Anda di halaman 1dari 9

PERUNDANG-UNDANGAN SOSIAL

RUANG LINKUP, BATASAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, DAN NEGARA


KESEJAHTERAAN

DIKERJAKAN

DEWI MEUTIA
NIM : 180902001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
MEDAN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
C. Manfaat Penulisan...............................................................................................................................2
D. Tujuan Penulisan................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................................3
A. Ruang Lingkup Kesejahteraan Sosial.................................................................................................3
Tabel 1. Praktik Pekeerjaan Sosial (Kirst-Ashman)......................................................................................3
Tabel 2. Praktik Pekerjaan Sosial (Zastrow).................................................................................................3
Tabel 3. Level Intervensi Sosial dalam Ilmu Kessos.....................................................................................4
B. Batasan Kesejahteraan Sosial..............................................................................................................5
C. Negara Kesejahteraan..........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial sudah seharusnya memahami tentang
kesejahteraan sosial. Maka dari itu di perlukan penjabaran mengenai ruang lingkup, batasan
kesejahteraan sosial, hingga negara kesejahteraan. Berdasarkan penjabaran mengenai hal
tersebut, kita dapat menilai apakah suatu negara, seperti Indonesia termasuk sebagai negara
kesejahteraan atau bukan.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana ruang lingkup kesejahteraan sosial?
2) Apa yang menjadi batasan kesejahteraan sosial?
3) Apa yang dimaksud dengan negara kesejahteraan?

C. Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang kesejahteraan sosial dan negara
kesejahteraan.

D. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
Perundang-Undangan Sosial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Kesejahteraan Sosial


Kesejahteraan sosial menekankan pada penilaian assasment dan ntervensi sosial.
Intervensi sosial merupakan metode perubahan sosial terencana yang bertujuan memfungsikan
kembali fungsi sosial seseorang, kelompok, maupun masyarakat. Ruang lingkup kesejahteraan
sosial dalam kaitannya dengan intervensi atau praktik pekerjaan sosial diibagi menjadi tiga
kategori yang luas yakni, mikro, mezzo, dan makro. Pada metode pekerjaan sosial, intervensi
pada kelompok kecil dimasukkan dalam intervensi level mezzo. Sedangkan intervensi pada level
keluarga dimasukkan pada intervensi level mikro/mezzo, karena Kirst-Ashman (2010:118)
memandang keluarga sebagai salah satu bentuk dari kelompok kecil. Sehingga, intervensi pada
keluarga membutuhkan praktik intervensi mikro dan mezzo.

No Level Intervensi Unit Intervensi


.
1. Mikro Individu
2. Mikro/Mezzo Keluarga
3. Mezzo Kelompok
4. Makro Organisasi dan
Komunitas
Tabel 1. Praktik Pekeerjaan Sosial (Kirst-Ashman)

Selain pandangan dari Kirst-Ashman di atas, Zastrow (2004:50-54) membagi level


intervensi menjadi tiga level seperti tabel di bawah ini.

No Level Intervensi Unit Intervensi


.
1. Mikro Individu
2. Mezzo  Keluarga
 Kelompok
3. Makro  Organisasi
 Komunitas
Tabel 2. Praktik Pekerjaan Sosial (Zastrow)

3
Sedangkan pada intervensi sosial dalam ilmu kesejahteraan sosial, intervensi pada
keluarga dan kelompok kecil dikelompokkan dalam intervensi sosial pada level mikro. Untuk
pembagian level intervensi dalam ilmu kesejahteraan sosial secara lebih jelas dapat dilihat darti
tabel di bawah ini.

No Level Unit
. Intervensi Intervensi
1. Mikro Individu, keluarga,
dan kelompok
2. Mezzo Organisasi dan
komunitas lokal
3. Makro Komunitas yang
lebih luas,
Masyarakat yang
tingkat
kota/kabupaten,
provinsi, dan
nasional
4. Internasional Masyarakat
(global) internasional
Tabel 3. Level Intervensi Sosial dalam Ilmu Kessos

Pembagian pada tabel 3 dikembangkan terkait dengan perkembangan metode intervensi


dalam pendekatan pembangunan sosial kajian pembangunan, yang kemudian di adopsi dan
digabungkan dengan pendekatan pekerjaan sosial, yang dalam kasus Indonesia lebih dikenal
dengan nama ilmu kesejahteraan sosial. Model pembagian yang lain dari intervensi sosial adalah
dikembangkan berdasarkan kelompok sasaran yang ingin diubah. Berdasarkan hal ini, maka
perubahan sosial terencana dilakukan pada:

 Intervensi sosial pada level individu.


 Intervensi sosial pada level keluarga.
 Intervensi sosial pada level organisasi.
 Intervensi sosial pada level komunitas lokal.
 Intervensi sosial pada masyaraat yang lebih luas (tingkat provinsi, regional antarprovinsi,
ataupun nasional).
 Intervensi sosial pada level global (regional antarnegara dalam satu region, misalnya ASEAN
Comunity, ataupun antarnegara lintas region).

a) Kesejahteraan Sosial Level Mikro


Fokus perubahan pada level mikro ini adalah menciptakan keberfungsian
individu. Berbeda halnya menurut Zastrow dan Ashman yang menyebutkan bahwa ranah

4
mikro hanya meliputi individual saja. Sistem dalam ranah mikro ini memerlukan interaksi
dari sistem biologis, psikologis, dan sosial dari individu.
Praktik pekerjaan sosial mikro adalah jenis yang paling umum dari pekerjaan
sosial, dan bagaimana kebanyakan orang membayangkan pekerja sosial memberikan
pelayanan. Dalam pekerjaan sosial mikro, pekerja sosial terlibat dengan individu atau
keluarga untuk memecahkan masalah.
b) Kesejahteraan Sosial Level Mezzo
Zastrow dan Ashman menyebutkan bahwa sistem mezzo dalam pekerjaan sosial
berkenaan dengan beberapa kelompok kecil, yaitu keluarga, kelompok kerja, dan
kelompok-kelopok sosial lainnya.
Para pekerja sosial yang terlibat dalam praktik mezzo sering juga terlibat dalam
praktik mikro dan/atau makro. Hal ini untuk memastikan kebutuhan dari masing-masing
klien dipahami dan ditangani bersama-sama dengan isu-isu sosial yang lebih besar.
c) Kesejahteraan Sosial Level Makro
Menurut Zastrow dan Ashman, sistem makro mengenai sistem yang lebih besar
daripada kelompok kecil. Orientasi makro berfokus pada sosial, politik, dan kondisi
ekonomi dan kebijakan yang berpengaruh bagi orang banyak dalam mengakses sumber
dan hidup yang berkualitas.

B. Batasan Kesejahteraan Sosial


Berdasarkan Indeks kesejahteraan rakyat, batasan kesejahteraan yang dirumuskan adalah
bahwa kesejahteraan bersifat holistik, yakni tidak hanya kesejahteraan dari sudut pandang
ekonomi, atau sosial, tetapi mencakup kesejahteraan ekonomi, sosial, dan politik. Setelah
dihasilkan rumusan tentang konsep kesejahteran, selanjutnya ditentukan apa yang akan diukur,
dan bagaiman mengukurnya. Mengacu pada batasan kesejahteraan yang digunakan, maka
pengukurannya pun mencakup tiga dimensi, yakni: ekonomi, sosial, dan politik, yang kemudian
dijabarkan dengan demokrasi dan governance.

C. Negara Kesejahteraan
Negara kesejahteraan atau Welfare State merupakan salah satu objek studi kesejahteraan
sosial. Konsep negara kesejahteraan mulai dipopulerkan di Inggris pada tahun1940-an. Tetapi
konsep negara kesejahteraan ini bukanlah konsep yang jelas dan mempunyai arti yang sama bagi
semua orang. Konsep ini membawa pengertian berbeda bagi orang yang berbeda. Bahkan
menurut Titmuss (1968), dalam kaitan secara internasional ada bahaya dalam penggunaan negara
kesejahteraan, misalnya suatu negara kaya (negara kesejahteraan) yang menggunakan tenaga
dokter, insinyur, perawat, dan tenaga terdidik lainnya dari negara berkembang, sebenarnya telah
mengambil keuntungan dengan tidak perlu mengeluarkan biaya pendidikan yang cukup besar
untuk mereka.

Selanjutnya Titmuss menyarankan satu kriteria untuk definisi negara kesejaheteraan,


yaitu masyarakat yang secara terbuka menerima tanggung jawab kebijakan untuk mendidik dan

5
melatih warga negaranya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya akan tenaga dokter, perawat,
pekerja sosial, ilmuwan, insinyur, dan lain-lain. ini disarankannya agar negara-negara yang lebih
miskin tidak kehabisan tenaga-tenaga ahli yang sangat diperlukan untuk pembangunan negara-
negara tersebut.

a. Konsep Negara Kesejahteraan


Midgley (1997) mengatakan bahwa konsep negara kesejahteraan atau welfare stat
digunakan untuk menyatakan suatu negara yang pemerintahannya menyediakan
pelayanan-pelayanan sosial yang luas kepada warga negaranya. Konsep ini menyatakan
hal yang ideal untuk dibandingkan dengan kenyataan yang ditemui di suatu negara
tertentu. Jadi suatu negara dapat dinilai berdasarkan seberapa banyaknya pelayanan-
pelayanan sosial disediakan untuk warga negaranya.
Wilensky (1975) menyatakan bahwa inti dari negara kesejahteraan adalah standar
minimum pendapatan, nutrisi, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dilindungi
pemerintah, yang dijamin bagi setiap warga negara sebagai suatu hal politik, bukan
sebagai amal. Negara kesejahteraan menurut Wilensky sekaligus meruoakan salah satu
dari kesamaan struktural dari masyarakat modern, dan salah satu dari perbedaan yang
mencolok. Persamaan ini adalah bahwa di setiap negara kaya ada tujuh atau delapan
program kesehatan dan kesejahteraan dengan isi yang sama dan pendapatan yang
diperluas, dan bahkan dalam cara pembiayaan dan administrasinya. Perbedaannya adalah
dalam organisasi dan usahan nasional, dalam gaya administratif, dan dalam hasil
kesejahteraannya pada masyarakat masing-masing.
Ada tiga pandangan tentang negara kesejahteraan ini dalam (Midgley 1997).
Beberapa penulis menggolongkan negara kesejahteraan dalam arti ideologis. Mereka
mengatakan bahwa pembentukan negara kesejahteraan menunjukkan satu fase historis
dalam perkembangan sosialisme, tetapi berbeda dari sosialisme Marxist. Negara
kesejahteraan merupakan proyek sosialis demokratis yang dihasilkan oleh kelas pekerja
untuk menciptakan masyarakat yang adil. Dengan mengamati perkembangan di Swedia,
dikatakan bahwa perubahan ke arah sosialisme melalui perjuangan di parlemen adalah
mungkin dilaksanakan.
Di pihak lain, penulis-penulis Marxist bahwa negara kesejahteraan hanya sedikit
melebihi usaha untuk mengurangi ekses-ekses yang lebih buruk dari kapitalisme. Mereka
mengatakan bahwa negara kesejahteraan sedikit pun bukan negara sosialis. Hal ini
dikarenakan negara kesejahteraan, bahkan di Swedia pun yang merupakan negara
kesejahteraan paling maju, sistem ekonomi tetap dimiliki dan dikendalikan oleh
kepentingan-kepentingan swasta. Jadi negara kesejahteraan berbeda dengan sistem
sosialis menurut golongan Marxist yang sistem ekonominya dikuasai oleh negara.
Posisi ketiga ditempati oleh penulis-penulis lain yang mengatakan bahwa negara
kesejahteraan adalah suatu pembentukan sosial yang unik. Golongan ini mengatakan
bahwa negara kesejahteraan bukanlah merupakan negara negara sosialis ataupun

6
kapitalis.penulis golongan ini menyatakan bahwa negara kesejahteraan merupakan
pembentukan sosial yang unik ini, juga dinyatakan dalam pengertian konsensus
kesejahteaan atau kompromi demokratis sosial. Bagi beberapa penulis, negara
kesejahteraan menunjukkan akomodasi historis antara kapitalisme dan sosialisme.

b. Tipologi Negara Kesejahteraan


Tipologi pertama yang sering diungkapkan oleh banyak orang adalah tipologi
yang dibuat oleh Wilensky dan Lebaux. Dalam studi mereka tentang dampak
industrialisasi pada perkembangan program-program sosial pemerintah di Amerika
Serikat, mereka mengemukakan dua konsepsi kesejahteraan sosial. Pertama mereka sebut
sebagai konsepsi residual, yang berarti bahwa institusi-institusi kesejahteraan sosial
hanya berperan kalau struktur sosial hanya berperan kalau struktur pasokan yang normal
dalam masyarakat, yaitu keluarga dan pasar tidak berfungsi; itu pun hanya untuk
sementara waktu saja. Segera setelah keluarga dan pasar dapat berfungsi secara normal
lagi, maka institusi kesejahteraan sosial harus ditarik kembali. Konsepsi yang keuda
mereka sebut sebagai konsepsi institusional, yang berarti bahwa pelayanan-pelayanan
kesejahteraan sosial merupakan fungsi yang normal dari masyarakat industri. Suatu saat
dalam kehidupannya kebanyakan orang akan mengalami masalah tertentu, misalnya
sakit, kecelakaan, di-PHK dari pekerjaannya, berusia lanjut, dan sebagainya. Pada saat-
saat inilah orang akan membutuhkan pertolongan. Bantuan secara informal dari keluarga,
tetangga, kerabat, atau teman tidak dapat lagi diharapkan, sehingga diperlukan lembaga
khusus yang siap memberikan bantuan setiap waktu. Lembaga seperti ini termasuk dalam
institusi kesejahteraan sosial.
Richard Titmuss, seorang ahli kebijakan sosial Inggris membedakan pemberian
pelayanan sosial secara universal dan secara selektif. Model unversal-selekti ini
bersesuaian dengan model yang dikemukakan oleh Wilensky dan Lebaux, sehingga
kemudian dia juga menggunakan istilah residual dan institusional sebagaimana
dikemukakan oleh Wilensky dan Lebaux. Tetapi Titmuss melihat bahwa dua golongan ini
belum dapat mencakup beberapa negara di Eropa, seperti Jerman dan Uni Soviet untuk
menerima pelayanan-pelayanan kesejahteraan yang diberikan oleh negara. oleh karena
itu, Titmuss menambahkan satu model lago sehingga menjadi tiga model, yaitu:
 Model ksejahteraan residual.
 Model kesejahteraan kinerja-pencapaian industrial.
 Model redistributif institusional.

7
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial,
dan Kajian Pembangunan). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Fahrudin, Adi. 2014. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai