Full
Full
SKRIPSI
Oleh :
Valentina Ermita Herdani
NIM : 068114011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN
BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA
TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM
SKRIPSI
Oleh :
Valentina Ermita Herdani
NIM : 068114011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMI
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2010
Yang menyatakan
v
Dedicated to :
My everything:
Jesus Christ
My parents:
Helarius Bato’ and Theresia Sutarmi
Sister and brothers:
Yulita Angelina, Alexander Septian Prihardjoko, dan Robertus Benny Wiranata
My love:
Ecko Chandra dan keluarga
Almamater:
Universitas Sanata Dharma
vi
PRAKATA
Puji dan syukur pada Tritunggal Maha Kudus atas cinta kasih,
kekuatan, harapan, keyakinan, dan teladan yang telah diberikan kepada penulis
merupakan bagian yang terlalu mudah untuk dihadapi, namun juga bukan hal
yang terlalu sukar untuk dijalani. Niat dan usaha pun tidak akan cukup tanpa
dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, Saya ingin mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Yustina Sri Hartini, M. Si., Apt selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji
yang selalu sabar dan memberikan arahan, saran, kritik, serta dukungan
sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
3. Rita Suhadi, M. Si., Apt selaku Dosen Penguji yang banyak memberikan
4. Mulyono, M. Si., Apt. dan C. Maria Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. yang
telah menjadi orang tua dan selalu sabar saat mendengarkan setiap cerita
impian.
kekuatan, dan proses bersama), Maria Intan Josi, Rr. Kusumowardani, dan
Joice Sola Gratia (sahabat dikala sedih dan senang), Lulu Lunggati Buana
vii
viii
ix
EVALUASI PEMANFAATAN TANAMAN OBAT SEBAGAI BAHAN
BAKU PADA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL DI PROPINSI JAWA
TENGAH BERDASARKAN BUKU DAFTAR OBAT ALAM (DOA)
INTISARI
Kata kunci : tanaman obat, pemanfaatan tanaman obat, industri obat tradisional,
database tanaman obat
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .…...……………………………………………… ………. …. i
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. … ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………….... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………. …. …… vi
PRAKATA …………………………………………………………………….……… vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....………………………………… …….……… ix
INTISARI……………………………………………………… …………… …….… x
ABSTRACT…………………………………………………………………… …….… xi
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ……. xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….……… xvi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………… xvii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………….……… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1
1. Permasalahan ………………………………………………………… … 3
2. Keaslian penelitian..………………………………………………. ……… 4
3. Manfaat penelitian ….……………………………………………………… 6
B. Tujuan Penelitian .………………………………………………… …………… 6
1. Tujuan umum…………… …….………………………….……….. 6
2. Tujuan khusus..........................................................................….……… 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ………………………………………………… 7
A. Tanaman Obat ………….......……………………………………………… … 7
xii
C. Industri Obat Tradisional ……….………………………… …………… ……. . . . 11
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………..…………………… ……. 12
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .....…………………………… …………… ……. 12
B. Definisi Operasional ………………………………………………… …….… . . . 12
C. Subjek Penelitian dan Teknik Sensus ……………………………… …………… . 15
D. Data Analisis ………………………………………………………… …….…. . 16
E. Alur Penelitian ……….…..………………………………………………… … 18
1. Studi pustaka 18
……………………………………………………………………..
2. Pengambilan data …………………………………………………... 19
a. Penentuan subjek penelitian ……………………………………... 19
b. Perijinan …………………………………………………........... 19
3. Analisis data ………………………………………………….......... 19
4. Evaluasi data ………………………………………………….......... 20
F. Keterbatasan penelitian 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….…..………………………………… . . . 21
A. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap Industri
OT
……………………………………………………………………………… 21
1. Jumlah kemunculan spesies tanaman obat pada industri OT………………… 21
2. Profil jumlah industri OT yang memanfaatkan tanaman jenis tanaman obat tertentu
…………………………………………………………… ………… … 24
3. Jumlah kemunculan tanaman obat terhadap 9600 tanaman berkhasiat obat …… 26
a. Jumlah kemunculan tanaman obat tiap industri OT… ………… … 26
b. Jumlah kemunculan tanaman obat seluruh industri OT… ………… 27
B. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Bahan Baku Berdasarkan Data Tiap
Khasiat OT …….…..…………………………………… … …………… …… 27
C. Profil Jumlah Jenis Tanaman Obat Sebagai Penyusun Setiap OT pada Masing-Masing
Industri OT ……………………………………… …………… …………… … 34
xiii
D. Profil Jumlah Jenis Tanaman Obat Sebagai Penyusun Setiap OT pada Masing-Masing
Khasiat OT ………………………………… …………… …………… …… . . 37
E. Profil Pemanfaatan Tanaman Obat dalam Bentuk Simplisia dan Ekstrak serta Bentuk
Sediaan yang Digunakan Dalam OT …………… … …………… …………… … 41
1. Profil ekstrak/simplisia tanaman obat ……………… … …………… ……… 42
2. Profil bentuk sediaan OT ………………………………… … …………… … 43
3. Profil ekstrak/simplisia dan bentuk sediaan seluruh industri …… … ………… . 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN…..…………………………………. … …… . . 46
A. Kesimpulan .…..………………………………………………………. … …… 46
B. Saran .…..………………………………………………………… … …… … 47
DAFTAR PUSTAKA .…..……………………………………………………. … …… 48
LAMPIRAN .…..……………………………………………………………… … …… 52
BIOGRAFI PENULIS .…..…………………………………………………… … …… 56
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel VIII. Rerata jumlah jenis tanaman obat beserta jumlah tertinggi
Tabel IX. Jumlah produk tiap golongan OT pada kategori khasiat OT ........... 38
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Cover Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang
Lampiran 2. Surat Persetujuan Ijin Penelitian dari GP Jamu Jawa Tengah ..... 54
xvii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
ribuan tahun yang lalu. Di Indonesia, penggunaan tanaman obat alami telah ada
sejak zaman nenek moyang hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan
kuat untuk menggunakan pengobatan dengan bahan alam tidak hanya berlaku di
Indonesia, tetapi juga berlaku dibanyak negara, karena diyakini mempunyai efek
2002).
bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk
kebutuhan penduduk dunia terhadap obat-obatan alami sangat tinggi, hal ini
merupakan peluang pasar yang baik bagi industri yang menggunakan tanaman
1
2
lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang berubah
maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional,
walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan.
terbesar di dunia (Sampurno, 2009). Dari sekitar 30.000 jenis tumbuhan, 9.600
kekayaan alam berupa tumbuhan obat belum dikelola dengan baik, termasuk budi
Jawa dan Madura telah terdapat informasi tertulis tentang jamu yang hingga kini
dengan sebutan Serat Kawruh dan Serat Centhini. Serat Kawruh memberikan
informasi yang sistematik tentang jamu, memuat 1.734 ramuan yang dibuat dari
bahan alam dan cara penggunaannya. Pada awal tahun 2009 dikeluarkan buku
Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Himpunan
Seminat Apoteker Industri Obat Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah. Namun, buku tersebut belum dilengkapi dengan informasi
mengenai profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT pada masing-
3
masing industri maupun khasiat. Maka penelitian ini dirancang untuk meneliti
tanaman obat. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
dilakukan dengan metode studi pustaka dengan menggunakan buku DOA sebagai
acuan utama penelitian ini dan buku-buku penunjang yang relevan, yang
database dan hasil evaluasi ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam
baku OT, sehingga kita dapat memprediksi dan berkesempatan untuk dapat
(OHT), atau Fitofarmaka dari produk yang sudah ada maupun jenis baru yang
1. Permasalahan
a. Bagaimana profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT
2. Keaslian penelitian
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan tema skripsi ini adalah
penelitian dari Wisely (2010) yang berjudul ”Studi Tentang Pemahaman Obat
Proseeding Seminar Nasional POKJANAS TOI XXXVI tanggal 13-14 Mei 2009.
informasi OT yang diproduksi oleh industri obat tradisional di PT. Industri Jamu
Borobudur, jumlah kemunculan jenis tanaman obat sebagai bahan baku di industri
OT di PT. Industri Jamu Borobudur, daftar jenis tanaman obat yang digunakan
oleh industri obat tradisional PT. Industri Jamu Borobudur, serta jumlah
kemunculan jumlah tanaman obat terhadap 9600 tanaman berkhasiat obat yang
antara lain database informasi jumlah OT yang diproduksi oleh industri OT,
jumlah kemunculan jenis tanaman obat sebagai bahan baku berdasarkan data tiap
industri OT dan berdasarkan data tiap khasiat OT, jumlah jenis tanaman obat yang
5
digunakan oleh industri OT, jumlah kemunculan tanaman obat yang digunakan
tiap industri OT dan tiap khasiat OT, jumlah jenis tanaman obat penyusun OT
berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT, jumlah kemunculan
tanaman obat dalam bentuk ekstrak dan simplisia, serta bentuk sediaan yang
Pada Industri Jamu Borobudur data baru yang diambil adalah database
jumlah kemunculan tanaman obat yang digunakan tiap khasiat OT, jumlah jenis
tanaman obat penyusun OT berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap
khasiat OT, jumlah kemunculan tanaman obat dalam bentuk ekstrak dan simplisia,
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu
pengembangan OT.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data pendukung penelitian untuk
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Memberi informasi mengenai evaluasi pemanfaatan tanaman obat
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui profil pemanfaatan tanaman obat sebagai bahan baku OT
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Obat
tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazilia. Dari 40.000 jenis flora yang ada di dunia
tercantum dalam SK Menkes No. 149 /SK /Menkes/IV/1978, yaitu tanaman atau
bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan OT atau jamu ; tanaman atau
bagaian tanaman yang digunakan sebagai formula bahan baku obat; atau tanaman
atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstraksi tersebut digunakan sebagai
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan (Anonim, 2005a). Sediaan galenik adalah hasil
ekstraksi bahan atau campuran bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau
Beberapa bahan obat alam yang telah dikembangkan oleh Badan POM
pada tahun 2004-2005 adalah mengkudu, daun salam, daun jambu biji, jati
belanda, temulawak, cabe jawa, sambiloto, kunyit, dan jahe merah. Tanaman ini
7
8
sudah cukup luas digunakan dan referensi ilmiah dan penelitian mengenai 9
tradisional sebagai agen terapi langsung atau sebagai “raw material” untuk
kimianya dapat diambil dari tanaman dan digunakan sebagai model komponen
B. Obat Tradisional
obat tradisional (OT) didefinisikan sebagai bahan atau ramuan bahan yang berupa
(1) Yang dimaksud dengan obat alam Indonesia adalah obat bahan alam yang
diproduksi di Indonesia;
(2) Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, obat bahan alam di Indonesia dikelompokkan
menjadi:
a. Jamu
b. Obat Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka
9
bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan
dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau
dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga
untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik
dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Mutu
dari produk tergantung dari bahan awal, proses produksi, dan pengawasan mutu,
bangunan, peralatan, dan personalia yang menangani. Bahan awal adalah bahan
10
baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam pembuatan suatu produk obat
tradisional. Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau
bahan lainnya, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat yang berubah
maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional,
walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat dalam produk ruahan.
dalam 3300 obat China yang beredar di pasar dan 1.249 di antaranya terdaftar
Medicine (TCM) didukung dengan adanya support dari pemerintah serta adanya
Good Manufacturing Practices (GMP) dan Good Suplies Practice (GSP) yang
diketahui berkhasiat obat. Terdapat 7000 industri obat tradisional di India baik
Di Jepang, lebih dari 140 jenis obat herbal telah dimasukkan dalam
daftar skema asuransi kesehatan nasional. Dan pada tahun 1967, Sistem Asuransi
mereka. Pada tahun 1996 Korea bahkan membentuk Biro Obat Tradisional
2009).
bentuk dietary supplement dan diatur dalam The Dietary Supplement Health and
11
tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan industri kecil obat
tradisional berdasarkan total aset yang mereka miliki, tidak termasuk harga tanah
tradisional dengan total aset di atas Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah),
tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Industri kecil obat tradisional (IKOT)
adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp.
600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan
(Anonim, 1990).
Terdapat lebih dari 900 industri kecil dan 130 industri menengah jamu
dan obat tradisional. Namun, baru 69 di antaranya yang mendapat sertifikasi Cara
Sebagai Bahan Baku pada Industri Obat Tradisional di Jawa Tengah Berdasarkan
Buku Daftar Obat Alam (DOA)” termasuk model penelitian studi pustaka dan
B. Definisi Operasional
2. Industri OT, yaitu mencakup industri obat tradisional, industri kecil obat
kemunculan obat berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT,
rerata jumlah jenis tanaman obat dan jumlah jenis tanaman obat tertinggi dan
terendah berdasarkan data tiap industri OT dan data tiap khasiat OT, jumlah
4. Jumlah produk OT diperoleh dari perhitungan jenis sediaan. Maka, jika dalam
1 nama obat tradisional terdapat 3 jenis sediaan (kapsul, pil, tablet), maka
12
13
xi. PT. IOTSS = PT. IOT Sari Sehat QQ. PT. Capung Indah Abadi
campurannya.
c. Serbuk instan: sediaan OT dalam bentuk serbuk yang terlarut di dalam air
d. Pil: sediaan padat OT berupa massa bulat, bahan bakunya berupa serbuk
bakunya terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan tambahan.
bentuk pipih, kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari sediaan
atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
suspensi dalam air; bahan bakunya berasal dari serbuk simplisia atau
i. Cairan Obat Luar (COL): sediaan OT berupa larutan suspensi atau emulsi;
obat luar.
tercantum di buku Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang
penelitian ini.
16
indeks industri OT, namun pada rincian produk tercantum produk dari PT. SS.
Jawa Tengah, PT. SS sudah tidak lagi beroperasi dan telah dinyatakan gulung
pemanfaatan tanaman obat dari PT. IJB, telah dipublikasikan hasilnya dalam
Seminar Nasional POKJANAS TOI XXXVI dan digunakan sebagai data sekunder
serta jenis klaim penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam di
seluruh industri yang terdaftar dalam indeks industri OT buku DOA. Semua
produk obat tradisional yang tercantum di dalam buku DOA sudah terdaftar di
D. Analisis Data
Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabulasi dan diagram
batang. Bentuk tabulasi akan digunakan untuk menampilkan sebagian kecil data
17
jumlah kemunculan tanaman obat pada individual industri maupun khasiat dalam
menampilkan seluruh data pada individual industri maupun khasiat serta profil
maupun dalam bentuk jumlah tanaman obat dalam produk OT. Kedua bentuk
penyajian data ini akan ditampilkan secara runut sesuai dengan abjad A sampai Z.
dalam memahami garis besar isi yang disampaikan penulis. Sedangkan bentuk
tanaman obat
iii. Jumlah tanaman obat tiap industri obat tradisional dan seluruh
industri
d. Profil jumlah tanaman obat dalam setiap produk OT pada khasiat produk OT
E. Cara Penelitian
1. Studi Pustaka
informasi lain yang terkait guna memperlancar penyusunan skripsi ini. Tahap ini
19
2. Pengambilan data
Alam (DOA) dan ditentukan dengan metode sensus, yaitu dengan mendata
b. Perijinan
Apoteker Industri Obat Tradisional dan PD. ISFI Jawa Tengah. Oleh karena itu
dalam proses pengambilan data, penulis perlu mendapatkan ijin dari pihak
penerbit untuk dapat menggunakan data yang tertera di dalam buku DOA.
3. Analisis data
obat, ekstrak/simplisia, dan bentuk sediaan terhadap sejumlah produk OT. Data
18 industri dari sejumlah 10 IKOT (Industri Kecil Obat Tradisional) dan 92 IOT
(Industri Obat Tradisional) yang tercantum di dalam buku DOA. Produk yang
terdaftar di Badan POM RI dan bebas dari Bahan Kimia Obat (BKO).
20
terus menerus memeriksa ulang hasil yang diperoleh. Tujuannya adalah agar
penulis yakin bahwa data yang dirangkum sudah sesuai dengan yang tercantum di
4. Evaluasi data
F. Keterbatasan Penelitian
berikut :
pengerjaan data.
BAB IV
produk OT dapat berupa hewan, tanaman, atau mineral dalam bentuk ekstrak
maupun simplisia.
Pada buku DOA tercantum sejumlah 1033 produk OT yang terdiri dari
2 produk Fitofarmaka, 2 produk obat herbal terstandar (OHT), dan 1029 produk
Sebesar 0,29 % produk OT tidak menggunakan tanaman obat sebagai bahan baku.
berikut:
obat yang yang paling banyak muncul dalam produk masing-masing industri OT :
21
22
Tabel III. Profil spesies tanaman obat yang memiliki frekuensi kemunculan
paling tinggi pada masing-masing industri
Nama Industri
No. Nama Tanaman Obat Frekuensi
OT
1. PT. AM Curcuma xanthorrhiza 36/55
2. PT. DM Curcuma xanthorrhiza 14/53
3. PT. DL Blumea balsamifera 6/15
4. PT. DPF Melaleuca leucadendron 3/10
5. PT. LAR Curcuma xanthorrhiza 52/88
6. PT. MT Kaempferia galanga 3/6
Phylanthus niruci dan
7. PT. SBS 1/1
Serycocalyc crispus *)
Languas galanga, Myristica fragrans,
8. PT. IJDPD Piper retrofractum, Zingiber 2/2
aromaticum, dan Zingiber officinale *)
9. PT. NM Curcuma xanthorrhiza 70/144
10. PT. MM Curcuma xanthorrhiza 70/113
11. PT. IOTSS Guazuma ulmifilia 2/4
12. PT. SM Curcuma xanthorrhiza 40/135
Curcuma xanthorrhiza dan
13. PT. Tb 7/17
Zingiber aromaticum *)
14. PT. Jg Curcuma xanthorrhiza 49/108
15. PT. IJB Curcuma domestica 28/69
16. PT. ITj Curcuma xanthorrhiza 32/70
Allium sativum, Apium graviolens,
Cassia senna, Catharanthus roseus,
Curcuma longa, Curcuma zedoaria,
17. PT. JIS Cynara scolymus, Foeniculum vulgare, 1/8
Ganoderma lucidum, Orthosiphon
stamineus, Piper methysticum, Rheum
officinale, Silybum marianum *)
18. PT. IJB Curcuma xanthorrhiza 67/135
*)
Keterangan : = tanaman obat memiliki frekuensi kemunculan yang sama
terdapat pada PT. SBS dengan 2 tanaman obat yang sama dan PT. IJDPD dengan
5 tanaman obat yang sama. Jumlah kemunculan spesies tanaman obat dengan nilai
yang sama juga terjadi pada PT. Tb yang menunjukkan jumlah kemunculan yang
sama pada 2 spesies tanaman berbeda dan PT. Ph yang menunjukkan jumlah
kemunculan yang sama pada 14 spesies tanaman obat berbeda. Kesamaan jumlah
Dengan demikian, keempat industri yang memiliki lebih dari satu spesies tanaman
obat dengan nilai jumlah kemunculan tertinggi ini digolongkan sebagai industri
tersering.
IJDPD, PT. Tb dan PT. Ph sebagai data industri yang tidak memiliki spesies
tanaman obat dengan jumlah kemunculan tertinggi, diperoleh data bahwa terdapat
tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Tanaman ini merupakan
satu dari 9 tanaman unggulan yang telah dikembangkan Balai Pengawasan Obat
dan Makanan (BPOM) pada tahun 2004-2005. Disebut tanaman unggulan karena
secara luas oleh masyarakat. Referensi ilmiah dan penelitian terhadap Curcuma
xanthorrhiza ini relatif cukup memadai (Sampurno, 2009). Hal ini yang mungkin
industri OT, tidak setiap spesies tanaman obat dimanfaatkan oleh seluruh industri
memanfaatkan jenis tanaman obat tertentu. Hasil yang diperoleh dari perhitungan
pada indeks buku DOA. Foeniculum vulgare sendiri dikenal sebagai bumbu
masak dan juga berfungsi sebagai tanaman berkhasiat obat. Di China, Meksiko,
dan India, adas dikenal sebagai tanaman obat yang mampu mengobati penyakit
dada, ginjal, punggung, perut kejang, kanker usus, gangguan pencernaan, radang
usus, dan gangguan pernafasan (Charles et al., 1993; Simon, 1997; Foster, 2000;
Piper retrofractum atau yang dikenal sebagai cabe jawa berfungsi untuk
sebagai fitofarmaka dalam khasiat anti hepatitis, artitis, dan antiseptik. Sedangkan
khasiat anti hepatitis dan artitis (Katno, 2009). Tanaman Piper retrofractum,
Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka: Croton tiglium semen (biji) masih
digunakan dalam 1 dari 1033 produk OT yang tercantum di dalam buku DOA.
spesies tanaman yang diakui memiliki khasiat obat (Anonim, 2000). Berikut
memanfaatkan tanaman obat dalam jumlah paling banyak berdasarkan buku DOA
adalah PT. SM. Industri OT yang memanfaarkan tanaman obat dalam jumlah yang
259 tanaman obat yang telah dimanfaatkan oleh sebanyak 18 industri OT.
Sejumlah 259 tanaman obat telah dimanfaatkan untuk memproduksi 1033 produk
OT. Jumlah tersebut masih lebih kecil bila dibandingkan dengan sejumlah 9600
dalam 3300 obat China yang beredar di pasar. Sejumlah 1.249 obat di antaranya
masing produk OT tersusun atas bahan baku tertentu yang berfungsi sebagai
bahan baku. Berikut merupakan hasil yang diperoleh dari data yang tersedia
Tabel VI. Jenis tanaman obat yang memiliki jumlah kemunculan paling
tinggi pada khasiat OT tertentu
No. Khasiat Tanaman Obat No. Khasiat Tanaman Obat
Anti Flatulen/Dispepsia/ Curcuma
1. Anti Cacing - 16.
Gastritis xanthorrhiza
Valeriana Orthosiphon
2. Anti Ansietas 17. Diuretik/Urolitik
officinale grandiflorus
Curcuma Kaempferia
3. Anti Asma 18. Kolagogum
xanthorrhiza galanga
Andrographis
4. Anti Diabetes 19. Kontraseptif -
paniculata
Curcuma
5. Anti Diare 20. Anti Migrain Alstonia scolaris
domestica
Curcuma Curcuma
6. Anti Hepatitis 21. Anti Haemorrhoid/Wasir
xanthorrhiza xanthorrhiza
7. Anti Herpes - 22. Laktagogum -
Anti
Guazuma Curcuma
8. Hiperlipidemia/Obesi 23. Menstrual Disorder
ulmifilia xanthorrhiza
tas
Curcuma
9. Anti Kolesterol 24. Aphrodisiak -
xanthorrhiza
Orthosiphon
10. Anti Hipertensi 25. Aphrodisiak khusus Pria Zingiber officinale
aristatus
Curcuma Aphrodisiak khusus Parameria
11. Anti Histamin 26.
xanthorrhiza Wanita laevigata
Anti Zingiber Curcuma
12. 27. Anti Anemia
Inflamasi/Analgetik officinale xanthorrhiza
Curcuma
13. Anti Malaria - 28. Anti Jerawat
xanthorrhiza
Antitusive/
14. - 29. Anti Bau Badan Curcuma domestica
Ekspetoransia
Appetizer-Penambah Curcuma
15. Disentri - 30.
Nafsu makan xanthorrhiza
Curcuma Perawatan Kesehatan
31. Anti Sariawan 41. Alyxia reinwardtii
xanthorrhiza Remaja Putri
Curcuma
32. Keputihan 42. Kesehatan Wanita Hamil Curcuma domestica
domestica
Curcuma Kesehatan Wanita Pasca Curcuma
33. Laksansia 43.
xanthorrhiza Persalinan xanthorrhiza
Anti Masuk Zingiber Curcuma
34. 44. Kesehatan Pria
Angin/Influenza officinale xanthorrhiza
Curcuma
35. Penyubur Kandungan 45. Anti Oksidan -
xanthorrhiza
Penurun Kadar Curcuma
36. 46. Stamina/Sehat Pria Zingiber officinale
Asam Urat domestica
Curcuma
37. Perawatan Kesehatan 47. Anti Kanker Curcuma zedoaria
xanthorrhiza
38. Kesehatan Bayi - 48. Pegal Linu Zingiber officinale
Zingiber
39. Kesehatan Anak-anak 49. Anti Virus Echinacea purpurea
officinale
Curcuma
40. Kesehatan Wanita
domestica
Keterangan : - = tanaman obat dengan frekuensi kemunculan sama
memiliki jumlah kemunculan paling tinggi dan digunakan sebagai bahan baku
penyusun produk OT. Spesies tanaman obat yang memiliki jumlah kemunculan
29
paling tinggi diharapkan berpotensi menjadi bahan baku utama untuk khasiat
terkait.
golongan obat herbal terstandar (OHT) terdapat pada khasiat anti diabetes dan anti
masuk angin/influenza.
Dari tabel terdapat 10 khasiat dari total 49 khasiat yang bertanda (-).
Pada 10 khasiat yang bertanda (-), tidak terdapat tanaman obat yang paling
nama spesies tanaman obat yang memiliki nilai sama tinggi pada kesepuluh
verum, Smilax cina, dan Curcuma aeruginosa), anti herpes (Curcuma domestica,
obat terhadap total produk OT tiap khasiat yang tecantum dalam daftar tanaman
obat pada tiap khasiat adalah sebagai berikut : anti cacing (1/1), anti ansietas
(9/17), anti asma (6/10), anti diabetes (18/20), anti diare (5/10), anti hepatitis
khusus pria (36/58), aphrodisiak khusus wanita (26/41), anti anemia (6/10), anti
jerawat (21/29), anti bau badan (6/9), appetizer-penambah nafsu makan (14/18),
kesehatan pria (18/23), anti oksidan (1/3), stamina (5/6), anti kanker (2/5), pegal
bahan baku OT dalam jumlah kemunculan paling besar dalam 32,65% khasiat OT
yang tercantum di dalam buku DOA. Dengan demikian, jika dirunut berdasarkan
data yang diperoleh, maka tanaman obat Curcuma xanthorrhiza sering muncul
sebagai bahan baku produk OT dengan khasiat anti asma, anti diare, anti hepatitis,
banyak terhadap jumlah produk paling tinggi pada 17 khasiat OT. Ada 2 hal yang
ragam ini, kurkumin banyak diteliti untuk membuktikan khasiat yang terkandung
sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti HIV, kemoprefentif, dan anti kanker
prostat. Selain itu kurkumin juga berpotensi menurunkan kadar kolesterol dalam
hati, serta mencegah dan mengobati kanker. Berdasarkan The National Cancer
(GRAS).
merupakan satu dari 9 tanaman unggulan yang telah dikembangkan Badan POM
pada tahun 2004-2005. Hal ini dikarenakan tanaman ini tumbuh hampir di seluruh
Indonesia dan telah digunakan secara luas di masyarakat. Selain itu, referensi dan
34
penelitian ilmiah yang menjelaskan mengenai tanaman ini juga cukup memadai.
yang berbeda. Jumlah bahan baku tanaman obat dalam tiap produk OT memiliki
OHT dan jamu, penelitian ini bertujuan untuk melihat profil jumlah tanaman obat
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua produk OT,
baik dalam bentuk sediaan rajangan, serbuk, pil, kaplet, kapsul, tablet, cairan obat
dalam, padat, cairan obat luar, salep/krim, maupun sediaan paket. Berikut adalah
tabel yang akan menunjukkan rerata jumlah jenis tanaman obat tiap produk OT
Tabel VIII. Rerata jumlah jenis tanaman obat beserta jumlah tertinggi
dan terendah tiap OT pada masing-masing industri OT
x (a – b)
No. Industri OT
Jamu OHT Fitofarmaka
1. PT. AM 6,00 (1 – 9)
2. PT. DM 4,42 (2 – 9)
3. PT. DL 4,47 (3 – 8)
4. PT. DPF 2,10 (0 – 4)
5. PT. LAR 4,16 (1 – 6)
6. PT. MT 5,00 (4 – 7)
7. PT. SBS 2,00 (2 – 2)
8. PT. IJDPD 5,00 (5 – 5)
9. PT. NM 6,31 (2 – 9) 4,00 (4 – 4) 5,00 (5 – 5)
10. PT. MM 5,78 (3 – 9)
11. PT. IOTSS 3,00 (2 – 4)
12. PT. SM 4,48 (1 – 10) 6,00 (6 – 6)
13. PT. Tb 6,53 (4 – 7)
14. PT. Jg 5,49 (0 – 28)
15. PT. IJB 4,77 (1 – 6)
16. PT. ITj 6,30 (0 – 10)
17. PT. JIS 1,71 (1 – 3) 2,00 (2 – 2)
18. PT. IJB 5,61 (1 – 9)
Keterangan : x = rerata jumlah jenis TO tiap produk; a = jumlah jenis TO
terendah; b = jumlah jenis TO tertinggi
Pada tabel VIII terlihat bahwa setiap industri memiliki rerata jumlah
kombinasi tanaman obat yang berbeda-beda, begitu pula dengan jumlah jenis TO
terendah dan tertinggi. Jumlah tanaman obat yang digunakan dalam setiap produk
yang diproduksi bervariasi dari mulai yang digunakan secara oral maupun topikal.
industri. Terdapat pula informasi mengenai jumlah jenis tanaman obat pada tiap
memproduksi produk jamu dengan rerata jumlah < 5 jenis tanaman obat pada
setiap produknya. Kesepuluh industri tersebut adalah PT. DM, PT. DL, PT. DPF,
36
PT. LAR, PT. MT, PT. SBS, PT. IJDPD, PT. IOTSS, PT. SM, PT. ITj, dan PT.
Ph. Sedangkan 7 industri lain yang memproduksi produk jamu dengan rerata
jumlah tanaman obat tiap produk > 5 adalah PT. AM, PT. NM, PT. MM, PT. Tb,
PT. Jg, PT. JIS, dan PT. IJB. Selain itu, pada OHT terlihat jumlah jenis tanaman
obat yang diproduksi oleh industri OT berada pada sejumlah 4 dan 6 tanaman
obat. Fitofarmaka terlihat memiliki produk obat dengan jumlah 2 dan 5 jenis
industri OT yang memiliki rata-rata jumlah tanaman obat produk paling tinggi
adalah PT. Tb dengan rerata jumlah jenis tanaman obat sebesar 6,53 pada masing-
masing produk OT. Sedangkan industri OT yang memiliki rerata jumlah tanaman
obat produk paling rendah adalah PT. Ph dengan rerata jumlah tanaman obat
sebesar 1,71 jenis tanaman obat pada tiap produk OT. Kedua nilai ini merupakan
beberapa industri yang memiliki jumlah tanaman obat dalam produk dengan nilai
0. Hal ini berarti bahwa tidak semua produk OT yang diproduksi memanfaatkan
tanaman obat sebagai bahan baku. Berdasarkan data yang ada, produk OT dengan
tanaman obat yang dikombinasikan dalam suatu produk. Jumlah 28 jenis tanaman
obat dalam produk OT ini berasal dari sediaan paket yang terdiri dari beberapa
37
sub produk. Produk sediaan paket berupa OT dengan penggunaan oral, tapel, pilis,
sudah memiliki aturan baku mengenai jumlah maksimal tanaman obat yang boleh
digunakan sebagai bahan baku OT tiap produk. Batasan resmi tersebut terdapat
buku DOA memenuhi persyaratan yang berlaku. Golongan OHT dan jamu tidak
memiliki syarat jumlah tanaman obat maksimal, jumlah jenis tanaman obat tiap
produk OT tidak bisa dievaluasi lebih lanjut. Namun evaluasi dapat berupa
keamanannya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil jumlah tanaman obat pada
diproduksi dengan khasiat kesehatan wanita pasca persalinan (108 produk). Hal
DOA dengan golongan OHT dan fitofarmaka yang masing-masing terdiri dari 2
review KOTRANAS (2007), OHT yang ada di Indonesia hanya sekitar 18 produk
39
sedangkan jumlah fitofarmaka yang ada saat ini hanya 5, yaitu : Stimuno®
tercantum di dalam buku DOA dan fitofarmaka yang ada di Indonesia, terdapat
tingginya biaya yang diperlukan untuk melakukan uji klinik (Nurkhasanah, 2006).
Sedangkan OHT saat ini sudah cukup berkembang karena cukup melewati fase uji
praklinik.
provider kesehatan yang belum berjalan sinergis. Selain itu, pembiayaan yang
tersedia untuk penelitian masih sangat kurang. Selain pemerintah yang belum
Berikut ini adalah profil jumlah tanaman obat produk setiap klaim
5.0 6.2
Anti Cacing Aphrodisiak khusus Wanita
(5-5) (4-9)
4.2 4.9
Anti Ansietas Anti Anemia
(1-7) (4-6)
4.5 5.1
Anti Asma Anti Jerawat
(3-5) (3-7)
5.1 4.0 5.2
Anti Diabetes Anti Bau Badan
(3-8) (4-4) (2-9)
5.6 Appetizer-Penambah Nafsu 5.0
Anti Diare
(4-8) makan (1-7)
3.6 5.6
Anti Hepatitis Anti Sariawan
(1-7) (3-9)
5.0 5.6
Anti Herpes Keputihan
(5-5) (4-8)
4.9 3.6
Anti Hiperlipidemia Laksansia
(2-8) (2-5)
4.3 5.2 6.0
Anti Kolesterol Anti Masuk Angin/Influenza
(1-7) (0-10) (6-6)
4.7 2.0 5.6
Anti Hipertensi Penyubur Kandungan
(1-8) (2-2) (4-8)
5.2 5.4
Anti Histamin Penurun Kadar Asam Urat
(3-9) (3-9)
4.8 5.0 4.2
Anti Inflamasi Perawatan Kesehatan
(1-9) (5-5) (0-9)
6.0 3.8
Anti Malaria Kesehatan Bayi
(5-7) (3-9)
5.4 4.6
Antitusive/Ekspetoransia Kesehatan Anak-anak
(3-8) (1-7)
5.0 5.7
Disentri Kesehatan Wanita
(5-5) (2-10)
Anti 4.9 Perawatan Kesehatan Remaja 5.8
Flatulen/Dispepsia/Gastritis (2-7) Putri (4-8)
5.2 5.3
Diuretik/Urolitik Kesehatan Wanita Hamil
(2-7) (4-8)
5.0 Kesehatan Wanita Pasca 5.9
Kolagogum
(5-5) Persalinan (1-28)
7.0 6.0
Kontraseptif Kesehatan Pria
(7-7) (4-9)
4.8 1.8
Anti Migrain Anti Oksidan
(3-7) (1-3)
4.2 3.8
Anti Haemorrhoid/Wasir Stamina
(2-7) (2-5)
5.3 2.7
Laktagogum Anti Kanker
(1-8) (1-6)
5.7 5.9
Menstrual Disorder Pegal Linu
(4-8) (3-9)
5.0 1.0
Aphrodisiak Anti Virus
(5-5) (1-1)
6.1
Aphrodisiak khusus Pria
(1-24)
Keterangan : x = rerata jumlah jenis TO tiap produk; a = jumlah jenis TO
terendah; b = jumlah jenis TO tertinggi
Dari data yang diperoleh di atas, khasiat yang memiliki rerata jumlah
jenis tanaman obat paling tinggi adalah kontraseptif dengan jumlah 7 tanaman
41
obat tiap produk. Sedangkan khasiat yang memiliki rerata jumlah jenis tanaman
obat yang paling rendah adalah anti virus dengan jumlah 1 tanaman obat tiap
produk OT.
khasiat juga digambarkan dengan profil jumlah tanaman obat dengan nilai
diperoleh data bahwa khasiat yang memiliki jumlah jenis tanaman obat produk
paling tinggi adalah khasiat kesehatan wanita pasca persalinan dengan nilai 28.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena produk tersebut merupakan sediaan paket
yang terdiri dari beberapa sub produk seperti tapel, pilis, param pusaka, minyak
telon, dan jamu bersalin yang digunakan sebagai kombinasi sesuai khasiat.
pada khasiat anti ansietas, anti hepatitis, anti hipertensi, laktagogum, aphrodisiak
wanita pasca persalinan, anti oksidan, anti kanker, dan anti virus dengan hanya 1
tanaman obat pada produk. Terdapat 3 khasiat memiliki produk OT yang tidak
mengandung tanaman obat, yaitu anti inflamasi, anti masuk angin/influenza, dan
perawatan kesehatan.
Ekstrak dan simplisia merupakan bentuk lain dari tanaman obat yang
digunakan sebagai bahan baku produk OT. Penelitian mengenai jumlah ekstrak
dan simplisia tanaman obat yang digunakan dalam produk OT serta bentuk
42
sediaan dari produk OT bertujuan untuk melihat adanya keterkaitan antara jumlah
dalam bentuk simplisia maupun ekstrak. Berikut ini merupakan data dalam bentuk
jumlah kemunculan tanaman obat digunakan dalam bentuk ekstrak atau simplisia
OT memiliki jumlah kemunculan tanaman obat dalam bentuk simplisia yang lebih
tinggi daripada jumlah kemunculan tanaman obat dalam bentuk ekstrak. Terdapat
sebesar dalam seluruh OT yang diproduksi. Hanya PT. DPF dan PT. Ph yang
menggunakan ekstrak dalam jumlah kemunculan paling besar. Hal ini berarti
43
simplisia.
diproduksi oleh 18 industri OT. Bentuk sediaan yang digunakan industri OT pada
produk OT yang diproduksi adalah rajangan, serbuk, serbuk instan, pil, kaplet,
kapsul, tablet, cairan obat dalam, padat, cairan obat luar, salep/krim/balsem, dan
sediaan paket. Berikut ini merupakan profil bentuk sediaan yang paling banyak
38,9% industri OT yaitu: PT.AM, PT.LAR, PT.NM, PT.MM, PT.SM, PT.Jg, dan
PT.ITj. Selain serbuk, bentuk sediaan lain yang banyak digunakan industri untuk
mengemas produk OT adalah pil (16,7%), tablet (11,1%), kapsul (5,6%), COD
(5,6%), dan COL (5,6%). Terdapat 16,7% industri OT yang tidak memiliki jumlah
seluruh industri
bentuk simplisia saja, namun terkadang terdapat campuran simplisia dan ekstrak
disimpulkan bahwa simplisia muncul dalam 929 produk dari total 1033 produk
OT yang tercantum di dalam buku DOA. Bentuk ekstrak muncul dalam 183
produk dari total 1033 produk OT yang tercantum di dalam buku DOA. Dengan
demikian simplisia merupakan bentuk tanaman obat yang lebih sering digunakan
paling banyak digunakan sebagai bahan baku OT. Hal ini diduga disebabkan oleh
ekstrak atau sediaan galenik merupakan hasil dari penyarian simplisia dan harus
banyak dimanfaatkan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Noveni (2010)
yang menyebutkan bahwa bentuk sediaan yang paling sering digunakan adalah
oleh proses produksinya yang lebih mudah jika dibandingkan dengan proses
produksi tablet, serbuk instan, pil, kapsul, cairan obat dalam dan cairan obat luar,
padat, salep/krim, dan sediaan paket. Selain itu, proses pembuatan serbuk sudah
lebih baik dan rinci jika dibandingkan dengan rajangan (Anonim, 2005c).
BAB V
A. Kesimpulan
1. Dari total 1033 produk OT dalam buku DOA terdapat 2 fitofarmaka, 2 OHT,
(adas) sebagai bahan baku OT. Provinsi Jawa Tengah telah memanfaatkan
jumlah kemunculan tertinggi pada khasiat anti asma (6/10), anti diare (5/10),
anti hepatitis (5/7), anti kolesterol (10/16), anti histamin (15/32), anti
3. Rerata jumlah jenis tanaman obat tertinggi dimiliki oleh PT. Tingbao (6,53),
sedangkan jumlah jenis tanaman obat tertinggi dimiliki oleh PT. Jago (28).
46
47
4. Rerata jumlah jenis tanaman obat tertinggi terdapat pada khasiat kontraseptif
(7) dan jumlah tanaman tertinggi pada khasiat kesehatan wanita pasca
persalinan (28).
B. Saran
tanaman obat.
di Indonesia.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005a, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI Nomor: HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim, 2008, Daftar Obat Alam (DOA), Himpunan Seminat Apoteker Industri
Obat Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah, Jawa Tengah
Anonim, 2010, Obat Herbal Kualitas Jamu Masih Jadi Tantangan, KOMPAS, 2
Juni 2010
Charles, D. J., M.R. Morales, and J.E. Simon, 1993, Essential oil content and
chemical composition of finocchio fennel, In Janick and J. E. Simon
(Eds), New Crops, Wiley, New York
Herdani, V. E., 2009, Studi Tentang Pemanfaatan Tanaman Obat Sebagai Bahan
Baku Pada Industri Obat Tradisional di Jawa Tengah, Proceeding
Seminar Nasional Kelompok Kerja Nasional (POKJANAS TOI)
XXXVI, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Katno, dan Pramono, S., 2009, Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional, Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu
Nawawi, H., 2005, Metode Penelitian Bidang Sosial, 31, 117, 141, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
50
Noveni, A., 2010, Penelitian yang berjudul Kajian Profil Pemakaian dan
Pemahaman terhadap Khasiat dan Efek Samping Obat Tradisional
pada Sekelompok Wanita di Desa Maguwoharjo, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Peters, D., and Whitehouse, J., 2000, The role of herbs in modern medicine: some
current and future issues, Herbs. Proceedings of the International
Conference and Exhibition; Malaysia, 9-11 Nov 1999, hal. 35-39,
Malaysian Agricultural Research and Development Institute, Malaysia
Pribadi, E. R., 2009, Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta
Arah Penelitian dan Pengembangannya, Perspektif, Bogor
Pudjiastuti, L. Widowati, dan Winarno, W., 1998, Pengaruh infus buah adas
(Foeniculum vulgare) terhadap waktu tidur pada mencit putih, Warta
Tumbuhan Obat Indonesia
Soni, K. B., Kuttan, R., 1992, Effect of Oral Curcumin Administration on Serum
Peroxides and Cholesterol Levels in Human Volunteers, Indian J.
Physiol.Pharmacol, 36(4); hal. 273-275
51
Sutarjadi, 1992, Tumbuhan Indonesia sebagai Sumber Obat, Kosmetik, dan Jamu,
Prosiding, Seminar dan Lokakarya Nasional Enbotani, Bogor
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Cover Buku Daftar Obat Alam (DOA) edisi III tahun 2008 yang
dikeluarkan oleh Himpunan Seminat Apoteker Industri Obat
Tradisional bersama PD. ISFI Jawa Tengah
54
Pemilihan judul
Studi pustaka
(Dilakukan selama masa penelitian)
Analisis data
BIOGRAFI PENULIS