTUNUS
Neptunus adalah planet yang eksistensinya
diramalkan secara matematis.
Nama Neptunus diambil dari nama dewa
penguasa lautan dalam mitologi Romawi, setara
dengan Poseidon dalam mitologi Yunani.
Merupakan planet jovian terkecil dan terjauh dari
Matahari.
Neptunus dianggap sejenis dengan Uranus dan
disebut sebagai raksasa es, karena materi
penyusun kedua planet tersebut didominasi oleh
bahan-bahan bekuan. Sedangkan Jupiter dan
Saturnus dianggap sejenis karena materi
penyusunnya didominasi oleh gas.
Sebagaimana Uranus, warna biru Neptunus
berasal dari metana yang ada di atmosfernya.
Atmosfer terdiri dari 80% hidrogen, 19% helium,
dan sisanya adalah metana.
Cincin Neptunus tidak penuh, lebih membentuk
suatu busur.
PENEMUAN PLUTO
Berdasarkan temuan adanya penyimpangan yang aneh
pada orbit Neptunus dan Uranus, pada tahun 1905
astronom Amerika Percival Lowell (1855-1916) menduga
adanya “planet X” sebagai planet pengganggu.
Lowell memprediksi lokasi tersebut pada tahun 1915,
tetapi ia keburu meninggal sebelum sempat
menemukannya.
Pluto akhirnya ditemukan tahun 1930 oleh astronom
berusia 24 tahun, Clyde Tombaugh (1906-1997) seorang
asisten malam di Lowell Observatory berdasarkan
prediksi Lowell dan para astronom lainnya.
Nama Pluto disarankan oleh Venetia Burney, gadis berusia
11 tahun dari Oxford, Inggris.
Pluto adalah nama dewa dari dunia bawah, yaitu dewa
penguasa kegelapan dalam mitologi Yunani. Diberi nama
Pluto untuk menghormati penemu awalnya yaitu Percival
Lowell dengan nama singkatan PL.
Selama 76 tahun (hingga 2006) Pluto merupakan planet
kesembilan dari Matahari.
PLUTO, SEBUAH PLANET ?
Pluto mengorbit Matahari pada jarak yang sangat
jauh yaitu 5.913 juta km (40 SA), cahaya Matahari
memerlukan waktu sekitar 5 jam untuk mencapai
Pluto.
Karakteristik fisik Pluto tidak mirip dengan planet
kebumian ataupun planet jovian, melainkan lebih
mirip dengan satelit dari planet-planet besar.
Pluto memerlukan waktu 248 tahun untuk sekali
mengorbit Matahari.
Dibandingkan dengan planet-planet yang lain,
kemiringan bidang orbit Pluto terhadap bidang
ekliptika sangat besar (17o).
Kemiringan dan eksentrisitas orbit Pluto yang
besar digunakan para ahli untuk mendukung
hipotesis yang menyatakan bahwa Pluto adalah
satelit Uranus atau Neptunus yang terlempar
keluar dari orbitnya.
Pluto memiliki 5 buah satelit, satelit yang terbesar
dinamai Charon.
PLUTO DAN CHARON
Charon ditemukan tahun 1978 oleh astronom
Amerika, James Christy. Dalam mitologi Yunani,
Charon adalah nama tukang perahu tambang yang
bertugas menyebrangkan arwah-arwah di Sungai
Styx dalam dunia kegelapan yang dikuasai Pluto.
Pluto dan Charon terkunci secara gravitasi, satu
sama lain selalu menghadap ke muka yang sama.
Karena ukuran Charon sangat besar, beberapa
astronom menganggap Pluto dan Charon adalah
sistem dua planet.
Pluto berada di batas Sabuk Kuiper dan orbitnya
memotong orbit Neptunus, tetapi mereka tidak
akan pernah bertabrakan.
Ukuran Pluto lebih kecil dari satelit Bumi, Bulan.
Tahun 2006 IAU menggolongkan Pluto ke dalam
planet kerdil. Merupakan planet kerdil dengan
massa terbesar kedua setelah Eris.
OBJEK-OBJEK TRANS-NEPTUNIAN (1)
Pada tahun 1943 Kenneth Edgeworth membuat
hipotesis bahwa materi-materi sisa pembentukan
Tata Surya terletak di seberang orbit Neptunus.
Tahun 1951 Gerard Kuiper menyarankan adanya
bahan-bahan sisa pembentukan Tata Surya yang
berbentuk seperti komet.
Tahun 1992, keberadaan objek-objek yang terletak
di daerah yang dihipotesiskan oleh Kuiper untuk
pertama kalinya terbukti, ketika ditemukan sebuah
objek di daerah Sabuk Kuiper yang kemudian
dinamai 1992-QB1.
Pada tahun 2003 ditemukan sebuah objek yang
dinamai 2003-UB313. Ukuran objek ini hampir
seukuran Pluto, sehingga para astronom berdebat
dan memikirkan ulang tentang definisi planet.
Akhirnya Pluto dan objek-objek ini digolongkan ke
dalam planet kerdil.
OBJEK-OBJEK TRANS-NEPTUNIAN (2)

Objek 2003-UB313 kemudian diubah namanya


menjadi Eris. Penamaan Eris diambil dari nama
dewi Yunani yang merupakan dewi perselisihan
dan perbantahan. Penamaan ini memakan waktu
sekitar 3 tahun.
Setelah para astronom berdebat tentang status dari
objek ini apakah merupakan planet ke-10 atau
hanya sebagai planet kerdil saja, akhirnya pada 24
Agustus 2006 Pluto, Ceres, dan Eris digolongkan ke
dalam planet kerdil.
Objek Sabuk Kuiper terdiri dari 3 golongan, yaitu:
cubewano, plutino, dan centaur.
Cubewano adalah objek sabuk yang terbebas dari
pengaruh planet-planet besar. Plutino adalah objek
sabuk yang orbitnya mirip dengan orbit Pluto. Dan
centaur adalah planetoid yang orbitnya terletak di
antara Jupiter dan Neptunus.
PLANET-PLANET KERDIL (DWARF PLANETS)

Ceres Pluto Haumea Makemake Eris


Tahun Ditemukan 1801 1930 2004 2005 2003
Diameter rata-rata (km) 975 2.502 1.436 1.420 2.326
Periode Orbit (tahun) 4,6 248 285 310 557
Jarak Dari Matahari (SA) 2,8 39,5 43,34 45,79 68
Kemiringan Bidang Orbit 11 17 28 29 44
Jumlah Satelit 0 5 2 0 1

Pada tahun 2006, IAU (International Astronomical Union) menetapkan adanya klasifikasi
baru benda langit anggota Tata Surya yang disebut sebagai planet kerdil (dwarf planet).
Hingga sekarang telah ditemukan 5 buah planet kerdil, dan para astronom memperkirakan
jumlah planet kerdil di seluruh Tata Surya bisa mencapai 50 buah.
DAERAH TRANS-NEPTUNIAN
Daerah trans-Neptunian adalah daerah yang
berada di seberang orbit Neptunus.
Upaya menemukan objek-objek langit di daerah
ini berawal dari temuan adanya gangguan pada
orbit Uranus dan Neptunus.
Gangguan yang terjadi diduga diakibatkan oleh
adanya planet yang cukup besar yang orbitnya
terletak di seberang orbit Neptunus.
Akhirnya ditemukan berbagai objek di mana Pluto
menjadi salah satunya, tetapi efek total dari objek-
objek ini tidak cukup besar untuk menghasilkan
gangguan tersebut.
Gangguan yang terjadi diakibatkan oleh massa
komet yang sangat banyak jumlahnya, jika
dijumlahkan total massanya bisa mencapai jumlah
yang mampu memberi gangguan kepada Uranus
dan Neptunus.
Ada 3 daerah trans-Neptunian: Sabuk Kuiper,
piringan objek-objek tersebar (scattered disk
objects), dan Awan Oort.
SABUK KUIPER
Sabuk Kuiper adalah daerah di
seberang orbit Neptunus yang
ditempati oleh sekumpulan objek
kecil yang mengorbit Matahari,
dimana daerah ini meluas hingga
jarak 50 SA dari Matahari.
Sabuk Kuiper bisa dipandang
sebagai sabuk asteroid kedua,
dengan ukuran yang jauh lebih
besar.
Luasnya 20 kali lebih besar dan
massanya 200 kali lebih besar dari
sabuk asteroid yang ada di antara
orbit Mars dan Jupiter.
Selain itu, objek Sabuk Kuiper
tersusun dari materi-materi beku
es, amonia, metana, dan bahan-
bahan yang mirip dengan penyusun
komet
SABUK ASTEROID
Sabuk asteroid adalah sekumpulan benda langit
yang sangat banyak yang berada di antara orbit
Mars dan Jupiter, menjadi area pembatas antara
planet dalam dan planet luar
Diduga merupakan sebuah calon planet yang
gagal terbentuk.
Pada saat pembentukkan planet ketika Tata
Surya baru terbentuk, sekumpulan materi
tersebut tidak bisa memadat menjadi planet
karena adanya gangguan dari gravitasi Jupiter.
Kohesi calon planet ini dikalahkan oleh gravitasi
Jupiter, sehingga yang terbentuk bukan planet
melainkan butiran kecil-kecil asteroid.
Ceres adalah nama asteroid terbesar yang ada
di dalam sabuk asteroid utama.
KOMET
Komet adalah gumpalan “es kotor” yang
mengorbit Matahari dalam lintasan yang
sangat lonjong.
Bahannya terdiri dari bekuan es, karbon
dioksida, ammonia, sianida, metana, dan
beberapa jenis logam.
Ekor komet bisa mencapai Panjang 150 juta
km, sehingga bisa menjadi benda terpanjang
di dalam Tata Surya.
Sebuah komet memiliki dua jenis ekor, yaitu
ekor debu dan ekor ion.
Komet-komet periode panjang berasal dari
daerah Awan Oort, yaitu awan sisa
pembentukan Tata Surya.
Neowise termasuk komet periode panjang
yang ditemukan tanggal 27 Maret 2020 dan
mencapai perihelion pada 3 Juli 2020.
AWAN OORT
Menurut astronom Belanda, Jaan
Hendrik Oort, bahwa Tata Surya
dikelilingi oleh awan yang berjari-
jari 50.000 hingga 100.000 SA.
Awan Oort mengandung sekitar
seratus trilyun komet.
Oort membuat hipotesis bahwa di
dalam awan ini terdapat jutaan inti
komet yang secara terus-menerus
jatuh ke bidang Tata Surya dan
menggantikan komet-komet yang
sudah hancur.
Bintang-bintang tetangga bisa
mengganggu Awan Oort, sehingga
ada sebagian materi jatuh ke
dalam bidang Tata Surya dan
ditarik oleh gravitasi Matahari.
MATAHARI
Matahari adalah sebuah bintang yang
mengandung 99,85% dari total massa Tata Surya.
Matahari terbentuk Bersama-sama dengan
anggota Tata Surya yang lain sekitar 4,6 milyar
tahun yang lalu.
Matahari tersusun dari gas yang didominasi
hidrogen (92,1%) dan helium (7,8%).
Matahari terdiri dari 3 bagian: bagian inti, bagian
radiatif, dan bagian konvektif.
Atmosfer Matahari terbagi menjadi 3 daerah:
daerah fotosfer, kromosfer, dan korona.
Korona adalah daerah paling luar dari atmosfer
Matahari yang bisa meluas hingga beberapa kali
jari-jari Matahari.
MISTERI ATMOSFER MATAHARI
Korona Matahari dapat diamati pada saat terjadi
gerhana matahari total.
Korona memiliki temperatur hampir 1-2 juta oC,
jauh lebih panas dari temperatur bagian fotosfer
(6.000 oC) dan kromosfer (10.000 oC). Secara
teoretik seharusnya lebih dingin dari bagian
permukaan karena posisinya yang lebih jauh dari
bagian inti.
Bagian inti Matahari memiliki temperatur sekitar
15 juta oC.
Bagian inti memancarkan satu jenis partikel yaitu
neutrino yang langsung dipancarkan ke angkasa.
Neutrino yang diamati di Bumi adalah neutrino
yang berasal dari Matahari.
Matahari sering melontarkan partikel dan radiasi
energi tinggi dalam bentuk flare dan pelontaran
massa korona yang bisa memberikan pengaruh
signifikan ke lingkungan Bumi.
SUNSPOT (BINTIK MATAHARI)
Sunspot memiliki temperatur sekitar 3.000-
4.000 oC, sehingga tampak lebih gelap dari
temperatur permukaan di sekitarnya.
Jumlah sunspot memiliki siklus 11 tahunan.
Periodisitas sunspot sudah teramati sejak abad
17 oleh Galileo. Banyaknya bintik yang muncul
menandakan Matahari sedang aktif.
Pada tahun 1645-1715 terjadi masa sunspot
minimum (Masa Minimum Maunder) yang
berdampak menurunkan temperatur Bumi.
Eropa mengalami masa yang sangat dingin yang
dijuluki sebagai Zaman Es Kecil.
GEJALA-GEJALA MATAHARI
Prominence adalah gejala munculnya lidah-lidah
api atau busur-busur api yang muncul dari
piringan Matahari.
Prominence eruptif bisa mencapai ketinggian
lebih dari 1 juta km dari permukaan fotosfer dan
melemparkan partikel-partikel dengan kecepatan
700 km/detik.
Badai Matahari adalah peristiwa ketika Matahari
memancarkan radiasi energi tinggi ke Bumi
seperti flare dan pelontaran massa korona.
Matahari secara kontinu memancarkan partikel
berenergi tinggi dan radiasi ke segala arah yang
dinamakan angin surya (solar wind). Pancaran
angin surya bergerak mengikuti garis-garis gaya
medan magnet Matahari yang mengarah ke luar.
Matahari berotasi sambil memancarkan angin
surya, sehingga pancarannya berbentuk seperti
sebuah spiral yang diberi nama Spiral Parker.
ANGIN SURYA DAN BADAI GEOMAGNETIK

Angin surya yang sampai ke Bumi berinteraksi dengan medan magnet Bumi sehingga magnetosfernya
berbentuk seperti komet dengan ekor yang memanjang hingga sejarak 1000 kali jari-jari Bumi.
Magnetosfer merupakan perisai Bumi terhadap pancaran partikel-partikel dari Matahari yang bisa
membahayakan kehidupan di Bumi.
MATAHARI SEBAGAI BINTANG
BINTANG TERDEKAT
Jarak bintang terang terdekat dengan Bumi
setelah Matahari adalah Alpha Centauri. Jika
jarak Bumi ke Matahari adalah 8,5 menit cahaya
(1 SA), maka jarak Bumi ke Alpha Centauri
sekitar 4,27 tahun cahaya (268.144,5 SA).
Jarak bintang lain ada yang ribuan tahun cahaya
atau lebih. Astronom sekarang bisa melihat
galaksi yang sejarak 13 milyar tahun cahaya.
Bintang terdekat dengan Matahari sebenarnya
Proxima Centauri, berjarak 4,27 tahun cahaya,
tapi bintang ini sangat lemah (20.000 kali lebih
lemah dari Alpha Centauri) sehingga tak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Alpha Centauri merupakan bintang yang setipe
dan seukuran dengan Matahari. Bintang Alpha
Centauri merupakan sistem 3 bintang (Alpha
Centauri A, Alpha Centauri B, dan Proxima
Centauri). Jarak antara bintang Alpha Centauri A
dan B sekitar 35 SA.
UKURAN BINTANG-BINTANG
Bintang paling terang di rasi Scorpio adalah
Antares, yaitu bintang raksasa merah yang
besarnya lebih dari 600 kali Matahari dan
berjarak 500 tahun cahaya. Bintang ini tampak
seperti planet Mars (Ares) karena warnanya
merah, karena itu dinamai Antares (Anti-Ares).
Bintang paling terang di rasi Orion adalah Rigel
(Beta Orionis) warnanya biru. Besar Rigel 60 kali
Matahari. Adapun bintang paling terang kedua di
rasi ini adalah Betelgeuse yang berwarna merah
dan merupakan bintang maharaksasa (red
supergiant) yang radiusnya 1000 kali Matahari.
Bintang paling terang di rasi Canis Major adalah
Sirius (Alpha Canis Major) dan merupakan
bintang yang paling terang di langit malam. Jarak
Sirius 9 tahun cahaya.
GALAKSI BIMA SAKTI (MILKY WAY)
Semua bintang yang dapat kita lihat dengan
mata telanjang hanyalah sebagian kecil dari
bintang yang ada di dalam galaksi kita. Jumlah
bintang dalam Galaksi Bima Sakti sekitar 200-
400 milyar, salah satunya adalah Matahari.
Galaksi Bima Sakti berbentuk cakram dengan
garis tengah 100.000-125.000 tahun cahaya.
Matahari berjarak sekitar 30.000 tahun cahaya
dari pusat galaksi. Bidang cakram ini disebut
sebagai bidang galaksi (galactic plane).
Di dalam semesta galaksi, Bima Sakti merupakan
galaksi yang berukuran sedang.
Hampir semua objek langit yang dapat kita lihat
dengan mata telanjang adalah benda-benda
dalam galaksi kita, kecuali Galaksi Andromeda,
Awan Magellan Besar dan Magellan Kecil.
BIMA SAKTI
Galaksi Bima Sakti berumur 13,5
milyar tahun. Terdiri dari 200
milyar bintang.
Bima Sakti memiliki dua satelit
galaksi yaitu Awan Magellan Besar
(LMC) dan Awan Magellan Kecil
(SMC) masing-masing berjarak
179.000 dan 210.000 tahun cahaya.
Keduanya merupakan galaksi kecil
yang mengorbit Bima Sakti.
Galaksi besar yang paling dekat
dengan Bima Sakti adalah
Andromeda yang berjarak 2,2 juta
tahun cahaya. Andromeda memuat
sekitar 250 milyar bintang hampir
mirip dengan Bima Sakti.
PUSAT BIMA SAKTI DAN ANDROMEDA
GUGUS GALAKSI
Galaksi-galaksi juga membentuk kelompok-
kelompok yang disebut sebagai gugus galaksi
(galaxy cluster). Merupakan struktur yang terdiri
dari ratusan sampai ribuan galaksi yang terikat
bersama oleh gravitasi dengan rentang tipe
massa mulai dari 1014–1015 massa Matahari.
Gugus galaksi merupakan struktur ikatan
gravitasi terbesar di alam semesta dan diyakini
sebagai struktur terbesar yang dikenal di alam
semesta sampai tahun 1980-an ketika gugusan
super (supercluster) ditemukan.
Gugus galaksi yang terkenal yang jaraknya relatif
dekat dengan kita adalah Gugus Virgo, Gugus
Fornax, Gugus Hercules, dan Gugus Coma.
Besar gugus galaksi berjarak jutaan tahun cahaya
dari tepi ke tepi.
PEMBENTUKAN TATA SURYA
Dari sekian banyak teori tentang pembentukan
Tata Surya, hipotesis yang tertua adalah hipotesis
kabut (nebular hypothesis) atau hipotesis
kondensasi yang diajukan oleh filsuf Jerman yaitu
Immanuel Kant pada tahun 1755, kemudian teori
ini dikembangkan oleh ahli matematika Perancis,
Pierre Laplace pada tahun 1796.
Menurut teori kondensasi, Matahari dan planet-
planet berasal dari kabut pijar yang berpilin di
dalam jagad raya. Karena proses rotasi maka ada
sebagian massa kabut yang terlepas dan
membentuk gelang-gelang pada cakram dari
gumpalan kabut tersebut.
Akibat putaran yang kontinu maka terjadi proses
pemadatan material pada bagian pusat cakram
dan pada bagian gelang-gelang, kemudian
terbentuk Matahari dan planet-planet.
Hipotesis kabut Kant kemudian dikembangkan
oleh Karl Von Weiszacker dan Gerard P. Kuiper
pada tahun 1940-an dengan teori vorteks.
Menurut teori Vorteks (pusaran) yang diajukan
oleh Von Weiszacker, kabut nebula semula
bergerak secara turbulen dan membentuk
vorteks-vorteks yang merupakan sifat dari
gerakan gas. Kemudian pada batas antar sel-sel
turbulen terjadi tumbukan antar partikel yang
membesar dan menjadi planet.
Menurut teori Protoplanet yang diajukan oleh
Kuiper, bahwa pembentukan planet melalui
proses turbulensi nebula dapat membantu
tumbukan planetesimal, sehingga planetesimal
membesar dan tumbuh sebagai protoplanet
yang kemudian menjadi planet.
BIG BANG
Alam semesta dimulai pada
waktu tertentu di masa lalu
melalui peristiwa dentuman
besar (Big Bang).
Sejak peristiwa itu ukuran
alam semesta terus
membesar.
BUKTI TERJADINYA
DENTUMAN BESAR
- Alam Semesta Berkembang
Alam semesta tunak (steady state)

- The Cosmic Microwave


Background
Penzias & Wilson
Akhir teori steady state

- Kelimpahan Unsur Ringan


Hidrogen, Helium, dan Lithium
KU1284
Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian
Minggu ke-3

12 September 2018
Perkenalan
(Nama dosen)

Gedung Teknik Geologi, Labtek IV

Lantai (X)

(Email)

12/9/2018 2
Geologi
Gambaran umum tentang bumi
Bumi-sumber daya kehidupan
Tujuan: Pemanfaatan teknologi eksplorasi
Dampak eksploitasi bumi

• Waktu ➔ Evolusi bumi


Rangkaian • Ruang ➔ Interior bumi
kuliah: • Proses ➔ Proses-proses geologi

12/9/2018 3
Agenda

Evolusi Kehidupan

Skala Waktu Geologi

Penentuan Umur Relatif dan Absolut

12/9/2018 4
1. Evolusi bumi dan kehidupan

12/9/2018 5
1. Evolusi bumi dan kehidupan

12/9/2018 6
Diskusi
Pembentukan dan
perubahan bumi dan Munculnya kehidupan
kehidupan sangat mulai dari mikroorganisme
kompleks dan lama.

Perubahan kondisi Perubahan dan adaptasi


lingkungan memicu makhluk hidup tidak dapat
perubahan bentuk dihindari di bumi yang
kehidupan. terus berubah/dinamis

Waktu yang diperlukan Waktu kehidupan manusia


untuk perubahan (evolusi dibandingkan dengan
bumi dan kehidupan) waktu terbentuknya bumi
tersebut sangat lama --- sangat singkat --- bijaksana
skala waktu geologi dalam eksploitasi SDA
12/9/2018 7
1. Evolusi kehidupan

Charles Darwin :
“The origin of species”

12/9/2018 8
1. Evolusi kehidupan
Tidak semua organisme dari jenis
(spesies) yang sama mempunyai
perlengkapan yg sama untuk bertahan
hidup (struggle for existence)

Adanya variasi dalam gen-gen →


bertahan terhadap perubahan
lingkungan, → ada persaingan (survival
of the fittest / natural selection)

Variasi-variasi yg kuat dlm individu ini


dapat diteruskan pada generasi
berikutnya

Variasi = mutasi, perubahan spontan


dalam gen
12/9/2018 9
1. Evolusi kehidupan
Burung finch di Kepulauan
Galapagos

(Darwin, 1845. Journal of researches into the natural history and geology of the countries visited during
the voyage of H.M.S. Beagle round the world, under the Command of Capt. Fitz Roy, R.N. 2d edition).

12/9/2018 10
1. Evolusi kehidupan

Perubahan bertahap ini


membawa organisme
Organisme adaptif dan Terjadi perubahan yang
secara berangsur-
membawa perubahan terus-menerus secara
angsur untuk
itu pada keturunannya. bertahap.
menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.

12/9/2018 11
1. Evolusi kehidupan
Lamarck's theory held that species
underwent changes in response to changes
in their environment. One notable example
quoted by him was the case as it might
exist with respect to Giraffes.

Lamarck contended that as trees began to


grow taller, giraffes responded to the
change by growing longer necks so that
they could continue to feed.
His second contention was that this change
was permanent for as long as the new
environmental conditions continued to
apply.

In other words, nature chose the best


possible solution and, organisms (species),
responded accordingly.

12/9/2018 12
1. Evolusi kehidupan

12/9/2018 13
1. Evolusi kehidupan
Darwinism Lamarckism:

• This theroy does not believe in the • This theory states that there is an
internal vital force. internal vital force in all organisms.
• It contends that needs and/ or • It considers that new needs or desire
desires do not form part of Darwin’s produce new structures and change
natural selection theory. habits of the organism.
• An organ can develop further or • According to this theory if an organ
degenerate only due to continuous is constantly used it would be better
variations. developed whereas disuse of organ
results in its degeneration.
• Struggle for existence is very
important in this theory. • It does not consider struggle for
existence.
• Only useful variations are
transferred to the next generation. • All the acquired characters are
inherited to the next generation.
• Darwin’s natural selection theory is
based on survival of the fittest. • Lamarckism does not believe in
survival of the fittest.

12/9/2018 14
1. Evolusi kehidupan
EVOLUSI:
 Evolusi merupakan perubahan bentuk organisme yang
berjalan sangat lambat dan berlangsung dalam waktu
yg sangat lama
 Contoh:
Ikan ➔ Amphibi ➔ Reptil ➔ Mamalia (???)
 Phenotype:
Adalah perubahan bentuk disebabkan oleh perubahan
lingkungan

Phenotype x Waktu = Evolusi


1. Evolusi kehidupan
1. Evolusi kehidupan
• Adanya perubahan spesies sepanjang
Fakta waktu
• Spesies berubah sebagai hasil dari
penting: “survival of the fittest / natural
selection”

Indikasi rekaman geologi menunjukkan bahwa variasi-


variasi spesies selalu satu arah dan tidak kembali balik.
Jadi, sekali spesies tersebut punah spesies tersebut tak akan
muncul kembali dlm rekaman fosil.

12/9/2018 17
1. Evolusi kehidupan
Begitu spesies baru yang mampu
beradaptasi terbentuk,
anggota/individunya
memperbanyak diri dgn cepat dan
meningkat dalam jumlah →
sangat banyak/melimpah dan
menyebar luas hingga terekam
sebagai Pemunculan Awal (First
Appearance) dari spesies tsb.

12/9/2018 18
1. Evolusi kehidupan
Jika spesies tidak mampu lagi
bertahan terhadap perubahan
kondisi lingkungan →
anggota/individunya menurun
drastis dalam jumlah dan akhirnya
punah (extinction) atau yg disebut
sebagai Pemunculan Akhir (Last
Appearance) dari spesies tersebut.

12/9/2018 19
1. Evolusi kehidupan
A species may become extinct because:

its habitat has been destroyed,

its environment has changed in an unfavorable direction,

evolutionary changes by some other species in its


community may impact our target species for the worse.

As an example, the evolution by some Cambrian animals of


hard body parts, such as jaws and shells, may have made
some organisms lacking hard parts more vulnerable to
predation and thereby more prone to extinction.
Copyright © 2002 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings
12/9/2018 20
1. Evolusi kehidupan

12/9/2018 21
1. Evolusi kehidupan

12/9/2018 22
1. Evolusi kehidupan

12/9/2018 23
1. Evolusi kehidupan

Penurunan
muka laut Zaman es
hingga 100 yang hebat.
m.

Kehidupan 60-70%
di bumi
sebagian spesies
besar di punah.
dalam laut.

https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/

12/9/2018 24
1. Evolusi kehidupan

Hampir
Pendinginan
semua coral
global.
terganggu.

Sekitar 75%
Kondisi laut spesies
anoxic. punah.

https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/

12/9/2018 25
1. Evolusi kehidupan

Erupsi
The great volcanic
dying. besar di
Siberia.

Sekitar 96%
Pemanasan spesies
global. punah.

https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/

12/9/2018 26
1. Evolusi kehidupan

Tabrakan ‘Flood basalt


asteroid. eruption’

Sekitar 75%
Pemanasan spesies
global. punah.

https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/

12/9/2018 27
1. Evolusi kehidupan

Kepunahan
Vulkanisme.
dinosaurus.

Tabrakan Kepunahan
asteroid masal ke-
raksasa. 6???

https://www.gaiashomes.com/sixth-mass-extinction-event/

12/9/2018 28
1. Evolusi kehidupan

12/9/2018 29
1. Evolusi kehidupan

Fig. 25.6
Copyright © 2002 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings

12/9/2018 30
2. Skala waktu geologi
ASAL KLASIFIKASI STRATIGRAFI
 Pada mulanya tujuan ilmu geologi adalah menyusun
sejarah bumi dengan membagi dalam selang-selang
waktu tertentu

 Untuk pembagian perioda-perioda digunakan kriteria


litologi dan paleontologi

12/9/2018 31
2. Skala waktu geologi

1 Super posisi (Steno, 1669),

2 Horizontalitas (Steno, 1669),

3 Kesinambungan Lateral (Steno, 1669),

4 Uniformitarianisme (Hutton, 1756),

5 Hukum urut-urutan fauna (Abbe Giraud – Soulavie, 1777),

6 Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816).

12/9/2018 32
2. Skala waktu geologi
1. Super posisi (Steno, 1669)
Dalam urut-urutan yang tidak terganggu,
lapisan yang lebih muda terletak di atas
lapisan yang lebih tua (lapisan termuda
terletak di puncak)

Nicholas Steno

12/9/2018 https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Steno%27s_Laws.png 33
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi
2. Skala waktu geologi

12/9/2018 37
2. Skala waktu geologi
2. Horizontalitas (Steno, 1669)
a. Dalam urut-urutan yang tidak terganggu, lapisan-lapisan
sedimen diendapkan secara hampir horizontal, dan tak dapat
tiada sejajar dgn permukaan di mana sedimen tsb
diendapkan.
b. Lapisan yg miring, tadinya adalah horizontal

https://commons.wikimedia.org/wik
i/File:Steno%27s_Laws.png
12/9/2018 38
2. Skala waktu geologi

Original Horizontality
12/9/2018 39
2. Skala waktu geologi

12/9/2018 Original horizontality and superposition 40


2. Skala waktu geologi

12/9/2018 Original horizontality and superposition 41


2. Skala waktu geologi
3. Kesinambungan lateral (Steno, 1669)
Lapisan sedimen menerus ke arah lateral sampai ke tepi cekungan di
mana pengendapannya menjadi membaji.

https://commons.wikimedia.org/wik
i/File:Steno%27s_Laws.png
12/9/2018 42
2. Skala waktu geologi
4. Uniformitarianisme (Hutton, 1756)
Proses-proses geologi yg berlangsung sekarang, juga terjadi pada
masa yang lampau : “The present is the key to the past”

James Hutton 1726-1797

12/9/2018 43
2. Skala waktu geologi

https://www.slideshare.net/cfoltz/earth-science-chapter-31-earths-story-and-those-who-first-listened
12/9/2018 44
2. Skala waktu geologi
5. Hukum urut-urutan fauna (Abbe Giraud-Soulavie, 1777)
Statement of principle:
“Fossil differs according to their geologic ages (stratigraphic
position); fossils in lower formations are unlike those in
higher beds. Fossil floras and faunas succeed one another
in a definite and determinable order (Anthony, 1955, p.89)”.

Fosil pada formasi yg


Jenis-jenis fosil itu
terbawah tidak serupa
berbeda sesuai dengan
dengan yang berada pada
umurnya.
formasi yg lebih tinggi

12/9/2018 45
2. Skala waktu geologi
5. Hukum urut-urutan fauna (Abbe Giraud-Soulavie, 1777)

12/9/2018 46
2. Skala waktu geologi
Hukum urut-urutan fauna

(Abbe Giraud-Soulavie, 1777)

12/9/2018 47
2. Skala waktu geologi
6. Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816)
Modified statement:
“Strata can be distinguished by their characteristic fossils
(Woodford, 1935, op.cit, p.5-6; Schenk, 1940, p. 1754-
1755)”.

Lapisan batuan dapat


dibedakan dari
kandungan fosilnya
yang khas

William Smith
12/9/2018 48
2. Skala waktu geologi
6. Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816)

Kandungan fosil diyakini sebagai pembagi


12/9/2018 waktu yang benar 49
12/9/2018 50
Fig. 10.7
12/9/2018 51
2. Skala waktu geologi

12/9/2018 52
2. Skala waktu geologi

Eon Era Period Epoch

Age

12/9/2018 53
2. Skala waktu geologi
EON ERA

•Precambrian Eon:
•Hadean: period where the geosphere was still
forming an life had not yet come into being.
•Archean: present crustal structure, Planetary
Ocean, Formation of the continents and archaic
regime of Continental drift. Chemically and
thermally self-stabilizing biosphere,
Prokaryotes (Archaea, Eubacteria and Urkaria),
reducing atmosphere, Oxygen Crisis and the
decline of the Archaea, colonial stromatolites
•Proterozoic: continental drift (present regime)
begins, Proterozoic Ice Ages, Precambrian
Pangeas, The first Multicelluar organisms.

•The Phanerozoic Eon majority of macroscopic


organisms, algal, fungal, plant and animal, lived
12/9/2018 54
TUGAS

Sebutkan secara singkat peristiwa-


peristiwa geologi penting yang
terjadi di bumi pada setiap periode
dalam Phanerozoic Eon pada skala
waktu geologi!

12/9/2018 55
TUGAS Dalam skala 1 tahun

= 0,01 Jt/15 M =
…..detik
1. Diketahui pembentukan
alam semesta 15 milyar
tahun yang lalu
2. Pembentukan Bumi (dan
Tata Surya) Hadean = 4,6
milyar tahun yang lalu 66,4 jt/15 M = … hari

3. Munculnya kehidupan 570


juta tahun yang lalu, dst
4. Pelajari dan carilah referensi
mengenai tabel waktu
geologis
5. Buatlah tabel waktu tersebut
dan pada kolom paling
kanan, ubahlah skala = 570 Jt/15 M = …bulan
waktunya jika 15 milyar
tahun yang lalu menjadi 1
tahun yang lalu.
6. Buat dengan tulisan tangan = 4550 Jt/15 M = …
(bukan print out!)
= 15 M/15 M = 1 tahun
12/9/2018 56
3. Penentuan umur relatif dan absolut

12/9/2018 57
3. Penentuan umur relatif dan absolut

12/9/2018 58
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur relatif batuan
Membandingkan lapisan batuan yang lebih tua dan yang
lebih muda (super posisi, horizontalitas,
uniformitarianisme).

Membandingkan proses geologi manakah yang terjadi


lebih dahulu dan urutannya (crosscutting).

Analisa fosil-fosil indeks/marker (faunal succession).

12/9/2018 59
3. Penentuan umur relatif dan absolut

12/9/2018 https://en.wikibooks.org/wiki/High_School_Earth_Science/Relative_Ages_of_Rocks 60
3. Penentuan umur relatif dan absolut

https://www.slideshare.net/cooperk2/guide-to-rock-dating-chap-4

12/9/2018 61
3. Penentuan umur relatif dan absolut

https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/dating-rocks-and-fossils-using-geologic-methods-107924044

12/9/2018 62
3. Penentuan umur relatif dan absolut

https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/dating-rocks-and-fossils-using-geologic-methods-107924044
12/9/2018 63
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur absolut batuan
• Penggunaan isotop, yaitu unsur-unsur kimia dengan inti atom yang
mengandung jumlah neutron yang berbeda-beda, tanpa mengubah jumlah
proton (yang dikenal dari nomor atom).

• Isotop dikenal dari nomor massa = jumlah neutron + proton.

• Contoh karbon C mempunyai nomor massa 12, 13, 14.

• Radioaktof jika isotop tidak stabil, misalnya C-14 → peluruhan.

Misalnya 14C (parent) → 14N (daughter)


238U (parent) → 206Pb (daughter)

Proses peluruhan:
1. Memancarkan partikel β (nomor massa tetap, nomor atom bertambah 1.
2. Menangkap partikel β (nomor atom berkurang 1, nomor massa tetap)
3. Memancarkan partikel α (penambahan 2 proton dan 2 neutron)
→ Disertai radiasi sinar elektromagnetik (sinar φ)
12/9/2018 64
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur absolut batuan

Kecepatan peluruhan unsur isotop radioaktif tidak


sama.

Kecepatan peluruhan tidak terpengaruh oleh


proses-proses geologi (penting bagi penentuan
umur absolut).

Kecepatan peluruhan dinyatakan dalam waktu


paruh T½ (half time).

Half time: Waktu yang dibutuhkan untuk


meluruhkan sejumlah atom parent menjadi
setengahnya.
12/9/2018 65
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Umur absolut batuan
Mis. Waktu paruh T½ unsur isotop tertentu = 1 jam,
dimulai dg 1000 atom (No)
Setelah 1 jam = terisisa 500 atom parents (Np) dan 500 atom daughters
Nd).
Setelah 2 jam = tersisa 250 atom parents, dst.

Maka Np + Nd = No

Jika pada batuan tertentu diketahui jumlah atom Nd (kondisi jumlah atom
saat ini), maka dengan diketahuinya waktu paruh setiap unusr radioaktif,
dapat diketahui berapa jumlah atom asal, dan waktu yang dibutuhkan dari
jumlah atom asal hingga jumlah atom saat ini (berapa kali T½)

12/9/2018 66
Gedung Prodi Teknik Geologi dan Teknik Pertambangan
(https://arcraftureyou.files.wordpress.com/2015/05/gedung-geologi-itb.jpg)

12/9/2018 67
12/9/2018 68
12/9/2018 69
12/9/2018 70
12/9/2018 71
KEPUNAHAN MASAL (Mass extinction)
1. Catastrophic extinction
2. Gradual extinction
3. Step extinction
Contoh :
1. Pada batas antara Kapur – Tersier, diduga penyebabnya adalah pengaruh
dari obyek luar angkasa (bolides) yg dapat menciptakan perubahan iklim yg
sangat besar dgn melontarkan awan debu yg dasyat dan menyebabkan
turunnya hujan asam, tsunami, kebakaran hutan yg hebat shg
mengakibatkan kematian masal dr beberapa kelompok organisme

2. Gradual changes yg progresif dalam suhu bersamaan dgn perubahan muka


laut yg disebabkan oleh perubahan/ pembalikan geomagnetik bumi dapat
pula menyebabkan kematian masal

3. Beberapa kepunahan dapat terjadi melalui beberapa tahap sbg akibat dari
serangkaian kejadian, seperti adanya hujan meteor yg dapat menyebabkan
terjadinya serangkaian pengrusakan lingkungan yg mematikan

12/9/2018 72
Original horizontality? and cross-cutting

12/9/2018 73
Original horizontality? and cross-cutting

12/9/2018 74
HUKUM ke 5 & 6

12/9/2018 75
KEGUNAAN MIKROPALEONTOLOGI DLM INDUSTRI

 Penentuan umur batuan (sedimen)


 Penentuan lingkungan pengendapan
 Penentuan paleodepth/paleobathymetri
 Penentuan paleoklimat
 Geohistory Analisis
 Studi Ketidakselarasan
 Korelasi Biostratigrafi

12/9/2018 76
GEOLOGIC
TIME
SCALE

12/9/2018 77
12/9/2018 78
Geologic Time Scale

12/9/2018 79
GEOLOGIC TIME SCALE

12/9/2018 80
GEOLOGIC
TIME
SCALE

12/9/2018 81
Understanding the geological
relationships of different rock unit
Nicolaus Steno in 1669 described two
basic geologic principles (steno’s
principals).
The first stated that sedimentary
rocks are laid down in a horizontal
manner,
the second stated that younger rock
units were deposited on top of older
rock units
William Smith, in 1815 produced a
geologic map of England in which he
successfully demonstrated the validity
of the principle of faunal succession.
The Earth devided into a number of periods - the Geological
time-scale, according to the rock types and sort of fossils found
in each one.

These divisions are pretty arbitrary, like any man-made divisions,


but they at least can serve as useful labels.

The Paleozoic, the era of "ancient life" is characterized by fossils


of invertebrates, primitive tetrapods, etc; the Mesozoic or era of
"middle life", by fossils of dinosaurs etc, and the Cenozoic or era
of "recent life" by mammals and modern plants and
invertebrates.
PERUBAHAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU

❖ Smith (1816)
❖ D’Orbigny (1850)
❖ Opel (1865)

 kumpulan fosil berubah pd


setiap lapisan

Akibat perubahan lingkungan

12/9/2018 84
12/9/2018 85
EON ERA
•Precambrian Eon:
•Hadean period where the geosphere was still
forming an life had not yet come into being.
•Archean ("first", "primary") previously defined as:
Archeozoic ("first life")and Azoic (lifeless)→Present
crustal structure, Planetary Ocean, Formation of the
continents and archaic regime of Continental
drift. Gaia (Chemically and thermally self-stabilizing
biosphere) - Bioenergetic Processes - Prokaryotes
(Archaea, Eubacteria and Urkaria) - reducing
atmosphere, Oxygen Crisis and the decline of the
Archaea, colonial stromatolites
•Proterozoic ("age of first life")→Endosymbiosis
(Eukaryotes). Continental drift (present regime)
begins. Proterozoic Ice Ages - Precambrian
Pangeas. The first Multicelluar organisms.

•The Phanerozoic Eon represents the time during


which the majority of macroscopic organisms, algal,
fungal, plant and animal, lived
Summary
The Divisions of Precambrian Time
540

900

1600

2500

3800

4500
The "zoic" part of the word comes from the
root "zoo", which means animal.
This is the same root as in the words Zoology
and Zoological Park (or Zoo).
"Cen" means recent, → “Age of Mammals “
"Meso" means middle, →”Age of Dinasours

"Paleo" means ancient, → “Age of Fishes”
At its beginning, multicelled animals
underwent a dramatic "explosion" in
diversity, and almost all living animal
phyla appeared within a few millions
of years.
At the other end of the Paleozoic, the
largest mass extinction in history
wiped out approximately 90% of all
marine animal species
Mesozoic
Mesozoic means "middle animals", and
is the time during which the world
fauna changed drastically from that
which had been seen in the Paleozoic.
Dinosaurs, which are perhaps the most
popular organisms of the Mesozoic,
evolved in the Triassic, but were not
very diverse until the Jurassic.
Except for birds, dinosaurs became
extinct at the end of the Cretaceous.
Some of the last dinosaurs to have lived
are found in the late Cretaceous
deposits of Montana in the United
States.
CENOZOIC STRATIGRAPHY

Cenozoic ("Cen" means recent),


spans about 65 million years,
from the end of the Cretaceous
and the extinction of non-avian
dinosaurs to the present.

The Cenozoic is sometimes


called the Age of Mammals,
because the largest land animals
have been mammals during that
time
The Paleocene ("ancient recent life") epoch marks the
beginning of the Paleogene Period and the Cenozoic era. The
sea-level fell to expose dry land in much of inland North
America, Africa, and Australia. South America however was
cut adrift with its own unique evolving "ark" of birds,
mammals, and reptiles.
The name Eocene means the "dawn of recent life" Originally
the Eocene was the first epoch of the Cenozoic, but then the
Paleocene was erected as an earlier epoch. Life during the
Eocene was pretty similar to that of the Paleocene, a warm tropic
world, high sea-levels and island continents, invertebrates and
plants similar to those today, while mammals continue to evolve
and diversify along many lines

The Oligocene Epoch (meaning "slightly recent") was the


third and youngest division of the Paleogene, and the
characterized by an increasing proportion of "modern"
animals.
The name Pliocene means "more recent", and this was the
most recent epoch of Tertiary period, lasting from about 5 to
2 million years ago

The Miocene or "less recent" is so called because it contains


fewer modern animals than the following, Pliocene, epoch
This period saw the current ice age, the rise of man, and the
extinction of most of the mammalian megafauna
3. Penentuan umur relatif dan absolut
Penentuan umur absolut / numerical dating

1715 Edmund Halley: menghitung berapa waktu yang


diperlukan untuk menggarami laut.

1889 John Joly: mengukur kadar garam di sungai lalu


melakukan perhitungan waktu yang diperlukan untuk mencapai
kadar salinitas air laut. Kelemahan: tidak mencerminkan semua
laut di Bumi, dan garam tidak hanya berasal dari sungai saja.

1896 Lord Kelvin: menghitung kecepatan pendinginan Bumi


daro bola kabut pijar hingga mendingin sekarang. Tapi saat itu
belum diketahui adanya sifat radioaktivitas unsur-unsur yang
memancarkan panas secara kontinyu.

12/9/2018 95
Mg4 PITB:
INTERIOR BUMI

Tektonik Lempeng
(Plate Tectonics)
dan
Batuan (Rocks)
INTERIOR BUMI
Inti Bumi:
2900 km – pusat Bumi; inti
luar dan dalam; densitas 9,5 –
14,5 gr/cm3
Diperkirakan terdiri dari Fe-Ni
(dilihat dari densitas unsur
Moho Discontinuities
tersebut dan dari deduksi
meteorit yang jatuh di Bumi)

Selubung Bumi:
Batas kerak bumi – 2900 km;
selubung bawah dan
selubung atas; densitas 3,3 –
5,7 gr/cm3; volumenya 82,3%
dari volume Bumi dan 67,8%
dari massa Bumi.
Guttenberg
Discontinuities
Kerak Bumi:
Ketebalan tidak merata: di
bawah pegunungan 70 km di
bawah samudra bisa hanya 5
km saja; densitas rata-rata 2,7
gr/cm3
Teori Pengapungan Benua (1912)
Alfred Wegener (1880-1930)

The main features of plate tectonics


are:
•The Earth's surface is covered by a
series of crustal plates.
•The ocean floors are continually
moving, spreading from the center,
sinking at the edges, and being
regenerated.
•Convection currents beneath the plates move the crustal
plates in different directions.
Penelitian Gaya Berat Vening Meinesz
1940 - 1959
• Menemukan anomali gaya berat di Palung
Sumatra (pantai barat Sumatera)
• 1962 (Harry Hess) : arus konveksi dari
penelitian di dasar Samudera Atalantik →
• Sea Floor Spreading
PLATE TECTONICS:
A Combination of Two Ideas
• Continental Drift
• Sea-Floor Spreading
PLATE TECTONICS:
A Combination of Two Ideas
Plate Tectonic Interactions
• Extensional (Divergent)
• Convergent (Compressional)
• Transform
Major Plates in the World
Convergence Margin
Subduction
Collision
Transform Margin

EQ 1906

EQ 1984
Pinatubo Kanaga
1990-an

St. Helen 1980

Krakatau 1883 Merapi 2006


Batuan
Dalam geologi secara umum:
Masa padat terdiri dari kumpulan satu atau lebih
mineral sebagai pembentuk kerak bumi

Dalam geologi teknik:


Masa dari kerak bumi yang kompak, agak
keras (semi hard) atau keras (hard)
Mineral

• Natural
• Solid
• Inorganic
• Crystalline Structure
• Chemical Compound
Source: E. R. Degginger/Bruce Coleman Inc.
Important Silicates Micas

Muscovite
Feldspars

Orthoclase

Olivine

Quartz
Mineral Pembentuk Batuan
Rocks are made of Minerals
(Minerals in Granite)
Proportions of
Rock Types on the Earth

igneous & metamorphic rocks = crystalline rocks


Igneous
Rocks

Identification
Batuan Beku:
Berasal dari pembekuan magma

→ Ekstrusif → bertekstur halus (afanitik)

→ Intrusif → bertekstur kasar (fanerik)


Batuan intrusif hipabisal
di G. Lagadar, Cimahi Selatan
(andesit)
Batuan ekstrusif di Curug Dago,
Bandung (lava basalt)
Igneous Textures
Porphyritic
- Crystalline

Groundmass

Phenocrysts
“Translation” of Texture:
Plutons and Volcanoes
Fine
Grained

Coarse
Grained
Kandungan mineral dari
kelompok utama batuan beku:
F A Komposisi % SiO2 Mineral utama

Kuarsa, ortoklas,
Asam > 65 Na-plagioklas,
muskovit, biotit,
+/- hornblenda
Na-plagioklas, biotit,
Intermedier 55 - 65 hornblenda, kuarsa,
ortoklas (augit)
Ca-plagioklas, augit,
Basa 45 - 55 +/- hornblenda,
+/- olivin
Ca-plagioklas,
Ultrabasa < 45 olivin, +/- augit
Batuan Sedimen:
Berasal dari hasil
pengendapan fragmen/bahan
(batuan, mineral, organisme, dll)
Sedimentology & Stratigraphy
Sedimentology
The study of the processes that erode,
transport and deposit sediments

Sedimentary Petrology
The study of the characteristics and origin
of sedimentary rocks.

Stratigraphy
The study of the origin, relationship, and
extent of rock layers (strata).
Klasifikasi batuan sedimen
1. Detritus (erosi-transportasi-sedimentasi-
kompaksi-litifikasi) → halus: batulempung,
batulanau; → kasar: batupasir, breksi,
konglomerat
2. Kimiawi: hasil evaporasi → batugaram;
perubahan kimiawi → rijang
3. Organik: asal organik → batubara,
batugamping
Types of Sedimentary Rocks
Detrital Chemical

Organic
Clastic
Texture Crystalline
Texture
Tekstur batuan sedimen
1. Besar butir → ukuran butir (Skala
Wentworth)
2. Pemilahan (sorting) → gradasi
3. Kebundaran (roundness)
4. Kemas (Fabric): sifat hub antar butir
5. Porositas: rasio V-rongga : V-total (%)
6. Semen atau masa dasar
Grain Size

•Gravel
2mm
•Sand
1/16 mm
•Mud - Silt
1/256 mm
•Mud - Clay
Grain Size Interpretation
• Gravel
• High Energy • River, Beach
• Sand
• River, Beach, Desert
• Silt
• Delta, Shallow Ocean
• Clay
• Low Energy • Deep Ocean, Lake,
Swamp
Diagenesis: Lithification

Sediment

Rock
Sorting
Sorting

Interpretation: Transport Agent


Poorly Sorted Gravity and Glaciers (and Rivers)
Well Sorted Water and Wind
Metamorphic Rocks

Rocks Under Stress


Batuan Metamorfosa:
Berasal batuan lain yang mengalami
pembentukan mineral-mineral baru akibat
perubahan suhu dan/atau tekanan
pada fasa padat

1. Metamorfisme kontak

2. Metamorfisme dinamik

3. Metamorfisme regional
Metamorphism
• Recrystalization
• Solid-State Chemical
Reactions
• No Melting
Directed Pressure Results in:

Foliation
Foliation Under a Microscope
Gneis Sekis

Filit Marmer
Kegunaan
batuan

Estetika → Arsitektur
Industri: logam, bangunan, manufaktur
Energi
Batu mulia, batu permata
→ hobby dan perhiasan
Monumen alam,
Pusaka bumi
ANY QUESTIONS?
5. PROSES-PROSES DI BUMI

KU1284 Pengantar Ilmu dan Teknologi Kebumian


PROSES DI BUMI
Proses yang berlangsung sekarang dapat dibedakan menjadi :
ENDOGEN (di dalam Bumi) EKSOGEN (di permukaan Bumi
Gunung Api, Gempa Bumi, Rangkaian Pelapukan, Pengikisan (Erosi), Pemindahan
Pegunungan bahan
(Transportasi), Pengendapan
(Sedimentasi)
PENJELASAN TENTANG PROSES ENDOGEN
▪ DINAMIKA DI BUMI :
➢ Merupakan refleksi dari proses dari dalam bumi
(Volkanisme, Gempa Bumi, Pembentukan pegunungan)
dan proses di permukaan, sebagai interaksi antara
permukaan bumi dengan Atmosfer, Hidrosfer dan peran dari
Biosfer.
➢Dinamika proses ini merupakan pengaruh dari pergerakan
di lapisan bumi yang padat yaitu Litosfer ( kedalaman s/d 100
km)
PROSES ENDOGEN UTAMA DI BUMI
VOLKANISME (GUNUNG API)

KEGEMPAAN

PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN

EarthSci
MAGMATISME - VOLCANISME
gempa bumi
‫אחרונות‪GEMPA BUMI‬‬
‫‪DAN‬‬ ‫מיקום ‪ 95,000‬רעידות אדמה חזקות ב ‪ 25 -‬שנה‬
‫‪BATAS LEMPENG‬‬

‫גבולות הלוחות של קרום כדור הארץ‬


Surface

P wave S wave

waktu

SEISMOMETER
PROSES DARI DALAM BUMI

Pembentukan Pegunungan
EarthSci
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI

EarthSci
RANGKAIAN PEGUNUNGAN
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI

EarthSci
PUSAT GEMPA
GAMBARAN PERMUKAAN BUMI

EarthSci
GUNUNG API
TEKTONIK LEMPENG (PLATE TECTONICS)

Batas2 Lempeng Pertemuan (Convergen), Pemisahan (Divergen)


EarthSci
dan Pergeseran (Transform)
3 GERAK UTAMA PADA TEKTONIK LEMPENG

GERAK
DIVERGEN

GERAK
CONVERGEN

EarthSci
GERAK TRANSFORM
PROSES EKSOGEN ATAU
PROSES GEOMORFIK
PERANAN PROSES-PROSES
* Pelapukan
* Karstifikasi
* Erosi
* Transportasi
* Sedimentasi

wildculture.com

Proses Geomorfik
SIKLUS BATUAN

Proses Geomorfik
PELAPUKAN (WEATHERING)
1. Pelapukan Mekanik (Fisik: tidak mengubah
komposisi kimia material/disintegrasi):
- perubahan temperatur ekstrim
- proses-proses mekanik (pecah, retak, dsb)
- aktivitas organik (termasuk manusia)
2. Pelapukan Kimia (mengubah komposisi
kimia material/dekomposisi) →
pembentukan tanah residu oleh air tanah
Karena pelapukan kimia
Hasil akhir dari proses (Contoh di daerah tropis)
pelapukan terhadap
batuan adalah SOIL
(TANAH)

Karena pelapukan mekanik


(Contoh di daerah gurun)

Proses Geomorfik
TAHAPAN EROSI SUNGAI
AWAL:
Sheet erosion: 5 mm
Rill erosion: <50 cm
Gully: 50 – 150 cm
Gully dalam: 1.5 – 5 m

INTERMEDIATE
Ravine: > 5 m

LANJUT
Sungai meander
Muda: G. Malabar Muda-Dewasa: Kintom, Banggai

Dewasa: Kali Brantas Tua: S. Mimika, Papua


Proses Geomorfik
DINAMIKA ALIRAN SUNGAI VS LERENG
PERKEMBANGAN
ALIRAN SUNGAI

Lateral erosion

Further lateral erosion

Meandering river Montgomery, 1990


PERKEMBANGAN
MEANDER

Proses Geomorfik
DINAMIKA ALIRAN SUNGAI VS LERENG

Proses Geomorfik
EROSI – TRANSPORTASI – SEDIMENTASI
(Diagram Hjulstrom)
LINGKUNGAN SEDIMENTASI

Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI

ALIRAN SUNGAI & LIMPAHAN BANJIR


EarthSci
ENDAPAN KIPAS ALUVIAL

Proses Geomorfik
ENDAPAN KIPAS DELTA

Proses Geomorfik
ENDAPAN SUNGAI TERANYAM

Palu, Sulteng

Proses Geomorfik
Sungai teranyam dam meander di dataran Mimika, Papua

Proses Geomorfik
DINAMIKA PANTAI

Proses Geomorfik
DINAMIKA GELOMBANG VS LERENG

Proses Geomorfik
PENGIKISAN GELOMBANG (ABRASI)

NUSADUA, BALI
Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI

EarthSci
PERTUMBUHAN PANTAI

Proses Geomorfik
Terumbu terangkat di Luwuk, Sulawesi Tengah

Proses Geomorfik
DINAMIKA LERENG:
GERAKAN TANAH/LONGSOR

Proses Geomorfik
Tipe MASS WASTING (PEMINDAHAN MASA/TANAH)

Proses Geomorfik
Tipe MASS WASTING (PEMINDAHAN MASA/TANAH)

Proses Geomorfik
EROSI & SEDIMENTASI: GURUN & PROSES ANGIN

EarthSci
EROSI & SEDIMENTASI: GLETSER & PROSES GLASIASI

EarthSci
H2O(air) + CO2 (gas) H2CO3 (asam Karbonat)
KARSTIFIKASI H2CO3 + CaCO3 Ca2+ + 2HCO32-

Perbukitan karst menara di Guilin, Cina

Gunung Sewu
Kriteria karst ideal
menurut Thornbury (1989)
1. Terjadi pada batuan tersingkap ke permukaan yang
mempunyai daya pelarutan (umumnya batu gamping; bisa
terjadi pada dolomit dan kapur/chalk tapi tidak sebaik pada
batu gamping). Umumnya batu gamping murni 80- 98%
CaCO3 .
2. Batuan bersifat padat (dense), terkekarkan intensif, dan
berlapis-lapis tipis, struktur mendatar.
3. Adanya lembah yang mengerosi (entrenched valley) yang
mencapai lapisan bawah batuan yang mempunyai sifat-
sifat tersebut di atas, sehingga air tanah bisa menyusup
masuk dan mengalami sirkulasi sehingga terjadi proses
pelarutan yang baik.
4. Daerah berada pada iklim dengan curah hujan yang cukup
atau tinggi.
Morfologi karst
1. Minor karst landforms: small-scale solutional features →
karren (pada permukaan batu gamping berupa alur-alur
dengan dimensi dalam mm – cm, panjang 15 – 20 m);
dengan bentuk khas misalnya “solution pits, facets, flutes,
runnels”
2. Major karst landforms: Eksokars positif (karst residual
hills) dan negatif (dolina, uvala, polje, dry valley)
3. Endokars: gua (dengan bentukan-bentukan speleotem),
sungai bawah tanah.

Dolina akan menjadi uvala


Collapse doline

dolina
Collapse sinkhole di Guatemala City
Endokars

Resurgence (tempat keluarnya sungai Sungai bawah tanah di kawasan karst


bawah tanah) di kawasan karst (Gua Cipicung, Buniayu, Sukabumi
(Kalikarag, Peg. Karangbolong, Selatan, Jawa Barat)
Kebumen, Jawa Tengah)
Speleotem
(hiasan gua)
Stalaktit
Straw
(Stalaktit
seperti sedotan)

heliktit

Curtain

flowstone

pilar

Teras/travertin

stalagmit
Peta topografi karst di sebagian daerah Gunungsewu, Yogyakarta
Mosaik foto
udara
Karst
Karangbolong
Jawa Tengah
Q
U
E
S
T
I
O
N
S
???
SAMUDERA
Disusun oleh :

Dr.rer.nat. Rima Rachmayani


Dr.rer.nat. Dadang K. Mihardja
Dr. Eng. Nining Sari Ningsih

2019

1
https://aquariumworks.org
2
https://www.youtube.com/watch?v=_38JDGnr0vA
5 Oceans in the world

3
www.surfertoday.co
Berapa kedalaman laut?

4
https://www.youtube.com/watch?v=UwVNkfCov1k
Kenapa perlu mengkaji sifat fisis
samudera?

Tiga alasan utama penting:

1. Samudera sumber makanan

1. Samudera dipakai manusia untuk media transportasi,


membangun struktur pantai/ lepas pantai, didasar laut
kita memperoleh migas, dan sarana rekreasi.

1. Samudera mengontrol cuaca/ iklim, dan siklus hidrologi.

5
Stewart, 2005
Siklus hidrologi

6
https://www.youtube.com/watch?v=ncORPosDrjI
Lantai Samudera

7
https://www.youtube.com/watch?v=Z1b3yNgIfKw
3-2

Pemekaran Lantai Samudera (Sea-Floor Spreading)

A process that occurs at mid-ocean ridges,


where new oceanic crust is formed
through volcanic activity and then gradually
moves away from the ridge.

8
Kostka, 2002
9
http://geography-
student.blogspot.com
3-1
Pergerakan benua
(Continental Drift)

Hipotesis Alfred Wegener yg mengemukakan adanya gerakan


benua – benua. Menurut Wegener, benua – benua sekarang
merupakan bagian dari super benua yg disebut Pangea, yang
terpecah – pecah menjadi beberapa bagian.

10
Kostka, 2002
11
https://www.youtube.com/watch?v=_5BGRCryrO
Benua PANGAEA pada 200 – 300 juta tahun yang lalu

12
https://www.youtube.com/watch?v=uLahVJNnoZ4
Suhu permukaan laut

13
https://www.youtube.com/watch?v=1DNHRLgjLjA
Anomali suhu permukaan

14
https://www.youtube.com/watch?v=xlrFFiSROmg NASA
Distribusi suhu terhadap kedalaman
Mixed Conductivity
50 – 200 m
layer Temperature Depth
(CTD) Instrument

1000 – 1500 m
Deep
layer

[Yvon-Lewis, 2005] 15
Distribusi musiman suhu
terhadap kedalaman

[maritime.haifa.ac.il/departm/lessons/ocean/lect12.htm]
16
Pengukuran
Salinitas, Suhu,
dan Kekeruhan

17
SALINITAS AIR LAUT

18
http://seaa.rwsentosablog.com
19
https://spaceplace.nasa.gov/science-
fair/en/
https://www.youtube.com/watch?v=-KNmJAlLnMA
20
Ogden, 2014
21
https://usclivar.org
DENSITAS AIR LAUT

22
www.youtube.com
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 23
www.wikihow.com
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 24
http://slideplayer.com
http://gotbooks.mira
costa.edu

25
ARUS LAUT

26
www.eveningexpress.co.uk
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ARUS LAUT:

• Viskositas air laut


• Percepatan gravitasi
• Gesekan dasar perairan (bentuk dan materi dasar
perairan)
• Geometri pantai
• Rotasi (perputaran bumi) → Gaya Coriolis
Rotasi bumi mempunyai dampak dalam pembelokan arah arus, yaitu:
ke arah kanan di BBU dan ke arah kiri di BBS

27
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 28
https://www.youtube.com/watch?v=1ifoCIFKYXQ
Sirkulasi Arus Global

29
http://www.seos-project.eu
Sirkulasi arus bawah permukaan laut di
samudera/ laut dalam
AABW: Antarctic
Bottom Water
CPW: Circumpolar
Water
NADW: North Atlantic
Deep Water
PDW: Pacific Deep
Water
AAIW: Antarctic
Intermediate Water,
AIW: Arctic
Intermediate Water,
MedW: Mediterranean
Water
RedSW: Red Sea
Water

30
www.sciencedaily.com
Global Conveyor Belt

4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 31


www.sciencenews.org
INTERAKSI UDARA – LAUT
El Niño–Southern Oscillation

32
https://www.youtube.com/watch?v=WPA-KpldDVc
ARLINDO

33
http://birdsheadseascape.com
UPWELLING

4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 34


http://www.roffs.com
GELOMBANG LAUT

www.seafriends.org.nz/oceano/waves.htm

35
https://www.youtube.com/watch?v=Dl2OxgN_nus
4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 36
https://www.youtube.com/watch?v=UDyhcxyR_90
Tipe pecahnya gelombang di perairan pantai

+ collapsing wave:
between pluging
dan surging wave

4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 37


https://fcit.usf.edu
Tsunami

38
https://www.youtube.com/watch?v=Wx9vPv-T51I
Simulasi Tsunami Aceh, 26 Desember 2004

The 2004 Indian


Ocean Tsunami
Simulations
Latief, Aditya, Haris,
(2005)

Di cuplik dr Pusat Mitigasi


Bencana ITB, 2006

39
Tsunami source base on the Altimetry Data By Hirata 🡺 Scenario-6
PASANG SURUT

4 Maret 2009 Copy right D.K. Mihardja 40


https://www.youtube.com/watch?v=JQmgttClZCc
Jenis
Pasang
Surut
Pasang Surut
Setengah Harian
(Semidiurnal Tide)
Pasang Surut
Campuran
(Mixed Tide)
Pasang Surut
Harian
(Diurnal Tide)

41
http://gotbooks.miracosta.edu/
Tides at Bay of Fundy

42
https://www.youtube.com/watch?v=budXQlGL8Dc
TERUMBU KARANG

43
https://www.youtube.com/watch?v=ZiULxLLP32s
Coral Bleaching

44
https://www.youtube.com/watch?v=fA6mpexcyN4
PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
KU 1284

ATMOSFER BUMI

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 1


PENDAHULUAN
• Atmosfer berasal dari bahasa Yunani (Greek) :
atmos artinya uap dan sphaira artinya bulatan atau
lapisan. Atmosfer : lapisan gas yang menyelubungi
(planet) bumi.
• Gas yang membentuk atmosfer disebut udara.
Udara natural terdiri dari udara kering, uap air dan
aerosol.
• Udara bersifat mobile, compressible, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak mempunyai rasa dan tidak
bisa dirasakan kecuali udara bergerak (angin).
• Fenomena atmosfer yang mudah diamati, dari cuaca
cerah sampai cuaca buruk : shower, lightning –
thunder, tornado.
• Atmosfer menyebabkan gesekan bagi benda langit
(meteorid) yang bergerak melaluinya sehingga
terbakar.
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 2
KOMPOSISI ATMOSFER

Gas-gas permanen 99.999 % dari masa atmosfer :


Nitrogen, Oksigen, Argon, Neon, Helium, Kripton, Xenon, Hidrogen
Gas-gas varibel : Uap air, Karbondioksida, Ozone, Metan
Tabel 1. Komposisi atmosfer di bawah 100 km (Wallace, 1977).
Unsur Gas Berat Kadar
Molekuler*) (fraksi molekul total)
Nitrogen (N2) 28,02 0,7808 (75,51% dari massa)
Oksigen (O2) 32,00 0,2095 (23,14% dari massa)
Argon (A) 39,94 0,0093 (1,28% dari massa)
Uap air (H2O) 18,02 0 – 0,04
Karbon dioksida (CO2) 44,01 325 ppm
Neon (Ne) 20,18 18 ppm
Kripton (Kr) 83,70 5 ppm
Hidrogen (H) 2,02 0,5 ppm
Ozon (O3) 48,00 0 – 12 ppm
*) dalam satuan dalton = 1/12 berat atom 12C
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 3
STRUKTUR VERTIKAL ATMOSFER:
Berdasarkan Temperatur
Thermopause (termopause) Troposfer = tropo (berubah) + sphaira
→terjadi susut temperatur
Stratosfer = strata (lapisan) + sphaira
→terjadi inversi temperatur
Mesosfer = Meso (tengah) + sphaira
→terjadi susut temperatur
Termosfer = Termo (panas) + sphaira
→terjadi inversi temperatur

Termopause merupakan batas atas termosfer


dari 300 km sampai rumbai-rumbai bumi
→ Temperatur konstan terhadap ketinggian tapi
bervariasi terhadap aktivitas matahari.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 4


STRUKTUR VERTIKAL ATMOSFER:
Berdasarkan Komposisi Udara
Homosfer : ketinggian 85 – 100 km
dpl., → terdapat percampuran
turbulen, massa molekuler udara
konstan = 28,97g.
Heterosfer : ketinggian 100 – 1000
km dpl., terdapat difusi
molekuler, penurunan massa
molekuler terhadap ketinggian
Batas antara Homosfer dan
Heterosfer disebut turbopause
(100 km dpl.).
Puncak heterosfer disebut eksosfer
dikenal sebagai daerah
menghilang, karena ada
kebocoran atom-atom yang lebih
ringan ke ruang angkasa.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 5


STRUKTUR VERTIKAL ATMOSFER:
Berdasarkan Sifat Radio-Elektrik
Netrosfer: ketinggian < 60 km dpl., di lapisan ini tidak
terjadi foto-ionisasi.
Ionosfer: ketinggian 60 km – rumbai-rumbai bumi
(~ 1000 km), molekuler udara terionisasi oleh
radiasi matahari uv.

Daerah D : 60 – 80 km, memantulkan radiasi


gelombang kilometrik  > 1 km, konsentrasi
elektron 103 – 104 elektron/cm3 pada siang hari.
Daerah E : ketinggian > 160 km, memantulkan
radiasi gelombang hektometrik, konsentrasi
elektron 105 pada siang sampai 103
elektron/cm3 pada malam hari (sporadik).
Daerah F : ketinggian > 160 km, memantulkan
radiasi gelombang metrik, konsentrasi
mencapai 2 x 106 elektron/cm3 pada
ketinggian 400 km, terdiri dari dua lapisan
(pada siang hari) yaitu F1 : 160 – 210 km dan F2 :
diatas 210 km.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 6


UNSUR CUACA & IKLIM

Cuaca : proses fisis atmosfer → keadaan


atmosfer di sekeliling kita (di
troposfer) yang kita amati/rasakan
setiap saat → bidang kajian
Meteorologi
Iklim : hasil proses fisis atmosfer →
statistik dari unsur iklim yang
diamati dalam jangka panjang (30
tahun) → bidang kajian Klimatologi
Unsur cuaca = Unsur iklim : temperatur
dan kelembapan udara, curah hujan,
tekanan udara dan angin, dll.

KENDALI IKLIM Bekerja UNSUR IKLIM Meng-


pada hasilkan JENIS
Radiasi matahari, Darat dan air, Temperatur CUACA
Sel tekanan tinggi dan rendah, Endapan DAN IKLIM
Massa udara, Pegunungan, Kelembapan
Arus laut, Badai siklonik Tekanan udara
Angin

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 7


UNSUR CUACA & IKLIM
Radiasi Matahari
• Matahari sebagai sumber energi dan kendali iklim utama
• Energi matahari terjadi karena reaksi nuklir (inti) :
41H1 → 2He4 + 2e+ + energi
dimana 1H1 : inti hidrogen atau proton, 2He4 : inti helium dan e+ :
positron yaitu elektron yang membawa muatan positif.
• Ternyata massa 2He4 < 41H1, massa yang hilang ini diubah menjadi
energi menurut Einstein :
E = mc2, c = 3 x 108 ms-1 : kecepatan cahaya
• Fluks radiasi sebelum diatenuasi oleh atmosfer pada jarak rata-
rata matahari – bumi (~ 150 juta km) disebut konstanta matahari

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 8


UNSUR CUACA & IKLIM
Radiasi Matahari
Hukum radiasi
• Hukum Stefan – Boltzmann :

F =   T4
F : fluks radiasi,  : emisivitas, T : temperatur mutlak dan  :
tetapan Stefan – Boltzmann = 8,14 x 10-11 ly mnt-1 K-4, 1 ly = 1
langley = 1 kalori cm-2
Untuk benda hitam  = 1 dan F =  T4

• Hukum pergeseran Wien :

maks = a/T

maks : panjang gelombang intensitas radiasi maksimum, a :


konstanta yang mempunyai nilai 2897 jika  dalam mikron.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 9


UNSUR CUACA & IKLIM
Radiasi Matahari

Gambar 20. Variasi intensitas radiasi benda hitam dengan panjang


gelombang.
(a) T = 6000 K (b) T = 200 K, 250 K dan 300 K.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 10


EE535 Oct 2009 S Daniels
UNSUR CUACA & IKLIM
Radiasi Matahari
Efek atmosfer terhadap radiasi
• Hamburan, terjadi jika Dp << rad, prosesnya selektif artinya
 lebih pendek, lebih banyak dihamburkan (H ~ 1/ 4).
Jadi, ketika cerah, langit berwarna biru (spektrum radiasi
tampak terpendek).
• Pemantulan difus ( baur), terjadi jika Dp >> rad, prosesnya
nonselektif artinya semua panjang gelombang radiasi
tampak dipantulkan sama efektifnya. Jadi, matahari tampak
putih jika dilihat melalui awan stratiform.
• Cahaya baur (diffuse) dapat mengatasi gelap mutlak di
dalam ruangan dimana matahari tertutup awan. Energi
radiasi baur kira-kira seperempat energi radiasi matahari
langsung.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 12


UNSUR CUACA & IKLIM
Radiasi Matahari

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 13


UNSUR CUACA & IKLIM
Temperatur dan Kelembapan
e e : tekanan uap Jadi apabila jumlah uap air dalam
RH = x 100%, es(T) : tekanan uap jenuh atmosfer sama, maka RH turun jika T
es es(T) naik/turun jika T naik/turun. naik atau RH naik jika T turun

Alat pengukur cuaca otomatis AWS


(Automatic Weather Station)

Hasil pengamatan AWS (dapat dilihat di


Termograph & Hygrograph http://weather.meteo.itb.ac.id

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 14


UNSUR CUACA & IKLIM
Tekanan

Tekanan atmosfer pada tinggi z adalah berat seluruh kolom atmosfer


di atas z per satuan luas. Pendekatan gas ideal :
P = RT
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 15
UNSUR CUACA & IKLIM
Angin
Angin adalah gerak udara yang sejajar permukaan bumi.
Angin diberi nama dengan arah dari mana datangnya : angin timur
angin datang dari timur, angin laut datang dari laut, dsb.
Gaya yang bekerja pada angin adalah gaya gradien tekanan :
Fp = – 1/ . p/n
Tanda negatif menunjukkan arah gaya dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.

L 900 mb 1 millibar = 1hPa


Fp

H 1000 mb

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 16


UNSUR CUACA & IKLIM
Pengaruh Rotasi Bumi terhadap Angin

Karena bumi berotasi maka


muncul gaya Coriolis :
Fc = 2 sin . v
Jika Fp diimbangi oleh Fc maka
terjadi angin geostrofik, terdapat
pada ketinggian di sekitar 1500 m
dimana efek gesekan permukaan
bumi dapat diabaikan → sejajar
isobar

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 17


UNSUR CUACA & IKLIM
Angin Ageostrofik dan Angin Gradien
Gaya gesekan yang memperlambat
kecepatan angin, sehingga gaya
Coriolis menjadi kecil sedangkan
gaya gradien tekanan tetap. Jadi
angin memotong isobar tekanan
rendah.

Angin yang bertiup pada isobar


lengkung (lingkaran), ada tiga
gaya yaitu Fp, Fc, dan Fs (gaya
sentrifugal)
Ada 2 angin gradien :
a. angin siklon jika pusat
isobar adalah tekanan rendah
b. angin antisiklon jika pusat
isobar adalah tekanan tinggi

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 18


UNSUR CUACA & IKLIM
Arah dan Kecepatan Angin
Angin adalah besaran vektor yang mempunyai arah dan
kecepatan.
Kecepatan angin dinyatakan dalam satuan meter per
sekon, kilometer per jam, mil per jam, atau knot (1
knot ≈ 0,5 m/s).
Arah angin dinyatakan dalam derajat (arah datang).
Secara klimatologis diamati 8 penjuru tapi dalam
penerbangan 16 penjuru angin antara = 3600, angin
tenang = 00, angin timur = 900, angin tenggara =
1350, dan seterusnya.

Vektor angin Gris arus (stream line)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 19
UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Awan adalah kumpulan butiran air dan/atau kristal
es yang berjejari ~ 10 m dengan konsentrasi
berorde 100/cm3.
Awan panas, t > – 10 0C mengandung tetes air dan
awan dingin t < – 10 0C mengandung tetes air
kelewat dingin dan kristal es.
Presipitasi (endapan) didefinisikan sebagai air cair
(hujan) dan/atau air padat (salju, batu es) yang
jatuh dari dasar awan sampai permukaan
tanah, jika partikel-partikel ini tidak mencapai
permukaan tanah (misalnya menguap) disebut
virga.
Partikel presipitasi akan tumbuh jika populasi awan
menjadi labil. Untuk awan panas kelabilan
disebabkan oleh beda ukuran tetes atau
kecepatan jatuh terminal, sedangkan untuk
awan dingin kelabilan disebabkan oleh beda
tekanan uap di atas air kelewat dingin (es) yang
lebih besar dibandingkan tekanan uap di atas Gambar 16. Diagram
es (ei) pembentukan batu es dalam
awan kumulonimbus

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 20


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Awan terbentuk karena adanya udara yang
naik ke ketinggian tertentu sehingga terjadi
pengembunan uap air. Jika banyak terbentuk
tetes awan, maka peluang untuk terjadi hujan
akan semakin besar.

Berdasarkan mekanisme kenaikan udara


tersebut, ada 4 jenis hujan :
a. Hujan konvektif
b. Hujan orografik
c. Hujan konvergensi
d. Hujan frontal

(b)
Gambar 17

Gambar 18
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 21
UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Menurut cara pembentukan :
Stratiform (tumbuh meluas secara horizontal) → stratus
Cumuliform (tumbuh vertikal) → cumulus

Menurut tinggi dasar awan (h) :


awan rendah (Stratus, Strato-), h < 2 km; Ns, Sc dan St
awan menengah (Altus; Alto-) h = 2 – 6 km; Ac dan As
awan tinggi (Cirrus; Cirro-), h > 6 km, Cs, Cc, dan Ci.

Cumulus Cumulonimbus

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 22


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 23


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Dalam ‘awan panas’, tetes hujan dapat tumbuh melalui proses
tumbukan dan tangkapan (collision and coalescence).

Dalam proses ini, tetes


besar yang jatuh akan
bertambah besar akibat
tumbukan dengan tetes2
kecil dalam lintasan
jatuhnya.

Mekanisme ini bekerja karena


tetes besar jatuh lebih cepat
daripada tetes kecil.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 24


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Apa yang menentukan laju jatuh tetes?

Ada 2 gaya yang bekerja pada obyek yang jatuh:


(1) Gaya gravitasi → mempercepat obyek menuju permukaan bumi
(2) Gaya gesekan → akibat resistansi udara

Ketika kedua gaya ini seimbang maka objek jatuh pada laju yang tunak
dan konstan (terminal velocity)

Kecepatan terminal tetes besar > tetes kecil

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 25


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Mekanisme tumbukan dan tangkapan

Updraft dalam awan


cenderung menahan tetes
untuk jatuh. Tetes dengan
kecepatan terminal kurang
dari kecepatan updraft akan
diangkat ke level yang lebih
tinggi di dalam awan

Tetes akan jatuh dari awan bila kecepatan terminalnya melebihi kecepatan
updraft.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 26


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Mekanisme tumbukan dan tangkapan
Pertumbuhan tetes oleh proses tumbukan dan tangkapan meningkat oleh:

Spektrum ukuran tetes yang lebar yang berakibat pada jangkauan


kecepatan terminal tetes yang lebar

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 27


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Mekanisme tumbukan dan tangkapan
Pertumbuhan karena proses tumbukan dan tangkapan meningkat juga
karena:

Konsentrasi tetes yang tinggi

Updraft dalam awan yang kuat yang menjaga tetes naik dalam
awan yang memberi mereka lebih banyak waktu untuk tumbuh

Muatan listrik pada tetes akan meningkatkan kemungkinan


tabrakan dengan tetes lain

Proses tumbukan dan tangkapan merupakan proses yang sangat penting


untuk menghasilkan endapan dalam awan panas yang tidak mengandung
es.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 28


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Awan yang relatif tipis dan
tidak tumbuh/berkembang
tinggi ke dalam troposfer
hanya akan terdiri dari tetes
air
Contoh: awan stratus

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 29


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Awan-awan besar mengembang/tumbuh ke atas (kumulonimbus) ke
dalam wilayah troposfer dimana temperaturnya berada di bawah level
beku akan mengandung es dan tetes air superdingin.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 30


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Partikel es dan pembentukan presipitasi

Ketika tetes air likuid superdingin dan partikel es berada dalam parsel
udara yang sama, maka tetes cair akan menguap dan mengendap pada
partikel es karena tekanan uap jenuh diatas permukaan air lebih besar dari
pada yang ada dipermukaan es
Jadi es akan tumbuh menjadi besar sedangkan tetes air akan habis
menguap, kedua proses berlangsung pada kecepatan yang sama.

Hasil netto-nya adalah bahwa kristal es tumbuh pada pengeluaran tetes air

Proses pertumbuhan kristal es, yang mem-promote pertumbuhan kristal


es yang cepat disebut sebagai proses Wegener-Bergeron-Findeisen atau
proses Bergeron. Proses Bergeron merupakan mekanisme dominan
pembentuk presipitasi di lintang tengah.

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 31


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan
Proses Bergeron

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 32


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan

The Giant Coffeyville Hailstone!

Cumulonimbus adalah satu-satunya awan dengan


updraft yang cukup kuat untuk menghasilkan hujan
es (rekor berat batu es yang jatuh: 1,9 kg di Jerman

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 33


UNSUR CUACA & IKLIM
Awan dan Hujan

Contoh kerusakan akibat hujan es

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB, KU1284 Slide no. 34


TERIMAKASIH
KU1163 PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

KONSEP PEMANTAUAN DINAMIKA BUMI


Heri Andreas, Irwan Gumilar, Bambang Edhi Leksono,
Zamzam A Tanuwijaya

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian


Institut Teknologi Bandung
PENDAHULUAN SISTEM BUMI
Simple
Simplest
DINAMIKA BUMI
Interaksi Bumi & Galaksi
Bumi ber-revolusi mengelilingi
Matahari
Bumi mengalami presesi dan
nutasi
Bumi berotasi dan mengalami
pergerakan kutub
Earth Revolution w.r.p to the Sun
Earth Rotation to the axis
GEODINAMIKA &
DEFORMASI BUMI
Interaksi komponen penyusun
sistem bumi
Kerak bumi terpecah menjadi
lempeng-lempeng yang bergerak
relatif satu dengan lainnya,
akibat gaya endogen bumi (arus
konveksi, plume)
Interaksi antar lempeng bumi
menyebabkan kerak bumi
terdeformasi
Pangea to the world today
Mantle Convection and Plume
JAPAN Island Deformation
Dinamika terjadi di atmosfer
bumi
Ionosfer, thermosfer, troposfer
………..
STORM
Earth Thermo (Climate) Change
Variasi spasial temporal gaya
berat bumi di daratan dan lautan
Global Gravity Anomaly Over Land
Global Gravity Anomaly Over Oceans
Dinamika bumi hasil interaksi
hidrosfer litosfer dan atmosfer
dalam lingkup regional
Water Cycle (Atmosphere Hydrosphere Interaction)
Sand Storm (Atmosphere Lithosphere Interaction)
Thunder Storm (Atmosphere Hydrosphere Lithosphere Interaction)
DEFORMASI
VOLCANO ERUPTION
LANDSLIDE
ICE MELTED
SEA LEVEL RISE
PERGERAKAN & PERUBAHAN
RELATIF
Bayangkan seseorang duduk di kereta A,
melihat orang yang lalu lalang di dalam
koridor kereta A, melihat kereta B berjalan
ber-papasan dengan kereta A

A B

Andreas 2015
Kemudian bayangkan kita (C) melihat orang
yang duduk di kereta A, dan yang lalu lalang
di dalam koridor kereta A, dan melihat
kereta B

A B

C Andreas 2015
Pergerakan relatif dapat dicatat dari
perbedaan jarak, perbedaan posisi.
Kecepatan dan Percepatan termasuk dalam
kontek pergerakan karena merupakan
turunan dari posisi

Perubahan relatif secara umum


mendeskripsikan sifat fisik untuk dan di
luar pergerakan seperti perubahan lebih
panas lebih dingin, gelap terang, lebih
pekat, getaran, dan lain-lain

Andreas 2015
Coba bayangkan satelit yang
bergerak melihat pergerakan
lempeng di bumi!
Coba bayangkan pergerakan
tubuh gunung api Agung di pulau
Bali yang bergerak di lempeng
Eurasia!
Coba bayangkan pergerakan
tubuh gunung api Agung di pulau
Bali yang bergerak di lempeng
Eurasia dari lempeng Australia!
Pemantauan dinamika bumi
prinsipnya melihat perubahan
relatif dari bumi terhadap galaksi
dan antar komponen penyusun
sistem bumi
Cara melihat dinamika bumi bisa
dengan teknologi satelit
(monitoring), terestrial, dan
kombinasi diantara keduanya
SATELLITE MONITORING
GNSS
TERESTRIAL MONITORING
THEODOLIT & TOTAL STATION & TLS +++
Theodolit Digital + EDM

Google search image


Monitoring Longsoran Tanah dengan Total Station

Photo by Sarkawijaya
TERRESTRIAL AUTOMATED MONITORING SYSTEM

SYSTEM SETUP
Radio
link

Client
A
Remote Monitor
Access Client Radio
Modem link
Client

Radio
link
Client
C
TPS
Analyzer
Notebook

Courtesy : PERTAMINA
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DINAMIKA
ATMOSFER BUMI
GNSS

LEO

IONOSPHERE LAYER

TROPOSPHERE LAYER

Total Electron & Water Vapor Content from signal delay & Acceleration
Total Electron Content
Water Vapor Content
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DINAMIKA
HIDROSFER BUMI
Sea tide and current from Satellite Altimetry & buoy
SEA LEVEL RISE
SEA LEVEL RISE
ILUSTRASI KONDISI TOPOGRAFI JAKARTA TAHUN 2000-2050 TERHADAP MUKA LAUT RATA-RATA & POTENSI ROB

Elevasi di bawah muka laut rata-rata Elevasi di atas muka laut rata-rata
Arus Eddies
STUDI KASUS
PEMANTAUAN PERGERAKAN
LEMPENG, DEFORMASI GEMPA
BUMI & TSUNAMI
GNSS
GNSS InSAR

Measuring position & LOS changing

GNSS & InSAR for Plate Tectonic & Earthquake


World Plate Motion
Sunda Block
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DEFORMASI
GUNUNGAPI
GNSS InSAR

Measuring position & LOS changing

GNSS & InSAR for Volcano


Photograph by Heri Andreas
Photograph by Heri Andreas
STUDI KASUS
PEMANTAUAN DINAMIKA
LAHAN
REMOTE SENSING
1994 1997

2001 2005
TERIMAKASIH
3. EVOLUSI BUMI

3.1. Sejarah Awal Bumi


Waktu dalam geologi diperhitungkan sejak terbentuknya bumi yang
diduga telah mulai menjadi padat sejak sekitar 4,7 milyar (4.700.000.000)
tahun yang lalu, dan satuan waktu disebut sebagai eon. Diperkirakan
bentuknya mirip seperti permukaan bulan sekarang. Struktur interiornya
masih belum tersusun dengan baik. Kemungkinan intinya belum
mempunyai atau kekurangan kandungan logam cair sehingga belum
terbentuk medan magnetik dan tidak ada lapisan magnet (magnetosfer)
sehingga bumi tidak mempunyai perlindungan dari paparan angin
matahari. Diperkirakan pula Bumi belum mempunyai lapisan atmosfer
dan lautan. Lalu dari mana datangnya atmosfer, turunnya hujan dan
terbentuknya lautan?
Suatu hipotesis keberadaan atmosfer primitif yang padat didasarkan
pada kemungkinan bahwa Bumi pada saat terbentuknya berada dalam
kondisi meleleh atau setidaknya pernah melewati tahap meleleh. Dugaan
itu menyatakan bahwa kandungan volatil, kebanyakan berupa air dan
karbon dioksida berada pada kondisi gas dan mengelilingi bumi yang
panas sebagai atmosfer pekat. Ketika Bumi mendingin dan menjadi
padat, suhu turun secara besar-besaran sampai pada suatu level
terrendah yang mencukupi air untuk berkondensasi untuk membentuk
lautan.
Tetapi hipotesis tersebut terbantah dengan adanya rangkaian bukti-bukti.
Jika Bumi pernah meleleh, kebanyakan air (kemungkinan hingga 99%)
yang diketahui sekarang akan berupa cairan daripada terbentuk bebas
sebagai selimut gas. Kondensasi uap air di atmosfer karena pendinginan
hanya dapat dilengkapi oleh sebagian dari jumlah air saat ini yang
terdapat di lapisan atmosfer dan hidrosfer sekarang.
Bukti kedua adalah berdasarkan sifat-sifat kimiawi dari atmosfer primitif
dan air lautan. Sangat beralasan untuk menyimpulkan bahwa air yang
terbentuk karena kondensasi akan mempunyai kandungan asam
berkadar tinggi disebabkan adanya klorin, bromin, fluorin dan volatil-
volatil lain yang terlarut yang sekarang ditemukan di lapisan-lapisan
batuan sedimen. Kondisi lautan yang berkadar asam akan berreaksi
dengan hebat dengan mineral-mineral pembentuk batuan yang
umumnya bersifat basa (kalsium, magnesium, natrium, dan kalium)
sehingga akan terjadi penetralan. Telah diperkirakan bahwa jumlah
batuan total yang diperlukan untuk melapuk agar terjadi netralisasi
tersebut haruslah sangat besar daripada jumalh total batuan beku yang
diketahui untuk melapuk sepanjang waktu geologis.

39
Maka akhirnya disimpulkan bahwa Bumi di masa-masa awal
terbentuknya hanya mempunyai sangat sedikit dan relatif atmosfer awal
yang kurang signifikan. Adanya atmosfer dan hidrosfer sekarang
umumnya dipikirkan merupakan evolusi dari emanasi sumber-sumber
yang berada jauh di bawah permukaan Bumi, oleh suatu proses yang
dikenal sebagai outgassing. Hipotesis ini mendasarkan pemikiran bahwa
semua volatil berasal dari dalam Bumi. Atmosfer baru yang terbentuk
akan mengandung kadar besar karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2),
hidrogen (H2) dan air (H2O).
Proses outgassing masih dapat kita saksikan sekarang seperti mata air
panas, kawah-kawah fumarol, atau geyser semburan gas dan air panas,
yang seluruhnya berasosiasi dan berada di lingkungan gunung api.
Panas yang ditimbulkan berasal dari batuan beku yang berada di
kedalaman. Air yang tersembur keluar umumnya akan diresirkulasi
menjadi air tanah, tetapi sebagian merupakan air juvenil, yaitu air yang
berasal dari interior bumi dan tidak pernah berasal dari permukaan.
Sumber volatil lain kemungkian dari magma yang keluar ke permukaan
bumi sebagai aliran lava.
Tabel 3.1. menunjukkan bagaimana adanya kaitan yang cukup erat
antara kandungan senyawa-senyawa volatil yang berada di atmosfer dan
hidrosfer dengan yang berasal dari mata air panas, kawah fumarol dan
geyser.
Di masa-masa awal pembentukan Bumi, terjadi akumulasi garam. Garam
berasal dari batuan yang melapuk, tererosi dan terbawa ke laut..
Mencoba untuk merekonstruksi perkembangan air laut dari proses-prose
di atas sangatlah spekulatif. Tetapi diduga saat itu kadar garam sangat
rendah dan laut masih bersifat asam dan mengandung konsentrasi volatil
tinggi. Ketika volume total lautan diperkirakan meningkat dengan cepat,
asam-asam berreaksi dengan batuan beku (yang diperkirakan umumnya
berjenis basaltis) dan proporsi basa di lautan kemungkinan meningkat
tajam dan akhirnya keasaman lautan menurun tajam.
Pada eon kedua, 3,5 milyar tahun yang lalu, Bumi masih belum
mempunyai oksigen bebas. Jumlah sangat sedikit oksigen bebas
diproduksi secara terus menerus oleh proses fotokimia, yaitu ketika
molekul air disosiasi menjadi hidrogen dan oksigen bebas karena
pengaruh sinar ultraviolet. Kandungan oksigen bebas di atmosfer saat itu
diduga 0,01% dari kondisi di atmosfer sekarang, karena begitu terbentuk
langsung diambil untuk oksidasi mineral-mineral.

40
Tabel 3.1 Perbandingan komposisi volatil (dalam persen berat)
(Sumber data W.W. Rubey (1952; dalam Strahler, 1971)
Volatil ekses di Gas-gas di mata Gas-gas volkanik
atmosfer dan air panas, kawah dari lava basaltis
hidrosfer fumarol dan dari Mauna Loa
geyser dan Kilauea,
Hawaii
Air, H20 92,8 99,4 57,8
Total karbon, sbg 5,1 0,33 23,5
CO2
Sulfur, S2 0,13 0,03 12,6
Nitrogen, N2 0,24 0,05 5,7
Argon, A trace trace 0,3
Klorin, Cl2 1,7 0,12 0,1
Fluorin, F2 trace 0,03 -
Hidrogen, H2 0,07 0,05 0,04

Adanya kandungan oksigen memungkian munculnya kehidupan, tetapi


ketiadaan oksigen bebas di atmosfer sebagai pembentuk lapisan ozon
yang dapat menyerap sinar-sinar ultraviolet, membuat mustahilnya
muncul kehidupan. Dengan demikian, kehidupan awal mestinya
bermula dari kondisi ketiadaan oksigen (anaerob) yang bisa bertahan
dari paparan sinar-sinar ultraviolet, atau dapat hidup dan berkembang di
tempat yang terlindungi dari radiasi ultraviolet.

3.2. Waktu Geologis


3.2.1. Umur Relatif
Menentukan umur atau kelahiran bumi beserta batuan sebagai penyusun
utamanya, sudah menjadi pemikiran sejak berabad yang lalu. Berbagai
cara dilakukan untuk mengetahuinya. Dalam geologi dipergunakan dua
macam cara penentuan umur, yaitu relatif dan absolut. Umur relatif
didasarkan pada kondisi dan hubungan antar material bumi (batuan,
fossil dan sedimen) atau kejadian-kejadian yang telah berlangsung di
bumi. Penentuannya dinyatakan dengan dua cara yang berbeda. Cara
pertama adalah dengan cara membandingkan material bumi manakah
yang lebih tua atau lebih muda. Cara kedua adalah dengan
membandingkan proses atau kejadian manakah yang lebih dahulu
terhadap yang lainnya.

41
Dalam pembentukan batuan sedimen misalnya terdapat hukum yang
menyatakan bahwa lapisan batuan yang berada di bawah lapisan batuan
di atasnya secara normal dan alamiah mempunyai umur yang relatif
lebih tua. Contoh lain, jika terdapat misalnya magma yang menerobos
memotong lapisan-lapisan batuan yang telah ada, maka umur magma
relatif lebih muda daripada batuan yang diterobosnya. Begitu pula suatu
sesar yang memotong susunan batuan dianggap mempunyai umur yang
lebih muda daripada batuan termuda yang dipotongnya.
Dalam penentuan umur secara relatif, perlu dikenal suatu tanda (marker)
yang akan menjadi tanda bagi lapisan yang ditentukan umur relatifnya.
Hal ini agar memudahkan dalam membuat kesebandingan lapisan-
lapisan yang terletak terpisah berjauhan. Metode paling awal untuk
penentuan marker umur relatif ini adalah dengan penentuan fosil indeks,
yaitu fosil atau himpunan fosil tertentu yang hanya hidup pada lapisan
batuan tertentu dan mempunyai penyebaran yang luas/global.
Dengan mempelajari penyebaran fosil indeks maka akan terususunlah
kolom stratigrafi dengan urutan lapisan-lapisan yang telah diketahui
umur relatifnya dengan keberadaan fosil indeks. Dari kolom stratigrafi
itu akan terbaca letak susunan lapisan-lapisan batuan, dengan umur-
umurnya dinyatakan dalam masa kehidupan fossil. Masa ini diberi nama
sesuai dengan nama geografis tempat pertama kali fosil tersebut
dijumpai. Misalnya Zaman Jura, fosilnya dijumpai di Pegunungan Jura,
Eropa Tengah; Zaman Devon berasal dari lapisan-lapisan dengan fosil
penciri yang dijumpai di Pegunungan Devon, Inggris, dan seterusnya.
Susunan stratigrafi yang disusun berdasarkan fosil indeks dan umur
relatif yang dihimpun dan diperbandingkan dari seluruh benua,
memperlihatkan kesamaan dan berkorelasi satu dengan lainnya. Dari
korelasi stratigrafi di seluruh dunia, tersusun suatu kolom stratigrafi,
yang merupakan standar urutan kejadian di bumi. Dari sanalah disusun
kolom waktu geologi (geologic time scale),
Skala waktu international yang dipergunakan untuk satuan waktu dalam
kolom waktu geologi adalah eon (kurun), era (masa), period (zaman) dan
epoch (kala), seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1. Kurun (Eon)
merupakan pembagian interval waktu geologi terbesar. Kurun terdiri
dari Hadean, Archean, Proterozoic dan Phanerozoic. Kurun dibagi menjadi
beberapa masa (era), dan masa dibagi menjadi beberapa zaman (period)
dan zaman terbagi atas beberapa kala (epoch).

3.2.2. Umur Absolut


Selain penentuan umur secara relatif, cara penentuan umur yang lain
adalah dengan cara absolut. Umur absolut dinyatakan dalam satuan

42
waktu, ditentukan dengan melakukan perhitungan alamiah. Untuk
mengetahui umur bumi secara absolut, orang mencoba menghitung
waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan satu lapisan batuan
sedimen. Dengan mengukur tebal lapisan dan kecepatan pengendapan,
maka dapat dihitung waktu yang diperlukan untuk mengendapkan
lapisan tersebut.
Pada 1715, Edmund Halley memikirkan suatu perhitungan waktu yang
dibutuhkan untuk “menggarami” laut sampai mempunyai salinitas
seperti saat ini. Pada 1889, pemikiran itu dicoba oleh John Joly. Ia
mengukur kadar garam di sungai dan di laut, lalu melalukan
perhitungan waktu yang diperlukan untuk mencapai kadar salinitas
seperti dianalisis dari air laut. Ia menganggap bahwa waktu yang
dibutuhkan identik dengan umur bumi. Metode tersebut masih lemah
dan belum memadai karena tidak mencerminkan semua laut di bumi,
juga garam yang terlarut dalam air laut tidak hanya berasal dari sungai-
sungai saja, tetapi juga dari gunung api bawah laut dan pelarutan
mineral-mineral evaporit.
Cara lain dilakukan oleh seorang fisikawan Lord Kelvin pada 1896, yakni
dengan menghitung kecepatan pendinginan bumi. Dengan suatu
anggapan bahwa bumi semula merupakan suatu bulatan kabut pijar
yang sekarang telah mendingin secara pelahan-lahan dan membentuk
kerak di permukaannya. Akan tetapi pada saat itu, belum diketahui
adanya sifat radio aktifitias unsur yang memancarkan panas secara
kontinyu. Lord Kelvin tidak memperhitungkan adanya penambahan
panas radio aktif ini, mengakibatkan hasil penghitungan umur bumi
masih belum akurat.
Dengan diketemukannya unsur-unsur radio aktif yang meluruh secara
tetap oleh Marie Curie, penentuan umur absolut bumi menjadi lebih
meyakinkan. Dalam fisika dan kimia telah dipelajari bahwa nomor atom
unsur tertentu merupakan jumlah proton dalam inti atom unsur tersebut
dan tidak berubah-ubah. Sedangkan inti atom terdiri dari neutron yang
jumlahnya dapat bervariasi tanpa mengubah jumlah proton. Misalnya
unsur karbon, terdiri dari 6 proton, tetapi dapat disertai oleh 6, 7, atau 8
neutron. Atom suatu unsur yang mengandung jumlah neutron yang
berbeda-beda disebut isotop. Suatu isotop dikenali dari nomor massanya,
yang merupakan jumlah neutron dan protonnya. Contoh di atas, karbon
mempunyai 3 nomor massa 12, 13 dan 14, ditulis seperti 12C, 13C dan 14C.
Umumnya unsur kimia merupakan gabungan beberapa isotop dan di
bumi bersifat stabil, cenderung tidak berubah. Akan tetapi ada beberapa
di antaranya yang tidak stabil, misalnya 14C bersifat radio aktif.
Ketidakstabilan inti isotop disebabkan oleh karena keragaman nomor
massa ada batasnya. Inti isotop radioaktif akan berubah secara spontan
menjadi isotop yang lebih stabil dari unsur kimia yang sama atau isotop

43
unsur kimia yang lain. Proses perubahan ini disebut peluruhan (decay).
Contohnya isotop 14C meluruh menjadi 14N, dan 238U menjadi 206Pb.
Isotop 14C dan 238U dinamakan parents, sedangkan 14N dan 206Pb disebut
daughter.
Ada tiga cara peluruhan radioaktif, yaitu dengan memancarkan partikel
β (dalam hal ini nomor massa tetap, tetapi nomor atomnya bertambah
satu), dengan menangkap partikel β (nomor atom berkurang satu, nomor
massanya tetap), dan dengan memancarkan partikel α, yang terdiri dari
2 proton dan 2 neutron (2p + 2n); hilangnya partikel α, mengakibatkan
nomor massa berkurang empat dan nomor atom dua. Peluruhan
radioaktif dapat juga disertai radiasi sinar elektromagnetik (sinar ,)
tetapi tidak mempengaruhi nomor massa dan nomor atomnya.
Kecepatan peluruhan isotop tidak sama. Banyak isotop radioaktif yang
pernah ada di bumi yang sekarang sudah punah karena meluruh dengan
cepat. Namun, beberapa isotop radioaktif yang peluruhannya lambat,
masih ada. Percobaan di laboratorium membuktikan bahwa kecepatan
peluruhan tidak terpengaruh oleh perubahan kondisi kimia atau fisik.
Dengan demikian, kecepatan peluruhan isotop di selubung bumi (mantle)
berjalan tetap atau dapat dikatakan bahwa kecepatan peleburan tidak
terpengaruh oleh proses geologi. Hal ini penting artinya bagi penentuan
umur absolut.
Peleburan setiap unsur radioaktif mempunyai waktu tertentu yang dapat
diukur, dan mengikuti hukum dasar bahwa banyaknya bagian atom-
atom parent yang meluruh dalam setiap satuan waktu adalah sama.
Jumlah atom-atom parent yang meluruh turun tetap secara menerus,
sedangkan jumlah atom-atom daughter naik secara menerus pula.
Kecepatan peluruhan radioaktif itu dinyatakan dalam waktu paruh (half-
life), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan sejumlah atom-
atom parents menjadi setengahnya. Misalnya waktu paruh suatu isotop
radioaktif diketahui satu jam, dan dimulai dengan 1000 atom (N0).
Setelah satu jam tersisa 500 atom-atom parent (Np) dan terbentuk 500
atom-atom daughter (Nd). Setelah dua jam akan tersisa 250 atom-atom
parent (Np), dan seterusnya. Maka Np + Nd = N0 . Jika dalam suatu bahan
misalnya diketahui sejumlah atom-atom daughter yang merupakan
kondisi saat ini hasil peluruhan, maka tinggal dihitung mundur berapa
kali waktu paruh untuk mencapai jumlah asal. Maka itulah umur bahan
tersebut.
Dengan diketahuinya umur absolut dari lapisan-lapisan yang
sebelumnya telah ditentukan umurnya secara relatif, kolom waktu
geologi menjadi lebih lengkap dan sejarah evolusi bumi lebih mudah
difahami dalam bingkai waktu yang pasti (lihat tabel 3.2).

44
Tabel 3.2. Skala Waktu Geologi

Masa Zaman (Age) Kala Beberapa peristiwa penting Waktu


(Era) (Period) (juta thn
yg lalu)

Holosen 0,011
Kuarter Manusia modern Homo sapiens
(Quaternary)
Pleistosen Fosil-fosil Homo erectus, zaman es 1,8
Kenozoikum

Pliosen Pegunungan Andes, Alpen, dan 12


Rocky; Greenland meluas; awal
Miosen 26
karnivora besar, mamalia
Tersier herbivora dan berbagai jenis
Oligosen 38
(Tertiary) mamalia; kelimpahan rerumputan
Eosen dan hutan 54
Paleosen 65
Orogenesa Larami; Berakhirnya 136
Kapur Dinosaurus; katak dan burung
(Cretaceous) primitif; berbagai tumbuhan
berbunga
Mesozoikum

Samudra Atlantik mulai membuka; 180


Jura (Jurassic) Puncak dominasi Dinosaurus;
coniver dan cycad.
gurun di Eropa; kemunculan 225
dinosaurus; reptil (buaya, kura-
Trias (Triassic)
kura); awal mamalia kecil; conivera
dominan
Pangea; amfibi dominan; tnaman 280
Perm (Permian)
berdaun tipis
iklim tropis di lintang tinggi; reptil 345
pertama; perkembangan serangga;
Karbon
amfibi besar; brachiopoda di
(Carboniferous)
puncak perkembangan; hutan dan
rawa meluas
transgresi-regresi; berbagai jenis 395
Paleozoikum

Devon
ikan; hutan pertama
(Devonian)
(cyanospermae)
transgresi di awal diakhiri regresi; 430
Silur (Silurian)
volkanisme intensif; koral dominan
aktivitas gunung api di Inggris dan 500
Ordovisium glasial di Sahara; ikan pertama
(Ordovisian) arthopoda besar di laut, alga laut
dominan
Kambrium adanya spongia, bintang laut, 570
(Cambrian) brachiopoda dan cephalopoda
Prakambrium

45
3.3. Ringkasan Sejarah Bumi dari Masa ke Masa

3.3.1. Prakambrium
Lapisan batuan Prakambrium adalah batuan-batuan yang tertua yang
dianggap tidak mengandung fosil. Penentuan umur lapisan-lapisan
Prakambrium di antaranya dengan metode yang membedakan daur-
daur, atau dengan penentuan umur mutlak dengan pertolongan unsur-
unsur radio-aktif. Lapisan Prakambrium mempunyai kekhasan yaitu
lapisan-lapisannya selalu terdapat di bawah lapisan-lapisan yang
mengandung fosil. Kekecualian jika batuan-batuan Prakambrium
mengalami pensesarkan (tergeserkan) di atas batuan-batuan yang lebih
muda.
Dari sisi batuannya sendiri, umumnya batuan Prakambrium terutama
berbentuk kristalin (hablur), baik yang berasal dari pembekuan magma,
maupun dari peleburan dan penghabluran kembali sediment-sedimen
dan batuan-batuan lainya, yang disebabkan oleh proses metamorfosis.
Namun sulit untuk diselidiki pada batuan Prakambrium, proses mana di
antara proses-proses itu yang sesungguhnya telah membentuk lapisan
Prakambrium.
Sebaran batuan Prakambrium yang tersingkap ke permukaan bumi,
sangat terbatas. Pada umumnya daerah-daerah singkapan batuan
Prakambrium merupakan bagian inti benua, yang dikenal juga sebagai
perisai-perisai benua, atau disebut juga kraton.
Di dunia, sebaran batuan Prakambrium banyak dijumpai di Kanada
sekitar Teluk Hudson; Amerika Utara pada beberapa lajur di bagian
timur dan barat, termasuk di Grand Canyon, Arizona; Amerika Selatan
pada dua daerah yang terpisahkan oleh lembah sungai Amazon yaitu di
utara di Guyana, Venezuela (Perisai Guyana) dan di selatan di Brasilia
(Perisai Brasilia); Benua Afrika, yang seluruh bagian tengahnya terdiri
dari lapisan-lapisan Prakambrium (Perisai Afrika Pusat); Eropa terutama
di negeri-negeri sekitar Laut Timur: Finlandia, Swedia, Negara-negara
Baltik (Perisai Fennoskandia atau Perisai Baltik); Siberia dan Cina Utara
(Perisai Angara); India yang hampir meliputi seluruh daerah di selatan
lembah Indus-Gangga (Perisai Gondwana); Cina bagian tenggara dan
Indocina (Perisai Syan); dan Australia barat dengan 75% bagiannya
terdiri dari batuan-batuan Prakambrium.
Endapan-endapan Prakambrium mempunyai sumber daya mineral
penting. Di antaranya adalah cebakan-cebakan nikel, kobalt,
kromium dan platina yang dijumpai di Huron, Kanada, dengan
mineral logam berharga lainnya seperti emas dan perak. Di Amerika
Serikat dijumpai endapan-endapan besi yang berlimpah. Dijumpai pula

46
endapan batuan dengan unsur uranium yang terakumulasi pada batas
antara dua formasi, yakni Huron dan Timiskaming di Amerika bagian
utara. Di Brasil ditemukan cebakan intan, emas dan uranium. Di
Guyana, pelapukan granit-granit Prakambrium menyebabkan
timbulnya endapan-endapan bauksit yang merupakan salah satu
bahan-dasar penting bagi industri aluminium Amerika Utara.
Di Afrika, di antaranya dijumpai potensi intan (di Kimberley) dan
emas (di Witwatersrand) selain juga uranium, tembaga, timah, emas,
intan, kromium dan platina di Afrika Tengah. Sedangkan di India dan
Sailan, terutama kaya akan batu muIia (gemstones/precious stone) dan
batu setengah mulia (semi-precious stone). Di Eropa kaya akan nikel dan
besi, dan di Australia berpotensi emas di Kalgoordie, timbal dan perak di
Broken Hill, selain juga mengandung banyak uranium.
Sekalipun secara umum pada lapisan Prakambrium tidak dijumpai
kesan-kesan adanya kehidupan, namun jejak-jejak organik sedikit
terlacak. Misalnya di Rhodesia (sekarang di Afrika Selatan) dijumpai
lapisan grafit berumur + 2.650 juta tahun yang berasal dari batubara yang
mengalami metamorfosis. Diperkirakan selama Prakambrium tidak ter-
dapat fosil dengan cangkang keras, sehingga pemfosilan tidak
mungkin terjadi. Kemungkinan untuk membuat rangka, baru timbul
pada akhir Prakambrium. Dari data yang ada sulit untuk mengetahui
kondisi iklim selama Prakambrium. Diduga pada saat itu permukaan
bumi daratan merupakan gurun. Tumbuhan darat diperkirakan baru
muncul pada akhir Paleozoikum.

3.3.2. Paleozoikum
Ciri paling khas dari awal Paleozoikum (Kambrium) ialah munculnya
fosil-fosil yang telah mecapai tingkatan perkembangan yang lebih tinggi
daripada Prakambrium. Fosil-fosil penciri Kambrium paling umum di
antaranya adalah dari ordo Trilobita (Crustaceae/binatang-binatang
bercangkang) yang telah punah dan Brachiopoda (binatang yang
menyerupai koral/Archaeocyatha). Nama zaman ini berdasarkan nama
daerah Kambria atau Kimbria di Wales, Inggris. Di atasnya dijumpai
lapisan dari zaman berikutnya yakni Ordovisium yang umumnya
menumpang secara tidak selaras.
Iklim Kambrium ditentukan dari penyebaran Archaeocyathus yang
cukup luas, dan dapat diduga bahwa di seluruh dunia pada waktu itu
terdapat iklim yang sedang, bahkan panas. Batuan Kambrium tidak
banyak mengandung sumber daya mineral yang dapat diusahakan. Di
India hanya menghasilkan garam dapur di Cambrian Salt Range, dan
sedikit perkiraan adanya intan di formasi Vindhya Atas yang

47
mungkin berumur Kambrium, atau di Panna dan Colconda yang
hasilnya tidak terlalu signifikan.
Zaman berikutnya adalah Silur yang secara paleontologi
dicirikan oleh banyak kelompok binatang baru yang bermunculan, di
antaranya yang sangat penting, yaitu Vertebrata (binatang-binatang
bertulang punggung). Namun fosil penunjuk Silur adalah Graptolit,
yaitu koloni binatang-binatang kecil yang diliputi oleh suatu kerangka
berzat-tanduk dinamakan rabdosoma yang terbagi ke dalam 2 golongan
yaitu Axonophora dan Axonolipa yang lebih tua. Karena cara hidup
Graptolit yang bersifat plangton-pelagos, binatang-binatang itu dapat
tersebar luas sehingga menjadi contoh fosil penunjuk klasik yang baik
sekali. Iklim selama Silur diduga panas. Sumberdaya mineral penting
dari lapisan Silur di antaranya yaitu bijih-bijih besi di Amerika Utara
dan Cekoslowakia dan endapan-endapan garam di berbagai dunia,
terutama di Amerika Utara. Zaman Silur ialah zaman yang tertua yang
diketahui di Indonesia, dengan ditemukannya fosil koral Tabulata yang
bernama Halysites di Papua.

Mannticoceras, seekor Amonit Clymenia, seekor cumi-cumi


Jaman Devon (menurut bercangkang yang mengingat akan
KUENEN dan VAN DER VLERK) sifat-sifatnya, tempatnya ada diantara
dalam Katili dan Marks, 1963 Amonit dan Nautiloidae (menurut
MORET) dalam Katili dan Marks, 1963.

Gambar 3.1.

Di atas Silur adalah Zaman Devon yang dicirikan oleh lapisan-lapisan


endapan daratan yang sangat luas berupa endapan sungai dan danau
yang mengandung fosil-fosil ikan dan amfibia sederhana serta sisa-sisa
tumbuhan yang tampak jelas di akhir Devon, binatang bertulang

48
punggung. Di laut kita jumpai perkembangan luas dari kelompok-
kelompok binatang yang tak bertulang punggung seperti Brachiopoda
dan Amonit, serta perkembangan koral (Tetracoralla). Sumber daya
mineral Devon terbatas, di antaranya cebakan besi di Luxemburg, dan
batu gamping di Erzberg, Steiermark, Austria yang sebagian berubah
menjadi besi karbonat.
Sesudah Devon datanglah suatu zaman yang dinamai Karbon.
Penamaannya ditentukan berdasarkan sejumlah besar karbon bebas yang
ditemuia secara luas di berbagai bagian dunia. Karbon untuk pertama
kali dikenal di Eropa Barat yaitu di Perancis yang oleh seorang ahli
geologi yang bernama Omalius d’Halloy pada tahun 1808 telah disebut
“Terrain Houller”, daerah arang. Jelas, endapan-endapan zaman Karbon
secara ekonomi menjadi penting karena penghasil cadangan batubara
utama.

Gambar 3.2. Jenis-jenis daun beberapa paku


biji (Pteridospermae) Zaman Karbon

49
Selama zaman ini kelompok Vertebrata yang sangat penting, yaitu
Reptilia, berkembang. Amfibia, yang muncul untuk pertama kalinya
dalam Jaman Devon, kini mengalami perkembangan besar. Binatang-
binatang laut menunjukkan gambaran yang serupa seperti Jaman Devon.
Tetracoralla, Trilobita, Brachiopoda, Nautiloidea dan Amonit merupakan
binatang-binatang yang penting. Crinoida, B1astoidae berkembang biak
luas sekali yang tidak dikenal sebelumnya. Kelompok binatang yang
baru, yaitu Fusulinoida, mulai berkembang. Termasuk yang sangat
menarik yaitu perkembangan serangga, laba-laba, dan lipan, serta sejenis
capung raksasa dengan bentangan sayap selebar 75 cm. Serangga Zaman
Karbon semuanya adalah pemakan daging atau bangkai.
Zaman Perm adalah zaman penutup Masa Paleozoikum, berdasarkan
pengamatan-pengamatan di daerah Perm Di Rusia Timur Di Jerman
Sistem itu sudah lebih dulu dikenal orang pada pengusahaan tembaga
didekat Mansfeld. Di Eropa, Zaman Perm terletak tidak selaras di atas
Karbon yang mengandung batubara, sedangkan fauna laut menunjukkan
pula penyimpangan-penyimpangan tertentu dari fauna Karbon. Lebih-
lebih dengan pertolongan Amonit, maka Perm dapat dikenal dengan
jelas. Di benua Gondwana (Amerika Selatan, Afrika, India dan Australia)
Perm itu biasanya terbentuk sebagai suatu kesatuan dengan Karbon.
Endapan ekonomis zaman Perm terutama endapan evaporit/garam yang
terdapat di Jerman dan Amerika sebelah baratdaya. Pada beberapa
tempat di Australia ditemukan orang lapisan-lapisan batubara selain juga
kaolin (lempung bahan porselin). Iklim Perm dapat dipersamakan
dengan iklim pada waktu sekarang.

3.3.3. Mesozoikum
Selama Masa Paleozoikum permukaan bumi kita sebagian besar telah
mendapat bentuk seperti yang kita lihat sekarang. Pegunungan-
pegunungan besar seperti di sepanjang pantai samudera Atlantik di
Amerika Utara dan Eropa, rangkaian pegunungan Variscia memotong
Eurasia bagian barat, dan di sepanjang pantai timur Australia, Cina dan
Siberia. Proses perlipatan di Pegunungan Ural telah menyatukan Eropa
dengan Asia. Sementara antara Afrika dan Eurasia pun terdapat
perhubungan darat. Sepanjang Masa Mesozoikum hubungan-hubungan
itu terpisah oleh cekungan besar Thetys, suatu rangkaian cekungan-
cekungan sedimentasi yang sejarahnya merupakan sumbangan penting
bagi sejarah Masa Mesozoikum. Di sisi lain terbentuk cekungan Lingkar
Pasifik.
Kehidupan selama Masa Paleozoikum memperlihatkan semua filum dan
kelas-kelas binatang bertulang belakang telah berkembang, walaupun
binatang-binatang invertebrata justru berkembang dalam Masa

50
Paleozoikum daripada selama Mesozoikum. Amonit adalah jenis dengan
perkembangannya yang cepat merupakan fosil penunjuk yang sangat
baik semenjak Paleozoikum Atas yang juga tetap bertahan di dalam Masa
Mesozoikum dengan perkembangan suturanya yang mengagumkan,
terutama di Zaman Trias.
Adanya batupasir berwarna merah yang sangat banyak yang diselingi
endapan bukit pasir yang jelas, menunjukkan adanya iklim kering yang
tersebar luas. Juga terdapatnya rekah-kerut, batu bersegi-segi (yakni batu
yang telah digosok oleh angin gurun yang mengandung pasir sehingga
permukaannya bersegi-segi) yang terasah dan berbagai gejala lainnya
yang kini hanya kita temukan dalam iklim kering atau setengah kering
(gurun atau stepa), menunjukkan hal yang sama. Hal yang serupa ialah
tentang terdapatnya evaporit diberbagai tempat. Sebaliknya adanya
bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan yang banyak, seperti halnya di
India dan Australia, justru menunjukkan kemungkinan adanya iklim
tropika yang lembab. Dalam cekungan-cekungan Siberia pun di sebelah
timur pegunungan 'Ural,' kerapkali dijumpai tikas-tikas tumbuhan.
Banyaknya Reptilia di Afrika Selatan dan Amerika Selatan menunjukkan
adanya iklim yang cukup sedang lembabnya,
Dalam endapan-endapan lautan, koral mempunyai arti yang penting.
Juga hal ini menunjukkan bahwa suhu rata-rata ketika itu tentu cukup
tinggi.
Gamping koral yang bukan main banyaknya dalam Tethys, dan juga
dalam geosinklin-geosinklin Kalifornia meskipun agaak kurang dari
pada yang pertama tadi, merupakan ciri yang khas bagi endapan-
endapan Trias. Di Amerika Barat binatang karang pembentuk terumbu,
bahkan terdapat hingga di Alaska. Hal ini mernberi kesan, bahwa pada
ketika itu pembagian daerah-daerah iklim berlainan dengan sekarang:
Gurun terdapat di tempat-tempat seperti Eropa Barat, rimba raya tropika
di daerah-daerah seperti India dan Australia, dan koral di Alaska.
Pelamparan es yang luas seperti yang terdapat selama Jaman Perm,
dalam Jaman Trias tidak diketahui bekas-bekasnya. Di beberapa bagian
dunia, Zaman Trias dicirikan oleh adanya kegiatan vulkanisme
(kegunungapian) dan magmatisme yang luar biasa. Di Eropa Barat dan
Afrika Utara dijumpai intrusi-intrusi batuan basa berbentuk retas (gang)
yang terdapat di mana-mana. Di Amerika Utara (Jajaran Pegunungan
Newark) dijumpai sejumlah besar lelehan batuan basa yang menyisip di
antara sedimen-sedimen klastika, sedangkan di Afrika Selatan dan Brasil
dicirikan oleh retas-retas berupa sill dan lakolit. Endapan-endapan abu
gunung api di Pegunungan Alpen, Malaysia, Kalimantan dan California
mempunyai arti penting secara ekonomi. Di Eropa Barat, Cina dan
Australia, endapan Trias merupakan penghasil garam dan beberapa di
antaranya penghasil batu bara.

51
Zaman berikutnya di masa Mesozoikum yang lebih muda daripada Trias
disebut Jura (Jurassic). Namanya didasarkan dari endapan-endapan yang
dijumpai di Pegunungan Jura yang membentang di Pegunungan Alpen
di selatan Jerman, Swis dan Perancis. Lapisan-lapisan yang sama
umurnya sangat luas tersebar di Eropa berupa batuan sedimen yang
diendapkan dalam cekungan-cekungan yang sekarang membentuk
pegunungan Variscia dan Kaledonia yang telah terkikis.
Endapan-endapan Zaman Jura sangat kaya akan fosil, baik fosil sisa-sisa
binatang lautan maupun daratan. Amonit yang menerus sejak Zaman
Perm sangat penting artinya sebagai fosil penunjuk. Pada akhir Zaman
Trias hampir semua Amonit punah, kecuali satu keluarga yaitu keluarga
Phylloceratidae yang kemudian di Zaman Jura menurunkan
Neoammonoidae. Kelompok baru ini sangat berbeda dengan
Mesoammonoidae, dan ciri-cirinyapun khas pula. Karena banyaknya
Amonit yang terkandung di dalamnya, maka Jura itu dapat dibagi
menjadi sejumlah besar jenjang-jenjang pembagian umur berdasarkan
lapisan fauna ini. Koral (terumbu), Echinodermata, leli-laut (Crinoida)
juga berkembang pesat, selain jenias-jenis Moluska.
Tentu saja perkembangan yang paling menarik adalah perkembangan
fauna vertebrata yang telah dimulai di masa akhir Paleozoikum dan
mulai berkembang luas sejak Trias dengan pemuncak di Zaman Jura.
Inilah zaman yang dikenal luas sebagai zaman ketika Dinosaurus
menguasai Bumi. Walaupun keluarga Dinosaurus sekarang ini mulai
dipertanyakan apakah masuk ke dalam Reptilia atau bukan, tetapi
endapan-endapan Jura banyak mengandung fosil Reptilia, yakni jenis
binatang yang sangat tergantung pada temperatur udara. Di Amerika
Utara, Afrika Timur, Cina dan Australia telah banyak ditemukan fosil-
fosil raksasa dari binatang-binatang itu yang setiap harinya tentu
memerlukan makanan yang bukan main banyaknya, sehingga
diperkirakan hal itu hanya mungkin terjadi dalam iklim tropika yang
panas lembab. Selain itu, banyak di antara Reptilia itu, baik yang bentuk
raksasa maupun yang kecil, mempunjai bentuk badan yang diperkirakan
merupakan hewan yang hidup di dalam air, kira-kira seperti buaya-
buaya yang hidup sekarang ini. Hal tersebut juga menjadi salah satu
petunjuk bahwa iklim Zaman Jura lebih lembab, sekurang-kurangnya
lebih lembab daripada selama Zaman Trias.
Dengan kondsi iklim panas dan lembab, endapan-endapan Jura
meghasilkan lapisan-lapisan batubara yang potensial seperti ditemukan
di Siberia, Australia Timur, Cina dan Asia Tenggara. Di Eropa Barat
terdapat longgokan-longokan biji besi yang luas di Elzas-Lotharingen
dan Luxemburg. Di Amerika Utara, dengan adanya aktivitas vulkanisme,
menghasilkan endapan-endapan bijih mineral penghasil emas seperti di
Califomia dan Alaska. Di Indonesia, granit-granit di Bangka, Belitung,

52
kepulauan Riau, serta semenanjung Malaysia merupakan sumber
endapan bijih timah utama.
Zaman terakhir selama Mesozoikum dikenal sebagai Zaman Kapur
(Cretaceous). Penamaannya tidak didasarkan pada wilayah tertentu di
Bumi, tetapi merujuk pada tempat di sepanjang pantai selat Channel,
Perancis-Inggris, tempat batu kapur tersingkap luas. Penamaan ini
kemudian berlaku di seluruh dunia dengan ciri utama adalah tersebarnya
endapan batu kapur / batu gamping yang luas.
Secara stratigrafis, perubahan dari Jura ke Kapur dicirikan oleh adanya
gejala susut laut dan pada kebanyakan daerah di dunia dicirikan dengan
pengendapan lapisan berlingkungan daratan yang mengandung fosil-
fosil Reptilia/Dinosaurus (Gambar 3.3.). Susut laut dan genang laut
berlangsung silih berganti selama Zaman Kapur, tetapi diakhiri dengan
susut laut yang terjadi hampir di seluruh dunia.

Gambar 3.3.
Tyrannosaurus rex (kanan) berhadapan dengan Triceratops (kiri) di akhir Zaman
Kapur sebelum kepunahan masal (dari: Strahler, 1971)

Fosil-fosil Zaman Kapur yang terpenting di antaranya adalah Orbitolina,


Foraminifera bercangkang gampingan dan pasiran yang bentuknya
seperti sebuah topi bambu berbentuk kerucut. Batu gamping yang sangat
tebal yang mengandung fosil ini dijumpai di Laut Tengah dan
Kalimantan. Selama Kapur Atas, fosil yang penting artinya sebagai fosil
penunjuk ialah Foraminifera Kecil, terutama Clobotruncana yang
hidupnya sebagai pelagos, merupakan fosil penunjuk yang sangat baik
dan tersebar di mana-mana di seluruh dunia. Selain itu juga fosil-fosil
landak laut Echinoida (filum Echinodermata), Belemnit, Echinoderma,
Nautilus dan ikan-ikan, Moluska, Crustaceae, serta Amonit yang
tetap penting sebagai fosil penunjuk (Gambar 3.4.)
Zaman Kapur di Indonesia tersebar di beberapa daerah secara terbatas.
Di Sumatra, endapan Kapur diketahui terdapat di Jambi (batu kapur
Mengkadai, Pabungo) dan di Kotaagung, ujung selatan Bengkulu, di -

53
pegunungan Garba dan pegunungan Gumai. Di Jawa, endapan Kapur
ditemukan sebagai lensa-lensa batu gamping yang mengandung
Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih di daerah Lukulo,
Kebumen, Jawa Tengah, juga sebagai fragmen batu gamping pada
endapan Eosen di Pegunungan Jiwo, dekat Klaten. Endapan luas Kapur
tersebar di

Gambar 3.4.
Beberapa contoh fosil Zaman Kapur
(dari Katili dan Marks, 1963

54
Maluku dan diberbagai tempat lainnya di Indonesia Timur, terutama di
pulau Misool, serta batu gamping berbutir halus dengan kandungan
fosil Globotruncana terdapat di Timor, Roti, Seram, Burn, kepulauan Sula,
Buton, Sulawesi Timur, Halmahera, dan Papua. Di Kalimantan, lapisan-
lapisan Zaman Kapur terdapat di hulu dan di pertengahan aliran
sungai Seberuang dan sungai Selangkai, didekat Semitau, Kalimantan
Barat. Sedangkan di Kalimantan Tenggara batuan Zaman Kapur
ditemukan di Pegunungan Meratus pada Formasi Manunggul yang
terdiri dari konglomerat, batupasir, lempung, napal dan batugamping,
dengan kandungan fosil Orbitolina.
Kondisi iklim selama Kapur tidak selembab zaman sebelumnya, salah
satunya ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah bentuk raksasa
Reptilia, seperti Brachiosaurus dan Diplodocus yang hanya terbatas pada
Zaman Jura saja. Secara ekonomi, endapan Kapur tidak mengandung
enadapan-endapan yang dapat diusahakan. Di beberapa daerah di Eropa
Barat, Cina, Amerika Utara bagian barat, Meksiko, Iran, dan Irak,
lapisan-lapisan Kapur mengandung cadangan-cadangan minyak bumi
yang cukup berlimpah, selain terdapatnya granit yang disertai dengan
cebakan-cebakan mineral bijih.

3.3.4. Masa Kenozoikum


Perubahan dari Mesozoikum ke Kenozoikum, atau dari Zaman Kapur ke
Tersier (dikenalnya sebagai KT boundary) dicirikan oleh susut laut besar
dan orogenesa (pembentukan pegunungan) yang dikenal sebagai
Orogenesa Larami, dan terjadi hampir di seluruh dunia. Bersamaan
dengan itu adalah punahnya sejumlah kelompok binatang, di antaranya
dari jenis Moluska (Belemnit, Amonit, Rudistae) dan yang lebih spesifik
adalah punahnya Sauria (Reptilia Purba, Dinosaurus). Batas tersebut
semakin jelas dengan adanya urutan lapisan-lapisan yang tak selaras
disertai dengan perbedaan fauna yang sangat mencolok.
Masa Kenozoikum terdiri atas dua zaman, yaitu Tersier dan Kuarter.
Penamaan ini berlaku sampai sekarang di seluruh dunia. Penamaan
Primer dan Sekunder untuk Paleozoikum dan Mesozoikum tidak
digunakan lagi. Lapisan-lapisan Kenozoikum banyak terdapat serta
meliputi daerah-daerah luas, lagipula tersingkap baik di sekitar London
dan Paris, kota-kota pusat ilmu tertua yang mempelajari geologi
endapan-endapan ini untuk pertama kalinya.
Dalam cekungan-cekungan itu, yang merupakan cekungan epikontinen
yang sesungguhnya, lapisan-lapisan Kenozoikum letaknya hampir tidak
terganggu dan merupakan sejumlah formasi tipis-tipis yang dapat
dikenali baik sifat-sifat litologi maupun paleontologinya. Lapisan-lapisan
itu terpisah dari Mesozoikum oleh suatu ketidakselarasan atau dari

55
Paleozoikum oleh ketidak selarasan sudut.
Salah satu pembagian jenjang waktu selama Kenozoikum yang paling
menarik adalah karena secara stratigrafis di dalam lapisan-lapisan Tersier
terdapat fauna dan flora yang sangat mirip dengan flora dan fauna yang
masih hidup sekarang. Semakin lebih muda, persamaan-persamaan itu
semakin jelas. Pembagian kala (period) selama Kenozoikum didasarkan
atas seberapa besar kemiripan itu terjadi diusulkan oleh seorang geologi
Inggris Charles Lyell (1797 – 1875): Eosen, asal kata Eos = fajar, dan Kainos
= baru; mengandung 0 - 5% bentuk-bentuk sekarang. Oligosen, asal kata
dari Oligos = sedikit, dan Kainos; mengandung 6 – 15% bentuk-bentuk
sekarang. Miosen, asal kata dari Meion = kurang, dan Kainos;
mengandung 16 – 50% bentuk-bentuk sekarang. Pliosen, asal dari kata
Pleion = lebih, dan Kainos; mengandung 50 – 90% bentuk-bentuk
sekarang. Pleistosen, asal kata dari Pleistos = terlebih-lebih, dan Kainos;
mengandung 90 – 100% bentuk-bentuk baru. Holosen, asal dari kata
Holos = samasekali, dan Kainos; mengandung melulu bentuk-bentuk
sekarang. Walaupun cara pembagian ini mempunyai beberapa
kekurangan yang sulit diterima (terutama menyangkat angka presentasi
persamaan), tetapi nama-nama kala masih tetap dipakai di seluruh dunia
sampai sekarang.
Dengan semakin bertambahnya pengetahuan geologi dengan data yang
baru ditemukan di seluruh dunia mengenai formasi-formasi
Kenozoikum, terutama juga didorong oleh terdapatnya minyak bumi di
dalamnya pada banyak tempat, beberapa kelompok binatang dapat
dipakai sebagai fosil penunjuk, terutama fosil-fosil mikro Foraminifera,
Gastropoda (untuk endapan laut) dan binatang menyusui Vertebrata
(untuk endapa darat). Masa Kenozoikum juga sangat penting bagi
kehidupan manusia, karena dalam lapisan-lapisan paling muda pada
masa ini banyak ditemukan fosil-fosil jenis Homo (manusia) yang menarik
perdebatan tiada hentinya tentang asal-usul manusia.
Namun demikian, fosil-fosil yang dianggap leluhur manusia sudah
ditemukan di Afrika pada Kala Pliosen, yaitu Dryopithecus (Gambar 3.5).
Temuan-temuan tersebut menjadi perdebatan yang panas hingga
sekarang tentang asal-usul manusia.
Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan tempat yang paling terkenal
tentang endapan-endapan Pleistosen berupa endapan-endapan berfasies
laut, sebagian danau dan sungai, serta endapan gunung api. Selain itu,
endapan-endapan Kuarter Pulau Jawa telah terkenal ke seluruh dunia
ketika ditemukannya banyak fosil-fosil vertebrata dan manusia, terutama
di sepanjang Bengawan Solo di Jawa Tengah (Sangiran) dan Jawa Timur
(Trinil). Di antara fosil-fosil itu terutama adalah Pithecanthropus erectus
(sekarang dikenal sebagai Homo erectus) yang bentuknya menyerupai
manusia modern.

56
Gambar 3.5. Fosil Dryopithecus dan gambaran mahluknya
(Sumber: Strahler, 1971)

Selama Zaman Kuarter gejala geologis yang merupakan cerminan iklim


purba masih dapat dikenali dari endapan-endapannya, terutama
endapan-endapan teras laut dan sungai. Dari pengetahuan mengenai
endapan-endapan Kuarter, dikenal adanya empat Zaman Es (Glacial)
yaitu Mindel, Gunz, Riss, dan Wurm. Di antara zaman es terdapat dan
zaman Antar Es (Interglacial). Zaman es terakhir (Wurm) dengan
maksimum terjadi kira-kira 20.000 tahun yang lalu sangat penting bagi
perkembangan vertebrata dan manusia. Pada saat itu, permukaan laut di
seluruh dunia menyusut. Di Kepulauan Indonesia laut menyusut kira-
kira 140 m di bawah permukaan laut sekarang. Akibatnya, Laut Jawa,
Selat Karimata dan sebagian Laut Cina Selatan yang merupakan suatu
daerah yang sangat luas yang kedalaman lautnya tidak lebih dalam dari
dari 50 m dan pada beberapa tempat maksimum sekitar 100 m menjadi
daratan (Gambar 3.6).
Pendugaan batimetri dasar laut di laut-lau tersebut masih dikenal adanya
lembah-lembah yang ditafsirkan sebagai bekas-bekas sungai dan muara
sungai purba yang seluruhnya merupakan suatu sistem penyaluran air
yang kini tertutup oleh lautan. Dari garis dalam (thalweg), kita dapat
menginterpretasi dan merekonstruksi jaringan sungai purba itu. Sungai-
sungai di Sumatra Utara dan Sumatra bagian timur bergabung menjadi
sebuah aliran besar yang menyalurkan airnya ke arah utara. Sungai
Kampar, Indragiri dan Batanghari bergabung dengan Kapuas dan
Sambas serta beberapa sungai lainnya dari Kalimantan Barat menjadi

57
sebuah sungai besar yang mengalir ke Laut Cina Selatan. Lalu dari
Kalimantan Selatan, yaitu sungai Barito, Kahayan, Sampit, dan lain-lain
bergabung dengan sungai-sungai dari Lampung dan Sumatra Selatan
serta sungai-sungai dari Jawa Utara mengalir di dasar Laut Jawa
sekarang. Seluruhnya akhirnya bersama-sama bermuara di dalam
cekungan yang lebih dalam di Selat Makassar selatan atau di sebelah
Utara Bali (Gambar 3.6).

Gambar 3.6.
Sundaland selama zaman es
terakhir kira-kira 18.000
tahun yang lalu
(Tjia, 1987)

Keberadaan daratan purba yang meliputi seluruh wilayah di Asia


Tenggara itu yang pernah dikenal sebagai Paparan Sunda, saat ini juga
dikenal sebagai Sundaland. Bukti fauna yang mirip di berbagai pulau
yang sekarang terpisah lautan luas menunjukkan adanya
ketersambungan pulau-pulau itu menjadi daratan. Misalnya, ikan-ikan
air tawar di sungai-sungai Kalimantan dan Lampung menunjukkan
persamaan kekerabatan besar. Selain itu, ciri adanya daratan Sundaland
selama Pleistosen, sedikitnya selama zaman es, diperlihatkan juga dari
persamaan yang besar antara fosil binatang-binatang menyusui di Pulau
Jawa dan di India Utara serta Cina. Diperkirakan migrasi binatang-
binatang itu dari daratan Asia ke Indonesia melalui jembatan darat
Sundaland, melalui Semenanjung Malaysia.

58
Endapan-endapan bernilai ekonomi selama masa Pleistosen di antaranya
adalah cebakan timah pantai-pantai Belitung, Bangka dan Singkep. Di
Indonesia bagian timur, ciri-ciri kala Pleistosen terutama terdiri dari
undak-undak koral yang terangkat hingga mencapai elevasi yang tinggi
dari permukaan laut sekarang. Hal ini menunjukkan adanya gerak-gerak
vertikal yang kuat selama Kala Pleistosen, bahkan selama Holosen pula.
Pada beberapa tempat lainnya, seperti di Timor bagian utara dan banyak
tempat di Indonesia, undak-undak pantai tidak hanya terbentuk oleh
koral saja, melainkan juga oleh endapan sungai.

59
GEOLOGI SEJARAH
BAHAN KURSUS PENYEGARAN UNTUK PESERTA
STUDENT GEOSCIENCE OLYMPIAD 2007

Disusun oleh
WARTONO RAHARDJO
AKMALUDDIN
GEOLOGI SEJARAH

Bagian dari Geologi yang khusus membahas tentang


sejarah bumi

Pembahasan tentang bumi sebagai badan angkasa


sepanjang waktu geologi

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
WAKTU GEOLOGI

Waktu Geologi : Waktu yang diperlukan oleh suatu


proses geologi

Waktu geologi terhitung dari saat pembentukan bumi


(4,6 milyar tahun yang lalu) hingga saat ini

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
WAKTU GEOLOGI
Masa Kini 0 MYA 0 MYA 0 MYA
Phanerozoic
Cenozoic
570 MYA
65 MYA

Proterozoic Mesozoic
Pembentukan 4,600 MYA
Bumi

245 MYA

2700 MYA

Paleozoic
Archean

Pembentukan
Alam Semesta 12,000 MYA 4,600 MYA 570 MYA
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PENDINGINAN BUMI
Planetisimal bumi dan gas
setelah mendingin mem-
bentuk planet bumi, yang
mendingin dari arah luar ke
dalam

Pada awal pembekuan ter-


bentuk bagian keras, yang
nantinya membentuk kerak.
Sebagian kerak masih beru-
pa lekukan terisi material
yang leleh

Hujan meteor masih sangat


sering terjadi di bumi mau-
pun di satelitnya yang ber-
nama Bulan

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
FASE AWAL TERBENTUKNYA ATMOSFER

Jumlah dan macam gas yang ada di atmosfer primordial tergantung dari variasi
gas yang dikeluarkan bumi pada fase diferensiasi (outgassing) .
Nitrogen cenderung tinggal di atmosfer, uap air menjadi hujan membentuk laut,
karbondioksida bersenyawa dengan Ca membentuk batugamping. Gas Hidrogen
dan Helium karena ringan cenderung hilang ke ruang angkasa.
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN ATMOSFER

4,6 BYA 3 BYA 2 BYA 1 BYA


WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
Teramat jauh perjalanan mencapai langit biru
Apakah akan kita rusak begitu saja ???????????

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA PALEOZOIC
MESOZOIC
245
PERMIAN
286
CARBONIFEROUS
360
DEVONIAN
408
SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN
570
PRE CAMBRIAN (PROTEROZOIK & ARCHEAN)
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA MESOZOIC
CENOZOIC
65
CRETACEOUS
144
JURASSIC
213
TRIASSIC
245
PALEOZOIC
WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ERA CENOZOIC
0
HOLOCENE
0.01
PLEISTOCENE
2
PLIOCENE
5.1
MIOCENE
24.6
OLIGOCENE
38
EOCENE
54.9
PALEOCENE
65

M E S O Z O I C WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN POSISI BENUA
SEPANJANG WAKTU
0 MYA

Cenozoic

65 MYA

Mesozoic

245 MYA

Paleozoic

570 MYA

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
0 MYA
Cenozoic
65 MYA

Mesozoic

245 MYA

Paleozoic

570 MYA

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
ORGANISME TERTUA DARI
FIG TREE SERIES AFRIKA SELATAN

MIKROFOSIL SEJENIS
ALGA MEMBULAT
Archaeosphaeroides
DARI AWAL PRE CAM-
BRIAN, 3,1 MILYAR
TAHUN YANG LALU.

LEVIN, 1982

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
FAUNA SERPIH BURGESS (CAMBRIAN)

FOSILNYA

HASIL
REKONSTRUKSINYA

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
BURUNG PURBA (JURASSIC)

Archaeopteryx DARI ENDAPAN CHALK DI BAVARIA, JERMAN


RANGKA PADA BATUAN YANG HASIL REKONSTRUKSI DARI MUSEUM
MENGANDUNG FOSIL TERSEBUT ILMU PENGETAHUAN ALAM, BERLIN
MALAPETAKA METEOR (CRETACEOUS)

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
RIWAYAT PEMBENTUKAN
SAMUDERA ATLANTIK

200 JUTA T.L


120 JUTA T.L.

56 JUTA T.L.

MASA KINI

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
GLASIASI DAN MUKA AIR LAUT

GLASIASI TERJADI SEBAGAI AKIBAT


PENURUNAN SUHU ATMOSFER BUMI.
PENURUNAN INI DISEBABKAN OLEH
BERKURANGNYA INTENSITAS CAHA-
YA MATAHARI AKIBAT SUATU KOM-
PLEKS PROSES YANG SECARA
KESELURUHAN DISEBUT SIKLUS
MILANKOVITCH
DIBELAHAN BUMI SELATAN GLASIASI
TERJADI DI ANTARKTIKA DAN PEG.
ANDES, DI BELAHAN UTARA TERJADI
DI AMERIKA UTARA, EROPA UTARA
DAN SIBERIA.
AKIBAT GLASIASI MUKA LAUT GLO-
BAL TURUN DAN DANGKALAN BERU-
BAH JADI DARATAN

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
URUTAN HOMINID

Homo sapiens
Australopithecus Homo erectus Homo sapiens
(Neanderthal) (Cro Magnon)

WR/2007/SGO/GEOLOGI SEJARAH
Kristalografi dan
Mineralogi

1-Pendahuluan
dan Kristalografi
Ver. 2.1/20201201

Dr. I Wayan Warmada


Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
Pendahuluan

Kristalografi adalah ilmu


yang mempelajari kristal

Diagram yang
menunjukkan aliran
informasi antara ilmu
kristalografi, mineralogi dan
ilmu pengetahuan yang lain.
Jalur informasi ditunjukkan
dengan tanda panah
Mengapa mempelajari
Kristalografi?
 Hampir semua mineral di alam berbentuk kristalin →
Mineralogi & Scanning Electron Microscope
 Mineral dengan warna sama dapat dibedakan berdasarkan
sistem kristalnya, misalnya kuarsa (heksa.), kalsit (rhomb.),
anhidrit (ortho.) dan gipsum (mono.).
 Sifat-sifat optis mineral ditentukan oleh sistem kristalnya
→ Mineral Optik & Petrografi
 Sifat-sifat difraksi mineral tergantung pada struktur kristal
dan jarak antar kisi-kisi kristal → Difraksi Sinar-X (X-Ray
Diffraction).
Mengapa mempelajari
Mineralogi?
 Identifikasi mineral, penentuan morfologi, komposisi dan
sifat-sifat fisik
 Eksplorasi endapan mineral dan bijih
 Mineralogi industri (mineral untuk semen dan zeolit)
 Gemologi (batu permata)
 Aspek mineralogi ilmu material, seperti keramik
 Biomineralogi
 Mineral sebagai bencana kesehatan (seperti asbes) →
Mineralogi Medis
Difraksi sinar-X (XRD)
Metode Analisis

Mineral Optik

Scanning Electron Mic.


Eksplorasi Mineral
Mineralogi Medis
& Biomineralisasi
Tentang Material Bumi
 Semua material bumi tersusun oleh atom-atom
yang diikat bersama-sama.
 Mineral tersusun oleh atom-atom yang terikat
bersama-sama dan merupakan komponen utama
dari batuan.
 Batuan tersusun oleh mineral-mineral dan
merekam berbagai macam proses-proses geologi.
Atom
 Material adalah segala sesuatu yang mempunyai volume
dan massa,
 Unsur adalah suatu substansi yang tidak dapat dipecah-
pecah menjadi substansi yang lebih kecil baik dalam
artian fisika maupun kimia. Contohnya: emas,
 Unsur apakah yang paling banyak? Ahli astronomi
mengidentifikasi bahwa dua unsur yang paling melim-
pah di alam semesta: H (93.5%) dan He (6.3%),
 Pada kerak bumi, meliputi: O (46.6%), Si (27.7%), Al
(8.1%), Fe (5.0%), Ca (3.6%), Na (2.8%), K (2.6%), Mg
(2.1%), dan lainnya (1.5%).
Kelimpahan unsur
Senyawa
 Lihat gambar berikut ini, gas hijau dalam botol adalah
unsur klor, yang beracun. Padatan, berwarna keperakan
adalah unsur natrium, yang sangat reaktif.
 Jika kedua unsur tersebut digabungkan secara kimia akan
membentuk material baru, yaitu garam dapur, yang tidak
beracun.
 Garam ini adalah senyawa, bukan unsur. Suatu senyawa
adalah suatu substansi yang terdiri atas atom-atom dari
dua atau lebih unsur yang berbeda.
 Senyawa direpresentasikan dengan rumus kimia.
Misalnya halit [NaCl] atau air [H2O].
Unsur dan senyawa
Ikatan kimia
 Ikatan kimia adalah gaya tarik menarik antara atom-atom
sehingga atom-atom tersebut tetap berada bersama-sama
dan terkombinasi dalam senyawa.
 Ada beberapa macam ikatan kimia:
♦ Ikatan kovalen, daya ikat dua atom disebabkan oleh
penggunaan bersama-sama elektron dari masing-
masing atom,
♦ Ikatan ionik, daya tarik disebabkan oleh dua ion yang
memiliki muatan yang berlawanan
♦ Ikatan logam, ikatan yang disebabkan oleh penggunaan
bersama-sama valensi elektron.
Rangkuman ikatan kimia
Each sodium ion (circled in red)
is surrounded by 6 chloride ions
(circled in yellow), and vice versa.
Kristalografi

Kristalografi adalah pelajaran


mengenai penjabaran kristal-kristal.
Kristal sendiri merupakan zat padat
yang mempunyai susunan atom atau
molekul dalam keadaan teratur dan
keteraturan susunan tersebut dapat
dilihat pada permukaannya yang
terdiri dari bidang-bidang datar.
Kristal

 Benda padat dan


homogen
 Mempunyai atau
tersusun oleh unsur
kimia dan senyawanya
 Mempunyai susunan
atom yang teratur yang
dicerminkan oleh
bidang-bidang kristal
Kristalisasi
 Kecepatan kristalisasi mempengaruhi bentuk dan
ukuran butir kristal
 Kristal dapat terbentuk dari presipitasi atau
kristalisasi:
♦ Larutan (solution), misalnya gipsum, halit, kalsit

Gipsum Halit Kalsit


 Lelehan (melt), contoh: ortoklas, hornblenda, olivin

Ortoklas Hornblenda Olivin


 Uap (vapours),
misalnya
gipsum,
belerang,
alunit
Gipsum

Anhidrit Belerang
Sifat kristal
 Dua bidang muka kristal yang berimpit selalu
membentuk sudut yang besarnya tetap pada suatu
kristal (disebut sebagai hukum ketetapan sudut
bidang dua atau hukum Steno)
 Catatan:
♦ bidang muka kristal adalah bidang-bidang datar
yang membentuk permukaan kristal
♦ masing-masing kristal mempunyai letak dan arah
bidang muka kristal tertentu dan berbeda-beda
Contoh: kristal tawas
Sifat kristal
Kristal tawas [(NH4)2Al2(SO4)4· 24H2O]
Sudut antar bidang r dan m kurang lebih 109°28.25'

109°28.25'

109°28.25'
109°28.25'
Tujuh sistem kristal
 Dasar penggolongannya:
 Jumlah sumbu kristal
 Letak sumbu kristal yang satu dengan yang lain
atau sudut yang dibentuk sumbu
 Parameter yang digunakan untuk masing-masing
sumbu
 Sumbu kristal: garis bayangan, lurus, yang
menembus kristal (bidang-bidang muka kristal)
dan melalui pusat kristal.
Kubik
Ketiga sumbu kristal dari sistam
ini sama panjang dan semuanya
saling tegak lurus.

Fluorit
Tetragonal
 Kedua sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
sedangkan sumbu yang lain dapat
lebih panjang atau lebih pendek
 Ketiga sumbu kristalnya saling tegak
lurus.

Scheelite
Hexagonal
 Terdiri atas 4 sumbu kristal
 Ketiga sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
terletak horisontal, serta saling
membentuk sudut 120°
 Sumbu kristal yang lain dapat lebih
panjang atau lebih pendek.

Vanadinite
Trigonal
 Terdiri atas 4 sumbu kristal
 Ketiga sumbu kristal dari sistem ini
mempunyai panjang yang sama,
terletak horisontal, serta saling
membentuk sudut 120°
 Sumbu kristal yang lain dapat lebih
panjang atau lebih pendek.

Calcite
Ortorombik

 Terdiri dari 3 sumbu kristal


yang tidak sama panjang
 Ketiga sumbu tersebut
terletak saling tegak lurus

Aeschynite
Monoklin

 Terdiri dari 3 sumbu kristal yang


tidak sama panjang
 Salah dua sumbunya saling tegak
lurus
 Sumbu yang lain tidak tegak lurus
dengan kedua sumbu tersebut
Aegirine
Triklin
 Terdiri dari 3 sumbu kristal yang
tidak sama panjang
 Ketiga sumbu kristal tersebut tidak
saling tegak lurus.

Rhodochrosite
Sistem kristal dan contoh
 Kubik – intan, garnet, halit, pirit, fluorit
 Tetragonal – rutil, anatas, vesuvianit
 Heksagonal – kuarsa, grafit, vanadinit, apatit
 Trigonal/rombohedral – brusit, sinabar, basnesit, kalsit
 Ortorombik – anhidrit, olivin, staurolit, topaz,
hipersten, enstatit, lawsonit, silimanit, andalusit
 Monoklinik – aegirin, ortoklas, biotit, muskovit,
amfibol, piroksen, gipsum, klorit, azurit
 Triklin – kaolinit, kyanit, wolastonit, rodonit,
rodokrosit, mikroklin, albit
Kristalografi dan
Mineralogi

2-Mineralogi Fisik
Ver. 2.1/20201202

Dr. I Wayan Warmada


Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
Mineralogi
 Mineral adalah zat atau benda yang biasanya
padat dan homogen dan hasil bentukan alam
yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu
serta umumnya berbentuk kristalin.
 Ada beberapa bahan yang terjadi karena
penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan
atau hewan secara alamiah juga pernah
digolongkan ke dalam mineral, seperti batubara,
minyak bumi, tanah diatome.
Kerak Bumi
 Kerak bumi tersusun oleh 90 unsur-unsur.
 98% dari kerak tersusun oleh hanya 8 unsur.
Kerak Bumi
 Delapan unsur yang melimpah di dalam kerak
bumi adalah sebagai berikut:
oksigen (O), silikon (Si), aluminium (Al), besi
(Fe), kalsium (Ca), natrium (Na), kalium (K),
dan magnesium (Mg)
Komposisi kerak Bumi
Weight % Atom % Ionic Radius Volume %
O 46.60 62.55 1.40 93.8
Si 27.72 21.22 0.42 0.9
Al 8.13 6.47 0.51 0.5
Fe 5.00 1.92 0.74 0.4
Ca 3.63 1.94 0.99 1.0
Na 2.83 2.64 0.97 1.3
K 2.59 1.42 1.33 1.8
Mg 2.09 1.84 0.66 0.3
Total 98.59 100.00 100.00

Sebagian besar silikat berasal dari O = 94 vol. % dari


kerak.
Komposisi Mineral
 Mineral tersusun oleh unsur-unsur yang
dijumpai di permukaan Bumi,
 Mineral dikelompokkan berdasarkan unsur-
unsur yang terkandung di dalamnya.
Kimia mineral
Sifat-sifat mineral = f (struktur + kimia)
Tetapi tidak bebas: struktur = f (komposisi, T, P)
Komposisi secara konvensional dinyatakan
sebagai %berat (wt.% oxida)
(jika tidak sulfida, halida, etc.)
Tetapi biasanya dengan % mole,
Perbedaan antara
Forsterit (Fo) = Mg2SiO4
dan
Fo = 51.5% SiO2 dan 48.5% MgO
Sifat-sifat fisik mineral
 Penentuan nama mineral dapat dilakukan
dengan membandingkan sifat-sifat fisik mineral
antara yang satu dengan mineral yang lainnya.
 Sifat-sifat fisik mineral: warna, kilap (luster),
kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan
(cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk
kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity) dan
kemagnetan.
Sifat-sifat fisik mineral
Mineral mempunyai
sifat fisik tertentu yang
dapat digunakan untuk
mengenal- dan mendes-
kripsinya.
 Bentuk kristal
 Kekerasan
 Kilap
 Warna
 Cerat
 Belahan
Copyright©Dr. Richard Busch
 Berat jenis
Sifat fisik mineral: Kilap
(atas); belahan (bawah)
Belahan sempurna pada mika
Sifat fisik mineral: Warna
 Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya.
Warna mineral dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 idiokromatik, warna selalu tetap (biasanya pada
mineral yang tidak tembus cahaya atau mineral opak,
seperti galena, pirit, magnetit).
 alokromatik, warna mineral tidak tetap, tergantung
pada material pengotornya (biasanya pada mineral
tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
Kuarsa memperlihatkan
beberapa warna
Sifat fisik mineral: Kilap
 Kilap, kesan mineral akibat pantulan cahaya
yang dikenakan padanya.
 Dibedakan menjadi dua,
 Kilap logam,
 Kilap bukan-logam, yang dibedakan menjadi:
kilap kaca (vitreous), intan (adamantine), sutera
(silky), damar (resinous), mutiara (pearly), lemak
(greasy), tanah (dull).
Warna mineral alokromatik

Image courtesy of the USGS


copyright@Stonetrust, Inc

copyright@Stonetrust, Inc
Image courtesy of the USGS Image courtesy of the
Albert Copley Oklahoma copyright@Stonetrust, Inc
University Archives 54

Beberapa kilap mineral


Pyrite: Halite: Sulfur :
Metallic, Shiny Luster Non-Metallic Translucent Luster Non-Metallic Waxy Luster

Copyright© Dr. Richard Busch Copyright©Dr. Richard Busch Copyright©StoneTrust, Inc.


Galena memperlihatkan
kilap logam
Sifat fisik mineral: Kekerasan
 Kekerasan, ketahanan mineral terhadap goresan.
 Secara relatif ditentukan dengan menggunakan skala
Mohs, yang terdiri dari:
 Talk (1)  Feldspar (6)
 Gipsum (2)  Kuarsa (7)
 Kalsit (3)  Topaz (8)
 Fluorit (4)  Korundum (9)
 Apatit (5)  Intan (10)
Mohs scale
of mineral
hardness
Moh’s scale relates the
hardness of minerals
with some common
objects, such as
fingernails, copper
pennies, a steel knife
blade, and glass.
Orthoclase feldspar (6)
is used as a whitener
agent in toothpaste,
while tooth enamel is
comprised of the mineral
apatite (5)
Sifat-sifat fisik mineral:
Cerat & belahan
 Cerat adalah warna mineral
dalam bentuk bubuk. Cerat dapat
sama atau berbeda dengan warna
mineral. Umumnya warna cerat
tetap.
 Belahan adalah kenampakan
mineral berdasarkan
kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan
yang rata dan licin.
Belahan
Menentuan cerat
dengan plat
porselin
Arah umum
belahan
Fluorit, halit dan kalsit
menunjukkan belahan sempurna
Sifat fisik mineral: Pecahan
 Pecahan adalah kemampuan
mineral untuk pecah melalui
bidang yang tidak rata dan tidak
teratur.
 Pecahan dapat dibedakan
menjadi: (a) pecahan konkoidal,
(b) pecahan berserat/fibrous, (c)
pecahan tidak rata, (d) pecahan
rata, (e) pecahan runcing, (f)
pecahan tanah.
Pecahan konkoidal
Pecahan konkoidal
Sifat fisik mineral: Bentuk
 Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila
mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang
jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai
batas-batas kristal yang jelas.
 Struktur mineral dapat dibagi menjadi:
 Granular atau butiran, ukuran butir seragam
 Struktur kolom atau prisma, bila panjang disebut fibrous
atau berserat.
 Struktur lembaran atau lamelar, seperti tabular,
konsentris, dan foliasi
 Struktur imitasi, seperti asikular, filiformis, membilah
Sifat fisik mineral: Bentuk
The health hazards associated with naturally
occurring chrysotile asbestos, such as that shown
here, are usually overstated.
Sifat fisik mineral: Bentuk
Sifat fisik mineral: Bentuk

Contoh bentuk mamilary pada travertine (Lapangan


panas bumi Sipoholon, Sumatra Utara @IWW)
Sifat fisik mineral: Habit
Sifat fisik mineral: Sifat dalam
 Sifat dalam (tenacity) merupakan reaksi mineral
terhadap gaya yang mengenainya, seperti
penekanan, pemotongan, pembengkokan,
pematahan, pemukulan atau penghancuran.
 Dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris
(sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa
(malleable), kenyal/lentur (elastic), dan fleksibel
(flexible).
Mineral contoh setangan
 Beberapa mineral lunak, memiliki rasa 'greasy'
(berminyak), dan menimbang-nimbang contoh
bisa memperkirakan berat jenisnya.
 Beberapa mineral umum, seperti kuarsa,
feldspar, dan kalsit memiliki berat jenis yang
relatif sama.
 Beberapa mineral, rasa merupakan cara untuk
membedakannya, begitu juga bau.
Identifika-
si mineral
Kuarsa
 Sistem kristal: Heksagonal
 Bentuk umum: prismatik, diakhiri oleh rombohedra
 Agregasi: masif dan/atau granular
 Belahan: pecahan konkoidal
 Kekerasan: 7 (tujuh)
 Beratjenis: 2,65
 Kilap: kaca (vitreous)
 Warna: tidak berwarna atau putih tergantung pengotor
 Cerat: putih
 Asosiasi yang umum: seperti, granit, batupasir, kuarsit
 Komposisi: SiO2
Sekian dan Terima Kasih
Kristalografi dan
Mineralogi

3-Sistematika
Mineralogi
Ver. 2.1/20201202

Dr. I Wayan Warmada


Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
Sistematika mineral
 Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa
digunakan adalah klasifikasi Dana,
Dana, yang
mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan
struktur kristalnya.
kristalnya.
 Dana membagi mineral menjadi delapan golongan
(Klein & Hurlbut, 1993), yaitu:
 Unsur murni (native element),
element), yang dicirikan oleh
hanya memiliki satu unsur kimia, seperti emas,
perak, tembaga, arsenik, bismut, belerang, intan,
dan grafit.
Belerang

 Mineral sulfida atau sulfosalt ...


Native elements

Arsen Tembaga Emas

Besi Perak Belerang


Native elements

Native Platinum

Native Bismuth

Diamond Graphite
Sistematika mineral
 Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan
kombinasi antara logam atau semilogam dengan
belerang (S) atau selenium (Se), misalnya galena
[PbS], pirit, proustit [Ag3AsS3], dll.
 Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi
antara oksigen atau hidroksil/air dengan satu
atau lebih macam logam, misalnya magnetit,
goetit [FeOOH].
 Haloid, dicirikan …
Sulfida dan Oksida

Kalkopirit Galena Pirit

Goetit Kasiterit Magnetit


Sulfida
 Sekitar 500 mineral merupakan sulfida dan
mineral yang berkaitan dengannya.
 Sebagian besar merupakan sulfida logam dan
semilogam, seperti pirit [FeS2], kalkopirit
[CuFeS2], dan sfalerit [ZnS].
 Sulfida secara umum dibagi menjadi 3 sub-
kelompok:
 Sulfida sederhana, seperti sfalerit
 Garam thioacids, seperti pirargirit [Ag3SbS3]
 Persulfida, seperti pirit
Sulfida

Mineral sulfida dari endapan bijih


Sulfida
 Sulfida merupakan mineral yang sangat penting
dalam industri dan merupakan bijih utama dari
tembaga, seng, timbal, airraksa, bismut, kobal, nikel,
dan logam bukan-besi yang lainnya.
 Sulfida juga merupakan sumber dari arsen (As) dan
antimon (Sb).
 Meskipun pirit bukan merupakan bijih untuk
diambil besinya, tetapi digunakan sebagai sumber
asam sulfur.
 Pirit juga penting sebagai bijih emas, karena
mengandung fragmen emas murni sebagai inklusi
(refractory gold).
Chalcocite Digenite Cubanite

Covellite Bornite Chalcopyrite


Sulfida
Sulfida juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Polyhedral sulfides
Bornit Cu5FeS4 Tetragonal
Kalkosit Cu2S Ortorombik
Kalkopirit CuFeS2 Tetragonal
Sinabar HgS Trigonal
Galena PbS Kubik
Sfalerit ZnS Kubik
Group sulfides
Arsenopirit FeAsS Monoklinik
Kobaltit CoAsS Kubik
Markasit FeS2 Ortorombik
Pirit FeS2 Kubik
Molybdenite Arsenopyrite Realgar

Galena Sphalerite Stibnite


Sulfida
Sulfida juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Band sulfides
Stibnit Sb2S3 Ortorombik
Sheet sulfides
Molibdenit MoS2 Heksagonal
Orpimen As2S3 Monoklinik
Sulfida Cu-Fe

Cv Py

Dg Po

Cp
Cc

Bn
Sulfida Cu-Fe
Minerals Formula %Cu SG
Kalkopirit CuFeS2 34 4.1–4.3
Enargit Cu3AsS4 47 4.4
Kalkosit Cu2S 80 5.5–5.8
Digenit Cu9S5 79 5.6
Kovelit CuS 66 4.7
Kuprit Cu2O 88 6
Malasit Cu2(OH)2CO3 57 4
Source:
• Porphyry copper deposits
• Epithermal base-metals
Sulfida umum lainnya
Gn
 Galena PbS - dense, cubic
Zn
cleavage may contain substantial
silver
Zn>>Fe  Sphalerite (Zn,Fe)S – submetallic
black to resinous yellow, brown
Zn>Fe luster, yellow streak
Pt  Pentlandite (Fe,Ni)9S8 – yellow-
bronze; in magmatic ores
 Cinnabar HgS – vermilion-red
color, dense
 Molybdenite MoS2 – silver
metallic sheets
Sulfida umum lainnya
Cobaltite (Co,Fe)AsS – silver white metallic

Realgar AsS (red) - Orpiment As2S3 (yellow)


Skutterudite (Co,Ni)As3 silver-gray cubes

Stibnite Sb2S3 silver-gray prisms


(Antimony sulfide)

Enargite Cu3AsS4 – striated metallic columns and


blades – a sulfosalt
Sistematika mineral
 Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh
kombinasi logam dengan anion sulfat, kromat,
molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit [BaSO4],
wolframit [(Fe,Mn)WO 4].

Barit Wolframit
Sulfat
 Merupakan garam alam dari
asam sulfat (H2SO4).
 Terdapat lebih dari 200 spesies
mineral ini di alam.
 Sulfat tidak tersebar merata di
alam, yang umum dijumpai Anhidrit
adalah gipsum, anhidrit, dan
barut.
 Terbentuk baik secara evaporit
maupun endapan hidrotermal.
Barit
Sulfat
Sulfat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Kelompok barit
Barit BaSO4 Ortorombik
Kelestit SrSO4 Ortorombik
Kelompok anhidrit
Anglesit PbSO4 Ortorombik
Anhidrit CaSO4 Ortorombik
Gipsum
Gipsum CaSO4·2H2O Monoklin
Sulfat yang lainnya
Alunit KAl3(SO4)2(OH)6 Rombik
Epsomit MgSO4·7H2O Ortorombik
Barite Gypsum Hanksite

Alunite

Celestite

Creedite Brochantite Chalcantite


Wolframite Ferberite

Crocoite Scheelite Wulfenite


Sistematika mineral
 Kelompok karbonat, contohnya: kalsit [CaCO3],
dolomit [CaMg(CO3)2], siderit [FeCO3],
rodokrosit [MnCO3], dll.

Kalsit Magnesit Rodokrosit


Sistematika mineral:
Karbonat
 Terdapat sekitar 170 mineral karbonat diketahui
di alam.
 Sebagian besar merupakan garam sederhana
dari asam karbonat [H2CO3], seperti kalsit
[CaCO3] dan dolomit [CaMg(CO3)2].
 Kelompok lainnya dengan tambahan anion,
seperti malasit [Cu2(CO3)(OH)2], atau atau
campuran ikatan kimia (sulfat-karbonat), seperti
burkeit [Na2CO3(SO4)2] dan hanksit
[Na2K(SO4)9(CO3)2Cl].
Kalsit
Karbonat
Karbonat juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Kelompok kalsit
Kalsit CaCO3 Trigonal (Rhomb.)
Magnesit MgCO3 Trigonal (Rhomb.)
Siderit FeCO3 Trigonal (Rhomb.)
Rodokrosit MnCO3 Trigonal (Rhomb.)
Smithsonit ZnCO3 Trigonal (Rhomb.)
Kelompok dolomit
Dolomit CaMg(CO3)2 Trigonal (Rhomb.)
Ankerit CaFe(CO3)2 Trigonal (Rhomb.)
Kutnahorit CaMn(CO3)2 Trigonal (Rhomb.)
Karbonat
Sulfida juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mineral Rumus kimia Sistem kristal
Kelompok aragonit
Aragonit CaCO3 Ortorombik
Witherit BaCO3 Ortorombik
Strontianit SrCO3 Ortorombik
Cerusit PbCO3 Ortorombik
Mineral kelompok lain

Azurit Cu3(CO3)2(OH)2 Monoklinik


Bastnaesit CeCO3F Trigonal
Malasit Cu2CO3(OH)2 Monoklinik
Deskripsi singkat: Kalsit
 Sering mengandung sedikit
Mg, Fe, dan Mn atau kalau
ditulis rumus lengkapnya:
(Ca,Mg,Fe,Mn)CO3.
 Kalsit dapat dijumpai pada
batugamping yang berasal dari
kimia atau biologi.
 Batugamping dan marmer
digunakan untuk
memproduksi lime dan semen.
Calcite – Dolomite
[CaCO3–CaMg(CO3)2]

 Rhombohedral crystals
 Effervesces with acid
 Used in manufacture of
cement, fertilizer
 Important: sedimentary and
metamorphic (also igneous
rock, such as carbonatite)
Deskripsi singkat: Rodokrosit

 Tersusun oleh MnCO3


 Dijumpai pada
endapan hidrotermal
atau endapan mangan
sedimenter.
Deskripsi singkat: Magnesit
 Terusun oleh
MgCO3
 Merupakan anggota
dari seri isomorfik
magnesit-siderit.
 Dapat dijumpai
pada dolostone
yang mengalami
rekristalisasi dan
kena pengaruh
larutan hidrotermal.
Sistematika mineral
 Haloid, dicirikan oleh adanya
dominasi ion halogenida yang
elektronegatif, seperti Cl, Br,
F, dan I. Contohnya: halit,
silvit [KCl], dan fluorit [CaF2]

Fluorit

Halit Silvit
Halit (garam alam)

Salar de Uyuni, Bolivia | Courtesy: IW. Warmada (2000)

Salar de Uyuni, Bolivia


Sistematika mineral
 Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi
antara logam/semi-logam dengan anion komplek,
CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya:
kalsit, niter [NaNO3], dan borak
[Na2B4O5(OH)4·8H2O].

Borak
Sistematika mineral
 Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya: apatit
[CaF(PO4)3], vanadinit [Pb5Cl(PO4)3].

Apatit Apatit
Fosfat
 Merupakan mineral yang tersusun oleh
tetrahedron PO42-.
 Struktur mineral ini bermacam-macam, seperti
berlinit [AlPO4] memiliki iso-struktur dengan
kuarsa, triphyline [LiFePO4] memiliki
isostruktur dengan olivin [Mg2SiO4] sedangkan
xenotime [YPO4] memiliki isostruktur dengan
zirkon [ZrSiO4]
 Merupakan bahan utama pupuk, seperti apatit
[Ca5(PO4)3(F,OH,Cl)].
Macam-macam mineral fosfat

A B

(A) Apatite, Wolley Farm, (B) Autunite, Spokane Co.,


Devon, UK Washington, USA
Macam-macam mineral fosfat
E F

(E) Vivianite, Blackbird mine, (F) Wavellite, Trenice, near


Lemhi Co., Idaho, USA. Horovice, Bohemia, Czech
Republic.
Macam-macam mineral fosfat
C D

(C) Pyromorphite, Wheal Alfred (D) Turquoise, West Phoenix


Phillack, Cornwall UK. Mine, Linkinhorne, Cornwall.
Sistematika mineral
Mineral kelompok silikat
Silikat, merupakan mineral
yang jumlahnya meliputi 25%
dari keseluruhan mineral yang
dikenal atau 40% dari mineral
yang umum di-jumpai.
Kelompok mineral ini
mengandung ikatan Si dan O.
Contohnya: kuarsa [SiO2],
zeolit-Na
[Na6((AlO2)6(SiO2)30)·24H2O]

Kuarsa
Distribusi mineral silikat
Quartz
structure
Quartz is
Silicate ion (SiO44–) a silicate
polymorph.
The silicate
ion forms
tetrahedra.

Oxygen ions
(O2–) Silicon ion
(Si4+)

Tetrahedra are the basic building blocks of all silicate


minerals. About 95% of Earth’s minerals are silicates.
Sistematika mineral
Types of silicate minerals:
 Isolated silica tetrahedra
 Single-chain linkages
 Double-chain linkages
 Sheet linkages
 Frameworks
Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4
Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4

2 planes at 90°
Single chains

Pyroxene (Mg, Fe)SiO3


Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4

2 planes at 90°
Single chains

Pyroxene (Mg, Fe)SiO3

2 planes at 60°
and 120° Double chains

Amphibole Ca2(Mg, Fe)5Si8O22(OH)2


Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4

2 planes at 90°
Single chains

Pyroxene (Mg, Fe)SiO3

2 planes at 60°
and 120° Double chains

Amphibole Ca2(Mg, Fe)5Si8O22(OH)2

1 plane Sheets
Muscovite:
Micas KAl2(AlSi3O10)(OH)2

Biotite:
K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2
Cleavage planes
and number of Silicate
Mineral Chemical formula cleavage directions structure Specimen
1 plane Isolated
tetrahedra
Olivine (Mg, Fe)2SiO4

2 planes at 90°
Single chains

Pyroxene (Mg, Fe)SiO3

2 planes at 60°
and 120° Double chains

Amphibole Ca2(Mg, Fe)5Si8O22(OH)2

1 plane Sheets
Muscovite:
Micas KAl2(AlSi3O10)(OH)2

Biotite:
K(Mg, Fe)3AlSi3O10(OH)2

2 planes at 90° Three-dimensional


framework
Orthoclase feldspar:
KAlSi3O8
Feldspars
Plagioclase feldspar:
(Ca, Na) AlSi3O8
Struktur mineral silikat
Pengelompokkan berdasarkan struktur:
 Nesosilicates / Orthosilicates → (one/isolated
tetrahedron)─[SiO4]4-
 Sorosilicates / Disilicates → (double tetrahedra)─[Si2O7]6-
 Cyclosilicates / Ring Silicates → (rings)─[SinO3n]2n-
 Inosilicates / Chain Silicates → (single chain)─[SinO3n]2n-
→ (double chain)─[Si4O11]6-
 Phyllosilicates / Sheet Silicates → (sheets)─[Si2nO5n]2n-
 Tectosilicates / Framework Silicate → (3D
framework)─[AlxSiyO2(x+y)]x- / (SiO2)0
Struktur mineral silikat
 Nesosilicates: kelompok olivin (forsterit, fayalit);
kelompok garnet (pirop, almandin, spesartin,
grosular, andradit, uvarovit); kelompok alumino-
silicates (andalusit, kyanit, silimanit); kelompok
zirkon (zirkon, titanit)
 Sorosilicates: epidot, zoisit, vesuvianit
 Cyclosilicates: benitoit, aksinit, kelompok
turmalin (beril/emerald, cordierit)
 Inosilicates: kelompok piroksen (single-chain) dan
amfibol (double-chain).
Fayalite Dunite

Forsterite Peridot (Olivine Gemstone)


Oval Cut Pyrope
Gemstone

Pyrope

Round Cut Spessartine


Gemstone

Spessartine
Grossular Garnet (var: Tsavorite)

Grossular Gems

Grossular Garnet (var: Hessonite)


Andradite

Andradite (Var: Demantoid) Andradite (Var: Topazolite)

Uvarovite
Struktur mineral silikat
 Inosilicates: kelompok piroksen: ortopiroksen
(enstatit, hipersten, wolastonit); klinopiroksen
(diopsid, augit, hedenbergit, pigeonit); piroksen-
alkali (jadeit, aegirin, ompacit, spodumen);
kelompok amfibol: ortorombik (antofilit,
feroantofilit); monoklinik (tremolit, aktinolit,
hornblenda); alkalin (glaukofan, riebekit,
arfvedsonit)
 Phyllosilicates: kelompok talk-pirofilit (talk,
pirofilit); kaolin (kaolinit, dikit, nakrit); serpentin
(lizardit, krisotil, antigorit); kelompok mika
(muskovit, biotit, flogopit);
Hedenbergite Augite Aegirine

Jadeite Diopside Spodumen (var. Kunzite)


Muscovite

Paragonite

Celadonite

Lepidolite Muscovite
Struktur mineral silikat
 Phyllosilicates: kelompok smektit (smektit,
montmorilonit, nontronit)
 Tectosilicates: kelompok feldspar: alkali-feldspar
(ortoklas, sanidin, mikroklin, anortoklas);
plagioklas (albit, oligoklas, andesin, labradorit,
bitownit, anortit); kelompok feldspatoid: nefelin,
leusit; kelompok zeolit: natrolit, analsim,
laumontit, klinoptilolit, heulandit, mordenit.
Sanidine Anorthoclase

Orthoclase Microcline (Var. Amazonite)


Anorthite Bytownite Labradorite

Andesine Oligoclase Albite


Sistematika mineral
Zeolite group

A) analcime; B) chabazite; C) heulandite; D) laumontite


Quartz (SiO2)
 Hardness (7),
 Concoidal fracture
 Clear to white
 Used as a gemstone,
mortar, scientific
apparatus, electronic
Industry
Quartz
 Important: metamorphic,
igneous, and sedimentary.

Ametyst
Feldspar Group
[(Na,K,Ca)AlSi2O8]
 Cleavage
 Hardness (6)
 White to pink
 Ceramics, ornamental
 Important: igneous, Orthoclase
metamorphic, sedimentary
(clastic)

Labradorite
Amphibole Group
[Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22]
 Clevage (56° and 124°)
 Green to black
 Some form are used as
asbestos
 Important: igneous,
Actinolite
metamorphic rocks
(hornblende most common)

Hornblende
Pyroxene Group
[(Mg,Fe)2SiO4(Ca,Na)(Mg,Fe,Al)(Al,Si)2O6]

 Cleavage (87° and 93°)


 Short prisms
 Dark
 Used as specimens,
some gemstones
 Important: igneous, Pyroxene

metamorphic (augite most


common)
Olivine
[(Mg,Fe)2SiO4]
 Green in color
 Conchoidal fracture
 Vitreous look Peridot
 Some used as a gem,
abrassives
 Important: igneous
(ultramafic)

Olivine in
Dunite
Kristalografi dan
Mineralogi

4-Asosiasi dan
Genesa Mineral
Ver. 1.2/20131029

Salar de Uyuni, Bolivia | Courtesy: IW. Warmada (2000)


Dr. I Wayan Warmada
Lab Bahan Galian, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM
URL: http://warmada.staff.ugm.ac.id/ | Twitter: @warmada
Genesa dan Asosiasi Mineral
 Sistem magmatik
 Sistem pegmatik granitik
 Sistem hidrotermal dan fumarolik
 Sistem air permukaan dan air bawah
tanah
 Sistem metamorfik dan parametamorfik
Sistem magmatik
 Komposisi magma
 Pelelehan sebagian (partial melting) batuan asal
 Pelelehan batuan asal disebabkan oleh 3 hal: 1)
pemanasan, 2) masuknya air pada suhu bawah
pelelehan kering, 3) penekanan kembali batuan di
bawah suhu awal pelelehan.
 Magma merupakan material mobil (mudah
berpindah), sehingga sangat mudah lepas dari
sumbernya.
Sistem magmatik
 Perubahan komposisi magma
 Perubahan difusional, terjadi pada sisa magma
dalam kamar magma. Misalnya, pengayaan
alkali-feldspar pada bagian atas suatu pluton,
terjadi akibat difusi alkali ion (K, Na)
 Kristalisasi sebagian (fractional crystallization) →
diferensiasi magma
 Percampuran magma (magma mixing)
 Asimilasi, masuknya material asing
Sistem magmatik
 Kristalisasi magma
 Alasan magma mengalami pemadatan: hilangnya
panas dan/atau hilangnya fase cair.
 Kristalisasi sebagian kristalisasi terjadi bertahap,
misalnya pembentukan tekstur porfiri diawali
oleh pertumbuhan fenokris, dan terakhir massa
dasar.
 Urutan kristalisasi mineral pada batuan beku
dapat dilihat pada gambar berikut:
Sistem magmatik

Deret reaksi Bowen pada kristalisasi magma


Sistem magmatik

Granit, mengandung
asosiasi mineral:
 K-feldspar,
 Plagioklas,
 Kuarsa,
 Biotit,
 Hornblenda
Sistem magmatik
 Suhu dan tekanan
 Mineral-mineral magmatik mempunyai variasi
suhu pembentukannya.
 Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap
ketergantungan suhu: (1) level suhu, dan (2) laju
pendinginan mineral.
 Awal pengkristalan sistem granitik kering
memiliki suhu relatif tinggi, membentuk sanidin
atau ortoklas, sedangkan pada granitik basah,
suhu lebih rendah, membentuk ortoklas.
Sistem magmatik

Mineral pada batuan


beku (rock-forming
mineral)
Leucite Nepheline

Riebeckite
Konsentrasi mineral
pada sistem magmatik

Chromite
layers (dark)
in layered
igneous rock
Sistem pegmatik granitik
 Pegmatit granitik adalah tubuh batuan
mengandung kristal besar dari kuarsa dan
feldspar yang terbentuk oleh proses magmatik
 Ada 6 karakteristik: (1) kristal sangat besar, (2)
penzonaan dan perlapisan, (3) kuarsa-feldspar
saling tumbuh, (4) “cleavelanditic albite”, (5)
mineral-mineral unsur jarang, (6) kehadiran
aplit.
 Ukuran kristal bisa mencapai 15 meter.
Sistem pegmatik granitik
Sistem pegmatit granitik
Aspek ekonomi
 Beberapa pegmatit mengandung kumpulan
mineral-mineral unsur jarang, seperti alanit (Ce),
ambligonit (Li), autunit (U), spodumen (Li),
topaz (F), turmalin (Li, B), bavenit (Be), berilonit
(Be), euklas (Be), litiofilit (Li), mikrolit (Ta, Nb),
penakit (Be), polucit (Ce), tobernit (U), trifilit
(Li), dan uraninit (U).
 Juga mengandung kumpulan fosfat, seperti
fluorapatit.
Sistem pegmatit granitik
Distribusi mineral
 Berhubungan dengan cara pemadatan lelehan
magma: (1) distribusi mineral berzona, dan (2)
orientasi kristal-kristal panjang.
 Penzonaan pada pegmatit (konsentris) terdiri atas:
(a) zona basa, biasanya terisi oleh aplit dengan
plagioklas-Na dan kuarsa; (b) zona dinding,
mengandung kristal mika besar, juga pertit, kuarsa
dan plagioklas-Na; (c) zona menengah,
mengandung kristal besar pertit, dan (d) zona inti,
terdiri dari kuarsa dan REE.
Sistem pegmatit granitik

Hiddenite (green), cleavelan-


dite, dan kuarsa

Fluorapatite Microlite in cleavelandite


Sistem pegmatit granitik

Brazilianite, pertama kali ditemukan di Minas Gerais, Brazil


Sistem hidrotermal dan fumarolik
Proses Hidrotermal
 Dihasilkan oleh presipitasi larutan airpanas
(hidrotermal).
 Larutan hidrotermal bisa berupa air magmatik, air
meteorik atau air magmatik bercampur dengan air
meteorik.
 Contoh mineral hidrotermal: kalsit
 Kalsit terbentuk melalui 2 tahap secara berulang-
ulang: (1) pelarutan Ca2+ dan CO32- ke dalam
larutan, (2) presipitasi (kristalisasi) kalsit [CaCO3]
dari larutan.
Sistem hidrotermal dan fumarolik

Hotspring – Sipoholon
Travertin – Sipoholon

Alunogen – Sipoholon Travertin – Sipoholon


Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
 Dapat dikelompokkan berdasarkan proses
pembentukan kumpulan mineralnya: (1) fumarol,
(2) mataair panas, (3) ekshalasi bawah air (laut), (4)
bawah permukaan dangkal, (5) vulkanik
endomagmatik, dan (6) sub-vulkanik.
 Lingkungan fumarol: mineral terbentuk oleh proses:
(1) sublimasi dari pendinginan gas vulkanik, (2)
sublimasi dari pendinginan gas vulkanik yang
bercampur dengan udara, dan (3) pada permukaan
batuan vulkanik.
Sistem hidrotermal
Open-pit mine for disseminated
deposits of copper-bearing minerals.

Porphyry Cu mine – Chuquicamata, Chile


Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
 Lingkungan mataair panas banyak dijumpai di dekat
gunungapi aktif atau geotermal. Contoh mineralnya:
sinabar (HgS), emas, silika, belerang (solfatara), dll.
 Lingkungan ekshalatif bawah air (laut), terjadi
dibawah laut (submarine exhalative), misalnya white
smokers menghasilkan mineral kalsium sulfat (barit)
dan silika koloid; sedangkan black smokers
menghasilkan mineral sulfida.
Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal

Lingkungan ekshalatif bawah air (laut): black smoker (sulfida/


oksida, spt. tembaga, mangan, besi) dan white smoker (barit).
Sistem hidrotermal
Deformed
country rock
Geysers and
hot springs

Groundwater

Magma

Plutonic
intrusion
Groundwater dissolves metal oxides
and sulfides. Heated by the magma, it
rises, precipitating metal ores in joints.

Deformed
country rock
Geysers and
hot springs

Groundwater

Magma

Plutonic
intrusion
Groundwater dissolves metal oxides
and sulfides. Heated by the magma, it
rises, precipitating metal ores in joints.

Deformed
country rock
Geysers and
hot springs Vein deposit

Groundwater

Magma

Plutonic
intrusion
Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
 Lingkungan bawah permukaan dangkal (istilah
geologi ekonomi, lingkungan epitermal).
Lingkungan ini menghasilkan endapan-endapan
yang ekonomis, seperti emas, perak, seng, dan
timbal.
 Lingkungan vulkanik endomagmatik adalah
lingkungan hidrotermal vesicles, vesicular cavities,
amygdules. Lingkungan ini banyak menghasilkan
mineral zeolit, tembaga murni, ametis.
Sistem hidrotermal
Lingkungan aktivitas hidrotermal
 Lingkungan sub-vulkanik, berasosiasi dengan:
(1) pluton dangkal, (2) pluton dalam, (3)
komplek migmatik atau anateksis. Endapan
yang sering dijumpai berupa endapan sulfida
atau oksida dari tembaga porfiri atau skarn,
misalnya: pirit [FeS2], kalkopirit [CuFeS2],
magnetit [Fe3O4], atau mineral-mineral alterasi
seperti kaolin, montmorilonit, dll.
Sistem air permukaan
 Lingkungan air permukaan dapat dibagi
menjadi:
 Freshwater lacustrine,
 Alkaline/saline lacustrine,
 Open marine,
 Restricted marine, dan
 Groundwater/formational water of the basinal,
phreatic, and vadose zones.
Sistem air permukaan
Kelompok mineral
 chloride/sulfate/borate,
 carbonate,
 phospate,
 siliceous,
 aluminous,
 ferruginous, Lacustrine

 manganiferous.
 sulfate
Restricted marine
Sistem air permukaan
Freshwater lacustrine
 Relatif rendah akan karbonat dan klorida,
 Kalau pakan cukup (nitrogen dan fosfor), fauna
yang mengandung karbonat, seperti ostrakoda
dan snails dapat terbentuk,
 Masukan silika dalam bentuk abu vulkanik
menyebabkan pembentukan diatomae dari opal-
A.
Sistem air permukaan
Saline and alkaline lacustrine
 Evaporasi air danau pada sistem
tertutup atau semi-tertutup,
 Material klorida/sulfat/borat
 brines → halit [NaCl]
 larutan kalsium/Na-sulfat/karbonat
→ gipsum [CaSO4·2H2O], glauberit,
sulfohalit [Na6(SO4)2·FCl].
 larutan soda dan/atau kalsium →
borak, hanksit, uleksit, colemanit.

Salar de Uyuni
Sistem air permukaan

Mineral borak Kristal borak yang terling-


kupi oleh tinkalkonit. Pan-
jang kristal mencapai 3 cm.
Sistem air permukaan
Saline and aklaline lacustrine
 Material karbonat
 Kalsium – karbonat – air → ikait
Ca2+ + HCO3- + 5H2O + OH- → CaCO3·6H2O
 Air alkali → trona/nahkolit [NaHCO3]/gaylusit/
nortupit [Na3Mg(CO3)2Cl]
3Na+ + 2HCO3- + H2O + OH- → Na3H(CO3)2·2H2O

Ikait Trona Gaylusit


Sistem air permukaan
Open marine (laut terbuka)
 Material karbonat:
 larutan → aragonit/kalsit/dolomit
Ca2+ + 2HCO3- → CaCO3 + H2O +
CO2
 Material fosfat:
 Karbonat-fluorapatit → larutan →
karbonat-fluorapatit
5Ca2+ + 5PO53- + 2HCO3- + F- →
Ca(PO4,CO3)3(F,OH) + CO2 + OH-

Aragonite
Sistem air permukaan
Open marine (laut terbuka)
 Material silika
 opal-A (biogenik) → gel silika + air → larutan silika
asam
 larutan silika asam → gel silika + air → opal-A
SiO2·2HO == H4SiO4(aq)
 Pelarutan silika biogenik yang berasal dari cangkang
radiolaria, diatom terkayakan oleh larutan silika asam →
chert.

Flint Chert
Klasifikasi opal

Boulder Opal White Opal Black Opal


http://www.costellos.com.au/opals/types.html
Sistem air permukaan
Restricted marine
 Material klorida/sulfat
 Larutan → gipsum
Ca2+ + SO42- + 2H2O → CaSO4·2H2O
 Pembentukan gipsum dan anhidrit masing-masing
memiliki koefisien presipitasi (Ksp):
Ksp(gyp) = 10-45 dn Ksp(anh) = 10-46.

Gipsum Anhidrit
Sistem air
permukaan

Gambar sebelah: SEM dari


kristal gibsit di dalam
bauksit, merupakan salah
satu dari bahan untuk
logam aluminium
Sistem metamorfik
 Metamorfik suhu rendah
 zeolit, prehnit
 Metamorfik kontak/suhu tinggi
 endapan skarn: klino-piroksen, seperti wolastonit,
hedenbergit, johansenit
 garnet: almandin, grosular
 Metamorfik tekanan dan suhu tinggi
 ultrahigh-pressure: intan
 high-pressure: kyanit, jadeit, rubi
Sistem metamorfik
Temperatur dan tekanan rendah

A) Mordenit (Mor); B) Klinoptilolit (Cpt)


Sistem metamorfik – Skarn

Hedenbergit – Kasihan/Pacitan @IWW Hematit (spekularit) – limonit @IWW

Rodonit–johansenit–manganit @IWW Wolastonit – Singkawang @IWW


Mineral pada batuan metamorf

Sekis mika garnetan


a) Sapphirine in high-temp met. rock b) Almandine in metapsamittic rock

c) Jade in jadeitic rock d) Ruby (corrundum) in


high-temp. met. rock

Sumber:
Dr. Nugroho
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai