Anda di halaman 1dari 80

Laporan Proposal Mini Project

PEMBINAAN KADER POSYANDU REMAJA SEBAGAI


PROMOTOR KESEHATAN SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19

Oleh:
dr. Asrina Enggarela
dr. Nimas Putri Pertiwi

Pendamping:
dr. Titien Prihatiningsih, M.Kes

DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS PATI I


PERIODE NOVERMBER 2020 – FEBRUARI 2021
PATI
2020
Laporan Proposal Mini Project

PEMBINAAN KADER POSYANDU REMAJA SEBAGAI


PROMOTOR KESEHATAN SELAMA MASA PANDEMI
COVID-19

Oleh:
dr. Asrina Enggarela
dr. Nimas Putri Pertiwi

Pendamping:
dr. Titien Prihatiningsih, M.Kes

DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS PATI I


PERIODE NOVERMBER 2020 – FEBRUARI 2021
PATI
2020

i
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Mini Project............................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PROFIL PUSKESMAS PATI I...............................................................................6
2.1 Keadaan Geografis..................................................................................6
2.2 Keadaan Demografis...............................................................................8
2.3 Data Pendidikan......................................................................................8
2.4 Keadaan Lingkungan..............................................................................8
2.5 Keadaan Perilaku Masyarakat............................................................10
2.6 Sarana Kesehatan..................................................................................11
2.7 Tenaga Kesehatan.................................................................................13
2.8 Pembiayaan Kesehatan.........................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................14
3.1. COVID-19..............................................................................................14
3.2 Pelayanan Puskesmas Selama Pandemi..............................................29
3.3. Kontribusi Remaja Dalam Pencegahan COVID-19...........................30
3.4. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Edukasi Pencegahan COVID-19
31
3.5. Posyandu Remaja..................................................................................32
3.6. Pembentukan Posyandu Remaja.........................................................35
BAB IV..................................................................................................................39
IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................................39
4.1 Analisis Situasi.......................................................................................39
4.2 Identifikasi Masalah..............................................................................44
BAB V....................................................................................................................47

ii
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH........................................................47
5.1 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah.........................................47
5.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah..........................................50
5.3 Scope Tempat.........................................................................................55

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persistensi virus di berbagai permukaan benda..................................................16


Tabel 2. Daftar 10 Program Kerja dengan Capaian Terendah di Puskesmas Pati I Tahun
2019.................................................................................................................................41
Tabel 3. Penentuan Prioritas Masalah menggunakan USG..............................................42
Tabel 4. Laporan Kesehatan Remaja Bulan November 2020 Puskesmas Pati I...............44
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah..........................................................................47
Tabel 6. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar dengan Teknik CARL....................................51
Tabel 7. Penyusunan Intervensi dari Prioritas Pemecahan Masalah................................53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pati I...................................................6

Gambar 2. Struktur virus korona..........................................................................14

Gambar 3. Perkembangan Kasus Per-60 Hari Terakhir di Kabupaten Pati.........39

Gambar 4. Diagram Fishbone Analysis................................................................46

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua
jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala
umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut
seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari
dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian.1
Pada 11 Maret 2020 WHO telah mengumumkan COVID-19 sebagai
pandemi dunia dikarenakan penyebaran dan peningkatan jumlah kasusnya
yang pesat. WHO menghimbau agar semua negara meningkatkan upaya
pencegahan dan penatalaksanaan COVID-19, termasuk Indonesia. Kasus
COVID-19 pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 2 Maret 2020.
Berdasarkan data Gugus Tugas COVID-19 pada tanggal 5 Juli 2020, dari
519.970 kasus dengan spesimen diperiksa didapat kasus konfirmasi
sebanyak 64.958 yang 31.798 diantaranya dalam perawatan, 29.919 kasus
sembuh dan 3.241 kasus meninggal.1
Secara nasional Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
Dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Salah satunya, untuk
meminimalisir penularan COVID-19 pada anak, maka pemerintah
mengeluarkan kebijakan belajar di rumah melalui model daring. Tetapi,

1
penularan COVID-19 ternyata masih mengenai anak usia sekolah dan
remaja. Tercatat data COVID-19 pada anak usia 6 – 18 tahun sebanyak 6,8
% dari total kasus konfirmasi (143.043 kasus per 18 Agustus 2020); 6,7 %
dari total kasus dirawat/diisolasi; 7,2 % dari total kasus sembuh serta 1,3 %
dari total kasus meninggal.2
Meskipun risiko kesehatan akibat infeksi COVID-19 pada anak lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, tetapi 80 juta
anak di Indonesia (sekitar 30 % dari seluruh populasi) memiliki potensi
mengalami dampak serius akibat dampak sekunder yang akan timbul baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.3 Banyak keluarga yang
menghadapi kendala keuangan, sehingga anak-anak dan remaja berisiko
terpaksa berhenti menempuh pendidikan dan diarahkan untuk memegang
tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan, dan bagi sebagian orang,
perkawinan usia anak menjadi pilihan. Kehilangan pekerjaan pada orang tua
juga menyebabkan pemasukan rumah tangga berkurang, memberi tekanan
tambahan pada keluarga, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan
mental. Stress tambahan ini juga dapat menyebabkan anak-anak menjadi
lebih rentan untuk mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam rumah
tangga.
Berdasarkan hasil survei online Yayasan Sayangi Tunas Cilik (Save
the Children) terkait Rapid Need Assessment tentang pengetahuan, persepsi
dan perilaku masyarakat tentang COVID-19 dan dampaknya (April 2020),
dikatakan bahwa berkurangnya kesejahteraan anak akibat orang tua
kehilangan pencaharian (30%) atau pendapatannya menurun (72%),
kesulitan mengakses layanan Pendidikan berkualitas (85% orang tua dan
anak mengalami kendala dalam pembelajaran jarak jauh, 22% mengatakan
tidak memiliki fasilitas pendukung, rentan terhadap kekerasan (46%
responden orang tua mengatakan anaknya mengalami setidaknya 2 dari
masalah berikut: sulit konsentrasi, bingung, susah tidur, stress, mudah lelah
dan kesepian). Data dari Kementerian Sosial menunjukkan jika 84% anak
usia 12-17 tahun pernah mengalami perundungan di dunia maya. Kegiatan
belajar di rumah meningkatkan intensitas penggunaan internet sehingga

2
potensi dampak negatifnya pun semakin besar bagi anak-anak. 4 Sementara,
dalam kurun waktu Januari hingga Juni tahun 2020, Badan Peradilan Agama
Indonesia telah menerima sekitar 34.000 permohonan dispensasi kawin
yang diajukan mereka mereka yang belum berusia 19 tahun. Sedangkan
berdasarkan survei Aliansi Satu Visi terkait situasi hak kesehatan seksual
dan reproduksi remaja pada Agustus-Oktober 2020, tercatat sekitar 6,74%
dari remaja 18-24 tahun yang belum menikah ternyata telah berhubungan
seksual. Di antara itu, 44% tidak menggunakan kontrasepsi, 51%
menggunakan kondom, dan 5% menggunakan pil KB.5
Terjadinya pandemic COVID-19 juga berdampak pada Kesehatan
reproduksi remaja. Selama pandemic dilakukan penutupan Pendidikan
formal maupun beberapa Pendidikan non-formal yang menghalangi akses
remaja dalam memperoleh KIE mengenai Kesehatan seksual dan edukasi.
Hal ini menimbulkan berbagai dampak terutama kekerasan berbasis gender
termasuk perkawinan usia anak. Meningkatkan risiko kehamilan tidak
diinginkan yang tentunya akan berpengaruh terhadap Angka Kematian Ibu,
Bayi dan stunting. Masalah perlindungan dan psikososial dari mereka yang
pengasuhnya terinfeksi, dikarantina, atau meninggal dunia.6
Remaja memiliki peran utama sebagai garda terdepan dalam
pembangunan negara secara berkelanjutan. Peran itu perlu terwujud dalam
semua andil, termasuk dalam menghadapi penyebaran wabah Covid-19 dan
masalah Kesehatan remaja lainnya. Sejauh ini, penanganan Covid-19 di
Indonesia masih menempatkan para dokter dan tenaga medis sebagai garda
terdepan. Walau demikian, peran remaja dalam turut serta mengatasi
permasalahan ini merupakan sesuatu yang patut diutamakan.7
Remaja dapat mengambil peran untuk mengedukasi masyarakat,
utamanya untuk membantu masyarakat dalam peningkatan literasi terkait
Covid-19. Selain melakukan peningkatan kesadaran secara pribadi,
kesadaran bersama masyarakat perlu didorong dan disebarkan oleh remaja
kepada masyarakat. Remaja diharapkan menjadi agen perubahan yang
mendorong terjadinya transformasi ke arah yang lebih baik. Pemanfaatan
teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan edukasi

3
kepada masyarakat melalui himbauan. Himbauan terkait tindakan
pencegahan. Hal ini dapat berjalan efektif mengingat 64,19 juta penduduk
Indonesia adalah terdiri dari pemuda (Badan Pusat Statistik, 2020).
Namun dalam menjalankan peran tersebut tentunya remaja berada di
bawah bimbingan dan pantauan petugas Kesehatan Puskesmas. Dalam hal
ini Posyandu remaja merupakan wadah yang tepat bagi para remaja untuk
ikut berperan dalam mengatasi masalah-masalah Kesehatan. Posyandu
remaja diharapkan menjadi sebuah wadah masyarakat yang memfasilitasi
remaja dalam memahami permasalahan kesehatan mereka, memperluas
jangkauan Puskesmas PKPR dalam memberikan pelayanan promotif dan
preventif kepada sasaran remaja.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
pembinaan remaja sebagai promotor Kesehatan melalui program posyandu
remaja di wilayah kerja Puskesmas Pati I.

1.2 Rumusan Masalah Mini Project

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah utama dalam mini project ini
adalah: “Bagaimana pembinaan kader posyandu remaja sebagai promotor
kesehatan selama masa pandemi COVID-19?”

1.3 Tujuan Pelaksanaan Mini Project


1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan pembinaan kader posyandu remaja sebagai promotor
kesehatan selama masa pandemi COVID-19.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Merencanakan dan menjalankan program posyandu remaja di Desa
wilayah kerja Puskesmas Pati I.
2. Membina minimal 1 posyandu remaja di salah satu desa wilayah
kerja Puskesmas Pati I.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader posyandu
remaja.

4
4. Memberikan sarana penyebaran metode edukasi dan konseling
yang berkesinambungan yang tetap sesuai dengan protokol
Kesehatan.

5
BAB II

PROFIL PUSKESMAS PATI I

2.1 Keadaan Geografis


UPTD Puskesmas Pati I berdiri pada Tahun 1961, yang mempunyai
wilayah kerja: 5 kelurahan, 12 Desa. Secara geografis UPTD Puskesmas Pati
I Kecamatan Pati berada di jantung Kabupaten Pati terletak di 0 Km dari kota
Pati dengan luas wilayah ± 4.249 Ha, terletak pada 111 01 45,6 Bujur Timur
dan 06 40 41,3 Lintang Selatan. Adapun batas wilayah Kecamatan Pati
adalah:
1. Sebelah Utara : Kecamatan Wedarijaksa
2. Sebelah Timur : Kecamatan Juwana
3. Sebelah Selatan : Kecamatan Gabus
4. Sebelah Barat : Kecamatan Margorejo

6
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pati I
Struktur tanah di Kecamatan Pati adalah Red Yellow Mediteran Latosol,
Aluvial dan Hidromer. UPTD Puskesmas Pati I terletak di Desa Plangitan
Kecamatan Pati dengan luas wilayah 1.395,473 Ha meliputi 12 desa dan 5
kelurahan yaitu desa: Plangitan, Puri, Winong, Ngarus, Sidoharjo, Dengkek,
Geritan, Mustokoharjo, Blaru, Panjunan, Gajahmati, Semampir, kelurahan:
Parenggan, Pati Lor, Pati Wetan, Pati Kidul dan Kalidoro. Wilayah kerja
Puskesmas Pati I mempunyai batas wilayah kerja sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Tlogowungu
2. Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pati II
3. Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Gabus I
4. Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Margorejo

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pati I terbagi atas 5 kelurahan dan 12


desa dengan rincian masing-masing:
1. Kelurahan Pati Lor terbagi atas 3 dusun, yaitu:
Dusun Kaborongan, Dusun Randukuning, Dusun Saliyan
2. Kelurarahan Pati Kidul Terbagi atas 5 Dusun, yaitu:
Dusun Bendan, Dusun Juanalan, Dusun Kauman, Dusun Rogowanggan,
Dusun Kranggan.
3. Kelurahan Pati Wetan terbagi 3 Dusun, yaitu :
Dusun Mertokusuman, Dusun Dosoman, Dusun Getaan.
4. Kelurahan Kalidoro terbagi 4 RW
5. Kelurahan Parenggan Terdiri dari 2 RW.
6. Desa Puri terdiri dari 9 RW
7. Desa Winong terdiri dari 5 RW
8. Desa Panjunan terdiri dari 3 RW
9. Desa Blaru terdiri dari 2 RW
10. Desa Plangitan terdiri dari 2 RW
11. Desa Sidoharjo terdiri dari 3 RW (3 Dusun; Setulan, Cengkok, Baran)
12. Desa Gajahmati terdiri dari 2 RW
13. Desa Dengkek terdiri dari 2 RW
14. Desa Ngarus terdiri dari 1 RW

7
15. Desa Geritan terdiri dari 2 RW
16. Desa Semampir terdiri dari 2 RW
17. Desa Mustokoharjo terdiri dari 1 RW

2.2 Keadaan Demografis


Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Pati 1 pada akhir Tahun 2018
sebanyak 60.192 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak 28.889 dan jumlah jiwa
per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Penduduk di kecamatan Pati, sebagian
besar termasuk golongan usia produktif. Jumlah rumah tangga di wilayah
Puskesmas Pati I sebanyak 19.254 Rumah Tangga dengan luas wilayah
1.395,473 Ha.

2.3 Data Pendidikan


Data sasaran pendidikan di Puskesmas Pati I terlihat pada tabel yang telah
di sediakan menunjukkan bahwa jumlah Sekolah TK 31 Sekolah SD/MI 40
Sekolah, SLTP/MTS 6 Sekolah, SLTA/MA 2 sekolah serta jumlah siswa TK
1.887, Jumlah siswa SD/MI 6.583, jumlah siswa SLTP /Mts 6607, jumlah
siswa SMA/MA 12.622.
2.4 Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan di UPDT Puskesmas Pati I melingkupi data sasaran
program kesehatan lingkungan meliputi jumlah rumah sehat, TPM, TTU, SAB,
Jamban keluarga Sehat, dan SPAL.
2.4.1 Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai
rumah tidak terbuat dari tanah.

Dari kompilasi data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan


Puskesmas Pati I, prosentase rumah sehat sebesar 89,49 % dari 100 %
rumah yang diperiksa. Atau rumah sehat sebesar 17.230 dari seluruh
rumah yang ada 19.254. Sedangkan target dari MDG’s sebesar 80,00%.

8
Dari data tersebut, rentang cakupan mulai dari 71,38 % (desa Puri) sampai
cakupan tertinggi 100% (Kelurahan Pati Wetan) maka demikian target
yang telah di tetapkan oleh MDG’s telah tercapai.

2.4.2 Tempat-Tempat Umum


Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan
Makanan (TPUM) merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang,
dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi
hotel, restoran, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat
umum dan tempat pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai
(luas ruangan) yang sesuai dengan banyaknya pengunjung dan memiliki
pencahayaan ruang yang memadai.

Data yang diperoleh dari rekapitulasi laporan bulanan desa


menunjukkan bahwa jumlah TTU yang ada sebanyak 87 buah, yang
diperiksa 87 buah). Dari TTU yang diperiksa yang masuk kategori TTU
sehat sebanyak 75 buah (86,21%) kesehatan lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Pati I tahun 2018.

Untuk TUPM yang ada sebanyak 140 buah sedang yang diperiksa


sebanyak 110 (78,57 %) TUPM dan yang sehat 88 (62,86%) dari TUPM
yang diperiksa. Dari 3 jenis TUPM diluar TUPM lainnya (hotel,
restoran/rumah makan, dan pasar) berturut-turut, jumlah hotel yang
diperiksa 15 buah, restoran/rumah makan 14 buah di wilayah kerja
Puskesmas Pati I tahun 2018.

2.4.3 Akses Terhadap Air Minum


Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan
menurut air kemasan, air isi ulang, ledeng meteran, ledeng eceran, pompa
sumur terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan dan
lainnya. Dari jumlah penduduk yang ada sebanyak 60.192 yang diperiksa
sebanyak 58.812 sedangkan yang dapat mengakses air bersih sebanyak

9
58.812 dengan rincaian berturut-turut yang terbanyak menggunakan sumur
bor dengan pompa 28.446, perpipaan (PDAM) 13.905, sumur gali dengan
pompa 13.262, dan sumur gali terlindungi 3.199.

2.4.4 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar


Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga
meliputi persediaan air bersih (PAB), jamban, tempat sampah dan
pengelolaan air limbah. Dari 17.520 rumah yang ada, tidak semuanya bisa
diperiksa karena keterbatasan sumber daya yang ada. Selain itu, jumlah
rumah yang diperiksa berbeda untuk setiap jenis pemeriksaan: PAB,
jamban, tempat sampah atau PAL. Semestinya, pemeriksaan dilakukan
satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar.

Untuk PAB, jumlah rumah yang diperiksa sebesar 17.520 buah dan
yang memiliki PAB sebanyak 17.520 (100 %) buah. Untuk jamban,
jumlah diperiksa sebanyak 17.520 dan yang memiliki sebanyak 17.249
(98,45 %). Untuk tempat sampah, jumlah rumah yang diperiksa sebanyak
17.520 dan yang memiliki sebanyak 15.485, sedangkan untuk PAL,
jumlah KK yang diperiksa sebanyak 17.520 dan yang memiliki PAL
sebanyak 15.068 (86%).

2.5 Keadaan Perilaku Masyarakat


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat, disajikan dalam
beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang mempunyai keluhan
kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang berobat
jalan menurut tempat berobat, persentase anak 2-4 tahun yang pernah
disusui, kebiasaan merokok, persentase penduduk yang melakukan
aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat.
Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator
yaitu pertolongan persalinan oleh nakes, balita diberi ASI eksklusif,
mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, tidak merokok, melakukan
akitfitas setiap hari, makan sayur dan buah setiap hari, tersedianya akses

10
terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan
jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.

2.5.1 Rumah Tangga Sehat


Dari tabel SPM menunjukkan bahwa terdapat rumah tangga sehat
sebanyak 95,29 % dari 3.209 (100 %) rumah yang diperiksa atau rumah
sehat sebesar 3.058 dari seluruh rumah yang ada 3209. Sedangkan target
dari MDG’s sebesar 80,00 %. Dari data tersebut, rentang cakupan mulai
dari  desa Puri sampai cakupan tertinggi yaitu Kelurahan Pati Wetan, maka
target yang telah di tetapkan oleh MDG’s telah tercapai.

2.5.2 Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan
sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM) yang paling
dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program
prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama
yaitu posyandu dengan nilai 70%-80% dari 35 indikator strata posyandu.
Untuk target posyandu purnama dan mandiri (PURI) kab Pati tahun 2019
adalah 20.50%, sementara itu rata-rata pencapaian di Puskesmas Pati 1 yang
posyandu Mandiri berjumlah 31 Posyandu (43,66%) , Posyandu Purnama 33
Posyandu (46,48%) dari seluruh jumlah Posyandu 71 Posyandu
sedangankan Madya 7 posyandu (9,86%) dari total jumlah Posyandu, dapat
dilihat pada tabel Situasi Upaya Kesehatan.

2.6 Sarana Kesehatan


Berikut adalah sarana kesehatan yang terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Pati I di antaranya puskesmas Pembantu, Polindes dan BP
Swasta dan Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
diantaranya adalah posyandu, polindes, dan Pos Obat Desa (POD).

2.6.1 Puskesmas Pembantu, Polindes dan PKD.

11
Puskesmas Pembantu berjumlah 2 buah, Polindes berjumlah 12
buah, PKD berjumlah 5 buah. Secara konseptual, puskesmas menganut
konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk Jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Pati I pada akhir Tahun 2019 sebanyak
60.192 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak 28.889 dan jumlah jiwa per
rumah tangga sebanyak 4 jiwa, dengan jumlah tersebut berarti 1 desa rata-
rata melayani  sebanyak 3534 jiwa.

2.6.2 Klinik 24 Jam Swasta.


Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana BP
Swasta antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang
biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta
dengan rasio terhadap jumlah penduduk. Jumlah seluruh Klinik di wilayah
kerja Puskesmas Pati I pada tahun 2019 sebanyak 9 buah.
2.6.3 Sarana Produksi-Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Obat-obatan yang tersedia di UPTD
Puskesmas Pati I adalah obat generik yang pengadaannya langsung
melalui UPTD Perbekalan Farmasi Kabupaten Pati.

2.6.4 Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat


Dalam rangka menigkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) diantaranya adalah posyandu, polindes, Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD).

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal


oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas,
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi
dan penaggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu
dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya,
posyandu purnama dan posyandu mandiri. Jumlah posyandu di Kecamatan

12
Pati I menurut hasil kompilasi dari profil kesehatan tahun 2018, bahwa
jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 71 buah, dengan rincian
Posyandu Mandiri berjumlah 22 buah (31%), Posyandu Purnama 38 buah
(53,52%), sedangkan Posyandu Madya berjumlah 11 buah (15,49%) dari
total jumlah Posyandu dan memiliki jumlah kader aktif 355 orang.

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam


rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat
pertolongan persalinan dan palayanan kesehatan ibu dan anak termasuk
keluarga berencana. Pada tahun 2018 jumlah polindes di UPTD Puskesmas
Pati I berjumlah 11 buah. Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) merupakan
wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana, terutama
untuk penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat. Jumlah
poliklinik Keaehatan desa (PKD) yang pada tahun 2019 sebanyak 5 buah.

2.7 Tenaga Kesehatan


Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan
tidak hanya dilakukan pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta.
Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik yang
disektor pemerintah maupun swasta perlu diketahui. Data ketenagaan ini
diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Sub Bagian Program dihitung
memalui analisis beban kerja. Berdasarkan hasil penghitungan analisa beban
kerja Puskesmas Pati I dapat disimpulkan bahwa:

1. Tenaga yang sudah terpenuhi adalah kepala puskesmas, kepala tata


usaha, tenaga adminkes, staf tata usaha, dokter gigi, bidan desa, perawat,
perawat gigi, petugas gizi, petugas laborat, imunisasi, bendahara, petugas
pendaftaran, dan pramu kantor.
2. Tenaga yang belum terpenuhi adalah : dokter umum (kurang 1), bidan
desa (kurang 1), asisten apoteker (kurang 3), epidimiologi (kurang 1),
penjaga malam (kurang 1) sopir (kurang 1), petugas kebersihan (kurang
1), promkes (kurang 1), dan apoteker (kurang 1).

2.8 Pembiayaan Kesehatan

13
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan
masyarakat. Total anggaran BLUD pada tahun 2019 sebesar
Rp.1.937.079.707,00.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. COVID-19
3.1.1. Etiologi1
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada
Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).

14
Gambar 2. Struktur virus korona

Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus


betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus
ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan
wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini,
International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama
penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.

3.1.2. Penularan2
Virus SARS-CoV-2 diduga berasal dari hewan, seperti virus SARS yang
ditularkan kucing luwak dan MERS ditularkan unta. Saat ini, kelelawar diduga
sebagai sumber penularan virus SARS-CoV-2 dengan reservoir sementaranya
trenggiling. Virus ini kemudian mengalami spillover akibat beberapa faktor,
seperti peningkatan kontak antara manusia dengan hewan pembawa SARS-
CoV-2. Akibat spillover terjadi penularan dari hewan ke manusia (zoonosis). 
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14
hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di
hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang
tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan
48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari
setelah onset gejala.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel
berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika
seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang
memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet
berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata).
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi
droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus

15
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi
dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada
orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction
terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,
mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.
Lama virus bertahan di lingkungan bervariasi, yaitu tiga jam hingga
beberapa hari. Berikut tabel yang merangkum persistensi virus di berbagai
permukaan benda. 

Tabel 1. Persistensi virus di berbagai permukaan benda

16
Pada orang dewasa dan anak-anak dengan sistem imun baik yang tertular
COVID-19 biasanya hanya menunjukkan gejala ringan (sakit kepala, keluhan
gastrointestinal, atau flu like illness) bahkan beberapa kasus tidak terdapat
gejala yang tampak. Golongan ini dapat menjadi pembawa virus dan
menularkannya ke kelompok rentan. Kelompok rentan mencakup:

 Orang dengan usia di atas 50 tahun


 Orang dengan komorbid, seperti hipertensi, penyakit paru, diabetes,
kanker, penyakit jantung, atau penyakit hati kronik
 Orang dengan imunokompromi

Penduduk yang tinggal atau memiliki riwayat berpergian ke


wilayah dengan transmisi lokal dalam kurun 14 hari terakhir berpotensi
tertular dan menularkan. Selain itu, orang dengan kontak erat pasien
COVID-19, termasuk tenaga kesehatan, pun memiliki potensi serupa.
Penyebaran nosokomial menjadi isu serius sehingga penggunaan APD dan
penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan menjadi krusial.

3.1.3. Definisi Kasus

Definisi operasional pada bagian ini, dijelaskan definisi


operasional kasus COVID-19 yaitu kasus suspek, kasus probable, kasus
konfirmasi, kontak erat

1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah
satu kriteria epidemiologis

Kriteria Klinis:
 Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk; ATAU
 Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat
demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia,
nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat*, sesak
nafas, anoreksia/mual/muntah*, diare, penurunan kesadaran

17
DAN
Kriteria Epidemiologis:
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan**;
ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilikiriwayat
tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal***; ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan
non-medis, serta petugas yang melaksanakan kegiatan
investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
 Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
b. Seseorang dengan ISPA Berat****;
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan
indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra
perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi

CATATAN

* Gejala/tanda yang dipisahkan dengan garis miring (/) dihitung sebagai satu
gejala/tanda

** Risiko tinggi penularan:

Kriteria yang dapat dipertimbangkan:

a. Ada indikasi penularan/tidak jelas ada atau tidaknya penularan pada


tempat tersebut.
b. berada dalam suatu tempat pada waktu tertentu dalam kondisi berdekatan
secara jarak (contohnya lapas, rutan, tempat pengungsian, dan lain-lain).
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko lokal oleh dinas
kesehatan setempat.

2. Kasus Probable

18
Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID 19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai
berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR; ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR yang kedua.
3. Kasus Konfirmasi:
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus
konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat :
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit
atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat
Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa
gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.
1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak
ditemukan gejala.
2. Ringan

19
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia,
napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit
tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
hilang pembau (anosmia) atau hilang perasa (ageusia) yang muncul
sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua
dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan
tidak ada demam.
3. Sedang/Moderat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau
sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada
tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat :
usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit ; usia >5 tahun ≥30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari:
frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93%
pada udara ruangan.
ATAU
Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
 sianosis sentral atau SpO2<93% ;
 distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding
dada yang sangat berat);
 tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.

20
 Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan,
≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit;
usia >5 tahun, ≥30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan
syok sepsis.

3.1.4. Diagnosis

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


a. Anamnesis dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien
(Autoanamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo
anamneses) untuk menegakkan diagnosa.
b. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
tenaga medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan manifestasi
klinis, antara lain:
a. Laboratorium: Darah lengkap/Darah rutin, LED, Gula Darah, Ureum,
Creatinin, SGOT, SGPT, Natrium, Kalium, Chlorida, Analisa Gas
Darah, Procalcitonin, PT, APTT, Waktu perdarahan, Bilirubin Direct,
Bilirubin Indirect, Bilirubin Total, pemeriksaan laboratorium RT-
PCR, dan/atau semua jenis kultur MO (aerob) dengan resistensi Anti
HIV.
b. Radiologi: Thorax AP/PA
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh
pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah
metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti
pemeriksaan RT-PCR.
3.1.5. Tata Laksana

1. Tanpa Gejala
a. Isolasi dan Pemantauan

21
 Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah
maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.
 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
 Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet
untuk dibawa ke rumah):
Pasien :
o Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
o Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
o Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
o Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
o Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
o Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
o Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
o Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
o Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
o Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh >38oC
Lingkungan/kamar:
o Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
o Membuka jendela kamar secara berkala

22
o Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung
tangan dan goggle.
o Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
o Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya

Keluarga:
o Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
o Anggota keluarga senanitasa pakai masker
o Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
o Senantiasa mencuci tangan
o Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
o Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
o Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkinMtersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi
 Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk
tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila
pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan
golongan obat ACEinhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker
perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau
Dokter Spesialis Jantung
 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
o Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral(untuk
14 hari)
o Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)

23
o Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari),
 Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka)
maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun
dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
 Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
2. Derajat Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal
10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan
pemerintah.
o Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan
kondisi pasien.
o Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP
terdekat.
b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan
edukasi tanpa gejala).
c. Farmakologis
 Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
o Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral(untuk
14 hari)
o Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
o Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari),
o Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin
C,B, E, zink

24
 Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
 Salah satu dari antivirus berikut ini:
o Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
Atau
o Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x400/100mg
selama 10 hari Atau
o Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari
 Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg) dosis 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari) dapat dipertimbangkan apabila pasien
dirawat inap di RS dan tidak ada kontraindikasi.
 Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
 Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di
BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan
tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
3. Derajat Sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
 Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/
Rumah Sakit Darurat COVID-19
 Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/
Rumah Sakit Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara
berkala.
c. Farmakologis

25
 Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
 Diberikan terapi farmakologis berikut:
o Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari)
atau Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) hari
pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari)
Ditambah
o Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-
7 hari) atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat
diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750
mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
Ditambah
o Salah satu antivirus berikut :
 Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari
Atau
 Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x
400/100mg selama 10 hari
Atau
 Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose
1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x
600 mg (hari ke 2-5)
Atau
 Remdesivir 200 mg IV drip/3jam dilanjutkan 1x100
mg IV drip/3 jam selama 9 – 13 hari
 Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi
DPJP
 Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-
lain).
 Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada

26
5. Derajat Berat atau Kritis
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat
secara kohorting
 Pengambilan swab untuk PCR
b. Non Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi (terapi cairan), dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-
dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
o Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
o Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
o PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
o Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area
o paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
o Limfopenia progresif,
o Peningkatan CRP progresif,
o Asidosis laktat progresif.
3.1.6 Pencegahan dan Pengendalian Penularan
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru.
Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet infection dari individu
ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan,
tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana
terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian
COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan:
a. Pencegahan penularan pada individu

27
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung
virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung,
mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada
individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih.
2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang
mungkin dapat menularkan COVID-19).
3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
4) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya.
5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang,
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup
termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional
7) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
8) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
b. Perlindungan kesehatan pada masyarakat
COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup
tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan

28
masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan
kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan dalam
skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap fasyankes.
Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya
pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak
orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan
oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia
usaha, aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya.
Adapun perlindungan kesehatan masyarakat dilakukan melalui,
1) Upaya pencegahan (prevent)
 Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media
informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman
bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh
masyarakat, dan melalui media mainstream.
 Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah
diakses dan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan
masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak,
disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan peralatan secara
berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya
COVID-19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker,
merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
3.2 Pelayanan Puskesmas Selama Pandemi
Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap
dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap
melaksanakan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota bidang
kesehatan sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun

29
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah dapat
menambahkan pelayanan sesuai permasalahan kesehatan lokal spesifik
terutama dalam hal mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) yang
pernah dialami daerah tersebut pada tahun sebelumnya di periode yang sama
seperti malaria, demam berdarah (DBD) dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang sudah terjadwal
sebaiknya dilihat kembali apakah tetap dapat dilaksanakan seperti biasa,
dilaksanakan dengan metode atau teknik yang berbeda, ditunda
pelaksanaannya, atau sama sekali tidak dapat dilaksanakan, tentunya dengan
memperhatikan kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
dan physical distancing guna memutus mata rantai penularan.

3.3. Kontribusi Remaja Dalam Pencegahan COVID-19

Remaja menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun


2014 adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun. Remaja
memiliki peran utama sebagai garda terdepan dalam pembangunan negara
secara berkelanjutan. Peran itu perlu terwujud dalam semua andil tidak saja
dalam keterlibatan pada pencapaian target pembangunan bermatra proyek,
namun juga termasuk dalam menghadapi penyebaran wabah COVID-19. Sejak
WHO (World Health Organization) menetapkan wabah COVID-19 sebagai
pandemik global, maka Indonesia juga merupakan salah satu negara
terdampak.

Sejauh ini, penanganan COVID-19 di Indonesia masih menempatkan


para dokter dan tenaga medis sebagai garda terdepan. Walau demikian, peran
remaja dalam turut serta mengatasi permasalahan ini merupakan sesuatu yang
perlu diperhatikan. Seluruh warga negara memiliki peran dan tugas dalam
berpartisipasi menghadapi COVID-19, termasuk di dalamnya adalah kaum
remaja. Peran remaja tentu sangat besar dalam memutus rantai penyebaran
COVID-19, mengingat remaja merupakan salah satu agen perubahan (agent of
change) dan agen pembangunan (agent of development).

30
Secara umum, peran dapat diwujudkan dengan setia pada protokol
kesehatan untuk tetap berada di rumah (stay at home) atau bekerja dari rumah
(work from home). Selain itu, juga patuh dalam menerapkan protokol menjaga
jarak sosial dan fisik (social and physical distancing) serta patuh dalam
penggunaan masker dan membiasakan mencuci tangan dengan sabun sehingga
menjadi teladan bagi lainnya. Selain itu, para remaja dapat berperan dengan
Menyebarkan informasi dari sumber terpercaya, memberikan edukasi dan
teladan pola hidup sehat kepada keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya,
memberikan dukungan mental kepada teman sebayanya yang memiliki
masalah dan membantu untuk menghubungkannya dengan petugas kesehatan
di Puskesmas, bersama keluarga dan anggota masyarakat lainnya membantu
menghilangkan stigma kepada penderita, keluarga serta petugas kesehatan
yang merawat kasus COVID-19.

Para remaja diharapkan menjadi agen perubahan yang mendorong


terjadinya transformasi ke arah yang lebih baik. Pemanfaatan teknologi dapat
dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan edukasi kepada masyarakat
melalui himbauan. Himbauan terkait tindakan pencegahan.

3.4. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Edukasi Pencegahan COVID-19


Kontribusi pemuda dapat difasilitasi dengan pemanfaatan media sosial.
Himbauan melalui posting pesan pada laman media sosial merupakan upaya
yang dapat dilakukan. Hal ini dapat berdampak luas karena sebuah akun media
sosial dapat terpublikasi kepada ratusan bahkan ribuan orang. Upaya tersebut
tampak sederhana, namun sesungguhnya berpengaruh secara luas dan tidak
menutup kemungkinan untuk memicu tindakan yang sama dari pemilik akun
media sosial lain serta disebarluaskan melalui beragam platform media sosial.
Media sosial merupakan sarana komunikasi yang populer saat ini.
Penggunaan media sosial menjadi sesuatu yang lazim. Media sosial
memberikan peran luas bagi generasi muda untuk berbagai hal seperti menjadi
sumber informasi dan pendidikan, serta hiburan. Melalui media sosial, dapat
diperoleh informasi yang beragam. Hal ini karena penyebaran informasi antar

31
pihak belangsung secara cepat. Informasi dan/atau wawasan yang bermuatan
pendidikan tentu akan sangat bermanfaat.
Pendidikan dalam hal ini tidak dipahami sebagai pengajaran, melainkan
informasi atau gagasan yang dapat mengubah pada perilaku prositif dapat
disebut sebagai pendidikan. Upaya ini merupakan bentuk pendidikan non
formal dengan tipe informasional. Dampak literasi yang diharapkan akan
terwujud dari adanya pertukaran informasi baru yang terjadi. Program dengan
tipe ini melibatkan kelompok sasaran sebagai penerima informasi. Pemuda
sebagai penyelenggara pendidikan nonformal berperan dalam pemberian
informasi sesuai permintaan atau kebutuhan informasi. Dengan kata lain,
program informasional adalah program-program yang bertujuan
menyampaikan, menyebarkan, atau pertukaran informasi baru guna
mengembangkan wawasan, pengetahuan, atau kesadaran masyarakat. Publikasi
pada media sosial bahkan dapat disebut sebagai upaya penyuliuhan mengingat
tujuanya adalah untuk menyebarluaskan informasi baru yang penting bagi
masyarakat dalam rangka peningkatan pemahaman. Informasi yang
disebarluaskan dapat berupa peraturan atau kebijakan baru, perundang-
undangan, penemuan baru, gagasan, atau hal-hal baru yang penting untuk
diketahui masyarakat demi terwujudnya situasi yang lebih baik.

3.5. Posyandu Remaja


Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan bagi remaja untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang
peduli remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan
Hidup Sehat (PKHS), kesehatan Remaja menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 25 Tahun 2014 adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18
tahun.

32
Kader Kesehatan Remaja yang dimaksud adalah remaja yang
dipilih/secara sukarela mengajukan diri dan dilatih untuk ikut melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan remaja bagi diri sendiri, teman sebaya, keluarga,
serta masyarakatreproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak
Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada remaja.

Tujuan Kegiatan Posyandu Remaja

1. Tujuan Umum
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi
remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi posyandu remaja
b. Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
c. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja
d. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza
e. Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja
f. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
g. Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular
(PTM) h. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan

Sasaran

1. Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja:


Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan perempuan dengan tidak
memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja dengan
disabilitas.
2. Sasaran Petunjuk Pelaksanaan:
a. Petugas kesehatan

33
b. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
organisasi kemasyarakatan lainnya
c. Pengelola program remaja
d. Keluarga dan masyarakat
e. Kader Kesehatan Remaja

Fungsi Posyandu Remaja

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan


keterampilan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan
keterampilan hidup sehat remaja
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang mencakup
upaya promotif dan preventif, meliputi: Pendidikan Ketrampilan Hidup
Sehat (PKHS), kesehatan reproduksi remaja, pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM)
dan pencegahan kekerasan pada remaja.
3. Sebagai surveilans dan pemantauan kesehatan remaja di wilayah sekitar

Manfaat Kegiatan Posyandu Remaja


1. Bagi Remaja
a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi: kesehatan
reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit
Tidak Menular (PTM), pencegahan kekerasan pada remaja
b. Mempersiapkan remaja untuk memiliki ketrampilan Hidup sehat
melalui PKHS
c. Aktualisasi diri dalam kegiatan peningkatan derajat kesehatan remaja
2. Petugas Kesehatan
a. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat
terutama remaja
b. Membantu remaja dalam memecahkan masalah kesehatan spesifik
sesuai dengan keluhan yang dialaminya
3. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi
kemasyarakatan lainnya Meningkatkan koordinasi dalam pemberian

34
pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok, fungsi (tupoksi)
masing-masing sektor.
4. Keluarga dan Masyarakat
a. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
b. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
memiliki keterampilan hidup sehat
c. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh
dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Lokasi
Lokasi Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila
diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW,
dusun atau sebutan lainnya yang sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan
Posyandu Remaja disesuaikan dengan kondisi di daerah. Setiap Posyandu
Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu wilayah terdaftar
lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan Posyandu
Remaja lainnya.
3.6. Pembentukan Posyandu Remaja
Posyandu Remaja dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan
tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan untuk remaja, terutama
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), pelayanan kesehatan
reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), dan
pencegahan kekerasan pada remaja. Pendirian Posyandu Remaja ditetapkan
dengan keputusan Kepala Desa/Lurah.
Pembentukan Posyandu Remaja bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya. Langkah-
langkah pembentukan Posyandu Remaja dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pendekatan Internal

35
Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan petugas
kesehatan agar bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta
membina Posyandu. Dalam upaya untuk meningkatkan layanan secara
profesional, Pimpinan Puskesmas harus memberikan motivasi dan
ketrampilan kepada para petugas Puskesmas sehingga mampu bekerja
bersama untuk kepentingan masyarakat. Untuk ini, perlu dilakukan
berbagai orientasi/sosialisasi/pelatihan dengan melibatkan seluruh petugas
Puskesmas.
2. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat
dan pemangku kepentingan khususnya komunitas remaja dan tokoh
masyarakat, agar dapat mendukung penyelenggaraan Posyandu Remaja.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah setempat. Jika di daerah tersebut telah
terbentuk Forum Peduli Kesehatan Desa/Kelurahan, maka pendekatan
eksternal ini juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan Forum
Peduli Kesehatan Kecamatan. Dukungan yang diharapkan dapat berupa
moril, finansial dan material, seperti kesepakatan/persetujuan masyarakat
tentang bantuan yang akan diberikan berupa dana, tempat penyelenggaraan
atau peralatan Posyandu Remaja.
3. Survei Mawas Diri (SMD)
Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat
melalui temuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiliki.
SMD dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan petugas Puskesmas,
aparat pemerintahan desa/kelurahan, dan Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (jika sudah terbentuk). SMD dilakukan satu kali (1 x) di awal
pembentukan Posyandu Remaja. Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan
pemilihan dan pelatihan anggota masyarakat yang dinilai mampu
melakukan SMD seperti guru, anggota Pramuka, kelompok dasawisma-
PKK, anggota karang taruna, siswa atau kalangan pendidikan lainnya yang
ada di desa/kelurahan. Pelatihan yang diselenggarakan mencakup
penetapan responden, metode wawancara sederhana, penyusunan dan

36
pengisian daftar pertanyaan serta pengolahan hasil pengumpulan data.
Pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan terhadap sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) kepala keluarga yang terpilih secara acak dan
bertempat tinggal di lokasi yang akan dibentuk Posyandu. Hasil dari SMD
adalah data tentang masalah kesehatan serta potensi masyarakat yang ada
di desa/kelurahan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Inisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat
yang mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (jika telah terbentuk). Peserta MMD adalah anggota
masyarakat setempat. Materi pembahasan adalah hasil SMD serta data
kesehatan lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan dari MMD
adalah ditetapkannya daftar urutan masalah prioritas dan upaya kesehatan
yang akan dilakukan, yang disesuaikan dengan kegiatan utama Posyandu
Remaja. Jika masyarakat menetapkan masalah dan upaya kesehatan lain di
luar kegiatan utama Posyandu Remaja, masalah dan upaya kesehatan
tersebut tetap dimasukkan dalam daftar urutan.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu Remaja
Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu Remaja
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pembentukan Posyandu Remaja dilakukan melalui MMD berdasarkan
SMD.
b. Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu Remaja
Pemilihan pengurus dan kader Posyandu Remaja dilakukan melalui
pertemuan khusus dengan melibatkan komunitas remaja setempat
serta mengundang para tokoh dan anggota masyarakat. Undangan
dipersiapkan oleh Puskesmas dan ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat sesuai
dengan tata cara dan kriteria yang berlaku
c. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu Remaja
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengurus dan kader
terpilih perlu diberikan sosialisasi dan orientasi/pelatihan. Sosialisasi

37
ditujukan kepada Pengurus Posyandu Remaja dan orientasi/pelatihan
ditujukan kepada Kader Posyandu Remaja, yang keduanya
dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Pada waktu menyelenggarakan sosialisasi pengurus, sekaligus disusun
rencana kerja (Plan of Action) Posyandu Remaja yang akan dibentuk,
lengkap dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, pelaksana dan
pembagian tugas, sarana dan prasarana yang diperlukan.
d. Posyandu Remaja
Pengurus dan kader yang telah mengikuti orientasi dan pelatihan,
selanjutnya mengorganisasikan diri ke dalam wadah Posyandu
Remaja. Kegiatan utama Posyandu Remaja yakni PKHS, kesehatan
reproduksi remaja, gizi remaja, aktivitas fisik, kesehatan jiwa dan
pencegahan penyalahgunaan Napza, penyakit tidak menular,
pencegahan dan penanganan kekerasan pada remaja. Peresmian
Posyandu Remaja dilaksanakan dalam suatu acara khusus yang
dihadiri oleh pimpinan daerah, tokoh serta anggota masyarakat
setempat.
e. Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu Remaja
Setelah Posyandu Remaja resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja secara rutin, berpedoman
pada Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja yang
berlaku. Secara berkala kegiatan Posyandu Remaja dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk
perencanaan dan pengembangan Posyandu Remaja secara lintas
sektoral.

38
39
BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH

4.1 Analisis Situasi

Puskesmas Pati I memiliki 17 wilayah cakupan kerja dengan jumlah


penduduk pada akhir Tahun 2018 sebanyak 60.192 jiwa. Jumlah rumah tangga
sebanyak 28.889 dan jumlah jiwa per rumah tangga sebanyak 4 jiwa. Penduduk
di kecamatan Pati, sebagian besar termasuk golongan usia produktif.

Kasus COVID-19 di Pati sendiri terupdate tanggal 27 Desember 2020,


yaitu 2661 total kasus, kasus suspek sembuh 857 kasus, kasus konfirmasi
sembuh 973 kasus, kasus konfirmasi isolasi mendiri sembuh 169 kasus, kasus
konfirmasi meninggal 215. Trends grafik perkembangan kasus COVID-19
terus meningkat hingga saat ini.

Gambar 3. Perkembangan Kasus Per-60 Hari Terakhir di Kabupaten Pati

Secara nasional Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21


Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka
Percepatan Penanganan COVID-19. Salah satunya, untuk meminimalisir
penularan COVID-19 pada anak, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan

40
belajar di rumah melalui model daring. Tetapi, penularan COVID-19 ternyata
masih mengenai anak usia sekolah dan remaja. Tercatat data COVID-19 pada
anak usia 6 – 18 tahun sebanyak 6,8 % dari total kasus konfirmasi (143.043
kasus per 18 Agustus 2020); 6,7 % dari total kasus dirawat/diisolasi; 7,2 % dari
total kasus sembuh serta 1,3 % dari total kasus meninggal.
Meskipun risiko kesehatan akibat infeksi COVID-19 pada anak lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, tetapi 80 juta anak
di Indonesia (sekitar 30 persen dari seluruh populasi) memiliki potensi
mengalami dampak serius akibat dampak sekunder yang akan timbul baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Peran remaja tentu sangat besar dalam memutus rantai penyebaran


COVID-19, mengingat remaja merupakan salah satu agen perubahan (agent of
change) dan agen pembangunan (agent of development). Dalam kondisi seperti
sekarang ini perlu remaja dapat melakukan preventif dan promotif. Preventif
dengan secara umum dapat diwujudkan dengan setia pada protokol kesehatan
untuk tetap berada di rumah (stay at home) atau bekerja dari rumah (work from
home). Selain itu, juga patuh dalam menerapkan protokol menjaga jarak sosial
dan fisik (social and physical distancing) serta patuh dalam penggunaan
masker dan membiasakan mencuci tangan dengan sabun. Peran promotive
dilakukan dengan mengedukasi seluruh komponen masyarakat, utamanya
untuk membantu masyarakat dalam peningkatan literasi terkait COVID-19.

Sampai dengan tahun 2019, terdapat 10.134 Puskesmas sebagai ujung


tombak pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Puskesmas merupakan
garda terdepan dalam memutus mata rantai penularan COVID-19 karena
berada di setiap kecamatan dan memiliki konsep wilayah. Dalam kondisi
pandemi COVID-19 ini, Puskesmas perlu melakukan berbagai upaya dalam
penanganan pencegahan dan pembatasan penularan infeksi. Meskipun saat ini
hal tersebut menjadi prioritas, bukan berarti Puskesmas dapat meninggalkan
pelayanan lain yang menjadi fungsi Puskesmas yaitu melaksanakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
tingkat pertama seperti yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 43 Tahun

41
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Salah satu program kerja
puskesmas adalah pelaksanaan pelayanan Kesehatan remaja yang dapat
dilakukan melalui kegiatan Posyandu Remaja.
Pelaksanaan posyandu remaja di Puskesmas Pati I masih belum berjalan
secara optimal. Berdasarkan laporan kegiatan puskesmas Bulan November
2020 menunjukkan belum berjalannya program posyandu remaja. Adapun
puskesmas disebut telah melakukan pelayanan Kesehatan peduli remaja
apabila:
 Memberikan layanan konseling bagi anak usia sekolah dan remaja
 Membina minimal 1 posyandu remaja (dilakukan pemberian KIE,
pelayanan Kesehatan & konseling) dan didampingi petugas puskesmas

Berdasarkan data Penilaian Kinerja Puskesmas Pati I pada tahun 2019, maka
diperoleh 10 daftar program kerja dengan tingkat capaian terendah yaitu:

Tabel 2. Daftar 10 Program Kerja dengan Capaian Terendah di Puskesmas Pati I


Tahun 2019

No Program Targ Cakupa Capaia Masalah


et n n

1. Kegiatan intervensi pada


Kegiatan
tempat kerja baru
intervensi
16% 12,8 80,1 dilaksanakan 80,1% pada
pada Tempat
tahun 2019 di wilyah
Kerja
Puskesmas Pati I.

2. Pembinaan Kurangnya pembinaan


Kelompok kelompok masyarakat/institusi
Masyarakat/ 100 peduli Kesehatan, yaitu hanya
33,3 33,3
Institusi % 33,3% pada tahun 2019 di
Peduli wilayah puskesmas Pati I
Kesehatan

3. TPM yang Sebanyak 75,3% TPM yang


memenuhi sudah memenuhi syarat
56% 42,1 75,3
syarat Kesehatan.
kesehatan

4. TTU yang 86% 33,6 39,1 TTU yang memenuhi syarat


memenuhi Kesehatan baru 39,1% pada

42
syarat tahun 2019 di wilayah
kesehatan Puskesmas Pati I

5. Rendahnya pelayanan
Pelayanan kesehatan remaja, yiatu
100
kesehatan 34,5 34,5 sebesar 34,5% di wilayah
%
remaja Puskesmas Pati I pada tahun
2019

6. Sebanyak 30,3% ibu hamil


Ibu hamil
100 belum diperiksa HIV di
yang 69,7 69,7
% wilayah Puskesmas Pati I
diperiksa HIV
pada tahun 2019

7. Baru 75,7 % balita yang


Penimbangan dilakukan penimbangan di
90% 68,1 75,7
balita D/ S wilayah Puskesmas Pati I
pada tahun 2019

8. Balita naik Rendahnya balita yang


berat mengalami peningkatan berat
90% 52,6 58,5
badannya (N/ badan yaitu 58,5%.
D)

9. Rendahnya penemuan kasus


Penemuan
terduga TB yaitu 31,6%
terduga kasus 70% 31,6 31,6
TB

10. Orang yang Hanya 19,2% orang yang


beresiko berisiko terinfeksi HIV yang
terinfeksi HIV 100 mendapatkan pemeriksaan
19,2 19,2
mendapatkan % HIV.
pemeriksaan
HIV

Tabel 3. Penentuan Prioritas Masalah menggunakan USG

No Masalah U S G Total Prioritas


Kegiatan intervensi pada tempat
kerja baru dilaksanakan 80,1%
1. 2 3 2 7 8
pada tahun 2019 di wilyah
Puskesmas Pati I.
2. Kurangnya pembinaan 5 5 5 15 1

43
kelompok masyarakat/institusi
peduli Kesehatan, yaitu hanya
33,3% pada tahun 2019 di
wilayah puskesmas Pati I
Sebanyak 75,3% TPM yang
3. sudah memenuhi syarat 2 3 4 9 6
Kesehatan.
TTU yang memenuhi syarat
Kesehatan baru 39,1% pada
4. 3 2 3 8 7
tahun 2019 di wilayah
Puskesmas Pati I
Rendahnya pelayanan kesehatan
remaja, yiatu sebesar 34,5% di
5. 4 5 5 14 2
wilayah Puskesmas Pati I pada
tahun 2019
Sebanyak 30,3% ibu hamil
belum diperiksa HIV di wilayah
6. 4 4 4 12 3
Puskesmas Pati I pada tahun
2019
Baru 75,7 % balita yang
dilakukan penimbangan di
7. 3 4 3 10 5
wilayah Puskesmas Pati I pada
tahun 2019
Rendahnya balita yang
8. mengalami peningkatan berat 3 4 4 11 4
badan yaitu 58,5%.
Rendahnya penemuan kasus
9. 1 3 3 7 9
terduga TB yaitu 31,6%
Hanya 19,2% orang yang
10
berisiko terinfeksi HIV yang 1 3 2 6 10
.
mendapatkan pemeriksaan HIV.

Berdasarkan penentuan prioritas masalah menggunakan Metode USG (Urgerncy


Seriousness and Growth) maka terpilihlah satu masalah utama yaitu:

44
Kurangnya pembinaan kelompok masyarakat/institusi peduli Kesehatan,
yaitu hanya 33,3% pada tahun 2019 di wilayah puskesmas Pati I

Pelaksanaan pembinaan kelompok masyarakat/ institusi Peduli Kesehatan yang


ada di wilayah Puskesmas Pati I dalam kurun waktu 1 tahun masih rendah, yaitu
hanya 33, 3% dari target 100%. Selama setahun seharusnya puskesmas Pati I
ditargetkan dapat melakukan pembinaan kelompok masyarakat/Institusi Peduli
Kesehatan sebanyak 6x pertemuan, tetapi pada tahun 2019 hanya dapat
melakukan 2x pembinaan. Dari 2x pembinaan kelompok tersebut tersebut tidak
ada pelaksanaan pembinaan yang berfokus pada remaja. hal ini dibuktikan dengan
laporan Kesehatan remaja bulan Januari 2021 yang menunjukkan belum adanya
remaja yang terlatih PKPR ataupun menjadi konselor sebaya. Hal ini dikarenakan
pembentukan posyandu remaja itu sendiri baru dilakukan di tiga desa akhir tahun
2019 dan awal tahun 2020 sehingga belum dilakukannya pembinaan para kader
posyandu remaja dan pemilihan konselor sebaya.

45
Tabel 4. Laporan Kesehatan Remaja Bulan November 2020 Puskesmas Pati I

4.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan pemilihan prioritas masalah yang telah dilakukan sebelumnya,
masalah yang dibahas pada miniproject ini adalah mengenai pelaksanaan
pembinaan kelompok masyarakat/institusi peduli Kesehatan.

Namun dalam miniproject ini kelompok masyarakat yang dimaksud adalah


posyandu remaja. rumusan masalah yang diperoleh yaitu

Kurang optimalnya pembinaan para kader posyandu remaja di wilayah


Puskesmas Pati I.

4.2.1 Man
a. Terbatasnya jumlah tenaga Kesehatan yang dapat melakukan
pembinaan posyandu remaja secara rutin.
c. Kurangnya pemahaman, pengetahuan dan kemampuan para kader
posyandu remaja tentang Kesehatan remaja dan isu-isu Kesehatan
yang saat ini.
4.2.2 Money
a. Belum adanya anggaran dana desa untuk pelaksanaan posyandu
remaja
4.2.3 Method
a. Tidak dapat dilakukannya pertemua secara langsung dikarenakan
PSBB selama pandemi.

44
b. Belum adanya inovasi dalam pelaksanaan posyandu remaja selama
pandemi yang efektif dan berkelanjutan.
4.2.4 Material
a. Belum meratanya pembagian buku buku pedoman dalam
melaksanakan posyandu remaja
b. Tidak tersedianya media-media penyuluhan yang kemudian dapat
digunakan kader posyandu dalam melaksanakan KIE dan untk
disebarluaskan baik secara langsung maupun melalui media sosial.
4.2.5 Machine
a. Tidak tersedianya laptop dan proyektor yang dapat mempermudah
pelaksanaan posyandu remaja terutama saat KIE.

45
Gambar 4. Diagram Fishbone Analysis

46
BAB V

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

5.1 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menganalisis penyebab masalah utama, yakni kurangnya


pemahaman, pengetahuan dan kemampuan para kader posyandu remaja
tentang Kesehatan remaja, langkah selanjutya adalah menyusun jalan keluar
dari setiap penyebab masalah yang ada. Adapun alternatif jalan keluar tersebut
tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah

No Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah


.
1. Kurangnya pemahaman, - Memberikan penyuluhan dan pelatihan
pengetahuan dan mengenai masalah Kesehatan remaja dan
kemampuan para kader hal-hal yang perlu dikuasai oleh para kader
posyandu remaja posyandu remaja terutama konselor.
tentang Kesehatan - Melakukan sharing dan diskusi bersama
remaja dan isu-isu mengenai kesulitan program posyandu
Kesehatan yang saat ini remaja atau hal-hal yang kurang paham
dengan pemanfaatan teknologi informasi/
daring.
2. Terbatasnya jumlah - Menambah jumlah tenaga Kesehatan yang
tenaga Kesehatan yang bertanggung jawab dalam program kesehatan
dapat melakukan remaja
pembinaan posyandu
remaja secara rutin.
3. Belum adanya anggaran - Memberikan usulan kepada desa untuk
dana desa untuk menganggarkan dana untuk program
pelaksanaan posyandu posyandu remaja

47
remaja - Mengumpulkan dana dari sponsor atau
donatur dengan memberikan proposal
rencana kegiatan posyandu remaja
4. Tidak dapat - Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
dilakukannya pertemua tatap muka konvensional menjadi bertatap
secara langsung muka melalui teknologi informasi/daring.
dikarenakan PSBB - Menunda kegiatan pelatihan hingga selesai
selama pandemi. pandemi, hingga waktu yang tidak dapat
ditentukan
5. Belum adanya inovasi - Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
dalam pelaksanaan tatap muka konvensional menjadi bertatap
posyandu remaja muka melalui teknologi informasi/daring.
selama pandemi yang - Melakukan inovasi dengan membuat modul-
efektif. modul pelatihan dalam bentuk website
sehingga bisa diakses dimanapun dan
kapanpun menyesuaikan masing-masing
remaja
6. Belum meratanya Membagikan materi-materi baik berupa softfile
pembagian buku buku maupun hardfile yang kemudian dapat mereka
pedoman dalam sebar luaskan saat memberikan penyuluhan
melaksanakan posyandu ataupun lewat media social masing-masing
remaja
7. Tidak tersedianya Membagikan materi-materi baik berupa softfile
media-media maupun hardfile yang kemudian dapat disebar
penyuluhan yang luaskan saat memberikan penyuluhan ataupun
kemudian dapat lewat media social masing-masing.
digunakan kader
posyandu dalam
melaksanakan KIE dan
untk disebarluaskan
baik secara langsung
maupun melalui media
social

48
8. Tidak tersedianya Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
laptop dan proyektor tatap muka konvensional menjadi bertatap
yang dapat muka menggunakan media social, yaitu
mempermudah melalui teknologi informasi/daring.
pelaksanaan posyandu
remaja terutama saat
KIE.

5.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Dengan permasalahan remaja dan masyarakat tidak memiliki informasi
mengenai layanan kesehatan peduli remaja di Puskesmas Pati 1, terdapat beberapa
alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan. Namun,beberapa pilihan
tersebut saling kontradiktif satu sama lain sehingga perlu dilakuakn pertimbangan
matang untuk memilih prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk
puskesmas dan masyarakat wilayah puskesmas Pati 1 agar pemecahan masalah
dapat dilakukan dengan jauh lebih optimal dan dilakukan untuk kepentingan
bersama. Pemilihan alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis pilihan prioritas pemecahan masalah, yaitu
untuk memilih satu dari beberapa penyebab masalah atau memilih satu dari
beberapa alternatif pemecahan masalah. Teknik analisis pilihan yang lazim
digunakan adalah metode CARL.

Pemilihan prioritas ini dilakukan dengan menggunakan skala penilaian dari 1-


5 yang didasarkan pada :

 C : Capability (kemampuan), seberapa banyak kekuatan yang dimiliki oleh


sumber daya untuk mengatasi masalah.
 A : Accessibility (kemudahan), seberapa mudah masalah atau penyebab
masalah untuk diatasi dilihat dari ketersediaan metode, cara, teknologi, dan
penunjang pelaksanaannya.
 R : Readyness (kesiapan), seberapa siap tenaga pelaksana untuk mengatasi
masalah.

49
 L : Leverage (daya ungkit), besarnya pengaruh antar metode penyelesaian
masalah yang satu dengan yang lain secara langsung maupun tidak langsung.

Tabel 6. Pemilihan Prioritas Jalan Keluar dengan Teknik CARL

No. Aspek C A R L CxAxRxL Ranking


1. Memberikan penyuluhan dan 5 5 5 5 625 1
pelatihan mengenai masalah
Kesehatan remaja dan hal-hal
yang perlu dikuasai oleh para
kader posyandu remaja terutama
konselor.
2. Melakukan sharing dan diskusi 4 3 3 5 180 5
bersama mengenai kesulitan
program posyandu remaja atau
hal-hal yang kurang paham
dengan pemanfaatan teknologi
informasi/ daring.
3. Menambah jumlah tenaga 1 1 1 2 2 8
Kesehatan yang bertanggung
jawab dalam program kesehatan
remaja
4. Memberikan usulan kepada 1 1 1 3 3 7
desa untuk menganggarkan
dana untuk program posyandu
remaja
5. Mengumpulkan dana dari 1 1 1 3 3 7
sponsor atau donatur dengan
memberikan proposal rencana
kegiatan posyandu remaja
6. Memodifikasi kebutuhan untuk 5 5 4 4 400 3
berinteraksi tatap muka
konvensional menjadi bertatap
muka melalui teknologi
informasi/daring
7. Menunda kegiatan pelatihan 5 5 1 1 25 6
hingga selesai pandemi, hingga
waktu yang tidak dapat
ditentukan
8. Melakukan inovasi dengan 4 5 5 5 600 2
membuat modul-modul
pelatihan dalam bentuk website
sehingga bisa diakses
dimanapun dan kapanpun
menyesuaikan masing-masing
remaja
9. Membagikan materi-materi baik 5 5 5 3 375 4

50
berupa softfile maupun hardfile
yang kemudian dapat disebar
luaskan saat memberikan
penyuluhan ataupun lewat
media social masing-masing.

Berdasarkan teknik CARL di atas, maka urutan prioritas pemecahan masalah


sebagai berikut:

1. Memberikan penyuluhan dan pelatihan mengenai masalah Kesehatan remaja


dan hal-hal yang perlu dikuasai oleh para kader posyandu remaja terutama
konselor.
2. Melakukan inovasi dengan membuat modul-modul pelatihan dalam bentuk
website sehingga bisa diakses dimanapun dan kapanpun menyesuaikan masing-
masing remaja
3. Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi tatap muka konvensional menjadi
bertatap muka melalui media teknologi informasi/ daring.
4. Membagikan materi-materi baik berupa softfile maupun hardfile yang
kemudian dapat mereka sebar luaskan saat memberikan penyuluhan ataupun
lewat media social masing-masing.

Dari prioritas pemecahan masalah yang ada, disusunlah program intervensi


sebagai berikut

Tabel 7. Penyusunan Intervensi dari Prioritas Pemecahan Masalah

No Intervensi Prioritas Pemecahan Masalah Nama Intervensi


1. Intervensi 1 Memberikan penyuluhan dan
Pelatihan online kader
pelatihan mengenai masalah
posyandu remaja
Kesehatan remaja dan hal-hal
“Bina Remaja”
yang perlu dikuasai oleh para
kader posyandu remaja terutama
konselor.
2. Intervensi 2 Melakukan inovasi dengan
Pelatihan online kader
membuat modul-modul
posyandu remaja
pelatihan dalam bentuk website

51
sehingga bisa diakses
“Bina Remaja”
dimanapun dan kapanpun
menyesuaikan masing-masing
remaja
3. Intervensi 3 Memodifikasi kebutuhan untuk
Pelatihan online kader
berinteraksi tatap muka
posyandu remaja
konvensional menjadi bertatap
“Bina Remaja”
muka melalui media teknologi
informasi/ daring.
4. Intervensi 4 Membagikan materi-materi baik
Pelatihan online kader
berupa softfile maupun hardfile
posyandu remaja
yang kemudian dapat mereka
“Bina Remaja”
sebar luaskan saat memberikan
penyuluhan ataupun lewat
media social masing-masing.

5.3 Scope Tempat


Puskesmas Pati I telah melakukan pembentukan posyandu remaja di tiga
desa, yaitu Desa Winong, Geritan dan Sidoharjo. Posyandu remaja di Desa
Winong dibentuk pada akhir tahun 2019 dan sudah melaksanakan kegiatan
posyandu satu kali pada awal tahun 2020 sebelum akhirnya terjadi pandemi.
Sedangkan posyandu remaja di Desa Sidoharjo dna Geritan baru dibentuk akhir
tahun 2020 tetapi belum pernah melaksanakan kegiatan sama sekali. Berdasarkan
analisis situasi dan diskusi dengan penanggung jawab program posyandu remaja
Puskesmas Pati I, maka dipilihlah Desa Geritan dan Desa Sidoharjo sebagai
tempat pelaksanaan program miniproject. Hal ini dikarenakan kedua desa tersebut
belum pernah diadakan pelatihan secara langsung, hanya sekilas saat
pembentukan posyandu saja.

52
BAB VI

HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI

6.1 Intervensi I: Pembuatan Website Pelatihan Kader Posyandu Remaja


6.1.1 Kegiatan
a. Mengumpulkan materi-materi yang diperlukan oleh kader remaja
berupa ebook dan video.
b. Membuat akun email dan google drive baru
c. Membuat website pelatihan menggunakan platform e-learning moodle
(Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) dengan
free hosting gnomio.
d. Melakukan editing layout dan pengaturan website
e. Penyusunan dan pembuatan konten masing-masing modul berupa
1. Membuat google form untuk absen
2. Membuat power point materi dan menyortir serta mengedit video
edukasi yang akan di upload di website.
3. Membuat soal pretest dan posttest tiap modul
4. Membuat desain template sertifikat dan poster kegiatan
f. Mengupload semua konten ke website dan google drive
g. Membuat video tutorial mengikuti pelatihan online kader posyandu
remaja “Bina Remaja”
h. Konsultasi ke dokter pendamping dan pemegang program
6.1.2 Tujuan Kegiatan
a. Menyediakan platform pelatihan online yang dapat digunakan untuk
seterusnya.
b. Memberikan arsip berupa video, ebook dan power point untuk
Puskesmas Pati I
c. Membantu petugas Pusekesmas untuk tetap dapat melakukan
pelatihan di saat PSBB selama pandemi.
6.1.3 Tempat Kegiatan
Puskesmas Pati 1 dan di rumah masing-masing dokter internship
6.1.4 Waktu Pelaksana Kegiatan

53
Hari, Tanggal : Kamis, 10 Desember 2020 – Minggu, 24 Januari 2021
Waktu : dalam rentang tanggal tersebut
6.1.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah masyarakat dan kader kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Pati 1.
6.1.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020 – Februari 2021
6.1.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa:
- Laptop
- Handphone
- Modem wifi
6.1.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan

1. 10 – 18 Des 2020 Mengumpulkan materi berupa ebook dan


video

2. 19 Des-15 Jan 2021 Penyusunan materi power point, video


masing-masing modul

3. 16-23 Jan 2021 Pembuatan email dan website Bina Remaja

4. 20 Jan 2021 Pembuatan video tutorial Bina Remaja

5. 23 Jan 2021 Pembuatan poster

4. 24 Jan 2021 Konsul dengan Pembina dan Pemegang


program

Tabel 8. Susunan acara kegiatan pembuatan website pelatihan kader posyandu


remaja

6.1.9 Hasil dan Evaluasi


Kegiatan mini project ini dilaksanakan dalam rentang waktu 45 hari untuk
membuat website pelatihan beserta isinya. Proses yang dilalui meliputi pencarian
dan pengumpulan materi berupa ebook dan video, penyusunan materi berupa

54
power point dan soal pretest serta post test, proses editing video yang akan
diupload. Selanjutnya dibuat akun email, google drive serta free hosting website
sebagai platform pelatihan online. Pelaksanaan dilakukan oleh Dokter Internship.
Tabel 9. Hasil kegiatan pembuatan website pelatihan kader poyandu remaja
Hasil Keterangan
Email dan G-drive Email: posrempati1@gmail.com
Password: RemajaPati1
Website remajapati1.gnomio.com
akun admin
username: admin
password: RemajaPati1!
Isi website Terdiri dari 4 modul pelatihan kader posyandu remaja,
dan masing-masing modul terdapat pretest, materi dan
posttest serta absen dan sertifikat bagi yang memenuhi
kriteria. Modul tersebut yaitu:
1. Peran Remaja Selama Pandemi
2. Pencegahan Penularan Covid-19
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi

Isi Google Drive  Video tutorial


 Kumpulan ebook mengenai Kesehatan remaja dan
posyandu remaja
 Kumpulan video dan flyer mengenai Kesehatan
remaja

Evaluasi dilakukan dengan melakukan uji coba penggunaan website, mulai


dari pembuatan akun, konfirmasi, login, mengikuti modul hingga mendapatkan
sertifikat semua modul. Apabila saat uji coba terdapat masalah maka langsung
dilakukan pengaturan ulang agar sesuai dengan yang diinginkan. Setelah
dipastikan website berfungsi dengan baik, dilakukan pembuatan video tutorial
untuk memudahkan para kader dalam mengikuti pelatihan online ini. Pada tahap
akhir, semua hasil kegiatan dikonsulkan ke dokter pendamping dan pemegang
program.

55
6.2 Intervensi II: Pelatihan Online Kader Posyandu Remaja “Bina Remaja”
Desa Sidoharjo
6.2.1 Kegiatan
a. Membagikan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan online ini di
grup WA para kader posyandu remaja.
b. Menjelaskan kepada para kader mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan online
c. Membuka sesi tanya jawab apabila ada yang kurang jelas atau masih
bingung.
d. Memonitoring pelaksanaan pelatihan setiap hari dengan melakukan
pengecekan jumlah peserta yang sudah menyelesaikan modul serta
hasil evaluasi peserta pada masing-masing modul pelatihan.
6.2.2 Tujuan Kegiatan
a. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu remaja mengenai
Kesehatan remaja.
b. Memudahkan para kader remaja untuk mengakses informasi
kesehatan yang akurat guna menghidari penyebaran berita hoax
tentang kesehatan.
c. Menjamin terlaksananya pelatihan kader posyandu remaja walaupun
saat PSBB selama pandemi.
6.2.3 Tempat Kegiatan
Rumah masing-masing kader posyandu remaja
6.2.4 Waktu Pelaksana Kegiatan
Hari, Tanggal : Senin, 25 Januari 2021-Kamis, 28 Januari 2021
Waktu : sesuai masing-masing individu (flexible)
6.2.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh kade posyandu remaja
Desa Sidoharjo
6.2.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
a. Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020-Februari
2021

56
b. Pemegang progam posyandu remaja (Bu Nunung)
c. Bidan Desa Sidoharjo
6.2.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa :
- Laptop
- Jaringan internet
- Handphone
6.2.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan

1. 23 Januari 2021  Perkenalan


 Membagikan informasi mengenai
pelaksanaan pelatihan online kader
posyandu remaja
2. 24-28 Januari 2021  Monitoring pelaksanaan pelatihan online
kader posyandu remaja
 Membuka sesi tanya jawab bagi para
kader yang ingin bertanya
 Sharing informasi mengenai Kesehatan
remaja
Tabel 10. Susunan acara kegiatan pelatihan kader poyandu remaja

6.2.9 Hasil dan Evaluasi


Kegiatan Pelatihan Online Kader Posyandu Remaja “Bina Remaja”
Desa Sidoharjo dilakukan oleh dokter internsip didampingi oleh pemegang
program (Bu Nunung) dan bidan desa Sidoharjo. Kegiatan ini dilakukan
dengan mengakses website dan mengikuti modul yang telah tersedia, mulai
dari pretest, materi dan posttest. Peserta menggunakan handphone atau laptop
masing-masing untuk membuka website tersebut. Sebelumnya dokter
internship telah membagikan alamat website dan video tutorial serta
menjelaskan kembali kepada peserta mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan melalui grup WA Posyandu Tunas Sejahtera (Desa Sidoharjo).
Untuk dapat mengikuti modul pelatihan, peserta harus terlebih dahulu

57
membuat akun baru bisa login. Peserta berjumlah 9 orang kader posyandu
remaja.
Selama 4 hari pelaksanaan, peserta diharapkan dapat menyelesaikan 4
modul pelatihan yang telah disediakan di website tersebut, yaitu Peran
Remaja Selama Pandemi, Pencegahan Penularan Covid-19, Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi. Setiap
peserta, di masing-masing modul, mengerjakan pretest yang terdiri dari 5
soal, selanjutnya baru diberikan materi berupa power point singkat dan video
untuk memperdalam pemahaman peserta. Selanjutnya untuk evaluasi, semua
peserta mengerjakan posttest yang terdiri dari 10 soal. Peserta dengan nilai
posttest ≥ 70, maka akan memperoleh E-sertifikat yang otomatis terkirim ke
email masing-masing.
Berdasarkan data yang terekam dari tanggal 26-28 Januari 2021,
terdapat 7 kader remaja telah membuat akun website dan 6 diantaranya telah
menyelesaikan semua modul pelatihan. Namun hanya 1 peserta yang dapat
lulus (nilai posttest ≥ 70) di semua modul. Secara keseluruhan kegiatan
berlangsung dengan baik. Peserta menunjukan antusiasmenya dalam
mengikuti kegiatan ini, terbukti sebanyak 67% peserta telah menyelesaikan
modul pelatihan.

lulus semau
1 orang
modul
sudah
mengerjakan
ada modul yang
5 orang
Akun √ belum lulus

Jumlah Kader belum


1 orang
mengerjakan
Ds. Sidoharjo

Akun X 2 orang

Grafik 1. Jumlah Kader Posyandu Remaja Desa Sidiharjo

58
No Nama Covid-19 Kespro Mental
pretest posttest pretest posttest Pretest Posttest
1 YM 80 20 60 100 70
2 RA 90 0 30 80 50
3 NK 100 100 40 80 100 70
4 NA 100 40 30 60 40
5 P 100 100 40 70 20 -
6 PP 60 70 40 20 60 50
Rata- 86 90 30 48,3 70 56
rata

Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Desa Sidoharjo

90
86

70

56
48.3

30

Modul Covid-19 Modul Kespro Modul Kesehatan Mental

Rata-rata Pretest Rata-rata Posttest

Grafik 2. Rata-rata nilai pretest dan posttest peserta Ds. Sidoharjo


Selama pelaksanaan kegiatan terdapat beberapa kendala, yaitu
mengenai ada beberapa peserta yang tidak tahu cara mengakses website
modul tersebut walaupun sudah diberi video tutorial. Hal ini dikarenakan
banyak perserta yang mengakses website dengan handphone sedangkan di
video tutorial menggunakan laptop. Kendala yang kedua yaitu respons peserta
di grup WA yang kurang aktif sehingga proses diskusi di grup WA kurang
berjalan dengan baik dan terkesan satu arah. Kelebihan dari kegiatan ini
antara lain dikarenakan dilakukan secara online, jadi pelatihan dapat tetap
berlangsung dan para peserta dapat mengakses website modul ini sesuai
waktu masing-masing, tidak perlu menyamakan waktu dengan peserta lain
serta tidak perlu tempat khusus atau bisa dimana saja asalkan ada gadget dan
internet. Selain itu materi pelatihan yang berikan juga bermacam-macam,

59
berupa ebook, video, dan materi power point yang dibuat sendiri oleh dokter
internship.

6.3 Intervensi III: Pelatihan Online Kader Posyandu Remaja “Bina


Remaja” Desa Geritan
6.3.1 Kegiatan
a. Membagikan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan online ini di
grup WA para kader posyandu remaja.
b. Menjelaskan kepada para kader mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan online
c. Membuka sesi tanya jawab apabila ada yang kurang jelas atau masih
bingung.
d. Memonitoring pelaksanaan pelatihan setiap hari dengan melakukan
pengecekan jumlah peserta yang sudah menyelesaikan modul serta
hasil evaluasi peserta pada masing-masing modul pelatihan.
6.3.2 Tujuan Kegiatan
a. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu remaja mengenai
Kesehatan remaja.
b. Memudahkan para kader remaja untuk mengakses informasi
kesehatan yang akurat guna menghidari penyebaran berita hoax
tentang kesehatan.
c. Menjamin terlaksananya pelatihan kader posyandu remaja walaupun
saat PSBB selama pandemi.
6.3.3 Tempat Kegiatan
Rumah masing-masing kader posyandu remaja
6.3.4 Waktu Pelaksana Kegiatan
Hari, Tanggal : Senin, 25 Januari 2021-Kamis, 28 Januari 2021
Waktu : sesuai masing-masing individu (flexible)
6.3.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh kade posyandu remaja
Desa Geritan

60
6.3.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
- Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020-Februari
2021
- Pemegang progam posyandu remaja (Bu Nunung)
- Bidan Desa Geritan
6.3.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa:
- Laptop
- Jaringan internet
- Handphone
6.3.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan

1 23 Januari 2021  Perkenalan


 Membagikan informasi mengenai
pelaksanaan pelatihan online kader
posyandu remaja
2. 24-28 Januari 2021  Monitoring pelaksanaan pelatihan online
kader posyandu remaja
 Membuka sesi tanya jawab bagi para kader
yang ingin bertanya
 Sharing informasi mengenai Kesehatan
remaja
Tabel 11. Susunan acara kegiatan pelatihan kader poyandu remaja

6.3.9 Hasil dan Evaluasi


Kegiatan Pelatihan Online Kader Posyandu Remaja “Bina Remaja”
Desa Sidoharjo dilakukan oleh dokter internsip didampingi oleh pemegang
program (Bu Nunung) dan bidan desa Geritan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mengakses website dan mengikuti modul yang telah tersedia, mulai dari
pretest, materi dan posttest. Peserta menggunakan handphone atau laptop
masing-masing untuk membuka website tersebut. Sebelumnya dokter
internship telah membagikan alamat website dan video tutorial serta

61
menjelaskan kembali kepada peserta mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan melalui grup WA Posyandu Remaja Ceria (Desa Geritan). Untuk
dapat mengikuti modul pelatihan, peserta harus terlebih dahulu membuat
akun baru bisa login. Peserta berjumlah 9 orang kader posyandu remaja.
Selama 4 hari pelaksanaan, 9 peserta telah membuat akun website dan 2
diantaranya telah menyelesaikan semua modul pelatihan. Terdapat 2 peserta
yang dapat lulus (nilai posttest ≥ 70) di semua modul.

lulus semau
2 orang
modul
sudah
mengerjakan
ada modul yang
0 orang
Akun √ belum lulus

Jumlah Kader belum


7 orang
mengerjakan
Ds. Geritan

Akun X 0 orang

Grafik 3. Jumlah Kader Posyandu Remaja Desa Sidiharjo

Nama Covid-19 Kespro Mental


pretest Posttest pretest posttest Pretest posttest
1 A 80 100 80 90 80 90
2 N 60 100 80 90 60 100
Rata-rata 70 100 80 90 70 95

62
Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Desa Geritan
100
95
90
80
70 70

Modul Covid-19 Modul Kespro Modul Kesehatan Mental

Rata-rata Pretest Column1

63
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Sejak diberlakukannya PSBB selama pandemi Covid-19, diperlukan


adanya adaptasi dalam menjalankan program kerja dan pelayanan kesehatan oleh
puskesmas agar tetap sesuai protokol kesehatan. Hal ini berlaku pada hampir
semua program kerja puskesmas, termasuk pelaksanaan pembinaan kader
posyandu remaja. Untuk itu, kami melaksanaan pelatihan online kader posyandu
remaja melalui grup Watsapp dan website Bina Remaja yang di dalamnya tersedia
tanya jawab berupa quiz pretest dan posttest, sharing pengetahuan berupa video
ebook dan power point. Pelatihan menggunakan website dipilih memiliki
beberapa keunggulan, dilihat dari segi aksesibilitas, fleksibilitas, serta
keamanannya.

Pelatihan online ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Sidoharjo dan
Geritan. Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik
walaupun belum semua kader ikut serta, mengingat metode pelatihan ini baru
pertama kali diterapkan. Masih ada peserta yang kebingungan untuk mengakses
websitenya karena memang pelatihan online ini belum pernah disosialisasikan
secara langsung di depan para kader. Terdapat peningkatan rata-rata nilai posttest
jika dibandingkan pretest, kecuali pada modul Kesehatan mental Desa Sidoharjo.
Diharapkan kedepannya website Bina Remaja ini bisa dikembangkan lagi dan
disosialisasikan kepada para kader maupun remaja di semua Desa Puskesmas Pati
I sebagai sarana pembelajaran berkelanjutan yang modern dan sumber terpercaya.
Setelah mengakses website Bina Remaja, para kader dan remaja diharapkan bisa
mendapat ilmu yang bermanfaat, menyadari betapa pentingnya kesehatan, dan
dapat termotivasi sebagai promotor kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
terutama masa pandemi ini.

64
7.2 Saran
 Perlu dilakukan sosialisasi secara langsung, melalui online meeting atau
tatap muka langsung sesuai prokes, mengenai cara mengakses website
Bina Remaja sehingga para kader mengerti langakah-langkahnya dengan
benar
 Perlu dilakukan pengembangan website lebih lanjut seperti menambah
modul pelatihan lagi dan memberikan informasi kesehatan terbaru untuk
keberlanjutan pembinaan dan pelatihan kader remaja via online
 Perlu adanya orang yang ditunjuk menjadi admin website bisa dari petugas
puskesmas, bidan desa ataupun kader remaja itu sendiri yang tentunya
menguasai IT untuk dapat mengembangkan website tersebut menjadi lebih
baik.
 Menyebarluaskan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan online “Bina
Remaja” ke para kader posyandu remaja Puskesmas Pati I melalui grup
Watsapp dan media social lainnya.

65
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020.


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)
Revisi ke-5. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2. Direktorat Kesehatan Keluarga dan Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, 2020. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah dan
Remaja di Masa Pandemi COVID-19. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
3. UNICEF, 2020. COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia: Agenda
Tindakan untuk Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. Jakarta: UNICEF
11 May 2020
4. Save the children, Yayasan Sayangi Tunas Cilik, 2020. Save the Children
Indonesia: Puluhan Juta Anak Berpotensi Menghadapi 7 Resiko Ini Akibat
Pandemi Covid19. Jakarta: Yayasan Sayangi Tunas Cilik
5. Faorick Pakpahan. 2020. Bappenas: Pandemi Covid-19 Berisiko Ganggu
Kesehatan Reproduksi.
https://nasional.sindonews.com/read/245256/15/bappenas-pandemi-covid-
19-berisiko-ganggu-kesehatan-reproduksi-1606291892?showpage=all.
Diakses tanggal 26 Desember 2020
6. UNFPA. Kesiapan dan tanggapan penyakit Coronavirus (COVID-19).
2020
7. Pamungkas, Alim Harun. The Role of Youth to Improve Community
About Covid-19. 2020; 8 (1). SPEKTRUM Jurnal Pendidikan Luar
Sekolah. DOI: 10.24036/spektrumpls.v8i1.109049

66
Lampiran

67
68
69
70
71
72
73

Anda mungkin juga menyukai