ACARA I - Fikri Tri Susilo - E100190280 - Kelompok 2
ACARA I - Fikri Tri Susilo - E100190280 - Kelompok 2
Dosen Pengampu :
Aditya Saputra, S. Si., M. Sc., PhD
Jumadi, S. Si., M. Sc., PhD
Asisten :
Luthfian Akmaldhani Sumartono Rizal Fauzianto
Luthfika Khuffana Yunan Akmad Isnanto
M. Irvan Aditiya Yuni Fitriani
Disusun oleh :
Fikri Tri Susilo
E100190280
Kelompok 2 Offline, Rabu 14.30 WIB
I. TUJUAN
1. Membangun data DEM dan TIN dari data kontur
2. Menganalisis nilai DEM dan TIN
3. Memahami konsep surface berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng dan
hillshade yang dibuat
Dalam DEM juga dikenal istilah mengenai DSM dan DTM. Keduanya
merupakan bagian dari DEM itu sendiri. DSM atau Digital Surface Model
merepresentasikan kenampakan muka tanah sebagai komponen yang tumpang tindih
seperti bangunan dan topografi bumi sebenarnya (Eguchi dkk, 2008). Sementara itu
DTM atau Digital Terrain Model adalah deskripsi digital dari permukaan bumi yang
terdiri tidak hanya dari representasi permukaan tanah, namun juga informasinya
seperti kemiringan, aspek, dll (Martinoni dan Bernhard, 1998). DSM dapat diambil
dari data LiDAR, foto udara, ataupun citra satelit resolusi tinggi. Sementara DTM
dapat diolah melalui data DSM. Berikut adalah perbedaan gambar antara DEM,
DSM, dan DTM.
TIN merupakan data digital untuk merepresentasikan suatu permukaan,
namun TIN merepresentasikan permukaan sebagai suatu kesatuan yang berlanjut
tanpa ada segitiga yang saling menampal (USGS, 2010). Pada Digital Terrain Model,
Triangulated Irregular Network (TIN) adalah representasi dari permukaan yang
diambil dari komponen titik sampel dan breaklines (Bhargava, 2013). TIN dibuat dari
satu set mass point yang diperoleh dari nilai ketinggiannya. TIN dapat dibuat
menggunakan Triangulasi Delaunay, sebuah proses berulang untuk menghubungkan
suatu titik dengan dua titik lain yang berdekatan untuk membentuk suatu segitiga
yang diusahakan memiliki sudut yang besarnya hampir sama (Watson dan Philip
1984; Tsai 1993 dalam Chang 2008).
Menurut Bhargava ada dua fase prinsip untuk membuat TIN, yaitu :
1) Pemilihan data (mass points) dan koneksinya dengan triangular facets
2) Triangulasi otomatis dengan seleksi titik manual adalah teknik lain yang telah
digunakan. TIN merupakan suatu model data yang didesain untuk pemetaan dan
analisa permukaaan tanah, hal ini merupakan alternatif dalam pembentukan DEM dan
garis kontur untuk merepresentasikan permukaan tanah tersebut (Chang, 2008).
IV. LANGKAH KERJA
1. Memilih kabupaten yang diinginkan “Semarang” dan masukkan data kontur
yang dimiliki
2. Melakukan metode “clip” untuk memfokuskan data kontur yang kita gunakan
agar kontur hanya berpusat satu kabupaten
3. Setelah itu, search pada pengaturan ArcGIS yaitu “Create TIN” kemudian
memilih (3D Analysis) create TIN, masukkan data kontur yang sudah di clip
dan menyimpan data dengan nama TIN
4. Kemudian klik kanan pada Layers “TIN” kemudian pilih properties setelah itu
menghapus symbol kontur , pilih 2 kemudian klik remove values
5. Setelah itu mengubah data TIN menjadi raster dengan search di menu,
kemudian menulis “TIN to Raster” kemudian input data TIN lalu ubah
6. Selanjutnya, topo to Raster untuk membuat data DEM dengan memasukkan
data kontur
7. Selanjutnya,memotong DEM dengan search di menu, yaitu extract by mask
kemudian input data DEM, maka data DEM akan berfokus pada kabupaten
yang kita miliki
8. Selanjutnya,search membuat titik sampel dengan feature class untuk membuat
point wilayah, kemudian pilih menu editor untuk membuat point, kemudian
simpan dengan nama titik sampel
9. Selanjutnya,pilih menu kemudian search “extract values to point” kemudian
memilih data DEM setelah itu TIN lalu diextract sesuai nama titik tin atau
dem
10. Selanjutnya, membuat bayangan dengan memilih menu kemudian search
hillshade, masukkan data DEM kabupaten lalu simpan pada format
geodatabase dengan nama hillshade
11. Selanjutnya, membuat slope dengan mensearch pada menu “slope” kemudian
input data DEM kabupaten, setelah itu ubah environment dengan percent rise
kemudian simpan dengan format geodatabase.
12. Selanjutnya, reklasifikasi dengan memilih menu lalu search reclassify,
kemudian input data berupa slope, kemudian mengatur classes menjadi 5, lalu
mengubah percent sesuai klasifikasi kemiringan lerengan dengan mengubah
angka 8,15,25,45 dan 100, simpan dengan nama reclassify_slope
13. Selanjutnya, mensearch raster to polygon pada menu toolbar kemudian input
data reclassify_slope simpat pada format geodatabase dengan nama
rclassify_polygon
14. Selanjutnya, klik kanan pada reclassify_polygon lalu membuka table atribut
polygon, kemudian add field dengan nama luas kemudian memilih type
double, setelah itu lakukan calculate geometry, pilih porperty area kemudian
units meter square, kemudian select atribut memilih luas yang kurang dari
100.000
15. Selanjutnya, mengeliminasi tinggi yang kurang dari 100.000 dengan
mensearch eliminate pada menu, kemudian input data reclassify eliminate
kemudian save shp dengan nama eliminate
16. Selanjutnya, mencari smooth polygon pada search menu kemudian input data
“eliminate”, lalu menulis smoothing tolerance 50 meters dan save dengan
nama smoothing_polygon
17. Selanjutnya, klik kanan pada smooth_polygon kemudian pilih properties, lalu
pilih symbology atur warna sesuai gradien ketinggian kemuan add value,
setelah itu menghapus garis tepi pada batas warna, centang hill shade
kemudian mengatur kembali ke properties – display lalu mengatur
transparency warnanya menjadi 40% agar terlihat bayangannya
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Screenshot hasil TIN
1. Pada data TIN (merah) dan DEM (putih cerah) sama-sama menunjukkan
tertinggi pada bagian barat daya yang mengarah pada gunung ungaran
2. Data DEM dan TIN dapat menunjukkan gradien kemiringan, pada data
DEM menggunakan titik-titik geometri, sedangkan data TIN
menggunakan data vector dengan jarring segitiga
3. Data Hillshade cenderung berubah berubah hal itu dipengaruhi oleh data
kontur Ci 100 sehingga data yang diperoleh menunjukkan perubahan
warna diawali putih-kemudian gelap
DAFTAR PUSTAKA