Anda di halaman 1dari 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN, GAMBARAN

PERAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA PENURUNAN ANGKA


KEMATIAN IBU DAN BAYI DI KOTA MANADO DAN PALANGKARAYA

Setia Pranata,1 Niniek Lely Pratiwi,1 dan Sugeng Rahanto1

ABSTRACT
Background: Determinant factor of maternal and infant mortality are the medical, health services management and
social culture. It is assumed that the aspec of medical and health services management easily overcome, because of
that, what need to be studied is the social culture aspect. Methods: Designed as a qualitative research this study aims to
analyze the principles of impowerment, empowerment activities, enabling and inhibiting fasctor which do posyandu cadres
in efforts to reduce maternal and infant mortality at Manado and Palangkaraya District. Results: Study result showed that
no posyandu cadres who used the full principles of empowerment. Empowerment activities are undertaken to increase
the community knowledge, not to give ability for decisions making and fasilitate access to health services. Assosiated with
community resources, the potencial was there, just has not been widely utilized. For the next time, needs to be done are
IDVLOLWDWHG E\ WKH KHDOWK GLVWULF RI¿FHUV WR GR HPSRZHUPHQW SULQFLSOHV JUDGXDOO\ JLYLQJ UHVSRQVLELOLW\ WR WKH FRPPXQLW\ OHDGHU
to conduct social marketing about making pregnancy safer and safe deliveri. For posyandu cadres, needs to be given of
DGYRFDF\ DQG QHJRWLDWLQJ VNLOO WR PDNH WKHP PRUH FRQ¿GHQW

Key words: Community empowerment, maternal and infant mortality, posyandu cadres

ABSTRAK
Faktor
aktor determinan kematian ibu dan bayi yaitu medis, manajemen pelayanan kesehatan dan aspek sosial budaya.
Diasumsikan
iasumsikan aspek medis dan manajemen pelayanan kesehatan dinilai mudah untuk diatasi. maka perlu mengkaji
bagaimana aspek non medisnya. Dirancang
irancang sebagai penelitian kualitatif, penelitian ini menganalisis berbagai prinsip
pemberdayaan, hasil kegiatan pemberdayaan dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat kegiatan pemberdayaan
yang dilakukan oleh posyandu dalam rangka penurunan AKI dan AKB di Kota Manado dan Palangkaraya. Hasil studi
menunjukkan bahwa tidak ada kader posyandu yang menggunakan ketujuh prinsip pemberdayaan sebagai upaya untuk
melakukan pemberdayaan. Kegiatan atan pemberdayaan yang dilakukan posyandu, lebih berupa upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, bukan untuk cepat mengambil keputusan dan memudahkan akses terhadap pelayanan kesehatan. Terkait
dengan sumberdaya masyarakat, potensi tersebut sudah ada hanya belum bayak dimanfaatkan. Yang perlu dilakukan
kedepan adalah fasilitasi Dinas Kesehatan agar 7 prinsip pemberdayaan dilakukan menyeluruh secara bertahap. Memberikan
tanggung jawab kepada tokoh masyarakat untuk melakukan pemasaran sosial tentang persalinan yang aman. Khusus
kepada kader posyandu, perlu dilakukan peningkatan ketrampilan advokasi dan negosiasi secara periodik sehingga lebih
percaya diri dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan.

Kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, kematian ibu dan bayi, kader posyandu

PENDAHULUAN potensi dan fasilitas setempat, yang lazim disebut


dengan pemberdayaan adalah salah satu pendekatan
Melakukan upaya fasilitasi yang bersifat
pembangunan. Walau mungkin tidak mudah untuk
non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan
dilaksanakan, masuknya konsep pemberdayaan
dan kemampuan masyarakat agar mampu
untuk menggantikan pendekatan top-down yang
mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
cenderung mewarnai upaya pembangunan, ternyata
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan

1 Peneliti pada Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Kementerian Kesehatan RI, Jl. Indrapura 17 Surabaya


Alamat korespondensi: S_pranata@yahoo.com

174
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan (Setia Pranata, dkk.)

mempunyai daya tarik tersendiri bagi para aktivis, kesehatan maternal. Untuk meningkatkan cakupan
akademisi dan para birokrat. Pendekatan ini dinilai dan kualitas pelayanan, sudah dilakukan kegiatan
akan mempercepat tercapainya tujuan program- dengan target meningkatkan cakupan persalinan
program pembangunan. oleh tenaga kesehatan terampil, meningkatkan
Pada kasus tingginya angka kematian bayi (AKB) cakupan pelayanan komplikasi obstetri dan neonatal
dan kematian ibu (AKI). Berdasarkan data tahun berkualitas, meningkatkan dan melaksanakan
2002/2003, Indonesia masih memiliki AKB sekitar pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar
3–10 kali lebih tinggi dan AKI lebih tinggi sekitar (PONED) di Puskesmas dengan tempat tidur di setiap
3–6 kali dibandingkan kondisi di negara tetangga Kabupaten/Kota dan meningkatkan pelayanan obstetri
seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, yang selama 24 jam di Rumah sakit Kabupaten/Kota
sekarang menjadi Kementerian Kesehatan juga (Rahmawati, 2006). Hasil dari progran tersebut dapat
telah menggunakan pendekatan pemberdayaan dilihat dari tersedianya tenaga bidan di tingkat desa
masyarakat sebagai salah satu upaya menurunkan dan meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga
AKB dan AKI sesuai dengan Rencana Pembangunan kesehatan.
Jangka Menengah Nasional (RPJM-N) bahwa diakhir Diakui oleh banyak pihak bahwa mengatasi
tahun 2009, Indonesia mengharapkan terjadinya masalah kematian ibu dan bayi dari segi medis dan
penurunan AKB menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan manajemen pelayanan kesehatan bukanlah hal yang
AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup. sulit. Hal yang sulit adalah mengatasi masalah non
Guna memenuhi harapan tersebut di medis seperti aspek sosial dan budaya. Terkait dengan
atas, Pemerintah bekerjasama dengan WHO aspek sosial budaya, salah satu cara yang dinilai akan
mengembangkan program ”safe motherhood” dan mempercepat keberhasilan suatu kegiatan adalah
”making pregnancy safer” yang kemudian lebih dengan menggunakan pendekatan pemberdayaan
dikenal dengan istilah MPS. Ada 4 strategi yang masyarakat,
digunakan untuk menciptakan kondisi persalinan yang Suatu kegiatan dapat dikategorikan sebagai
aman antara lain dengan meningkatkan cakupan dan pemberdayaan bila mampu memperkuat, meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan maternal, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat.
hubungan lintas sektor, memberdayakan ibu dan Ada banyak potensi masyarakat di bidang kesehatan,
keluarga, yang terakhir adalah meningkatkan satu di antaranya adalah organisasi kemasyarakatan.
pemberdayaan masyarakat. Potensi organisasi ini perlu mendapat perhatian
Dalam melaksanakan program penurunan AKB karena kegiatannya sampai pada tingkat operasional,
dan AKI seperti program MPS digunakan kerangka seperti Posyandu, Desa Siaga dan Gearakan
pikir sistem kesehatan. Pada kerangka pikir ini, upaya Sayang Ibu(GSI). Gambaran mengenai kegiatan
kesehatan yang dilakukan untuk menurunkan AKB pemberdayaan, Ascobat Gani (2001) mengemukakan
dan AKI, oleh Soemantri (2004) dinilai mempunyai bahwa peran serta masyarakat masih terbatas pada
ketergantungan pada efisiensi input yang berupa fase sekedar terlibat dan menjadi bagian dari kegiatan.
sumberdaya manusia, sarana dan dana. Disisi lain, Nampak bahwa upaya memberdayakan masyarakat
upaya kesehatan tersebut juga tidak dapat lepas bukan hal yang mudah dilakukan.
dari pengaruh kebijakan, manajemen kesehatan dan Studi Soemantri (2004) menunjukkan bahwa
pemberdayaan masyarakat. Kerangka pikir ini hampir di sebagian besar tempat, GSI masih terbatas
sama dengan penilaian WHO tentang beberapa faktor pada kegiatan seremonial dan belum menyentuh
determinan yang berkontribusi terhadap kematian ibu pada substansinya. Desa Siaga, relatif baru dan
dan bayi. Faktor tersebut terkategori menjadi 3 aspek keberadaannya lebih diperuntukkan pada daerah
yaitu medis, manajemen pelayanan kesehatan dan perdesaan. Karena itu, studi ini lebih diarahkan untuk
aspek sosial budaya (Aryoso, 2003). melihat peran Posyandu yang sudah melembaga di
Program yang dilakukan untuk menurunkan AKI masyarakat, khususnya pada pemberdayaan yang
dan AKB dari aspek medis, kebijakan dan manajemen dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian ibu
pelayanan kesehatan, antara lain dengan meningkatkan dan bayi.
cakupan dan meningkatkan kualitas pelayanan

175
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 2 April 2011: 174–182

Jika diasumsikan aspek medis dan manajemen (1996: 45) digambarkan sebagai konsep yang lahir dari
pelayanan kesehatan dinilai mudah untuk di atasi, gerakan mencari alternatif untuk menggantikan sistem
maka perlu bagi kita mengkaji bagaimana aspek dan struktur yang berada di bawah dominasi penguasa
non medisnya. Dalam hal ini, bagaimana kegiatan keagamaan dan pemerintahan di kebudayaan
pemberdayaan masyarakat terkait dengan upaya barat. Sebagai hasil gerakan aufklarung, kemudian
penurunan AKI dan AKB dioperasionalkan dalam ditemukan berbagai nilai liberalisme, individualisme
kehidupan sehari-hari. Secara umum studi ini dan rasionalisme.
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana kegiatan posyandu dalam memberdayakan METODE
masyarakat untuk mencegah terjadinya kematian ibu
dan bayi. Adapun tujuan khusus dari studi ini antara Penelitian ini dirancang sebagai penelitian
lain menganalisis berbagai prinsip pemberdayaan, kualitatif yang akan melakukan kajian terhadap upaya
hasil kegiatan pemberdayaan dan menganalisis faktor pemberdayaan masyarakat dalam rangka penurunan
pendukung dan penghambat kegiatan pemberdayaan AKI dan AKB. Kerangka pikir yang digunakan dalam
yang dilakukan oleh posyandu. studi ini adalah sebagai berikut:
Secara konseptual, pemberdayaan oleh Prianarka Hubungan berbagai faktor determinan yang

Bagan 1: Kerangka Pikir

0HGLV AKI/ AKB 0DQDMHPHQ

6RVLDO EXGD\D
WHUODOX WHUODPEDW

0HQLQJNDWNDQ NXDOLWDV 0HQLQJNDWNDQ FDNXSDQ

3HPEHUGD\DDQ
.DGHU 3RV\DQGX

3ULQVLS .HJLDWDQ 6DVDUDQ

0DV\DUDNDW
0DPSX PHQJHQDO
PDVDODK
'DSDW FHSDW PHQJDPELO
NHSXWXVDQ
0XGDK DNVHV NH WHPSDW
\DQNHV PDWHUQDO

176
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan (Setia Pranata, dkk.)

berkontribusi terhadap kematian ibu dan bayi menurut HASIL


WHO (Aryoso, 2003) ada 3 aspek. Medis, manajemen
Penerapan prinsip pemberdayaan
pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Masalah
yang terkait dengan aspek medis dan manajemen Dalam melihat prinsip-prinsip pemberdayaan
dapat ditanggulangi dengan meningkatkan kualitas terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB,
dan cakupan pelayanan. Sedangkan masalah terkait studi ini mengacu pada buku Panduan Umum
aspek sosial budaya dinilai tidak mudah di atasi. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Ibu
Sementara ini, masyarakat masih belum berdaya dan Anak (Republik
Republik Indonesia dan Unicef, 1999).. Pada
mencegah terjadinya 4 terlalu (muda, tua, banyak dasarnya terdapat 7 prinsip yang harus diperhatikan
dan pendek jaraknya) dalam kehamilan/persalinan dalam melakukan pemberdayaan. Ketujuh prinsip
dan 3 terlambat (mengambil keputusan, tiba di tempat tersebut antara lain: prinsip menumbuh kembangkan
pelayanan dan mendapat tindakan medis). Dengan potensi masyarakat, meningkatkan kontribusi
mengacu pada berbagai prinsip pemberdayaan masyarakat, mengembangkan budaya gotong royong,
dan melakukan kegiatan pemberdayaan yang bekerja bersama masyarakat, pendidikan berbasis
sesuai dengan kelompok sasaran yang ada, secara masyarakat, kemitraan dan desentralisasi.
keseluruhan pemberdayaan diharapkan mampu Untuk mengetahui bahwa kegiatan yang
mencegah terjadinya 4 terlalu dan 3 terlambat terkait dilakukan oleh suatu organisasi posyandu merupakan
dengan masalah kehamilan dan persalinan. pemberdayaan, tidak harus mengandung semua
Untuk mengetahui dinamika dari kegiatan prinsip sebagaimana tersebut di atas. Walaupun
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, posyandu hanya menumbuhkembangkan salah satu
dengan membandingkan AKI/AKB dengan angka prinsip saja, kondisi ini sudah dapat dikatakan bahwa
nasional, diambil satu kota yang diharapkan menjadi posyandu sudah melakukan kegiatan pemberdayaan.
gambaran ideal dari Provinsi dengan AKI/AKB yang Studi ini tidak mengungkap apakah posyandu telah
lebih rendah dan yang lebih tinggi dari perkiraan angka melakukan kegiatan pemberdayaan, tetapi lebih
nasional. Dengan dasar tersebut dipilih kota Manado kepada upaya untuk mengungkap prinsip-prinsip
di Provinsi Sulawesi Utara yang mempunyai AKI lebih apa saja yang sudah diterapkan dan dikembangkan
rendah dari angka nasional dan Palangkaraya di oleh posyandu.
Provinsi Kalimantan Tengah yang mempunyai angka Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa
lebih tinggi dari angka nasional sebagai daerah studi. banyak potensi masyarakat setempat yang dapat
(Sumantri, 2004) dimanfaatkan untuk kesehatan. Potensi tersebut
Subjek penelitian yang utama dalam studi ini antara lain dapat berupa pimpinan masyarakatnya,
adalah kader posyandu, yang berperan melakukan organisasi sosial kemasyarakatan, dana dan sarana
pemberdayaan kesehatan ibu dan anak. Disamping masyarakat, pengetahuan dan teknologi tepat guna
itu ada 3 jenis subjek penelitian lain sesuai dengan yang dikuasai oleh masyarakat serta potensi yang
sasaran kegiatan pemberdayaan. Pertama adalah berupa kemampuan masyarakat untuk mengambil
subjek yang menjadi sasaran primer pemberdayaan keputusan. Banyak kesamaan kondisi antara daerah
yakni para ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi, Manado dan Palangkaraya. Mereka tidak sadar
kedua adalah subjek yang menjadi sasaran skunder bahwa banyak potensi yang dapat dikembangkan.
yakni para suami atau orang tua dari ibu tersebut Ketidak sadaran ini membuat mereka tidak pernah
dan ketiga adalah ketua Rukun Tetangga atau tokoh PHODNXNDQ LGHQWL¿NDVL VXPEHUGD\D SRWHQVL \DQJ DGD
masyarakat sebagai sasaran tersier. Kepada ketiga di lingkungan sekitarnya. Walau demikian, secara
jenis subjek penelitian tersebut dilakukan wawancara langsung ataupun tidak, dalam kenyataan sehari-hari
terstruktur untuk memperoleh gambaran secara umum mereka sudah memanfaatkan keberadaan beberapa
dari permasalahan yang akan diteliti dan wawancara potensi yang ada.
secara mendalam untuk memperoleh informasi yang Posyandu sudah memanfaatkan keperdulian
lebih lengkap. tokoh masyarakat setempat untuk terlibat dalam
kegiatannya. Keberadaan tokoh masyarakat ditempat

177
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 2 April 2011: 174–182

pelaksanaan kegiatan posyandu, dinilai para kader memfasilitasi pelaksanaan kegiatan. Budaya gotong
posyandu sebagai hal yang sangat menunjang royong tersebut diwujudkan dalam bentuk bersama-
kegiatan posyandu. Selain itu, yang banyak perduli sama mengingatkan para ibu untuk menghadiri
dengan posyandu adalah PKK. PKK organisasi sosial kegiatan Posyandu.
yang mensupport posyandu. Posyandu sebagai lembaga berbasis masyarakat,
Bagaimana bentuk kontribusi masyarakat Kota dalam melaksanakan kegiatannya sudah berusaha
Manado dan Palangkaraya berdasarkan penilaian untuk melibatkan masyarakat. Prinsip bekerja
yang mereka lakukan sendiri berdasarkan skala nilai 1 bersama masyarakat sudah dilakukan posyandu
(tidak bagus) dan nilai 10 (bagus), secara garis besar PXODL GDUL PHQJLGHQWL¿NDVL SHUPDVDODKDQ VDPSDL
adalah sebagai berikut: melakukan pengawasan dan evaluasi kegiatan.
Penilaian kader terhadap keterlibatan masyarakat
Tabel 1. Rerata penilaian kader posyandu terhadap dalam pelaksanaan Posyandu dalam skala nilai
kontribusi masyarakat di Kota Manado dan 1 sampai 10, gambarannya adalah sebagai berikut:
Palangkaraya. Walau para kader posyandu merasa telah
Rerata penilaian
memfasilitasi keterlibatan masyarakat, tetapi
Bentuk kontribusi kontribusi masyarakat partisipasi masyarakat masih terbatas pada
No.
masyarakat pelaksanaan kegiatan. Hal ini terlihat dari pemberian
Manado Palangkaraya
1. dana 4,40 6,25 skor dengan rerata 7,00 untuk Manado dan 6,75
2. tenaga 7,40 5,50 untuk Palangkaraya. Baik di Manado maupun di
3. ide/pemikiran 3,60 5,00 Palangkaraya, masyarakat nampak tidak banyak
terlibat dalam upaya pengidentifikasian masalah-
Dengan batas nilai 5,00 untuk membedakan baik masalah yang ada dan merencanakan kegiatan yang
dan tidaknya kontribusi yang diberikan masyarakat akan dilaksanakan. Walau tidak dapat dikategorikan
dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan, baik, masyarakat Palangkaraya sudah mau melakukan
maka tabel di atas menunjukkan adanya kontribusi pengawasan dan evaluasi kegiatan dibandingkan
cukup baik, terutama dalam hal penyediaan tenaga Manado.
untuk kondisi di kota Manado karena mereka secara Dalam melaksanakan kegiatannya, posyandu
rerata memberikan skor 7,40 dan dalam penyediaan sudah melakukan kemitraan dengan PKK dan
dana di Palangkaraya yang mempunyai rerata skor Puskesmas. Dalam menjalankan kemitran ini, setiap
6,25. Di kota Palangkaraya, karena alasan kesibukan pihak sudah memahami kedudukan dan kemampuan
dengan pekerjaan, mereka lebih berkontribusi uang masing-masing. Contohnya dalam melakukan
daripada tenaga dan ide. penyuluhan kesehatan. Sadar akan keterbatasan di
Selama ini budaya gotong royong di masyarakat bidang pengetahuan, kalau ada kegiatan penyuluhan
masih bagus. Demikian juga dengan gotong royong maka kader posyandu akan menyerahkan tugas itu
dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ibu kepada petugas kesehatan. Di antara mereka sudah
dan bayi. Prinsip memperkuat dan mengembangkan ada upaya untuk saling menghubungi, mendekati,
budaya gotong royong antara lain dilakukan dengan membantu dan saling menghargai.

Tabel 2. Rerata penilaian kader posyandu terhadap keterlibatan masyarakat Kota Manado dan
Palangkaraya

Rerata penilaian
No. Keterlibatan masyarakat dalam hal
Manado Palangkaraya
1. 0HQJLGHQWL¿NDVL PDVDODK NHVHKDWDQ 2,80 3,75
2. Menyusun rencana kegiatan 4,00 3,50
3. Pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan 7,00 6,75
4. Pengawasan dan evaluasi 2,80 5,25

178
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan (Setia Pranata, dkk.)

Bila kita melihat prinsip desentralisasi, di mana Upaya pemberdayaan masyarakat


setiap posyandu diharap mampu mengembangkan Dalam melihat pemberdayaan, studi ini
otonomi dirinya untuk melaksanakan kegiatan memfokuskan diri pada berbagai kegiatan yang
dan otonomi kelompok sasarannya untuk mampu dikenakan pada sasaran Posyandu. Sebagai lembaga
mengambil keputusan, kondisi di Manado maupun kesehatan yang berbasis masyarakat (UKBM),
di Palangkaraya menunjukkan bahwa organisasi Posyandu mempunyai sasaran primer yakni ibu hamil,
ini belum mandiri dalam menjalankan kegiatannya sasaran sekunder yang terdiri dari kepala keluarga
termasuk dalam mengembangkan inisiatif mereka dan orang tua ibu hamil dan sasaran tersier yakni
sendiri. Mengenai kemampuan mengambil keputusan, para tokoh masyarakat baik yang formal maupun
karena peran orang tua dan adat begitu kuat, seorang yang informal.
ibu jarang sekali mampu mengambil keputusan.untuk Ada beberapa kegiatan yang dilihat terkait dengan
memeriksakan dan melakukan pertolongan persalinan upaya pemberdayaan yang dilakukan posyandu.
secara cepat kepada tenaga kesehatan terlatih. Kegiatan tersebut antara lain melakukan berbagai
Hal lain yang membedakan antara Manado dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan
Palangkaraya terlihat pada kondisi berikut. Untuk untuk cepat mengambil keputusan dan memudahkan
daerah Manado, organisasi keagamaan setempat akses terhadap pelayanan kesehatan.
sering dimanfaatkan dan banyak terlibat dalam Pada kegiatan meningkatkan pengetahuan ibu,
setiap pelaksanaan kegiatan posyandu, terutama studi ini memperhatikan bagaimana para kader
dalam melaksanakan penyuluhan kalau ada masalah posyandu meningkatkan pengetahuan tentang
kesehatan. Prinsip pendidikan berbasis masyarakat kesehatan ibu dan anak, meningkatkan pengetahuan
sudah dijalankan. Dalam melakukan penyuluhan tentang konsep ”4 terlalu” dan ”3 terlambat”,
masyarakat, beberapa individu yang pernah meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya
mengalami kasus terkait dengan masalah kesehatan kehamilan, meningkatkan pengetahuan tentang tanda-
diminta melakukan testimoni untuk menyampaikan tanda persalinan dan meningkatkan pengetahuan
dan menceritakan pengalaman yang dihadapinya. tentang bahaya upaya-upaya tradisional yang tidak
Kondisi ini tidak ditemukan di Palangkaraya. mendukung kesehatan ibu dan bayinya.

Tabel 3. Pendapat kader posyandu tentang kegiatan penyuluhan dalam upaya penurunan AKI dan AKB di
Kota Manado dan Palangkaraya
Pendapat Kader
No. Tujuan Kegiatan penyuluhan Sasaran Kegiatan
Manado Palangkaraya
1. Peningk penget tentang kes ibu dan Ibu dilakukan dilakukan
anak Suami/OT dilakukan dilakukan
Toma Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. Peningk penget tentang 4 terlalu Ibu dilakukan dilakukan
dan 3 terlambat Suami/OT dilakukan dilakukan
Toma Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3. Peningk penget tentang tanda Ibu dilakukan dilakukan
bahaya kehamilan Suami/OT dilakukan dilakukan
Toma Tidak dilakukan Tidak dilakukan
4. Peningk penget tentang tanda Ibu dilakukan dilakukan
persalinan Suami/OT dilakukan dilakukan
Toma Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. Peningk penget tentang bahaya Ibu dilakukan dilakukan
tradisi tdk sehat Suami/OT Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Toma Tidak dilakukan Tidak dilakukan

179
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 2 April 2011: 174–182

Dari kegiatan pengumpulan data, diketahui pelaksanaan posyandu, tetapi mereka tidak pernah
bahwa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan dimintai untuk melakukan pemasaran sosial tentang
pengetahuan ibu tentang hal tersebut di atas dilakukan persalinan yang aman, tentang penghindaran dari
melalui media penyuluhan. Setiap ibu hamil dan baru tradisi yang tidak mendukung kesehatan ibu dan
melahirkan sudah punya buku ”kesehatan ibu dan bayinya dan juga tidak pernah diajak bicara tentang
anak” yang diberi oleh Puskesmas saat pertama kali perlunya dukungan sosial yang berupa penyiapan
memeriksakan kehamilannya. Karena buku ini memuat dana dan transportasi untuk membantu upaya
berbagai informasi tentang kehamilan dan persalinan, persalinan yang aman.
diharapkan setiap ibu dan suami serta orang tuanya Hasil-hasil kegiatan tersebut oleh posyandu
berkenan membaca buku tersebut. Untuk meningkatkan dilaporkan ke puskesmas, dan kemudian puskesmas
pengetahuan ibu, kader posyandu idealnya mampu melaporkan ke dinas kesehatan. Selain itu posyandu
memberikan penyuluhan kepada setiap sasaran juga melapor ke instansi terkait, termasuk ke
kegiatannya. Dalam pelaksanaannya, para kader kecamatan. Terkadang ada pemantauan kegiatan dari
mengakui bahwa tidak pernah mengalokasikan lembaga di tingkat kabupaten/kota, namun tidak rutin.
waktu khusus untuk memberikan dan meningkatkan Kegiatan diseminasi hasil/laporan kegiatan pernah
pengetahuan kepada sasaran primer. Upaya yang dilakukan di tingkat kecamatan/kabupaten/kota, dan
dilakukan adalah memberikan penyuluhan pada hasil kegiatan tersebut pernah dimanfaatkan untuk
saat dilaksanakannya kegiatan organisasi posyandu. pelaksanaan program pembangunan kesehatan.
Mengingat kegiatan posyandu dilakukan secara rutin Fasilitasi pernah dilakukan oleh puskesmas setempat
setiap bulan, ini diartikan oleh para kader bahwa untuk operasional posyandu.
penyuluhan dilakukan sekali dalam satu bulan. Untuk mampu mencegah adanya kondisi yang
Dari hasil wawancara dengan ibu hamil, diakui tidak diinginkan seperti resiko persalinan dan mampu
bahwa mereka mendapat informasi tentang banyak menjalankan kegiatan sebagaimana tersebut di
hal terkait dengan kehamilan dan persalinan, tetapi atas, setiap organisasi seperti posyandu dalam
informasi yang diperoleh sangat terbatas. Penyuluhan melaksanakan kegiatannya hendaknya menggalang
itupun dilakukan secara perorangan dan kebanyakan kemitraan dengan berbagai lembaga dan melakukan
dilakukan oleh petugas kesehatan yang datang di koordinasi dengan Dinas Kesehatan dengan segenap
posyandu, bukan oleh kader. Agar tahu lebih banyak jajarannya.
terkait dengan kondisi yang dialami, ibu diminta untuk
Faktor pendukung dan penghambat upaya
membaca sendiri buku ibu dan anak karena semua
pemberdayaan
itu sudah terdapat dan diuraikan secara panjang
lebar dalam buku yang memang dibagikan kepada Dari kegiatan pengumpulan data ditemukan
para ibu hamil. beberapa faktor pendukung dan penghambat upaya
Di samping kepada sasaran primer, kegiatan untuk peningkatan peran serta masyarakat di kota Manado
meningkatkan pengetahuan hendaknya juga diberikan dan Palangkaraya. Secara garis besar gambaran
kepada suami dan orang tua ibu hamil sebagai sasaran faktor pendukung dan penghambat adalah sebagai
berikut.
sekunder. Pengelola posyandu mengaku ada yang
sudah melakukan dan ada yang belum melakukan. Pendukung:
Wawancara yang dilakukan dengan suami dan orang a. Pimpinan pemerintah setempat seperti Camat
tua menunjukkan bahwa mereka belum pernah dan Lurah/Kepala Desa mempunyai keperdulian
mendapat penyuluhan. Kalaupun mereka tahu, itu yang cukup tinggi terhadap masalah-masalah
tidak lain karena mereka turut membaca buku ibu dan kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak.
anak yang dibagikan tersebut. b. Tokoh agama dan masyarakat setempat sudah
Kepada sasaran tersier yang berupa tokoh mau terlibat secara langsung dalam kegiatan
masyarakat, hendaknya pada pengelola posyandu kesehatan.
mampu mengadvokasi mereka untuk terlibat dalam c. Dinas Kesehatan (Puskesmas) sudah melakukan
upaya mencegah adanya kasus kematian ibu dan pembinaan secara rutin
bayi. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa tokoh d. Masyarakat tidak segan berkontribusi dalam hal
masyarakat memang diminta membantu kesuksesan tenaga dan dana.

180
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan (Setia Pranata, dkk.)

e. Di setiap daerah banyak terdapat sumbardaya melalui media penyuluhan yang dilakukan oleh
organisasi yang potensial seperti PKK, BPD, petugas kesehatan yang datang di posyandu, bukan
LSM, Karang Taruna, Lembaga Keagamaan dan oleh kader. Kemampuan untuk cepat mengambil
Lembaga Adat. keputusan dan memudahkan akses terhadap
f. Setiap ibu hamil sudah mempunyai buku kesehatan pelayanan kesehatan masih sebatas berupa
ibu dan anak pengetahuan, kader belum punya kemampuan
menjadikan sebagai gerakan.
Penghambat: x Sumber daya potensial masyarakat untuk
a. Organisasi potensial yang ada belum banyak pemberdayaan masyarakat sudah ada, hanya
dilibatkan untuk membantu mensukseskan kegiatan belum bayak dimanfaatkan.
dan program yang sedang dikerjakannya.
b. (dalam dua tahun terakhir) Tidak ada pembekalan Rekomendasi
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Untuk percepatan kegiatan pemberdayaan
kepada kader masyarakat dalam upaya penurunan angka kematian
c. Kader tidak percaya diri dengan kemampuannya ibu dan bayi, maka:
untuk memberikan penyuluhan kepada x Dinas Kesehatan dan jajarannya perlu melakukan
masyarakat. fasilitasi agar 7 prinsip pemberdayaan dilakukan
d. Kesulitan untuk mengumpulkan masyarakat sebagai satu kesatuan secara bertahap.
karena kesibukan masing-masing orang, terutama x Memberikan tanggung jawab kepada tokoh
terhalang dengan pekerjaan. masyarakat untuk melakukan pemasaran sosial
e. Suami dan orang tua masih belum dijadikan sebagai tentang persalinan yang aman, penghindaran dari
sasaran yang perlu ditingkatkan pengetahuan tradisi yang tidak mendukung kesehatan ibu dan
dan kesadarannya tentang masalah yang terkait bayinya dan juga dukungan sosial yang berupa
dengan kesehatan ibu dan anak. penyiapan dana dan transportasi untuk membantu
f. Kesadaran ibu untuk membaca buku kesehatan upaya persalinan yang aman.
ibu dan anak masih rendah x Khusus kepada kader posyandu, perlu dilakukan
peningkatan keterampilan advokasi dan negosiasi
KESIMPULAN secara periodik sehingga lebih percaya diri dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan.
Sesuai
esuai dengan butir-butir tujuan pengkajian, studi
ini menyimpulkan:
DAFTAR PUSTAKA
x Dengan mengacu pada 7 prinsip yang harus
diperhatikan oleh kader posyandu dalam Aryoso Sumaryati, 2003. Pengembangan pola operasional
melakukan pemberdayaan, di kota Manado dan dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan
Palangkaraya, tidak ada kader posyandu yang anak, Program litbang dalam mendukung percepatan
penurunan angka kematian ibu dan anak, Policy
menggunakan ketujuh prinsip pemberdayaan
paper, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
sebagai upaya untuk melakukan pemberdayaan.
Kesehatan, Departemen Kesehatan.
Prinsip
rinsip yang dilakukan lebih banyak berupa Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro, 2003. Survei
meningkatkan kontribusi masyarakat dan 'HPRJUD¿ GDQ .HVHKDWDQ ,QGRQHVLD ±
mengembangkan budaya gotong-royong yang Calverton, Maryland, USA: ORC Macro.
sudah ada di masyarakat. Prinsip pemberdayaan Departemen Kesehatan, 2003. Rencana Strategi Nasional
yang lainnya seperti menumbuh kembangkan Making Pregnancy Safer, Jakarta.
potensi masyarakat, bekerja bersama masyarakat, Departemen Kesehatan, 2004. Pedoman Perencanaan
pendidikan berbasis masyarakat, kemitraan dan Making Pregnancy Safer, Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2005. 3UR¿O
desentralisasi belum banyak disentuh oleh kader
Kesehatan Sulawesi Utara 2004, Manado.
posyandu.
Gani, Ascobat, 2001, Pemberdayaan Daerah dalam Bidang
x Kegiatan
egiatan yang terkait dengan upaya pemberdayaan Kesehatan, Konfrensi Nasional Promosi Kesehatan,
yang dilakukan posyandu, antara lain melakukan Tanggal 11–13 Juni, Jakarta.
berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan

181
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 14 No. 2 April 2011: 174–182

5DKPDZDWL 7 3RHUZDQL 6. 6XSUDSWR $ +DQD¿ ) %XGLVXDUL Republik Indonesia dan Unicef, 1999. Panduan Umum
MA, Kalimah T, 2006. Upaya Peningkatan Fungsi Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan Ibu
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar dan Anak, Jakarta.
(PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Soemantri, Soeharsono, 2001. Sosialisasi Hasil Surkesnas,
Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam Rangka Jakarta.
Akselerasi Penurunan AKB dan AKI, Puslitbang Soemantri S, dkk, 2004. Kajian Kematian Ibu dan Anak di
Sistem dan Kebijakan Kesehatan, Surabaya. Indonesia, Badan Litbang Kesehatan, Departemen
Kesehatan.

182

Anda mungkin juga menyukai