Anda di halaman 1dari 7

1

LATAR BELAKANG TIMBULNYA UU NO. 7 TAHUN 2012

TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

(STUDI DAS SEIN MEMPENGARUHI TIMBULNYA DAS SOLLEN DARI OPTIK

SOSIOLOGI HUKUM)

Makalah Sosiologi Hukum

Program Studi Magister Ilmu Hukum Kampus Jakarta

Konsentrasi Hukum Bisnis

Effendy Onggo Saputra

NIM: MH8662
2

BAB I: PENDAHULUAN

Riuh rendahnya masalah perkelahian antar warga masyarakat di Indonesia

baik yang bersifat horizontal maupun vertikal santer muncul setelah era

reformasi tahun 1998 bergulir. Saat itu telah terjadi fenomena Eigenrichting

(tindakan menghakimi sendiri) dalam masyarakat terhadap masyarakat lain,

dimana aksi Eigenrichting tersebut dilakukan dengan dasar alasan pembenaran

(rechtvardigingsgrond) akibat absennya kekuatan aparat penegak hukum pasca

mundurnya Presiden Soeharto. Menurut Mertokusumo, tindakan menghakimi

sendiri tidak lain merupakan tindakan untuk melaksanakan hak menurut

kehendak sendiri yang bersifat sewenang-wenang, tanpa persetujuan pihak lain

yang berkepentingan.1 Sementara Menurut Lamria, mengingat begitu

beragamnya latar belakang dan tingkat sosial masyarakat, maka persoalan hak

dan kewajiban senantiasa muncul menjadi konflik sosial yang berkepanjangan

dan terjadi di berbagai daerah.2 Dengan demikian juga terjadi pelanggaran hak

hidup damai dan sejahtera dalam bermasyarakat.3

Meningkatnya konflik sosial dalam masyarakat dipotret dengan jelas oleh

Badan Pusat Statistik yang mengacu pada data statistik konflik massal dalam

tiga tahun yang berbeda, yakni tahun 2005 dimana telah terjadi 1,655 kasus

1
Mertokusumo, 2012, “Mengenal Hukum, Suatu Pengantar”, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
hlm.
2
Lamria, 2004, “Analisa Penyebab Terjadinya Konflik Horizontal”, Jurnal Hak Asasi Manusia
Vol. 1 No. 1 Oktober 2004, Badan Penelitian dan Pengembangan HAM, Jakarta, hlm. 2.
3
Loc. Cit.
3

konflik massal; tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah menjadi 2,283 kasus;

serta terakhir tahun 2011 dimana terjadi konflik massal sebanyak 2,562 kasus.4

Sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 1 dibawah ini, kekerasan dan

konflik sosial yang terjadi di masyarakat baik konflik yang bersifat horizontal

maupun vertikal mengalami peningkatan secara signifikan dalam segi jumlah

terjadinya konflik.

TABEL 1. JENIS PERKELAHIAN MASSAL

Tahun
Jenis Perkelahian Massal 2005 2008 2011 % Peningkatan
Antar Kelompok Warga 1,243 1,255 1,348 0.08
Warga Antar Desa - 739 1,054 100%
Warga dengan Aparat Keamanan 54 51 120 55%
Warga dengan Aparat Pemerintah - 28 102 100%
Antar Pelajar 58 62 210 72%
Antar Suku 66 34 102 35%
Lainnya 234 114 149 -57%
Total 1,655 2,283 3,085 46%
Data diambil dan diolah lagi dari Statistik Kriminal 2014

Serangan (aggression) dari suatu kelompok masyarakat yang menjurus pada

kekerasan, pada akhirnya menimbulkan balasan (retaliation) sehingga pada skala

besar akan menimbulkan kekerasan massal. Imtiaz menjelaskan bahwa

aggression is the outcome of the regulation of external and internal stimuli by

living beings (adalah hasil penataan rangsangan dari eksternal dan internal oleh

makhluk hidup).5

4
Sub Direktorat Statistik Politik dan Kriminal, 2014, Katalog Statistik Kriminal 2014, Badan
Pusat Statistik, Jakarta, hlm. 117.
5
Imtiaz, et.al, 2010, “Sociological Study of the Factors Affecting the Aggressive Behavior
Among Youth”, Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 30, No. 1 (September 2010),
Bahauddin Zakariya University, Pakistan, hlm. 99.
4

BAB II: PEMBAHASAN

Pengertian Sosiologi Hukum menurut Dirdjosisworo adalah suatu cabang

ilmu yang secara empiris dan analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara

hukum sebagai gejala sosial, dengan gejala-gejala sosial lain.6 Sehingga sosiologi

hukum bertujuan untuk memberi penjelasan terhadap praktek-praktek hukum,

seperti dalam pembuatan undang-undang, praktek peradilan dan sebagainya.

Sosiologi hukum berusaha menjelaskan mengapa praktek-praktek demikian itu

terjadi, faktor apa yang berpengaruh, latar belakang dan sebagainya.7

Dalam menjelaskan timbulnya UU no. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan

Konflik Sosial, perlu dipahami terlebih dahulu teori mengenai das Sollen – das

Sein dan sebaliknya das Sein – das Sollen. Menurut Mertokusumo, kaidah

hukum memerlukan terjadinya peristiwa konkret: das Sollen memerlukan das

Sein.8 Namun sebaliknya peristiwa konkret (das Sein) untuk menjadi peristiwa

hukum memerlukan das Sollen.9 Sehingga pemahaman bahwa seringnya konflik

sosial yang terjadi (das Sein) mengakibatkan timbulnya UU No. 7 Tahun 2012

tentang Penanganan Konflik Sosial (das Sollen).

Selain itu, seringnya konflik yang terjadi di masyarakat Indonesia pasca

reformasi mengakibatkan timbulnya kesadaran hukum masyarakat dan

pemerintah. Menurut Paul Scholten dalam buku Mengenal Hukum, Suatu

6
Dirdjosisworo, 2013, “Pengantar Ilmu Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, hlm. 51.
7
Loc. Cit.
8
Mertokusumo, 2012, Op. Cit, hlm. 21
9
Ibid, hlm. 22
5

Pengantar karangan Mertokusumo, kesadaran hukum merupakan suatu kategori,

yaitu pengertian yang aprioristis umum tertentu dalam hidup kejiwaan kita yang

menyebabkan kita dapat memisahkan antara hukum dan kebatilan (tidak hukum),

yang tidak ubahnya dengan benar dan tidak benar, baik dan buruk. 10 Setelah

banyaknya peristiwa konflik yang terjadi dalam masyarakat menimbulkan

kesadaran hukum untuk mereduksi dan mengeliminasi potensi konflik lewat

pembuatan UU No. 7 Tahun 2012.

10
Ibid, hlm. 157.
6

BAB III: PENUTUP

Kesimpulan timbulnya UU No. 7 Tahun 2012 tentang Penanganan

Konflik Sosial merupakan reaksi atas hasil aksi konflik sosial yang sering terjadi

di masyarakat Indonesia pasca Reformasi tahun 1998. Reaksi tersebut timbul dari

kesadaran hukum masyarakat dan pemerintah tentang pentingnya tindakan

preventif atas upaya kelompok masyarakat yang melaksanakan haknya secara

Eigenrichting und rechtvardigingsgrond (tindakan menghakimi sendiri dengan

dasar alasan pembenaran).

Dalam perjalanannya, Undang-Undang tersebut membutuhkan waktu

selama 14 (empat belas) tahun sejak tahun 1998, agar menjadi resmi dan berlaku

mutlak diseluruh negara Republik Indonesia, melengkapi motto dari hukum

sendiri: “Het Recht hinkt achter de feiten aan” (Undang-undang senantiasa

terseok-seok / tertatih-tatih berupaya mengejar peristiwa / fakta yang seyogianya

diaturnya).
7

 DAFTAR PUSTAKA

 Buku, Jurnal Lokal, Jurnal Internasional, dan Tugas Akhir

 Dirdjosisworo, Soedjono, 2013, “Pengantar Ilmu Hukum”, Raja

Grafindo Persada, Depok.

 Imtiaz, Ruqaya; Yasin, Ghulam; Yaseen, Asif, 2010, “Sociological

Study of the Factors Affecting the Aggressive Behavior Among

Youth”, Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 30, No. 1

(September 2010), Bahauddin Zakariya University, Pakistan.

 Lamria, Maria, 2004, “Analisa Penyebab Terjadinya Konflik

Horizontal”, Jurnal Hak Asasi Manusia Vol. 1 No. 1 Oktober 2004,

Badan Penelitian dan Pengembangan HAM, Jakarta.

 Mertokusumo, Sudikno, 2012, “Mengenal Hukum, Suatu Pengantar”,

Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta.

 Sub Direktorat Statistik Politik dan Kriminal, 2014, Katalog Statistik

Kriminal 2014, Badan Pusat Statistik, Jakarta.

 Peraturan Perundang-undangan

 Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan Konflik

Sosial. Diundangkan dalam Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor

116.

Anda mungkin juga menyukai