Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
dr. Asrina Enggarela
dr. Nimas Putri Pertiwi
Pendamping:
dr. Titien Prihatiningsih, M.Kes
Oleh:
dr. Asrina Enggarela
dr. Nimas Putri Pertiwi
Pendamping:
dr. Titien Prihatiningsih, M.Kes
i
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah Mini Project............................................................4
BAB II......................................................................................................................6
PROFIL PUSKESMAS PATI I...............................................................................6
2.1 Keadaan Geografis..................................................................................6
2.2 Keadaan Demografis...............................................................................8
2.3 Data Pendidikan......................................................................................8
2.4 Keadaan Lingkungan..............................................................................8
2.5 Keadaan Perilaku Masyarakat............................................................10
2.6 Sarana Kesehatan..................................................................................11
2.7 Tenaga Kesehatan.................................................................................13
2.8 Pembiayaan Kesehatan.........................................................................13
BAB III..................................................................................................................14
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................14
3.1. COVID-19..............................................................................................14
3.2 Pelayanan Puskesmas Selama Pandemi..............................................29
3.3. Kontribusi Remaja Dalam Pencegahan COVID-19...........................30
3.4. Pemanfaatan Media Sosial Dalam Edukasi Pencegahan COVID-19
31
3.5. Posyandu Remaja..................................................................................32
3.6. Pembentukan Posyandu Remaja.........................................................35
BAB IV..................................................................................................................39
IDENTIFIKASI MASALAH.................................................................................39
4.1 Analisis Situasi.......................................................................................39
4.2 Identifikasi Masalah..............................................................................44
BAB V....................................................................................................................47
ii
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH........................................................47
5.1 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah.........................................47
5.2 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah..........................................50
5.3 Scope Tempat.........................................................................................55
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penularan COVID-19 ternyata masih mengenai anak usia sekolah dan
remaja. Tercatat data COVID-19 pada anak usia 6 – 18 tahun sebanyak 6,8
% dari total kasus konfirmasi (143.043 kasus per 18 Agustus 2020); 6,7 %
dari total kasus dirawat/diisolasi; 7,2 % dari total kasus sembuh serta 1,3 %
dari total kasus meninggal.2
Meskipun risiko kesehatan akibat infeksi COVID-19 pada anak lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, tetapi 80 juta
anak di Indonesia (sekitar 30 % dari seluruh populasi) memiliki potensi
mengalami dampak serius akibat dampak sekunder yang akan timbul baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.3 Banyak keluarga yang
menghadapi kendala keuangan, sehingga anak-anak dan remaja berisiko
terpaksa berhenti menempuh pendidikan dan diarahkan untuk memegang
tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan, dan bagi sebagian orang,
perkawinan usia anak menjadi pilihan. Kehilangan pekerjaan pada orang tua
juga menyebabkan pemasukan rumah tangga berkurang, memberi tekanan
tambahan pada keluarga, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan
mental. Stress tambahan ini juga dapat menyebabkan anak-anak menjadi
lebih rentan untuk mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam rumah
tangga.
Berdasarkan hasil survei online Yayasan Sayangi Tunas Cilik (Save
the Children) terkait Rapid Need Assessment tentang pengetahuan, persepsi
dan perilaku masyarakat tentang COVID-19 dan dampaknya (April 2020),
dikatakan bahwa berkurangnya kesejahteraan anak akibat orang tua
kehilangan pencaharian (30%) atau pendapatannya menurun (72%),
kesulitan mengakses layanan Pendidikan berkualitas (85% orang tua dan
anak mengalami kendala dalam pembelajaran jarak jauh, 22% mengatakan
tidak memiliki fasilitas pendukung, rentan terhadap kekerasan (46%
responden orang tua mengatakan anaknya mengalami setidaknya 2 dari
masalah berikut: sulit konsentrasi, bingung, susah tidur, stress, mudah lelah
dan kesepian). Data dari Kementerian Sosial menunjukkan jika 84% anak
usia 12-17 tahun pernah mengalami perundungan di dunia maya. Kegiatan
belajar di rumah meningkatkan intensitas penggunaan internet sehingga
2
potensi dampak negatifnya pun semakin besar bagi anak-anak. 4 Sementara,
dalam kurun waktu Januari hingga Juni tahun 2020, Badan Peradilan Agama
Indonesia telah menerima sekitar 34.000 permohonan dispensasi kawin
yang diajukan mereka mereka yang belum berusia 19 tahun. Sedangkan
berdasarkan survei Aliansi Satu Visi terkait situasi hak kesehatan seksual
dan reproduksi remaja pada Agustus-Oktober 2020, tercatat sekitar 6,74%
dari remaja 18-24 tahun yang belum menikah ternyata telah berhubungan
seksual. Di antara itu, 44% tidak menggunakan kontrasepsi, 51%
menggunakan kondom, dan 5% menggunakan pil KB.5
Terjadinya pandemic COVID-19 juga berdampak pada Kesehatan
reproduksi remaja. Selama pandemic dilakukan penutupan Pendidikan
formal maupun beberapa Pendidikan non-formal yang menghalangi akses
remaja dalam memperoleh KIE mengenai Kesehatan seksual dan edukasi.
Hal ini menimbulkan berbagai dampak terutama kekerasan berbasis gender
termasuk perkawinan usia anak. Meningkatkan risiko kehamilan tidak
diinginkan yang tentunya akan berpengaruh terhadap Angka Kematian Ibu,
Bayi dan stunting. Masalah perlindungan dan psikososial dari mereka yang
pengasuhnya terinfeksi, dikarantina, atau meninggal dunia.6
Remaja memiliki peran utama sebagai garda terdepan dalam
pembangunan negara secara berkelanjutan. Peran itu perlu terwujud dalam
semua andil, termasuk dalam menghadapi penyebaran wabah Covid-19 dan
masalah Kesehatan remaja lainnya. Sejauh ini, penanganan Covid-19 di
Indonesia masih menempatkan para dokter dan tenaga medis sebagai garda
terdepan. Walau demikian, peran remaja dalam turut serta mengatasi
permasalahan ini merupakan sesuatu yang patut diutamakan.7
Remaja dapat mengambil peran untuk mengedukasi masyarakat,
utamanya untuk membantu masyarakat dalam peningkatan literasi terkait
Covid-19. Selain melakukan peningkatan kesadaran secara pribadi,
kesadaran bersama masyarakat perlu didorong dan disebarkan oleh remaja
kepada masyarakat. Remaja diharapkan menjadi agen perubahan yang
mendorong terjadinya transformasi ke arah yang lebih baik. Pemanfaatan
teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menyampaikan edukasi
3
kepada masyarakat melalui himbauan. Himbauan terkait tindakan
pencegahan. Hal ini dapat berjalan efektif mengingat 64,19 juta penduduk
Indonesia adalah terdiri dari pemuda (Badan Pusat Statistik, 2020).
Namun dalam menjalankan peran tersebut tentunya remaja berada di
bawah bimbingan dan pantauan petugas Kesehatan Puskesmas. Dalam hal
ini Posyandu remaja merupakan wadah yang tepat bagi para remaja untuk
ikut berperan dalam mengatasi masalah-masalah Kesehatan. Posyandu
remaja diharapkan menjadi sebuah wadah masyarakat yang memfasilitasi
remaja dalam memahami permasalahan kesehatan mereka, memperluas
jangkauan Puskesmas PKPR dalam memberikan pelayanan promotif dan
preventif kepada sasaran remaja.
Berdasarkan data tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
pembinaan remaja sebagai promotor Kesehatan melalui program posyandu
remaja di wilayah kerja Puskesmas Pati I.
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah utama dalam mini project ini
adalah: “Bagaimana pembinaan kader posyandu remaja sebagai promotor
kesehatan selama masa pandemi COVID-19?”
4
4. Memberikan sarana penyebaran metode edukasi dan konseling
yang berkesinambungan yang tetap sesuai dengan protokol
Kesehatan.
5
BAB II
6
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pati I
Struktur tanah di Kecamatan Pati adalah Red Yellow Mediteran Latosol,
Aluvial dan Hidromer. UPTD Puskesmas Pati I terletak di Desa Plangitan
Kecamatan Pati dengan luas wilayah 1.395,473 Ha meliputi 12 desa dan 5
kelurahan yaitu desa: Plangitan, Puri, Winong, Ngarus, Sidoharjo, Dengkek,
Geritan, Mustokoharjo, Blaru, Panjunan, Gajahmati, Semampir, kelurahan:
Parenggan, Pati Lor, Pati Wetan, Pati Kidul dan Kalidoro. Wilayah kerja
Puskesmas Pati I mempunyai batas wilayah kerja sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Tlogowungu
2. Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pati II
3. Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Gabus I
4. Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Margorejo
7
15. Desa Geritan terdiri dari 2 RW
16. Desa Semampir terdiri dari 2 RW
17. Desa Mustokoharjo terdiri dari 1 RW
8
Dari data tersebut, rentang cakupan mulai dari 71,38 % (desa Puri) sampai
cakupan tertinggi 100% (Kelurahan Pati Wetan) maka demikian target
yang telah di tetapkan oleh MDG’s telah tercapai.
9
58.812 dengan rincaian berturut-turut yang terbanyak menggunakan sumur
bor dengan pompa 28.446, perpipaan (PDAM) 13.905, sumur gali dengan
pompa 13.262, dan sumur gali terlindungi 3.199.
Untuk PAB, jumlah rumah yang diperiksa sebesar 17.520 buah dan
yang memiliki PAB sebanyak 17.520 (100 %) buah. Untuk jamban,
jumlah diperiksa sebanyak 17.520 dan yang memiliki sebanyak 17.249
(98,45 %). Untuk tempat sampah, jumlah rumah yang diperiksa sebanyak
17.520 dan yang memiliki sebanyak 15.485, sedangkan untuk PAL,
jumlah KK yang diperiksa sebanyak 17.520 dan yang memiliki PAL
sebanyak 15.068 (86%).
10
terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan
jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah.
2.5.2 Posyandu
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfatkan potensi dan
sumberdaya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Manusia (UKBM) yang paling
dikenal oleh masyarakat, posyandu menyelenggarakan minimal 5 program
prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata. Posyandu purnama
yaitu posyandu dengan nilai 70%-80% dari 35 indikator strata posyandu.
Untuk target posyandu purnama dan mandiri (PURI) kab Pati tahun 2019
adalah 20.50%, sementara itu rata-rata pencapaian di Puskesmas Pati 1 yang
posyandu Mandiri berjumlah 31 Posyandu (43,66%) , Posyandu Purnama 33
Posyandu (46,48%) dari seluruh jumlah Posyandu 71 Posyandu
sedangankan Madya 7 posyandu (9,86%) dari total jumlah Posyandu, dapat
dilihat pada tabel Situasi Upaya Kesehatan.
11
Puskesmas Pembantu berjumlah 2 buah, Polindes berjumlah 12
buah, PKD berjumlah 5 buah. Secara konseptual, puskesmas menganut
konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk Jumlah
penduduk di wilayah Puskesmas Pati I pada akhir Tahun 2019 sebanyak
60.192 jiwa. Jumlah rumah tangga sebanyak 28.889 dan jumlah jiwa per
rumah tangga sebanyak 4 jiwa, dengan jumlah tersebut berarti 1 desa rata-
rata melayani sebanyak 3534 jiwa.
12
Pati I menurut hasil kompilasi dari profil kesehatan tahun 2018, bahwa
jumlah seluruh posyandu yang ada sebanyak 71 buah, dengan rincian
Posyandu Mandiri berjumlah 22 buah (31%), Posyandu Purnama 38 buah
(53,52%), sedangkan Posyandu Madya berjumlah 11 buah (15,49%) dari
total jumlah Posyandu dan memiliki jumlah kader aktif 355 orang.
13
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari Pemerintah dan
masyarakat. Total anggaran BLUD pada tahun 2019 sebesar
Rp.1.937.079.707,00.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. COVID-19
3.1.1. Etiologi1
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada
Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus,
betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Sebelum adanya
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV
(betacoronavirus), dan MERS-CoV (betacoronavirus).
14
Gambar 2. Struktur virus korona
3.1.2. Penularan2
Virus SARS-CoV-2 diduga berasal dari hewan, seperti virus SARS yang
ditularkan kucing luwak dan MERS ditularkan unta. Saat ini, kelelawar diduga
sebagai sumber penularan virus SARS-CoV-2 dengan reservoir sementaranya
trenggiling. Virus ini kemudian mengalami spillover akibat beberapa faktor,
seperti peningkatan kontak antara manusia dengan hewan pembawa SARS-
CoV-2. Akibat spillover terjadi penularan dari hewan ke manusia (zoonosis).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14
hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di
hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang
tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat menularkan sampai dengan
48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari
setelah onset gejala.
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke
orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel
berisi air dengan diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika
seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang
memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet
berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata).
Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang terkontaminasi
droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
15
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi
dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada
orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan
dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang
menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction
terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi,
mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi
tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.
Lama virus bertahan di lingkungan bervariasi, yaitu tiga jam hingga
beberapa hari. Berikut tabel yang merangkum persistensi virus di berbagai
permukaan benda.
16
Pada orang dewasa dan anak-anak dengan sistem imun baik yang tertular
COVID-19 biasanya hanya menunjukkan gejala ringan (sakit kepala, keluhan
gastrointestinal, atau flu like illness) bahkan beberapa kasus tidak terdapat
gejala yang tampak. Golongan ini dapat menjadi pembawa virus dan
menularkannya ke kelompok rentan. Kelompok rentan mencakup:
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah
satu kriteria epidemiologis
Kriteria Klinis:
Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk; ATAU
Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat
demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia,
nyeri tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat*, sesak
nafas, anoreksia/mual/muntah*, diare, penurunan kesadaran
17
DAN
Kriteria Epidemiologis:
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
tinggal atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan**;
ATAU
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilikiriwayat
tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal***; ATAU
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan
non-medis, serta petugas yang melaksanakan kegiatan
investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
b. Seseorang dengan ISPA Berat****;
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan
indra penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra
perasa) dengan tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi
CATATAN
* Gejala/tanda yang dipisahkan dengan garis miring (/) dihitung sebagai satu
gejala/tanda
2. Kasus Probable
18
Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID 19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai
berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR; ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR yang kedua.
3. Kasus Konfirmasi:
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus
konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat :
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit
atau lebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi
(seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus
probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai
standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan
penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan
epidemiologi setempat
Berdasarkan beratnya kasus, COVID-19 dibedakan menjadi tanpa
gejala, ringan, sedang, berat dan kritis.
1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak
ditemukan gejala.
2. Ringan
19
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa
hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia,
napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit
tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah,
hilang pembau (anosmia) atau hilang perasa (ageusia) yang muncul
sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan. Pasien usia tua
dan immunocompromised gejala atipikal seperti fatigue, penurunan
kesadaran, mobilitas menurun, diare, hilang nafsu makan, delirium, dan
tidak ada demam.
3. Sedang/Moderat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda
pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan ATAU
Anak-anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau
sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada
tanda pneumonia berat).
Kriteria napas cepat :
usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ; usia 1–5 tahun,
≥40x/menit ; usia >5 tahun ≥30x/menit.
4. Berat /Pneumonia Berat
Pada pasien remaja atau dewasa : pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari:
frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93%
pada udara ruangan.
ATAU
Pada pasien anak : pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau
kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
sianosis sentral atau SpO2<93% ;
distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding
dada yang sangat berat);
tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusui atau minum, letargi
atau penurunan kesadaran, atau kejang.
20
Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea : usia <2 bulan,
≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit;
usia >5 tahun, ≥30x/menit.
5. Kritis
Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan
syok sepsis.
3.1.4. Diagnosis
1. Tanpa Gejala
a. Isolasi dan Pemantauan
21
Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan
spesimen diagnosis konfirmasi, baik isolasi mandiri di rumah
maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan pemerintah.
Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk
pemantauan klinis
b. Non-farmakologis
Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet
untuk dibawa ke rumah):
Pasien :
o Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat
berinteraksi dengan anggota keluarga
o Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
o Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
o Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
o Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis)
o Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
o Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya
(sebelum jam 9 pagi dan setelah jam 3 sore).
o Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam kantong
plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor
keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan
mesin cuci
o Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
o Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga
jika terjadi peningkatan suhu tubuh >38oC
Lingkungan/kamar:
o Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara
o Membuka jendela kamar secara berkala
22
o Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan
kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung
tangan dan goggle.
o Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer
sesering mungkin.
o Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan
desinfektan lainnya
Keluarga:
o Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien
sebaiknya memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit.
o Anggota keluarga senanitasa pakai masker
o Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
o Senantiasa mencuci tangan
o Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
o Ingat senantiasa membuka jendela rumah agar sirkulasi udara
tertukar
o Bersihkan sesering mungkin daerah yang mungkinMtersentuh
pasien misalnya gagang pintu dll
c. Farmakologi
Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, dianjurkan untuk
tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi. Apabila
pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi dengan
golongan obat ACEinhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker
perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau
Dokter Spesialis Jantung
Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
o Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral(untuk
14 hari)
o Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
23
o Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari),
Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka)
maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi
di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun
dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis
pasien.
Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan dapat diberikan.
2. Derajat Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal
10 hari sejak muncul gejala ditambah 3 hari bebas gejala
demam dan gangguan pernapasan. Isolasi dapat dilakukan
mandiri di rumah maupun di fasilitas publik yang dipersiapkan
pemerintah.
o Petugas FKTP diharapkan proaktif melakukan pemantauan
kondisi pasien.
o Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP
terdekat.
b. Non Farmakologis
Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan
edukasi tanpa gejala).
c. Farmakologis
Vitamin C (untuk 14 hari), dengan pilihan ;
o Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral(untuk
14 hari)
o Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari)
o Multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24
jam (selama 30 hari),
o Dianjurkan vitamin yang komposisi mengandung vitamin
C,B, E, zink
24
Azitromisin 1 x 500 mg perhari selama 5 hari
Salah satu dari antivirus berikut ini:
o Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7 hari
Atau
o Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x400/100mg
selama 10 hari Atau
o Favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari
Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yang ada 200 mg) dosis 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari) dapat dipertimbangkan apabila pasien
dirawat inap di RS dan tidak ada kontraindikasi.
Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam.
Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun
Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di
BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan
tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien.
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
3. Derajat Sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/
Rumah Sakit Darurat COVID-19
Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang PerawatanCOVID-19/
Rumah Sakit Darurat COVID-19
b. Non Farmakologis
Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi/terapi cairan, oksigen
Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara
berkala.
c. Farmakologis
25
Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9%
habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena (IV)
selama perawatan
Diberikan terapi farmakologis berikut:
o Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari)
atau Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) hari
pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari)
Ditambah
o Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-
7 hari) atau sebagai alternatif Levofloksasin dapat
diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750
mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari).
Ditambah
o Salah satu antivirus berikut :
Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari
Atau
Kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x
400/100mg selama 10 hari
Atau
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose
1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x
600 mg (hari ke 2-5)
Atau
Remdesivir 200 mg IV drip/3jam dilanjutkan 1x100
mg IV drip/3 jam selama 9 – 13 hari
Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi
DPJP
Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-
lain).
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
26
5. Derajat Berat atau Kritis
a. Isolasi dan Pemantauan
Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat
secara kohorting
Pengambilan swab untuk PCR
b. Non Farmakologis
Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status
hidrasi (terapi cairan), dan oksigen
Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap beriku
dengan hitung jenis, bila memungkinkan ditambahkan
dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, Hemostasis, LDH, D-
dimer.
Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
Monitor tanda-tanda sebagai berikut;
o Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min,
o Saturasi Oksigen dengan pulse oximetry ≤93% (di jari),
o PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg,
o Peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area
o paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam,
o Limfopenia progresif,
o Peningkatan CRP progresif,
o Asidosis laktat progresif.
3.1.6 Pencegahan dan Pengendalian Penularan
Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai
penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru.
Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet infection dari individu
ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di rumah, perjalanan,
tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata maupun tempat lain dimana
terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan dan pengendalian
COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan:
a. Pencegahan penularan pada individu
27
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung
virus SARS-CoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung,
mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada
individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai
sabun dan air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan
cairan antiseptik berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan
yang tidak bersih.
2) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi
hidung dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi
dengan orang lain yang tidak diketahui status kesehatannya (yang
mungkin dapat menularkan COVID-19).
3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk
menghindari terkena droplet dari orang yang yang batuk atau
bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis
lainnya.
4) Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya.
5) Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti
pakaian sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup
bersih dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang,
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, istirahat yang cukup
termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional
7) Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
8) Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial
b. Perlindungan kesehatan pada masyarakat
COVID-19 merupakan penyakit yang tingkat penularannya cukup
tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan kesehatan
28
masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan
kesehatan masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan dalam
skala luas yang dapat menimbulkan beban besar terhadap fasyankes.
Tingkat penularan COVID-19 di masyarakat dipengaruhi oleh adanya
pergerakan orang, interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak
orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus dilakukan
oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia
usaha, aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya.
Adapun perlindungan kesehatan masyarakat dilakukan melalui,
1) Upaya pencegahan (prevent)
Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media
informasi untuk memberikan pengertian dan pemahaman
bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh
masyarakat, dan melalui media mainstream.
Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah
diakses dan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan
masuk ke tempat dan fasilitas umum, pengaturan jaga jarak,
disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan peralatan secara
berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya
COVID-19 seperti berkerumun, tidak menggunakan masker,
merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
3.2 Pelayanan Puskesmas Selama Pandemi
Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap
dilaksanakan dengan memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap
melaksanakan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota bidang
kesehatan sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2018 tentang Standar Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun
29
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah dapat
menambahkan pelayanan sesuai permasalahan kesehatan lokal spesifik
terutama dalam hal mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) yang
pernah dialami daerah tersebut pada tahun sebelumnya di periode yang sama
seperti malaria, demam berdarah (DBD) dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang sudah terjadwal
sebaiknya dilihat kembali apakah tetap dapat dilaksanakan seperti biasa,
dilaksanakan dengan metode atau teknik yang berbeda, ditunda
pelaksanaannya, atau sama sekali tidak dapat dilaksanakan, tentunya dengan
memperhatikan kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
dan physical distancing guna memutus mata rantai penularan.
30
Secara umum, peran dapat diwujudkan dengan setia pada protokol
kesehatan untuk tetap berada di rumah (stay at home) atau bekerja dari rumah
(work from home). Selain itu, juga patuh dalam menerapkan protokol menjaga
jarak sosial dan fisik (social and physical distancing) serta patuh dalam
penggunaan masker dan membiasakan mencuci tangan dengan sabun sehingga
menjadi teladan bagi lainnya. Selain itu, para remaja dapat berperan dengan
Menyebarkan informasi dari sumber terpercaya, memberikan edukasi dan
teladan pola hidup sehat kepada keluarga, teman dan lingkungan sekitarnya,
memberikan dukungan mental kepada teman sebayanya yang memiliki
masalah dan membantu untuk menghubungkannya dengan petugas kesehatan
di Puskesmas, bersama keluarga dan anggota masyarakat lainnya membantu
menghilangkan stigma kepada penderita, keluarga serta petugas kesehatan
yang merawat kasus COVID-19.
31
pihak belangsung secara cepat. Informasi dan/atau wawasan yang bermuatan
pendidikan tentu akan sangat bermanfaat.
Pendidikan dalam hal ini tidak dipahami sebagai pengajaran, melainkan
informasi atau gagasan yang dapat mengubah pada perilaku prositif dapat
disebut sebagai pendidikan. Upaya ini merupakan bentuk pendidikan non
formal dengan tipe informasional. Dampak literasi yang diharapkan akan
terwujud dari adanya pertukaran informasi baru yang terjadi. Program dengan
tipe ini melibatkan kelompok sasaran sebagai penerima informasi. Pemuda
sebagai penyelenggara pendidikan nonformal berperan dalam pemberian
informasi sesuai permintaan atau kebutuhan informasi. Dengan kata lain,
program informasional adalah program-program yang bertujuan
menyampaikan, menyebarkan, atau pertukaran informasi baru guna
mengembangkan wawasan, pengetahuan, atau kesadaran masyarakat. Publikasi
pada media sosial bahkan dapat disebut sebagai upaya penyuliuhan mengingat
tujuanya adalah untuk menyebarluaskan informasi baru yang penting bagi
masyarakat dalam rangka peningkatan pemahaman. Informasi yang
disebarluaskan dapat berupa peraturan atau kebijakan baru, perundang-
undangan, penemuan baru, gagasan, atau hal-hal baru yang penting untuk
diketahui masyarakat demi terwujudnya situasi yang lebih baik.
32
Kader Kesehatan Remaja yang dimaksud adalah remaja yang
dipilih/secara sukarela mengajukan diri dan dilatih untuk ikut melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan remaja bagi diri sendiri, teman sebaya, keluarga,
serta masyarakatreproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak
Menular (PTM) dan pencegahan kekerasan pada remaja.
1. Tujuan Umum
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan bagi
remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi posyandu remaja
b. Meningkatkan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
c. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi bagi remaja
d. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan pencegahan
penyalahgunaan Napza
e. Mempercepat upaya perbaikan gizi remaja
f. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
g. Melakukan deteksi dini dan pencegahan Penyakit Tidak Menular
(PTM) h. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan
Sasaran
33
b. Pemerintah desa/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama,
organisasi kemasyarakatan lainnya
c. Pengelola program remaja
d. Keluarga dan masyarakat
e. Kader Kesehatan Remaja
34
pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok, fungsi (tupoksi)
masing-masing sektor.
4. Keluarga dan Masyarakat
a. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
b. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
memiliki keterampilan hidup sehat
c. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anak yang
memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga dapat belajar, tumbuh
dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas.
Lokasi
Lokasi Posyandu remaja berada di setiap desa/kelurahan. Bila
diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW,
dusun atau sebutan lainnya yang sesuai. Tempat pelaksanaan kegiatan
Posyandu Remaja disesuaikan dengan kondisi di daerah. Setiap Posyandu
Remaja beranggotakan maksimal 50 remaja. Jika dalam satu wilayah terdaftar
lebih dari 50 remaja, maka wilayah tersebut dapat mendirikan Posyandu
Remaja lainnya.
3.6. Pembentukan Posyandu Remaja
Posyandu Remaja dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan
tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan untuk remaja, terutama
Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), pelayanan kesehatan
reproduksi remaja, masalah kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM), dan
pencegahan kekerasan pada remaja. Pendirian Posyandu Remaja ditetapkan
dengan keputusan Kepala Desa/Lurah.
Pembentukan Posyandu Remaja bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya. Langkah-
langkah pembentukan Posyandu Remaja dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
1. Pendekatan Internal
35
Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan petugas
kesehatan agar bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta
membina Posyandu. Dalam upaya untuk meningkatkan layanan secara
profesional, Pimpinan Puskesmas harus memberikan motivasi dan
ketrampilan kepada para petugas Puskesmas sehingga mampu bekerja
bersama untuk kepentingan masyarakat. Untuk ini, perlu dilakukan
berbagai orientasi/sosialisasi/pelatihan dengan melibatkan seluruh petugas
Puskesmas.
2. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat
dan pemangku kepentingan khususnya komunitas remaja dan tokoh
masyarakat, agar dapat mendukung penyelenggaraan Posyandu Remaja.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah setempat. Jika di daerah tersebut telah
terbentuk Forum Peduli Kesehatan Desa/Kelurahan, maka pendekatan
eksternal ini juga dilakukan bersama dan atau mengikutsertakan Forum
Peduli Kesehatan Kecamatan. Dukungan yang diharapkan dapat berupa
moril, finansial dan material, seperti kesepakatan/persetujuan masyarakat
tentang bantuan yang akan diberikan berupa dana, tempat penyelenggaraan
atau peralatan Posyandu Remaja.
3. Survei Mawas Diri (SMD)
Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat
melalui temuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiliki.
SMD dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan petugas Puskesmas,
aparat pemerintahan desa/kelurahan, dan Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (jika sudah terbentuk). SMD dilakukan satu kali (1 x) di awal
pembentukan Posyandu Remaja. Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan
pemilihan dan pelatihan anggota masyarakat yang dinilai mampu
melakukan SMD seperti guru, anggota Pramuka, kelompok dasawisma-
PKK, anggota karang taruna, siswa atau kalangan pendidikan lainnya yang
ada di desa/kelurahan. Pelatihan yang diselenggarakan mencakup
penetapan responden, metode wawancara sederhana, penyusunan dan
36
pengisian daftar pertanyaan serta pengolahan hasil pengumpulan data.
Pengumpulan data dengan cara wawancara dilakukan terhadap sekurang-
kurangnya 30 (tiga puluh) kepala keluarga yang terpilih secara acak dan
bertempat tinggal di lokasi yang akan dibentuk Posyandu. Hasil dari SMD
adalah data tentang masalah kesehatan serta potensi masyarakat yang ada
di desa/kelurahan.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Inisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat
yang mendukung pembentukan Posyandu atau Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan (jika telah terbentuk). Peserta MMD adalah anggota
masyarakat setempat. Materi pembahasan adalah hasil SMD serta data
kesehatan lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan dari MMD
adalah ditetapkannya daftar urutan masalah prioritas dan upaya kesehatan
yang akan dilakukan, yang disesuaikan dengan kegiatan utama Posyandu
Remaja. Jika masyarakat menetapkan masalah dan upaya kesehatan lain di
luar kegiatan utama Posyandu Remaja, masalah dan upaya kesehatan
tersebut tetap dimasukkan dalam daftar urutan.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu Remaja
Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu Remaja
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pembentukan Posyandu Remaja dilakukan melalui MMD berdasarkan
SMD.
b. Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu Remaja
Pemilihan pengurus dan kader Posyandu Remaja dilakukan melalui
pertemuan khusus dengan melibatkan komunitas remaja setempat
serta mengundang para tokoh dan anggota masyarakat. Undangan
dipersiapkan oleh Puskesmas dan ditandatangani oleh Kepala
Desa/Lurah. Pemilihan dilakukan secara musyawarah mufakat sesuai
dengan tata cara dan kriteria yang berlaku
c. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu Remaja
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengurus dan kader
terpilih perlu diberikan sosialisasi dan orientasi/pelatihan. Sosialisasi
37
ditujukan kepada Pengurus Posyandu Remaja dan orientasi/pelatihan
ditujukan kepada Kader Posyandu Remaja, yang keduanya
dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Pada waktu menyelenggarakan sosialisasi pengurus, sekaligus disusun
rencana kerja (Plan of Action) Posyandu Remaja yang akan dibentuk,
lengkap dengan waktu dan tempat penyelenggaraan, pelaksana dan
pembagian tugas, sarana dan prasarana yang diperlukan.
d. Posyandu Remaja
Pengurus dan kader yang telah mengikuti orientasi dan pelatihan,
selanjutnya mengorganisasikan diri ke dalam wadah Posyandu
Remaja. Kegiatan utama Posyandu Remaja yakni PKHS, kesehatan
reproduksi remaja, gizi remaja, aktivitas fisik, kesehatan jiwa dan
pencegahan penyalahgunaan Napza, penyakit tidak menular,
pencegahan dan penanganan kekerasan pada remaja. Peresmian
Posyandu Remaja dilaksanakan dalam suatu acara khusus yang
dihadiri oleh pimpinan daerah, tokoh serta anggota masyarakat
setempat.
e. Penyelenggaraan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu Remaja
Setelah Posyandu Remaja resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan Posyandu Remaja secara rutin, berpedoman
pada Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Posyandu Remaja yang
berlaku. Secara berkala kegiatan Posyandu Remaja dipantau oleh
Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk
perencanaan dan pengembangan Posyandu Remaja secara lintas
sektoral.
38
39
BAB IV
IDENTIFIKASI MASALAH
40
belajar di rumah melalui model daring. Tetapi, penularan COVID-19 ternyata
masih mengenai anak usia sekolah dan remaja. Tercatat data COVID-19 pada
anak usia 6 – 18 tahun sebanyak 6,8 % dari total kasus konfirmasi (143.043
kasus per 18 Agustus 2020); 6,7 % dari total kasus dirawat/diisolasi; 7,2 % dari
total kasus sembuh serta 1,3 % dari total kasus meninggal.
Meskipun risiko kesehatan akibat infeksi COVID-19 pada anak lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, tetapi 80 juta anak
di Indonesia (sekitar 30 persen dari seluruh populasi) memiliki potensi
mengalami dampak serius akibat dampak sekunder yang akan timbul baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
41
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Salah satu program kerja
puskesmas adalah pelaksanaan pelayanan Kesehatan remaja yang dapat
dilakukan melalui kegiatan Posyandu Remaja.
Pelaksanaan posyandu remaja di Puskesmas Pati I masih belum berjalan
secara optimal. Berdasarkan laporan kegiatan puskesmas Bulan November
2020 menunjukkan belum berjalannya program posyandu remaja. Adapun
puskesmas disebut telah melakukan pelayanan Kesehatan peduli remaja
apabila:
Memberikan layanan konseling bagi anak usia sekolah dan remaja
Membina minimal 1 posyandu remaja (dilakukan pemberian KIE,
pelayanan Kesehatan & konseling) dan didampingi petugas puskesmas
Berdasarkan data Penilaian Kinerja Puskesmas Pati I pada tahun 2019, maka
diperoleh 10 daftar program kerja dengan tingkat capaian terendah yaitu:
42
syarat tahun 2019 di wilayah
kesehatan Puskesmas Pati I
5. Rendahnya pelayanan
Pelayanan kesehatan remaja, yiatu
100
kesehatan 34,5 34,5 sebesar 34,5% di wilayah
%
remaja Puskesmas Pati I pada tahun
2019
43
kelompok masyarakat/institusi
peduli Kesehatan, yaitu hanya
33,3% pada tahun 2019 di
wilayah puskesmas Pati I
Sebanyak 75,3% TPM yang
3. sudah memenuhi syarat 2 3 4 9 6
Kesehatan.
TTU yang memenuhi syarat
Kesehatan baru 39,1% pada
4. 3 2 3 8 7
tahun 2019 di wilayah
Puskesmas Pati I
Rendahnya pelayanan kesehatan
remaja, yiatu sebesar 34,5% di
5. 4 5 5 14 2
wilayah Puskesmas Pati I pada
tahun 2019
Sebanyak 30,3% ibu hamil
belum diperiksa HIV di wilayah
6. 4 4 4 12 3
Puskesmas Pati I pada tahun
2019
Baru 75,7 % balita yang
dilakukan penimbangan di
7. 3 4 3 10 5
wilayah Puskesmas Pati I pada
tahun 2019
Rendahnya balita yang
8. mengalami peningkatan berat 3 4 4 11 4
badan yaitu 58,5%.
Rendahnya penemuan kasus
9. 1 3 3 7 9
terduga TB yaitu 31,6%
Hanya 19,2% orang yang
10
berisiko terinfeksi HIV yang 1 3 2 6 10
.
mendapatkan pemeriksaan HIV.
44
Kurangnya pembinaan kelompok masyarakat/institusi peduli Kesehatan,
yaitu hanya 33,3% pada tahun 2019 di wilayah puskesmas Pati I
45
Tabel 4. Laporan Kesehatan Remaja Bulan November 2020 Puskesmas Pati I
4.2.1 Man
a. Terbatasnya jumlah tenaga Kesehatan yang dapat melakukan
pembinaan posyandu remaja secara rutin.
c. Kurangnya pemahaman, pengetahuan dan kemampuan para kader
posyandu remaja tentang Kesehatan remaja dan isu-isu Kesehatan
yang saat ini.
4.2.2 Money
a. Belum adanya anggaran dana desa untuk pelaksanaan posyandu
remaja
4.2.3 Method
a. Tidak dapat dilakukannya pertemua secara langsung dikarenakan
PSBB selama pandemi.
44
b. Belum adanya inovasi dalam pelaksanaan posyandu remaja selama
pandemi yang efektif dan berkelanjutan.
4.2.4 Material
a. Belum meratanya pembagian buku buku pedoman dalam
melaksanakan posyandu remaja
b. Tidak tersedianya media-media penyuluhan yang kemudian dapat
digunakan kader posyandu dalam melaksanakan KIE dan untk
disebarluaskan baik secara langsung maupun melalui media sosial.
4.2.5 Machine
a. Tidak tersedianya laptop dan proyektor yang dapat mempermudah
pelaksanaan posyandu remaja terutama saat KIE.
45
Gambar 4. Diagram Fishbone Analysis
46
BAB V
47
remaja - Mengumpulkan dana dari sponsor atau
donatur dengan memberikan proposal
rencana kegiatan posyandu remaja
4. Tidak dapat - Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
dilakukannya pertemua tatap muka konvensional menjadi bertatap
secara langsung muka melalui teknologi informasi/daring.
dikarenakan PSBB - Menunda kegiatan pelatihan hingga selesai
selama pandemi. pandemi, hingga waktu yang tidak dapat
ditentukan
5. Belum adanya inovasi - Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
dalam pelaksanaan tatap muka konvensional menjadi bertatap
posyandu remaja muka melalui teknologi informasi/daring.
selama pandemi yang - Melakukan inovasi dengan membuat modul-
efektif. modul pelatihan dalam bentuk website
sehingga bisa diakses dimanapun dan
kapanpun menyesuaikan masing-masing
remaja
6. Belum meratanya Membagikan materi-materi baik berupa softfile
pembagian buku buku maupun hardfile yang kemudian dapat mereka
pedoman dalam sebar luaskan saat memberikan penyuluhan
melaksanakan posyandu ataupun lewat media social masing-masing
remaja
7. Tidak tersedianya Membagikan materi-materi baik berupa softfile
media-media maupun hardfile yang kemudian dapat disebar
penyuluhan yang luaskan saat memberikan penyuluhan ataupun
kemudian dapat lewat media social masing-masing.
digunakan kader
posyandu dalam
melaksanakan KIE dan
untk disebarluaskan
baik secara langsung
maupun melalui media
social
48
8. Tidak tersedianya Memodifikasi kebutuhan untuk berinteraksi
laptop dan proyektor tatap muka konvensional menjadi bertatap
yang dapat muka menggunakan media social, yaitu
mempermudah melalui teknologi informasi/daring.
pelaksanaan posyandu
remaja terutama saat
KIE.
49
L : Leverage (daya ungkit), besarnya pengaruh antar metode penyelesaian
masalah yang satu dengan yang lain secara langsung maupun tidak langsung.
50
berupa softfile maupun hardfile
yang kemudian dapat disebar
luaskan saat memberikan
penyuluhan ataupun lewat
media social masing-masing.
51
sehingga bisa diakses
“Bina Remaja”
dimanapun dan kapanpun
menyesuaikan masing-masing
remaja
3. Intervensi 3 Memodifikasi kebutuhan untuk
Pelatihan online kader
berinteraksi tatap muka
posyandu remaja
konvensional menjadi bertatap
“Bina Remaja”
muka melalui media teknologi
informasi/ daring.
4. Intervensi 4 Membagikan materi-materi baik
Pelatihan online kader
berupa softfile maupun hardfile
posyandu remaja
yang kemudian dapat mereka
“Bina Remaja”
sebar luaskan saat memberikan
penyuluhan ataupun lewat
media social masing-masing.
52
BAB VI
53
Hari, Tanggal : Kamis, 10 Desember 2020 – Minggu, 24 Januari 2021
Waktu : dalam rentang tanggal tersebut
6.1.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah masyarakat dan kader kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Pati 1.
6.1.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020 – Februari 2021
6.1.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa:
- Laptop
- Handphone
- Modem wifi
6.1.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan
54
power point dan soal pretest serta post test, proses editing video yang akan
diupload. Selanjutnya dibuat akun email, google drive serta free hosting website
sebagai platform pelatihan online. Pelaksanaan dilakukan oleh Dokter Internship.
Tabel 9. Hasil kegiatan pembuatan website pelatihan kader poyandu remaja
Hasil Keterangan
Email dan G-drive Email: posrempati1@gmail.com
Password: RemajaPati1
Website remajapati1.gnomio.com
akun admin
username: admin
password: RemajaPati1!
Isi website Terdiri dari 4 modul pelatihan kader posyandu remaja,
dan masing-masing modul terdapat pretest, materi dan
posttest serta absen dan sertifikat bagi yang memenuhi
kriteria. Modul tersebut yaitu:
1. Peran Remaja Selama Pandemi
2. Pencegahan Penularan Covid-19
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi
55
6.2 Intervensi II: Pelatihan Online Kader Posyandu Remaja “Bina Remaja”
Desa Sidoharjo
6.2.1 Kegiatan
a. Membagikan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan online ini di
grup WA para kader posyandu remaja.
b. Menjelaskan kepada para kader mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan online
c. Membuka sesi tanya jawab apabila ada yang kurang jelas atau masih
bingung.
d. Memonitoring pelaksanaan pelatihan setiap hari dengan melakukan
pengecekan jumlah peserta yang sudah menyelesaikan modul serta
hasil evaluasi peserta pada masing-masing modul pelatihan.
6.2.2 Tujuan Kegiatan
a. Meningkatkan pengetahuan kader posyandu remaja mengenai
Kesehatan remaja.
b. Memudahkan para kader remaja untuk mengakses informasi
kesehatan yang akurat guna menghidari penyebaran berita hoax
tentang kesehatan.
c. Menjamin terlaksananya pelatihan kader posyandu remaja walaupun
saat PSBB selama pandemi.
6.2.3 Tempat Kegiatan
Rumah masing-masing kader posyandu remaja
6.2.4 Waktu Pelaksana Kegiatan
Hari, Tanggal : Senin, 25 Januari 2021-Kamis, 28 Januari 2021
Waktu : sesuai masing-masing individu (flexible)
6.2.5 Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh kade posyandu remaja
Desa Sidoharjo
6.2.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
a. Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020-Februari
2021
56
b. Pemegang progam posyandu remaja (Bu Nunung)
c. Bidan Desa Sidoharjo
6.2.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa :
- Laptop
- Jaringan internet
- Handphone
6.2.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan
57
membuat akun baru bisa login. Peserta berjumlah 9 orang kader posyandu
remaja.
Selama 4 hari pelaksanaan, peserta diharapkan dapat menyelesaikan 4
modul pelatihan yang telah disediakan di website tersebut, yaitu Peran
Remaja Selama Pandemi, Pencegahan Penularan Covid-19, Kesehatan
Reproduksi Remaja dan Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi. Setiap
peserta, di masing-masing modul, mengerjakan pretest yang terdiri dari 5
soal, selanjutnya baru diberikan materi berupa power point singkat dan video
untuk memperdalam pemahaman peserta. Selanjutnya untuk evaluasi, semua
peserta mengerjakan posttest yang terdiri dari 10 soal. Peserta dengan nilai
posttest ≥ 70, maka akan memperoleh E-sertifikat yang otomatis terkirim ke
email masing-masing.
Berdasarkan data yang terekam dari tanggal 26-28 Januari 2021,
terdapat 7 kader remaja telah membuat akun website dan 6 diantaranya telah
menyelesaikan semua modul pelatihan. Namun hanya 1 peserta yang dapat
lulus (nilai posttest ≥ 70) di semua modul. Secara keseluruhan kegiatan
berlangsung dengan baik. Peserta menunjukan antusiasmenya dalam
mengikuti kegiatan ini, terbukti sebanyak 67% peserta telah menyelesaikan
modul pelatihan.
lulus semau
1 orang
modul
sudah
mengerjakan
ada modul yang
5 orang
Akun √ belum lulus
Akun X 2 orang
58
No Nama Covid-19 Kespro Mental
pretest posttest pretest posttest Pretest Posttest
1 YM 80 20 60 100 70
2 RA 90 0 30 80 50
3 NK 100 100 40 80 100 70
4 NA 100 40 30 60 40
5 P 100 100 40 70 20 -
6 PP 60 70 40 20 60 50
Rata- 86 90 30 48,3 70 56
rata
90
86
70
56
48.3
30
59
berupa ebook, video, dan materi power point yang dibuat sendiri oleh dokter
internship.
60
6.3.6 Pelaksana Kegiatan
Pelaksana dari kegiatan mini project ini adalah:
- Dokter intensip Puskesmas Pati 1 periode November 2020-Februari
2021
- Pemegang progam posyandu remaja (Bu Nunung)
- Bidan Desa Geritan
6.3.7 Media Kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan media alat bantu berupa:
- Laptop
- Jaringan internet
- Handphone
6.3.8 Susunan Acara
No Waktu Acara/Kegiatan
61
menjelaskan kembali kepada peserta mengenai mekanisme pelaksanaan
pelatihan melalui grup WA Posyandu Remaja Ceria (Desa Geritan). Untuk
dapat mengikuti modul pelatihan, peserta harus terlebih dahulu membuat
akun baru bisa login. Peserta berjumlah 9 orang kader posyandu remaja.
Selama 4 hari pelaksanaan, 9 peserta telah membuat akun website dan 2
diantaranya telah menyelesaikan semua modul pelatihan. Terdapat 2 peserta
yang dapat lulus (nilai posttest ≥ 70) di semua modul.
lulus semau
2 orang
modul
sudah
mengerjakan
ada modul yang
0 orang
Akun √ belum lulus
Akun X 0 orang
62
Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest Desa Geritan
100
95
90
80
70 70
63
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Pelatihan online ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Sidoharjo dan
Geritan. Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik
walaupun belum semua kader ikut serta, mengingat metode pelatihan ini baru
pertama kali diterapkan. Masih ada peserta yang kebingungan untuk mengakses
websitenya karena memang pelatihan online ini belum pernah disosialisasikan
secara langsung di depan para kader. Terdapat peningkatan rata-rata nilai posttest
jika dibandingkan pretest, kecuali pada modul Kesehatan mental Desa Sidoharjo.
Diharapkan kedepannya website Bina Remaja ini bisa dikembangkan lagi dan
disosialisasikan kepada para kader maupun remaja di semua Desa Puskesmas Pati
I sebagai sarana pembelajaran berkelanjutan yang modern dan sumber terpercaya.
Setelah mengakses website Bina Remaja, para kader dan remaja diharapkan bisa
mendapat ilmu yang bermanfaat, menyadari betapa pentingnya kesehatan, dan
dapat termotivasi sebagai promotor kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
terutama masa pandemi ini.
64
7.2 Saran
Perlu dilakukan sosialisasi secara langsung, melalui online meeting atau
tatap muka langsung sesuai prokes, mengenai cara mengakses website
Bina Remaja sehingga para kader mengerti langakah-langkahnya dengan
benar
Perlu dilakukan pengembangan website lebih lanjut seperti menambah
modul pelatihan lagi dan memberikan informasi kesehatan terbaru untuk
keberlanjutan pembinaan dan pelatihan kader remaja via online
Perlu adanya orang yang ditunjuk menjadi admin website bisa dari petugas
puskesmas, bidan desa ataupun kader remaja itu sendiri yang tentunya
menguasai IT untuk dapat mengembangkan website tersebut menjadi lebih
baik.
Menyebarluaskan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan online “Bina
Remaja” ke para kader posyandu remaja Puskesmas Pati I melalui grup
Watsapp dan media social lainnya.
65
DAFTAR PUSTAKA
66
Lampiran
67
68
69
70
71
72
73