Anda di halaman 1dari 8

A. SOAL TEORI (Bobot 30) Pilih 4 dari 5 Soal!

1. Jelaskan faktor-faktor penentu daya tahan laba (earning persistence)!


2. Untuk berinvestasi pastinya investor harus mengetahui apa saja yang harus di
persiapkan, salah satunya ialah modal. Oleh karena itu, bagaimana cara yang tepat untuk
mengetahui besaran modal yang akan diinvestasikan? Jelaskan!
3. Laporan Keuangan Konsolidasi adalah laporan yang memberikan posisi keuangan dan
hasil operasi untuk sebuah induk perusahaan (entitas pengendalian). Identifikasi dan
jelaskan beberapa keterbatasan laporan keuangan konsolidasi!
4. Rasio likuidias adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenisnya!
5. Proyeksi keuangan merupakan perencanaan keuangan perusahaan untuk dimasa
mendatang dengan berlandaskan pada laporan keuangan tahun yang lalu. Karena ini
masih dalam bentuk perencanaan maka didalam laporan keuangan tersebut harus
dicantumkan kata “proforma” sehingga perusahaan harus memperhatikan beberapa hal
saat membuat proforma. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang perlu dalam membuat
proforma laporan keuangan!

B. SOAL KASUS
KASUS 1 (Bobot 20)

PT. ABC
Neraca
Per 1 Januari 2019

Kas 2.500.000 Hutang Lancar 2.500.000


Piutang 2.500.000 Obligasir 5.500.000
Persediaan 5.000.000 Modal 12.000.000
Aktiva Tetap 20.000.000
Jumlah 20.000.000 Jumlah 20.000.000

PT. ABC selama lima tahun terakhir rata-rata penjualan per tahun Rp100.000.000 dan
perusahaan merencanakan bahwa penjualan tahun 2019 tetap sama. Angka-angka ratio rata-
rata masa lampau yang ingin dipertahankan adalah:
1. Perputaran kas = 30 kali
2. Perputaran Piutang = 30 kali
3. Perputaran Persediaan = 15 kali
4. Perputaran aktiva = 5 kali
5. Ratio hutang jk panjang dgn Aktiva = 25 %
6. Ratio modal dengan aktiva tetap = 75 %
Buatlah Neraca Laporan Keuangan Proyeksi PT. ABC!

KASUS 2 (Bobot 50)


Berikut ini data keuangan PT. Tirta Jaya selama tahun 2019
Kas Rp 45.000.000
Piutang Rp90.000.000
Persediaan Rp 300.000.000
Utang Rp 65.000.000
Utang Pajak Rp 5.000.000
Modal Saham Rp 155.000.000
Penjualan Rp 675.000.000
HPP Rp 390.000.000
Pembelian Rp 270.000.000
Pendapatan Bersih Rp 11.000.000

Berdasarkan data keuangan yang dimiliki PT. Tirta Jaya tahun 2019 analisislah laporan
tersebut apabila:
1. Penjualan tahun berikutnya diperkirakan naik 14%
2. Semua pendapatan dan beban diperkirakan naik 14%
3. Persediaan akhir tahun berikutnya diperkirakan Rp 175.000.000
4. Saldo kas minimum Rp 50.000.000
JAWABAN UAS ALK TA. 2019/2020

A. JAWABAN TEORI
1. Faktor-faktor penentu daya tahan laba (earning persistence):
- Tren dan Daya Tahan Laba
Tren laba dapat dinilai dengan metode statistik. Tren laba dapat dijadikan alat
untuk mengetahui kinerja perusahaan saat ini dan masa depan. Tren laba juga dapat
dijadikan sebagai alat untuk menilai kualitas manejemen karena berkaitan erat
dengan manajemen laba.
- Manajemen dan Daya Tahan Laba
Manajemen laba adalah perlakuaan akuntansi terhadap laba dengan cara
melaporkan laba yang tidak mecerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya
namun masih menggunakan prinsip pelaporan akuntansi yang dapat diterima.
- Insentif Manajemen dan Daya Tahan
Analisis harus mengakui insentif bagi manajer terkait dengan laba. Manajemen
laba sering kali awalnya dicapai dengan pelaporan laba yang terlalu rendah. Hal ini
menciptakan cadangan untuk dapat digunakan pada periode dengan laba rendah
dimasa depan. Dengan adanya insentif kinerja bagi manajer, dan penggunaan angka
akuntansi untuk mengendalikan dan mengawasi kinerja mereka, analisis harus
menyadari adanya potensi manajemen laba dan bahkan salah saji.

2. Cara yang tepat untuk mengetahui besaran modal yang akan diinvestasikan:
- Biasanya dihitung menggunakan modal rata rata yang tersedia untuk periode
tersebut. Modal rata-rata dapat diketahui dengan menghitung modal yang akan
diinvestasikan, kemudian dibagi dengan banyaknya periode waktu modal tersebut.
- Biasanya dengan menambahkan jumlah modal awal dan akhir yang diinvestasikan
dan dibagi 2. Cara ini hampir sama dengan model rata" namun pada cara ini modal
yang dihitung hanya modal awal dan akhir.
- Perhitungan yang lebih akurat adalah dengan rata rata jumlah sementara.
Perhitungan ini dapat dilakukan secara triwulan atau bulanan untuk mendapat hasil
yang akurat.
3. Beberapa keterbatasan terpenting dari laporan keuangan konsolidasi:
- Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang
dimasukan dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan kinerja atau posisi buruk
dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja yang baik dari
perusahaan lainnya.
- Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan
yang belum dibagikan.
- Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung
berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan
manapun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
- Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan yang berbeda digabungkan
dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan.
- Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan
yang termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi
pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi
sangat banyak.

4. Jenis-jenis Rasio Likuiditas:


- Rasio Lancar (Current Ration), adalah rasio yang menunjukkan nilai relative
antara aktiva lancar terhadap utang lancar.
- Rasio Cepat (Quick Ratio), adalah rasio yang menunjukkan nilai relative antara
aktiva lancar dengan inventory terhadap utang lancar. Aktiva lancar yang diguakan
adalah nilai yang telah dikurangi oleh nilai inventory.
- Rasio Kas (Cash Ratio), adalah rasio yang menunjukkan nilai relative antara nilai
uang kas terhadap utang lancer.

5. Hal-hal yang perlu dalam membuat proforma laporan keuangan:


- Data keuangan yang akan kita buat rancangan misal Neraca ataukah L/R ataukah
item L/R yaitu penjualan dll. Data ini riil atau data sebenarnya di tahun yang sudah
terjadi.
- Menyiapkan besaran angka proyeksi yang akan dilakukan. Meskipun besaran angka
proyeksi ditetapkan berdasarkan angka dari laporan keuangan yang lalu dan harga
pasar, tetapi karena angka proyeksi ini harus mengkalkulasi adanya nilai waktu
yang (inflasi dan deflasi), maka angka-angka tersebut berbeda.
- Besarnya proyeksi ditentukan dengan nilai yang lebih besar menuju kearah
kebaikan dari angka yang sudah terjadi (LK yang terdahulu).

JAWABAN KASUS 1
1. Perputaran Kas 30 kali
Kas Awal Tahun = 2.500.000
Kas Rata-rata = 1/30 x 100.000.000 = 3.333.333
Kas Akhir Tahun = (2.500.000 + X) = 3.333.333
2
= 4.166.666
2. Perputaran Piutang 30 Kali
Piutang Awal Tahun = 2.500.000
Piutang Rata-rata = 1/30 x 100.000.000 = 3.333.333
Piutang Akhir Tahun = (2.500.000 + X) = 3.333.333
2
= 4.166.666
3. Perputaran Persediaan 15 Kali
Persediaan awal tahun = 5.000.000
Persediaan Rata-rata = 1/15 x 100.000.000 = 6.666.666
Persediaan akhir tahun = (5.000.000 + X) = 6.666.666
2
= 8.333.332
4. Perputaran Aktiva 5 kali
Aktiva awal tahun = 20.000.000
Aktiva Rata-rata = 1/5 x 100.000.000 = 20.000.000
Aktiva akhir tahun = (20.000.000 + X) = 20.000.000
2
= 20.000.000
Aktiva Tetap = 20.000.000 - (4.166.666 + 4.166.666 + 8.333.332)
= 20.000.000 - 16.666.664
= 3.333.336
5. Ratio Hutang Jangka Panjang dengan aktiva 25%
Hutang jangka panjang = 1/4 x 20.000.000
= 5.000.000
6. Ratio Modal dengan Aktiva 75%
Modal = 0,75 x 13.333.336
= 10.000.002

Hutang Lancar = 20.000.000 - (5.000.000 + 10.000.002)


= 4.999.998

LAPORAN NERACA

Kas 4.166.666 Hutang Lancar 4.999.998


Piutang 4.166.666 Obligasir 5.000.000
Persediaan 8.333.332 Modal 10.000.002
Aktiva Tetap 3.333.336
Jumlah 20.000.000 Jumlah 20.000.000

JAWABAN KASUS 2
HPP 2019 (Rp 390.000.000 + 14%) Rp 444.600.000
Persediaan Akhir Rp 175.000.000
Barang siap dijual Rp 619.600.000
Persediaan Awal (Rp 300.000.000)
Pembelian Rp 319.600.000
Rp 65.000.000
Rp 319.600.000 x
Rp 270.000.000 = Rp 76.704.000

Laba Kotor ((Rp 675.000.000 + 14%) – Rp444.600.000) Rp 324.900.000


Pendapatan Bersih (Rp11.000.000 x 114%) (Rp 12.540.000)
Beban Kas lainnya Rp 312.360.000
PT. Tirta Jaya
Cash Forecast
For the year ended Dec 31, 2019

Kas, 1 Jan 2019 Rp 45.000.000


Penerimaan Kas
Piutang, 1 Jan 2019 Rp 90.000.000
Penjualan Rp 769.500.000
Total penerimaan Kas Rp 859.500.000
Total kas tersedia Rp 904.500.000
Pengeluaran Kas
Utang Rp 65.000.000
Pembelian Rp 319.600.000
Total pengeluaran kas Rp 384.600.000
Utang pajak Rp 5.000.000
Beban Kas Rp 312.360.000 (Rp 701.960.000)
Kas, 31 Dec 2019 Rp 202.540.000
Saldo kas minimum (Rp 50.000.000)
Kas lebih Rp 152.540.000

Anda mungkin juga menyukai