Anda di halaman 1dari 25

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hama merupakan segala organisme yang mampu mengakibatkan kerusakan
secara fisik pada tanaman dan bahkan kematian pada tanaman serta menimbulkan
kerugian secara ekonomis. Hama tanaman yang menempati peringkat paling atas
berasal dari kelas serangga. Contohnya yaitu belalang padang (Sexava
coriaceaea). Hama gudang merupakan organisme yang mampu merusak merusak
produk pertanian pasca panen atau produk pertanian yang berada di gudang atau
pada masa penyimpanan. Contohnya yaitu kutu beras (Tribolium castaneum)
(Arifin, 1994).
Serangga hama pra panen merupakan sebutan bagi jenis serangga yang
menyerang di lahan pertanian sejak awal pembenihan hingga masa sebelum
panen, misalnya menyerang bagian-bagian dari tanaman seperti daun, batang,
buah, dan akar tanaman. Sedangkan hama pasca panen atau hama gudang
merupakan sebutan bagi jenis hama yang menyerang hasil dari produksi tanaman
setelah masa panen, misalnya menyerang biji jagung, beras, tepung, dan produk
lainnya yang berada pada masa penyimpanan (Meilin, 2016).
Manfaat mempelajari ordo serangga hama dan serangga hama gudang
adalah untuk dapat mengenal secara langsung apa-apa saja serangga yang bisa
merusak tanaman maupun serangga hama yang merusak di dalam penyimpanan.
Selain itu, kita dapat mengetahui bagaimana tipe perkembangan hidupnya, daur
hidupnya, dan gejala-gejala serangan yang ditimbulkan oleh serangga. Dengan
begitu, pengendalian terhadap hama tersebut dapat dilakukan dengan efektif.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum dengan materi Mengenal Ordo Serangga Hama dan
Serangga Hama Gudang adalah sebagai berikut:
1. Untuk pengenalan serangga hama dan ordo serangga hama dan ordo
serangga hama, baik dari morfologi tubuh, tipe mulut, daur hidup, tipe
perkembangbiakan, siklus dan mekanisme penyeranganya sehingga dapat
diketahui cara yang tepat untuk pengendalian serangga hama tersebut.

1
2. Mengetahui macam-macam serangga hama yang menyerang produk
pertanian dalam gudang, mengenal bagian tubuh, mengetahui daur hidup,
dan mengetahui mekanisme serangan serangga hama tersebut.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Filum Yang Berpotensi Sebagai Hama


Filum yang berpotensi sebagai hama yaitu : 1). Filum Arthropoda, berasal
dari bahasa yunani yang artinya kaki beruas-ruas. Filum arthropoda ini berpotensi
sebagai hama karena dapat merusak tanaman secara fisik baik dengan menggigit,
menghisap, dan mengunyah bagian tanaman. contohnya belalang padang (Sexava
coriaceaea); 2). Filum Chordata, sebagian besar hewan yang termasuk vertebrata
dan beberapa invertebrata yang memiliki ciri-ciri yang serupa. Filum chordata
berpotensi sebagai hama karena dapat merusak dan memakan bagian tamanan,
misalnya merusak batang tanaman padi. Contohnya yaitu tikus (Rattus
argentiventer); 3). Filum Mollusca, berasal dari bahasa latin yang jika diartikan
berarti hewan bertubuh lunak. Filum mollusca berpotensi sebagai hama karena
dapat merusak bagian tanaman secara fisik. Contonya bekicot (Achatina fulica);
4). Filum Nematoda, berasal dari bahasa yunani yang berarti benang atau
tambang. Filum nematoda dapat berpotensi sebagai hama karena pada umumnya
hewan dari filum nematoda dapat merusak akar, yaitu dengan cara menggigit dan
menimbulkan pembengkakkan pada sel akar. Contohnya yaitu Nematoda bisul
akar cabe (Meloidogyne javanica) (Meilin, 2016).

II.2. Ordo Serangga Hama


Ordo serangga hama yaitu : 1). Orthoptera. Serangga ini bersayap lurus pada
saat istirahat sesuai dengan namanya yaitu ortho yang artinya lurus dan ptero yang
artinya sayap. Contohnya yaitu belalang pedang (Sexava coriaceaea) tipe alat
mulut ordo orthoptera yaitu nimfa dan imagonya menggigit-menguyah. Bagian-
bagian ordo ini antara lain labrum, mandibula, sepasang maxilla dengan masing-
masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya. Tipe
perkembangan hidup ordo orthoptera yaitu paurometabola yaitu telur-nimfa-
imago; 2). Hemiptera. Serangga ini sayap bagian depanya mengalami penebalan
setengah bagian, sisanya bertekstur seperti selaput sesuai dengan namanya yaitu
hemi artinya setengah. Contohnya walang sangit (Leptocorisa acuta). Beberapa
jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagian predator

3
yang menghisap tubuh dari serangga lain. Struktur mulut berbentuk seperti jarum.
Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian
belakangnya tipis seperti membran. Bagian yang beruas dari proboscis itu adalah
labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk.
Maksilae bersama-sama cocok di dalam proboscis membentuk dua saluran,
sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur. Tipe perkembangan hidup
ordo hemiptera adalah paurometabola yaitu terdiri dari telur-nimfa-imago; 3).
Homoptera. Serangga ini bersayap sama seperti membran. Sebagian dari serangga
ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak bersayap.
Contohnya kutu daun (Aphis sp). Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki
tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap
belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan
rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada
kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera . Tipe
perkembangan hidup ordo homoptera adalah paurometabola yaitu terdiri dari
telur-nimfa-imago; 4). Lepidoptera. Serangga ini sayapnya terdiri dari sisik-sisik
kecil yang akan menempel bila dipegang. Tipe alat mulut dari ordo ini yaitu
menggigit-menguyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Contohnya
ulat tanah (Agrotis epsilon). Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan
tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat
mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada
serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus
maxillaris dan mandibula biasanya mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang
sempurna. Tipe perkembangan hidup lepidoptera adalah holometabola yaitu
terdiri dari telur-larva-pupa-imago; 5). Diptera. Serangga ini memiliki dua sayap.
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedangkan sayap
belakang telah berubah menjadi halter yang multifungsi sebagian alat
keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan alat pendengaran. Contohnya
lalat buah (Dacus sp). Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata
facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya
memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Perkembangan

4
hidup ordo diptera adalah holometabola yaitu terdiri dari telur-larva-kepompong-
imago; 6). Coleoptera. Serangga ini bersayap seludang pada sayap bagian
depanya, sayap belakangnya seperti selaput. Contohnya kumbang kelapa (Oryctes
rhinoceros). Tipe serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal
seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh.
Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Tipe alat mulutnya adalah
hampir sama dengan larva dan imago menggigit-menguyah. Perkembangan
hidupnya ini bertipe holometabola atau metamorfosis sempurna yang terdiri dari
telur-larva-pupa-imago (Arifin, 1994).

II.3. Hama Gudang


Hama gudang merupakan hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat
menurunkan dan merusak produk pertanian. Baik itu kualitas maupun kuantitas
produk pertanian pada saat dalam masa penyimpanan atau pasca panen. Morfologi
dan siklus hidup serangga hama gudang sama seperti serangga hama pada
umumnya. Yang membedakan keduanya hanyalah objek yang diserang oleh
hama. Hama gudang khusus menyerang produk pertanian pasca panen. Contohnya
yaitu kumbang beras (Sitophilus oryzae) dan kumbang tepung (Tribolium sp).
Serangga hama gudang didominasi oleh ordo coleoptera. Serangga jantan
memiliki ciri tubuh lebih besar dari betina. Pada jantan, biasanya memiliki tanduk
yang lebih panjang dengan warna yang relatif lebih gelap (Rimbing, 2015).

5
III. BAHAN DAN METODE

III.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman dengan materi Pengenalan
Ordo Serangga Hama dan Serangga Hama Gudang dilaksanakan pada hari Senin,
26 April 2018, Pukul 15.00-16.40 WIB. Bertempat di Laboratorium Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

III.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat praktikum adalah jarum pentul, media
stereofoam, gelas plastik/wadah alkohol, gelas, pinset, alat gambar, dan alat tulis.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu belalang kayu (Valanga nigricornis), Ulat
daun sawi (Plutella xylostella), walang sangit (Leptocorisa acuta), kepik
(Dasymus piperis), kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), lalat buah (Dacus sp),
kutu beras (Tribolium castaneum), kutu tepung (Tribolium confusum), kutu daun
(Aphis sp), alkohol 70%, media stereofoam, dan buku gambar.

III.3. Cara Kerja


Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum pengenalan ordo serangga hama
dan serangga hama gudang adalah sebagai berikut :
1. Mengambil serangga yang akan diamati, dengan menggunakan pinset, lalu
masukan serangga tersebut kedalam wadah yang berisi alkohol.
2. Mengangkat serangga tersebut, setelah serangga tidak bergerak lagi di atas
media stereafoam.
3. Menusuk bagian atas serangga tersebut dengan jarum pentul, lalu
mengamati bagian tubuhnya dari masing-masing spesimen ordo serangga
hama dan spesimen hama gudang, dan menggambar yaitu :
− Bentuk serangga secara keseluruhan
− Melakukan pengklasifikasian (genus, spesies, ordo dan familia).
− Membuat resuman singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang
diserang dan biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago atau
telur-nimfa-imago) dan mencantumkan dalam laporan.

6
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil pengamatan pengenalan ordo serangga hama dan serangga hama gudang.

Hama Tipe Tipe Alat


No Klasifikasi Bagian Gejala
Serangga Perkembangan Mulut
1. Belalang Orthoptera Kepala, Paurometabola Mengigit- Daun tanaman berlubang-lubang, dan terdapat
kayu sayap, kaki, menguyah robekan pada daun. Menghisap cairan daun,
(Valanga perut, antena pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman
nigricornis) yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil
warnanya kekuningan, layu dan akhirnya mati.
2. Ulat daun Lepidopter Kepala, perut Holometabola Mengigit- Daun berlubang dan terlihat layu
(Plutella a menguyah
xylostella)
3. Walang Hemiptera Kepala,perut, Paurometabola Menusuk- Layu, bintik-bintik, merusak bulir padi, dan
sangit kaki, antena menghisap gabah jadi hampa kulit bijinya akan berwarna
(Leptocoris kehitam-hitaman.
a acuta)
4. Kepik Hemiptera Kepala, Paurometabola Menusuk- Menguning layu, buah yang terserang tampak
(Dasynus sayap, perut, menghisap bercak-bercak cekung, berwarna coklat

8
piperis) kaki kehitaman, dengan ukuran bercak relatif kecil
(2-3 mm) dan letaknya cendrung di ujung
buah.
5. kumbang Coleoptera Kepala, kaki, Holometabola Mengigit- Pertumbuhan daun kelapa jadi tidak normal.
kelapa cangkang, menguyah Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah
(Oryctes perut dicabut, nampak seakan-akan tergunting.
rhinoceros)
6. Lalat buah Diptera Kepala, kaki, Holometabola Mengigit- Berlubang, bercak hitam, lalat ini menusuk
(Dacus sayap menguyah pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik
cucurbitae Menjilat hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk
Coq.) (imago) memasukan telur.
Buah yang terserang akan menjadi bercak-
bercak bulat, kemudian membusuk dan
berlobang
7. Kutu beras Coleoptera Kepala, kaki Paurometabola Menyerang- Beras rusak
(Sitophilus menhisap daun
oryzae)
8. Kutu tepung Coleoptera Kepala, kaki Paurometabola Menyerang- Warna pada tepung berubah menjadi lebih
(Tribolium menhisap daun kusam. Biasanya diiringi dengan bau apek
castaneum) yang khas dari tepung
9. Kutu daun Homoptera Kepala,kaki Paurometabola Menyerang- Pada daun terdapat bintik-bintik berwarna

9
(Aphis sp), menhisap daun kekuningan, timbul bercak-bercak- kecil
kemudian menjadi kuning lalu gugur

10
4.2. Pembahasan
4.2.1. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)

Gambar 1. Belalang kayu Gambar 2. Sketsa belalang kayu


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Mandibulata
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis
Siklus hidupnya belalang kayu (Valanga nigricornis) yaitu paurometabola
dimana terdiri dari telur-nimfa-imago. Selama masih pertumbuhan, nimfa
belalang akan mengalami ganti kulit sebanyak 4 sampai 6 kali hingga menjadi
belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai
nimfa adalah 25-40 hari kemudian membutuhkan 14 hari untuk menjadi dewasa
secara seksual. Selama menjadi serangga dewasa, hidup mereka tersisa 2-3
minggu.
Morfologi belalang kayu ini memiliki bentuk tubuh yang terdiri dari 3
bagian utama, yaitu kepala, dada dan perut. Memiliki 6 kaki yang bersendi, 2
pasang sayap, dan 2 antena. Kaki bagian belakang panjang yang digunakan untuk
melompat dengan jauh dan tinggi, sedangkan kaki bagian depan pendek

11
digunakan untuk berjalan. Bebalang kayu memiliki 5 mata yaitu 2 mata majemuk
dan 3 mata tunggal. Belalang kayu betina memiliki ukuran berkisar 58-71 mm
sedangkan belalang jantan dewasa berkisar 49-63 mm.
Tipe alat mulut menggigit dan menggigit-menguyah dan ordo serangga
hama ini yaitu orthoptera. Habitat belalang kayu (Valanga nigricornis) permukaan
tanah, di rerumputan, sawah-sawah.
Gejala serangan pada belalang kayu (Valanga nigricornis) yaitu terdapat
robek dan berlubang pada daun khususnya pada pinggiran daun. Belalang kayu
juga menghisap cairan tanaman baik daun, batang, maupun bunga sehingga daun
jadi keriting dan kecil dengan warnanya yang kekuningan.
Pengendalian belalang kayu (Valanga nigricornis) bisa dilakukan secara
mekanis, kimia, dan dengan mengadakan predator alamu. Secara mekanis
dilakukan dengan cara mengambil telur belalang didalam tanah, demikian juga
nimfa yang ada, dan dimusnahkan. Secara kimiawi dengan menyemprotkan
insectisida kepada tanaman yang terserang. Bisa juga dengan mengadakan
predator bagi belalang seperti burung, dan lainnya.
4.2.2. Ulat daun (Plutella xylostella)

Gambar 3. Ulat daun Gambar 4. Sketsa ulat daun


Sumber: Dokumentasi pribadi Sumber: Dokumentasi pribadi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae

12
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Ulat daun memiliki siklus hidup yang sempurna yaitu terdiri dari telur-
larva-pupa-imago. Kupu-kupu atau ngengat betina akan bertelur pada satu atau
beberapa daun secara mengelompok. 2-4 hari kemudian akan menetas dan
berubah menjadi larva. Setelah 9-12 hari, larva berubah menjadi kepompong atau
pupa, kemudian menjadi kupu-kupu atau ngengat dewasa dalam 4-7 hari.
Serangga dewasa atau ngengat Plutella xylostella memiliki sayap depan
berupa garis bergelombang berwarna kuning.  Pada saat ngengat istirahat, sayap
terlipat dan tampak terlihat bintik segiempat seperti berlian kuning. Sedangkan
morfologi dari larvanya yaitu bentuk tubuh yang beruas-ruas dan berwarna hijau. 
Ngengat P. xylostella aktif pada malam hari.
Tipe alat mulut menggigit dan menggigit-menguyah dan ordo serangga
hama ini yaitu lepidoptera. Habitat ulat daun yaitu pada bagian-bagian tanaman
berdaun seperti sawi, kubis, dan sebagainya.
Gejala serangan ulat daun yaitu adanya lubang-lubang pada bagian daun.
Lubang dapat berada di tepi daun bahkan pada bagian tengah daun. Tanaman yang
terserang ulat daun akan terlihat layu dan tidak segar.
Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi,
penggunaan parasitoid, penggunaan musuh alami, dan penggunaan varietas tahan.
Selain itu, pengendalian juga dapat dilakukan dengan melakukan teknik budidaya
yang baik sehingga siklus hama ulat daun terputus.

13
4.2.3. Walang Sangit (Leptocorisa acuta)

Gambar 5. Walang sangit Gambar 6. Sketsa walang sangit


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
Siklus hidupnya walang sangit (Leptocorisa acuta) paurometabola yaitu
telur-nimfa-imago. Siklus hidupnya berkisar antara 16-134 hari dengan
menghasilkan telur rata-rata 248 butir perinduk. Imago berbentuk seperti kepik,
bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang.
Morfologi walang sangit (Leptocorisa acuta) yaitu memiliki bentuk
memanjang dan memiliki ukuran yang berkisar rata – rata 2 cm bahkan lebih,
memiliki warna kecoklatan kelabu dan mempunyai penghisap dengan panjang 0,5
– 1 cm berguna untuk menghisap daun, dan bakal buah. Memiliki bentuk kaki
yang panjang, warna kecoklatan. Dan memiliki kepala yang berbentuk kerucut.
Mempunyai kaki berjumlah 6 dan dilengkapi dengan bagian sayap yang memiliki
lebar 2-3 cm.
Tipe alat mulut serangga hama ini yaitu menusuk-menghisap. Habitat
walang sangit (Leptocorisa acuta) yaitu pada sawah dan pada daerah rerumputan
maupun daerah lahan pertanian lainnya.

14
Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu layu, bintik-bintik, merusak bulir
padi, dan gabah jadi hampa kulit bijinya akan berwarna kehitam-hitaman.
Sedangkan walang sangit dewasa dapat memakan biji-biji yang sudah mengeras
dengan menggunakan enzim tertentu.
Pengendalian walang sangit salah satunya dengan melakukan pengendalian
hayati dengan cara melepaskan predator alami berupa laba-laba dan menanam
jamur yang bersifat parasitoid terhadap walang sangit.
4.2.4. Kepik (Dasynus piperis)

Gambar 7. Kepik Gambar 8. Sketsa kepik


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi
 
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Miridae
Genus : Dasynus
Species : Dasynus piperis
Siklus hidup kepik (Dasynus piperis) yaitu paurometabola terdiri dari telur-
nimfa-imago. Dari telur menjadi serangga deasa dibutuhkan waktu 4-8 minggu.
Total seluruh siklus hidup dicapai dalam 60-80 hari, terkadang bisa mencapai 6
bulan. Betina meletakan telur yang jumlahnya mencapai 1.100 butir di kuncup
daun yang masih menutup.
Morfologi kepik yaitu memiliki ukuran panjang 7-7.5 mm, femur tungkai
depan membesar dan mempunyai duri sebanyak 8 buah, tungkai tengah berukuran

15
lebih kecil daripada tungkai belakang mempunyai kaki enam, memiliki dua buah
antenna di kepala. Warna pada kepik dapat berbeda-beda tergantung dari
spesiesnya.
Tipe alat mulut serangga hama ini yaitu menusuk-menghisap dan ordo dari
serangga hama ini yaitu hemiptera. Habitat kepik banyak ditemui di tanaman padi
dan semak ilalang seperti halnya walang sangit.
Gejala serangannya yaitu daun terlihat menguning, buah yang terserang
tampak bercak-bercak cekung dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan
letaknya cendrung di ujung buah. Bila serangan pada pucuk atau ranting
menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendalian hama kepik dapat dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu
pergiliran tanaman untuk memutus rantai makanan bagi hama. Secara mekanik
yaitu menjumputi kelompok telur serta menangkap nimfa dan imago dengan
jaring serangga, kemudian membinasakanya. Dan secara kimiawi menggunakan
insectisida.
4.2.5. Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)

Gambar 9. Kumbang kelapa Gambar 10. Sketsa kumbang kelapa


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Kingdom         : Animalia


Phylum            : Arthropoda
Class                : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Family             : Scarabaeidae
Genus              : Oryctes

16
Species            : Oryctes rhinoceros L
Siklus hidup kumbang kelapa merupakan salah satu siklus yang cukup
lama. Keseluruhan waktu yang dilalui untuk dicapai satu siklus hidup dari
kumbang kelapa berkisar antara 1-2 tahun. Imago kumbang kelapa yaitu memiliki
tantuk pada serangga jantan. Kumbang kelapa betina dewasa akan meletakkan
telurnya pada batang-batang kayu yang sudah membusuk. Misalnya pada batang
tanaman kelapa dan kelapa sawit.
Morfologi kumbang kelapa yaitu berwarna gelap sampai hitam, cembung
pada bagian punggung dan bersisi lurus, pada bagian kepala terdapat satu tanduk.
Kumbang kelapa memiliki panjang 3-5 cm. Pada kumbang betina terdapat bulu
yang tumbuh pada ujung abdomennya, sedangkan pada kumbang jantan bulu-bulu
tersebut hampir tidak ditemukan.
Tipe alat mulut kumbang kelapa yaitu menggigit-menguyah. Habitat
kumbang adalah pada pohon kelapa dan kelapa sawit. Pada umumnya berada pada
bagian tanaman kelapa yang sudah rusak dan membusuk.
Gejala serangan pada kumbang kelapa yaitu pertumbuhan daun kelapa jadi
tidak normal karena pucuk daun sebelum berkembang dimakan oleh kumbang
dewasa. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut, daun terlihat seperti
tergunting.
Cara pengendalian pada kumbang kelapa yaitu secara bercocok tanam/kultur
teknis dan pengendalian mekanis dengan fisik. Secara mekanis dapat dilakukan
dengan membersihkan kebun santitasi terhadap gulma atau dengan membunuh
langsung serangga yang ditemukan. Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan
musuh alami predator misalnya Menochillus spp.

17
4.2.6. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)

Gambar 11. Lalat buah Gambar 12 : Sketsa lalat buah


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Kingdom         : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class         : Insecta
Ordo             : Diptera
Family             : Tephritidae
Genus             : Dacus
Species           : Dacus cucurbitae Coq.
Siklus hidup lalat buah yaitu holometabola. Perkembangannya terdiri dari
dua period yaitu periode embrionik didalam telur pada saat fertilisasi hingga
penetasan telur menjadi larva muda proses ini berlangsung sekitar 24 jam dan
periode kedua adalah setelah menetas dari telur atau periode postembrionik.
Morfologi lalat buah yaitu memiliki warna tubuh kuning kecokelatan
dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang. Ukuran tubuh berkisar
antara 3-5 mm dengan sayap transparan. Posisi sayapnya bermula dari thorax.
Memiliki mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah. Hewan
ini juga memiliki mata oceli pada bagian atas kepalanya dengan ukuran relatif
lebih kecil disbanding mata majemuk.
Tipe alat mulut serangga hama ini yaitu menggigit-menguyah. Habitat lalat
buah dapat ditemui pada tanaman, di buah yang matang dan membusuk baik
berada di pohon ataupun saat disimpan.

18
Gejala serangan pada lalat buah yaitu terdapat lubang, bercak hitam, lalat ini
menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan
lalat buah untuk memasukan telur. Setelah telur lalat menetas, akan timbul larva
di dalam buah.
Cara pengendalian lalat buah yaitu dapat dilakukan secara manual yaitu
dengan cara menggunakan perangkap. Pembungkusan buah dengan menggunakan
kertas, daun pisang, anyaman daun kelapa, karung, duk, atau plastik pada tanaman
buah-buahan dan paria. Pengendalian secara manual atau dengan kultur teknis
dilakuakan untuk mengurangi dan mencegah peledakan populasi hama lalat buah.
Atau dengan memusnahkan buah yang terserang secara otomatis telur atau larva
lalat buah yang berada didalam buah, sehingga populasi lalat buah dapat
berkurang.
4.2.7. Kutu Beras (Sitophylus oryzae)

Gambar 13. Kutu beras Gambar 14. Sketsa lalat buah


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

kingdom     : Animalia


Filum             : Antropoda
Kelas             : Insect
Ordo                : Coleopteran
Famil              : Cureulionidae
Genus             : Sitophilus
Spesies           : Sitophilus oryzae

19
Siklus hidup pada kutu beras yaitu kurang lebih 98. Siklus hidup kumbang
beras merupakan metamorfosis tidak lengkap. Dalam 5-10 hari telur akan menetas
menjadi nimfa kemudian akan berubah menjadi kumbang beras dewasa dalam
waktu 7-14 hari. Dalam keadaan cukup makanan kumbang beras dapat hidup
selama 27 hari lamanya.
Morfologi dari kutu beras yaitu berwarna merah kecoklatan dan terkadang
berwarna hitam. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari
tempat hidup larvanya. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada
sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap
sebelah kanan.
Tipe alat mulut serangga hama ini yaitu menghisap dan menusuk dan ordo
dari serangga hama ini yaitu homoptera. Habitat kutu beras ini yaitu hidup di
tumpukan bahan pangan, seperti beras, jagung dan gandum.
Gejala serangan yang ditimbulkan pada kutu beras adalah rusaknya biji-
bijian yang disimpan, bisa berbau apek pada beras, dan berlubang-lubang pada
beras serta bulir menjadi hancur.
Pengendalian pada pada kutu beras yaitu dengan meletakkan beras pada
tempat yang bersih dan terhindar dari kutu beras. Atau dengan melakukan
pencampuran beras bersama 2-3 tangkai daun asam jawa yang telah dibersihkan
kedalam tempat penyiangan beras. Hal ini dapat dilakukan karena daun asam jawa
tidak disukai oleh kutu beras.
4.2.8. Kutu tepung (Tribolium castaneum)

Gambar 15. Kutu tepung Gambar 16. Sketsa kutu tepung


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi Pribadi

20
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Tenebrionidae
Genus : Tribollium
Spesies : Tribollium casteneum.
Kumbang tepung memiliki metamorfosis tidak sempurna. Betina
dapat bertelur hingga 350-450 butir, telur diletakkan pada permukaan
produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari.
Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit
telur yang melekat pada material. Stadium larva sekitar dua minggu Lama
stadia pupa adalah 4-6 hari. Kemudian pupa berubah menjadi Imago. Pupa
berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm dan bertipe bebas.
Kumbang ini memiliki siklus hidup 5-6 minggu
Morfologinya yaitu kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna
cokelat kemerahan sampai coklat gelap, dan memiliki panjang tubuhnya 3-
4 mm. Larva berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 5-6 mm, pada
bagian ujung abdomennya terdapat tonjolan seperti garbu yang berukuran
kecil dan berwarna gelap. Larva memiliki tungkai thorakal yang berguna
untuk berjalan.
Jenis alat mulut yaitu menggigit-menguyah Habitat kumbang
kacang kedelai yaitu pada gudang atau dipenyimpanan hasil produksi
kacang tanah dan kacang hijau.
Gejala serangan yaitu pada tepung berubah warna menjadi kusam. Tepung
yang sebelumnya berwarna putih akan berubah menjadi kelabu. Biasanya diiringi
dengan bau apek.
Untuk hama ini dapat dilakukan dengan penjemuran terhadap
komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang
sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca
panen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan

21
manusia. Salah satu cara adalah penggunaan pestisida nabati untuk
mengendalikan hama gudang karena pestisida ini mudah menguap jika
kita lakukan proses pengeringan.
4.2.9. Kutu daun (Aphis sp)

Gambar 17. Kutu daun Gambar 18. Sketsa kutu daun


Sumber : Dokumentasi pribadi Sumber : Dokumentasi pribadi

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera
Famili : Aphididae
Genus     : Aphis
Spesies : Aphis sp.
Siklus hidup kutu daun yaitu paurometabola. Satu generasi kutu
daun dapat berlangsung selama 6-8 hari pada kondisi lingkungan sekitar
25oC, dan 21 hari pada 15oC. Larva tidak memiliki sayap hingga dewasa.
Namun ketika populasi semakin banyak maka sayap akan muncul untuk
membantunya berpindah.
Morfologi kutu daun yaitu mempunyai panjang tubuh antara 1
sampai 2 mm, memiliki warna tubuh yang bervariasi tergantung pada
spesies dan lingkungan hidupnya. Untuk kutu daun berwarna putih kusam
maupun berwarna hijau. Kutu daun ada yang memiliki sayap dan ada pula
yang hidup tanpa sayap. Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu
yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm.

22
Tipe alat mulut serangga hama ini yaitu menusuk dan menghisap.
Habitat kutu daun yaitu berkoloni di bawah permukaan daun atau di sela-
sela daun.
Gejala serangan pada kutu daun yaitu pada daun terdapat bercak-bercak
hitam pada permukaan daun. Pada bagian bawah tanaman akan berwana putih
disebabkan oleh koloni kutu daun. Pada fisik tanaman yang diserang bentuknya
jelek, keriting, kerdil, melengkung ke bawah, menyempit seperti pita, klorosis,
mosaik dan daun menjadi rapuh.
Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di
sekeliling kebun. Mendatangkan serangga predator alami dari kutu daun, misalnya
kumbang koksi dan lacewing guna memakan kutu daun. Kutu daun juga dapat
dikendalikan oleh musuh-musuh alami misalnya dari famili Syrpidae dan
Coccinellidae. Secara kultur teknis, penggunaan mulsa jerami di bedengan
pembibitan jeruk dapat menghambat perkembangan populasi kutu.

23
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setiap ordo umumnya memiliki ciri morfologi yang berbeda. Orthoptera
memiliki tipe alat mulut menggigit-menguyah. Ordo hemiptera memiliki tipe alat
mulut menusuk-menghisap. Ordo homoptera memiliki tipe alat mulut menghisap
dan menusuk. Ordo lepidoptera memiliki tipe alat mulut menggigit-menguyah.
Ordo Diptera memiliki tipe mulut nya menggigit-menguyah. Ordo coleoptera
memiliki tipe alat mulut menghisap dan menggigit-menguyah. Tipe
perkembangan serangga terbagi dua yaitu paurometabola dan holometabola.
Mekanisme serangan hama umumnya dilakukan secara fisik. Tanaman dan hasil
pasca panen pada masa penyimpanan akan rusak dan menurunkan produksi secara
kualitas dan kuantitas. Pengendalian hama dapat berupa kultur teknis, mekanis,
kimiawi, pengadaan musuh alami, dan dengan parasitoid.
Hama gudang secara umum berasal dari ordo coleoptera. Ciri morfologi,
siklus hidup, dan mekanisme penyerangan relatif sama dengan serangga hama
pada umumnya. Cara mengatasinya dapat melalui cara mekanik. Pengendalian
hama gudang secara umum yaitu dengan menjemur serta melakukan fumigasi
terhadap bahan pangan yang akan disimpan dalam gudang serta menjaga
kebersihan sekitar ruangan penyimpanan.

5.2. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, harapannya praktikum bisa berjalan lebih
kondusif sehingga penyampaian materi menjadi efektif. Pencarian bahan
praktikum bisa disiapkan beberapa hari sebelum praktikum.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Arief. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha
Nasional. Surabaya
Meilin, Araz. 2016. Serangga Dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian Dan
Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. (jagro.unbari.ac.id). Vol 1: (1) hal 18-28.
Fakultas Pertanian Universitas Batanghari. Jambi.

Radianto, Indriya. 2010. Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami


pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo. Jurnal
entomol. (https://media.neliti.com). Vol 7: (2) hal 116-121. Fakultas
pertanian UPN. Jawa Timur.
Rimbing, SC. 2015. Keanekaragaman Jenis Serangga Hama Pasca Panen Pada
Beberapa Makanan Ternak Di Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Zootek. (download.portalgaruda.org). Vol 35: (1) hal 164-177. Universitas
Sam Ratulangi. Manado.

25

Anda mungkin juga menyukai