Latar Belakang Timbulnya UU No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial
Latar Belakang Timbulnya UU No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik Sosial
SOSIOLOGI HUKUM)
NIM: MH8662
2
BAB I: PENDAHULUAN
baik yang bersifat horizontal maupun vertikal santer muncul setelah era
reformasi tahun 1998 bergulir. Saat itu telah terjadi fenomena Eigenrichting
beragamnya latar belakang dan tingkat sosial masyarakat, maka persoalan hak
dan terjadi di berbagai daerah.2 Dengan demikian juga terjadi pelanggaran hak
Badan Pusat Statistik yang mengacu pada data statistik konflik massal dalam
tiga tahun yang berbeda, yakni tahun 2005 dimana telah terjadi 1,655 kasus
1
Mertokusumo, 2012, “Mengenal Hukum, Suatu Pengantar”, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
hlm.
2
Lamria, 2004, “Analisa Penyebab Terjadinya Konflik Horizontal”, Jurnal Hak Asasi Manusia
Vol. 1 No. 1 Oktober 2004, Badan Penelitian dan Pengembangan HAM, Jakarta, hlm. 2.
3
Loc. Cit.
3
konflik massal; tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah menjadi 2,283 kasus;
serta terakhir tahun 2011 dimana terjadi konflik massal sebanyak 2,562 kasus.4
konflik sosial yang terjadi di masyarakat baik konflik yang bersifat horizontal
terjadinya konflik.
Tahun
Jenis Perkelahian Massal 2005 2008 2011 % Peningkatan
Antar Kelompok Warga 1,243 1,255 1,348 0.08
Warga Antar Desa - 739 1,054 100%
Warga dengan Aparat Keamanan 54 51 120 55%
Warga dengan Aparat Pemerintah - 28 102 100%
Antar Pelajar 58 62 210 72%
Antar Suku 66 34 102 35%
Lainnya 234 114 149 -57%
Total 1,655 2,283 3,085 46%
Data diambil dan diolah lagi dari Statistik Kriminal 2014
living beings (adalah hasil penataan rangsangan dari eksternal dan internal oleh
makhluk hidup).5
4
Sub Direktorat Statistik Politik dan Kriminal, 2014, Katalog Statistik Kriminal 2014, Badan
Pusat Statistik, Jakarta, hlm. 117.
5
Imtiaz, et.al, 2010, “Sociological Study of the Factors Affecting the Aggressive Behavior
Among Youth”, Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 30, No. 1 (September 2010),
Bahauddin Zakariya University, Pakistan, hlm. 99.
4
ilmu yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara
hukum sebagai gejala sosial, dengan gejala-gejala sosial lain.6 Sehingga sosiologi
Konflik Sosial, perlu dipahami terlebih dahulu teori mengenai das Sollen – das
Sein dan sebaliknya das Sein – das Sollen. Menurut Mertokusumo, kaidah
Sein.8 Namun sebaliknya peristiwa konkret (das Sein) untuk menjadi peristiwa
sosial yang terjadi (das Sein) mengakibatkan timbulnya UU No. 7 Tahun 2012
6
Dirdjosisworo, 2013, “Pengantar Ilmu Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, hlm. 51.
7
Loc. Cit.
8
Mertokusumo, 2012, Op. Cit, hlm. 21
9
Ibid, hlm. 22
5
yaitu pengertian yang aprioristis umum tertentu dalam hidup kejiwaan kita yang
menyebabkan kita dapat memisahkan antara hukum dan kebatilan (tidak hukum),
yang tidak ubahnya dengan benar dan tidak benar, baik dan buruk. 10 Setelah
10
Ibid, hlm. 157.
6
Konflik Sosial merupakan reaksi atas hasil aksi konflik sosial yang sering terjadi
di masyarakat Indonesia pasca Reformasi tahun 1998. Reaksi tersebut timbul dari
selama 14 (empat belas) tahun sejak tahun 1998, agar menjadi resmi dan berlaku
diaturnya).
7
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-undangan
116.