Ekonomi
Ekonomi
Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap negara. Kedua
masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan
sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi
perlu dijalankan.
Pengangguran merupajkan masalah ketenaga kerjaan yang dialami oleh banyak Negara. Begitu seriusnya
masalah ini sehingga dalam setiap rencana-rencana pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan
dengan tujuan untuk menurunkan angka pengangguran. Namun kebiksanaan pemecahan sudah barang
tentu harus dialamatkan kepada apa yang menjadi penyebabnya. Oleh karena itu setiap analisis
masalah-masalah ini selalu berminat untuk mengetahui profil permasalahanya.
Dalam analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang bentuk – bentuk masalah pengangguran dan
inflasi yang dihadapi suatu perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan
untuk mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. INFLASI
1. Pengertian inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus – menerus. Ini tidak
berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin
dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum
barang secara terus – menerus selama satu periode tertentu. [1]
Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang
dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang biasanya didasarkan atas besarnya
persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran keseluruhan. Laju inflasi dapat
dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau penurunan indeks harga dari tahun ke
tahun.
Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini
berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.
c. GNP deflator
GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas
dasar harga konstan). [2]
GNP Riil
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun).
Inflasi menengah (galloping inflation) ini ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya
double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan dalam waktu yang relative pendek serta
mempunyai siat akselerasi.
3) Inflasi tinggi ( hyper inflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga – harga naik sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga
ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya
keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.[3]
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi ini bermula
dari adanya kenaikan permintaan total barang bertambah (aggregate demand) sedangkan ongkos
produksi naik.
Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai
akibat kenaikan biaya produksi. [4]
Inflasi ini terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani permintaan
masyarakat yang wujud dalam pemasaran. Masalah kekurangan barang akan berlaku dan ini akan
mendorong kepada kenaikan harga – harga. Inflasi ini biasanya berlaku pada ketika perekonomian
mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat
Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang disebabkan oleh
kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau kenaikan upah.
Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan – perusahaan menaikkan harga, walaupun
mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang – barang
yang diproduksinya.[5]
3. Inflasi di impor
Inflasi di impor ini terjadi karena kenaikan harga – harga yang disebabkan oleh kenaikan harga barang
impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.[6]
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta produk nasional.
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang diuntungkan
dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Sebaliknya, pihak – pihak yang mendapat keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang
memperoleh kenaikan pendapatan dengan persentase yang lebih besar dari laju inflasi.
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor – faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui
kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi
menjadi tidak efisien.
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effects) digunakan suatu anggapan bahwa
output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan
efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut. [7]
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus
menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan
pembeli harta – harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan.
Disamping menimbulkan efek buruk atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga dapat menimbulkan efek
– efek berikut dari individu kepada masyarakat.
1) Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang – orang yang berpendapatan tetap.
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). salah satu
komponen jumlah uang adalah uang giral(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara,
pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro, kedua, apabila seseorang
memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrument lain yang dapat
dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasar terbuka ( jual/beli surat berharga) dengan cara
menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju
inflasi dapat lebih rendah.
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi
harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya
dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat.
Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji
ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji/ upah
juga dinaikkan.[9]
B. PENGANGGURAN
1. Pengertian pengangguran
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force)untuk memperoleh
pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Dengan kata lain, pengangguran merujuk
pada situasi atau keadaan dimana seseorang menghadapi ketiadaan kesempatan kerja. Orang yang
sudah memiliki pekerjaan dan menjalankan pekerjaannya juga dapat digolongkan sebagai pengangguran
karena konsep pengangguran dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu:
a. Waktu
b. Intensitas pekerjaan
c. Produktivitas
d.
Orang yang sudah bekerja dapat digolongkan sebagai setengah pengangguran apabila pekerjaan yang
dilakukan oleh orang tersebut tidak sesuai dengan ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya. Secara
lebih rinci, setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
3) Sudah bekerja tapi masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima pekerjaan
tambahan.
b. Setengah pengangguran tak kentara (invisible under-employment) dapat tercermin dari adanya
ketidaktepatan dalam penempatan sumber daya manusia, atau adanya ketidak seimbangan antara
tenaga kerja dengan faktor produksi. Hal ini ditandai dengan rendahnya tingkat pendapatan,
ketrampilan yang kurang dimanfaatkan, dan rendahnya tingkat produktifitas.
Setengah pengangguran, baik yang kentara maupun yang tidak kentara dapat dihitung dengan cara
membagi jumlah penduduk yang setengah menganggur pada tahun t dengan jumlah angkatan kerja
pada tahun yang bersangkutan. [10]
2. Penyebab pengangguran
Siklus bisnis secara actual di ukur dari GNP riil yang merupakan nilai pasar dari barang dan jasa yang
dihasilkan selama satu tahun. Pada saat puncak kegiatan bisnis, kebutuhan akan tenaga kerja sangat
besar sehingga pada kondisi ini jumlah pengangguran relative rendah atau sebaliknya.
Pengangguran dapat terjadi karena masyarakat tidak mampu memanfaatkan kesempatan kerja yang
tersedia. Ketidakmampuan dalam memanfaatkan kesempatan kerja tersebut, salah satunya disebabkan
oleh ketidaksesuaian keahlian yang dibutuhkan dengan keahlian tenaga kerja yang dimiliki.
Kemajuan teknologi yang terjadi di satu sisi mengakibatkan jumlah output yang mampu dihasilkan dan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, kemajuan teknologi kadang juga diikuti dengan
penghematan penggunaan tenaga kerja (labor saving) pada suatu proses produksi dan menggunakan
modal secara intensif yang pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran. [11]
1) Pengangguran sukarela
Pengangguran sukarela merupakan kelompok angkatan kerja yang memilih tidak bekerja karena tidak
bersedia digaji pada jumlah tertentu maupun mengharapkan pekerjaan yang lebih baik.
2) Pengangguran terpaksa
Pengangguran terpaksa merupakan kelompok angkatan kerja yang bersedia bekerja tetapi belum
mendapatkan pekerjaan.
Besarnya tingkat penganggur terbuka, dihitung dengan cara membagi jumlah pengangguran terbuka
dengan jumlah angkatan kerja pada tahun yang bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Penganggur terbuka = penganggur terbuka
Angkatan kerja
Tenaga kerja yang termasuk setengah menganggur adalah kelompok tenaga kerja yang lamanya bekerja
(dalam satuan hari, jam, ataupun minggu) kurang dari yang seharusnya mereka kerjakan.
c. Bekerja secara tidak penuh yaitu mereka yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka
dan setengah pengangguran.
Penyebab pengangguran tersembunyi adalah orang yang bekerja tidak sesuai dengan jenis dan tingkat
pendidikannya sehingga orang tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal.
3) Pension awal
Pension awal memiliki tujuan tertentu, misalnya untuk memberi kesempatan tenaga kerja baru yang
memiliki pemikiran yang lebih aplikatif maupun mengurangi tenaga kerja tua yang produktifitasnya
mulai menurun.
Kelompok ini sebenarnya memiliki pekerjaan dan bekerja secara penuh, tetapi intensitasnya rendah.
Kelompok angkatan kerja ini sebenarnya sudah memiliki pekerjaan dan mampu bekerja secara
produktif, tapi karena kurangnya fasilitas yang dimiliki perusahaan mengakibatkan mereka menghasilkan
pekerjaan yang tidak memuaskan.[12]
Pengangguran normal atau friksional adalah seseorang yang berhenti bekerja karena kurang menyukai
pekerjaannya atau tidak sepaham dengan atasannya.
2) Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah seseorang yang diberhentikan karena perusahaan mengurangi pekerja
akibat penurunan permintaan[13]
3) Pengangguran structural
Pengangguran structural adalah seseorang yang berhenti bekerja karena perusahaannya ditutup,
meskipun memiliki kemampuan atau kecakapan.[14]
4) Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah seseorang yang berhenti bekerja karena adanya pergantian tenaga kerja
mesin dengan manusia.
1) Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.[15]
2) Pengangguran tersembunyi
Pengangguran tersembunyi adalah pengangguran yang tercipta karena kelebihan tenaga kerja dalam
suatu bagian dalam perusahaan, akibatnya banyak tenaga kerja yang menganggur meskipun memiliki
pekerjaan. Contohnya, pelayan restaurant yang lebih banyak dari yang diperlukan.
3) Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pengaruh dari musim
terutama pada sector pertanian dan perikanan.
Pengangguran setengah menganggur adalah pengangguran yang tercipta akibat jam kerja yang jauh
lebih rendah dari jam kerja normal.[16]
Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah pengangguran:
a. Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk mencari jalan keluar yang lebih
baik. Hal ini dikarenakan swasta mempunyai dana untuk menggerakkan investasi. Investasi akan terjadi
apabila investor memiliki kepastian “keamanan” atas dana yang diinvestasikan tersebut, sehingga
pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk berusaha.
b. Pembenahan sector pendidikan. Ketidak sesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja
berakibat kurang terserapnya angkatan kerja yang terdidik di pasar kerja. Angkatan kerja memerlukan
tambahan ketrampilan untuk dapat lebih cepat terserap di pasar kerja. Bentuk tambahan ketrampilan
itu berupa keahlian yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti keahlian computer, bahasa asing,
perbengkelan, dll.
c. Pendorongan motivasi masyarakat untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki
prospek perkembangan. Sudah saatnya mengubah stigma yang ada di masyarakat bahwa setelah
mendapat pendidikan formal, maka ukuran keberhasilannya adalah mendapatkan pekerjaan sebagai
karyawan atau pegawai.
d. Mengurangi pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk
akan mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula. [17]
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran dalam suatu
perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja semakin dia harus
membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan
biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk pengusaha
akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses serupa akan diamati di seluruh perekonomian
ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga
kerja terinstal, akan meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut di atas bahwa ketika pemerintah berniat untuk menurunkan
tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan tingkat inflasi dalam perekonomian
nasionalyang berbeda antara inflasi dan pengangguran jumlah orang yang menganggur adalah jumlah
orang di negara yang tidak memiliki pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar
saat ini. Ini dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah
pengangguran,dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.[18]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang – barang secara terus – menerus. Ini tidak
berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Kenaikan
harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan
untuk mengukur inflasi antara lain: Indeks biaya hidup (consumer price index), Indeks harga
perdagangan besar (wholesale price index), GNP deflator.
Jenis inflasi menurut sifatnya: Merayap (creeping inflation), Inflasi menengah ( galloping inflation), Inflasi
tinggi ( hyper inflation)
Jenis inflasi menurut sebabnya : Demand – pull inflation , Cost – push inflation
Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab: Inflasi tarikan permintaan, Inflasi desakan biaya , Inflasi di
impor
Efek yang ditimbulkan dari Inflasi : Efek terhadap pendapatan(Equity Effect), Efek terhadap Efisiensi
(Efficiency Effects), Efek terhadap Output ( Output Effects), Inflasi dan perkembangan ekonomi, Inflasi
dan kemakmuran masyarakat
Cara Mencegah Inflasi: Kebijaksanaan Moneter, Kebijaksanaan Fiskal , Kebijaksanaan yang berkaitan
dengan Output, Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Pengangguran didefinisikan sebagai ketidak mampuan angkatan kerja (labor force)untuk memperoleh
pekerjaan sesuai yang mereka butuhkan dan mereka inginkan. Penyebab pengangguran: Pertumbuhan
penduduk yang tinggi , Rendahnya laju investasi produktif, Siklus bisnis yang melemah, Rendahnya
kualitas pendidikan masyarakat., Strategi industry yang labor saving
Strategi mengatasi pengangguran: Pemerintah hendaknya menjalin kerjasama dengan swasta untuk
mencari jalan keluar yang lebih baik,Pembenahan sector pendidikan, Pendorongan motivasi masyarakat
untuk berwiraswasta pada berbagai bidang yang memiliki prospek perkembangan, Mengurangi
pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi karena tingginya pertumbuhan penduduk akan
mengakibatkan burden of dependency ratio yang tinggi pula
Hubungan inflasi dan pengangguran: Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan tingkat
pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha memperluas kesempatan kerja
semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu produksi dan pembayaran lebih banyak faktor
produksi peningkatan biaya produksi unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan
profitabilitas produk pengusaha akan mengembang harga produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin Ph.D, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Dan Mikro, Edisi Pertama, BPFE-YOGYAKARTA,
Yogyakarta, 2000.
Sadono, Sukirno, Pengantar Teori MAKROEKONOMI, Edisi Pertama Cetakan ke 14, PTRaja Grafindo
Persada, Jakarta,2002.
http://www.slideshare.net/onalllensun/makalah-coverpenutup
http://www.docstoc.com/docs/80226536/Inflasi-dan-Pengangguran
Suparmono, SE, MSI, Pengantar EKONOMIKA MAKRO, Edisi Pertama, Unit Penerbit dan
Percetakan(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2002
http://lanimaidiacute.blogspot.com/2012/05/hubungan-inflasi-dan-pengangguran.html