KOLOM NILAI
Lap. Akhir
Asisten
(Setyo B.M)
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN I
TARA MEKANIK – PANAS
Nurman Aris (140310080027)
Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Padjadjaran
26 Oktober 2009
Abstrak
Dalam percobaan kali ini kita mempelajari konsep pertukaran energi
untuk menentukan tara mekanik panas, yakni dengan menggunakan Pesawat
Schurholz. Pada pesawat schurholz akan terjadi perpindahan kalor (transfer
energi). Pertukaran energi terjadi pada kalorimeter akibat gesekan antara pita
tembaga dan tabung kalorimeter.
Perpindahan panas dapat terjadi dengan cara konduksi, konveksi, dan
radiasi. Usaha mekanika yang menghasilkan energi mekanik sebanding dengan
energi yang dihasilkan dalam bentuk panas dan akan sama dengan jika salah satu
nya dikalikan dengan sebuah pembanding. Satuan energi mekanik Joule (J)
sebanding dengan satuan energi yang dihasilkan dalam bentuk panas, kalori (Kal).
Keduanya akan menjadi sama bila salah satunya diberikan konstanta
pembanding. Disebut dengan tara mekanik panas dengan satuan Kalori/Joule.
Kenaikan suhu yang terjadi pada pesawat schurholtz sebanding dengan banyaknya
putaran yang dilakukan. Kecepatan putaran akan berpengaruh pada kecepatan
naiknya suhu.
I. Pendahuluan
Menurut hukum kekekalan enrgi bahwa energi hanya dapat berubah dari
satu bentuk ke bentuk yang lain. Salah satu contoh perubahan tersebut adalah
perubahan energi mekanik menjadi energi panas. Perubahan energi tersebut dapat
ditunjukkan oleh pesawat Schurholtz yang bekerja berdasarkan prinsip asas Black
yang menyatakan bahwa kalor yang diberikan akan sama dengan kalor yang
diterima jika system tersebut dalam kondisi adiabatik.
Ketika benda dua benda berbeda temperatur disatukan, terjadi perpindahan
kalor dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke temperatur rendah, dalam
perpindahannya, yang berpindah bukanlah zatnya melainkan energi dari zat
tersebut.
Kapasitas Panas
Hasil kali M c disebut kapasitas panas mol dan dilambangkan dengan C.
Jadi, berdasarkan definisi :
dQ
C = M.c =
n. dt
Perbandingan banyaknya tenaga kalor ∆ Q yang dibekalkan kepada
sebuah benda untuk menaikkan temperaturnya sebanyak ∆ T dinamakan
kapasitas kalor C (heat capacity C) dari benda tersebut, yakni :
∆Q
C = kapasitas kalor =
∆T
Pesawat Schurholtz didasarkan pada asas black yang menyatakan bahwa kalor
yang diberikan akan sama dengan kalor yang diterima jika sistem tersebut dalam
kondisi adiabatik.tara antara energi mekanik dan energi panas dapat diketahui
dengan persamaan :
Pegas
Katrol
Beban
Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa pada lilitkan pita nylon yang
diberi beban diperoleh usaha sebesar :
W = F.s
= m . g . π .Dkal . n
Karena satuan usaha dinyatakan dalam joule(J) untuk energi mekanik, dan
kalori (kal) untuk energi panas, maka diperlukan penyetara antara kedua besaran
energi tersebut yaitu tara mekanik panas e (kal/J), sehingga untuk energi panas
yang dilepaskan menjadi :
Q ≅ e .W
Q = e . m . g . π .Dkal . n
kalor yang diterima oleh air : Q1 = (ma . ca) . ∆ T
kalor yang diterima oleh pita tembaga dan kalori meter :
Q2 = mkal . ct . ∆ T
menurut Asas Black kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima
sehingga :
Q = Q1 + Q2
e.m.g.π .D.n = (maca). ∆ T + (mkal.ct). ∆ T
e.m.g.π .D.n = [(maca) + (mkal.ct)]. ∆ T
e = [(maca) + (mkal.ct)].∆ T
m.g. π .D.n
Dimana :
W = usaha (joule)
F = gaya (newton)
s = jarak (meter)
e = tara mekanik panas (kal/j)
ma = massa air (kg
ca = kalor jenis air (kal/kg.°C)
mkal = massa kalorimeter tembaga (kg)
∆ T = perbedaan waktu selama n putaran (sekon)
n = banyak putaran
M = massa beban (kg)
g = percepatan grafitasi (m/s)
D = diameter kalori tembaga (m)
III. Percobaan
Alat dan Bahan Percobaan beserta fungsinya
1. Pesawat Schurholtz, terdiri dari bagian-bagian utama:
Beban, engkol pemutar, pita nilon, kalorimeter dan pegas pengait. Merupakan
alat yang akan memperlihatkan perubahan energi mekanik menjadi energi
panas.
2.Termometer berfungsi sebagai alat untuk mengukur suhu yang ada pada
kalorimeter.
3. Neraca timbangan berfungsi untuk mengukur massa dari kalorimeter.
Metoda eksperimen
1. Menimbang kalori meter tembaga dalam keadaan kering.
2. Mengukur diameter luar kalori meter.
3. Memasang kalori meter pada engkol yang tersedia.
4. Memasang pita nilon pada pegas yang telah dikaitkan, lilitkan pita tersebut 2
lilitan.
5. Memasang beban 5 kg pada ujung pita tembaga bagian bawah.
6. Memasukkan ujung probe termometer kedalam calorimeter.
7. Mencatat suhu pada keadaan awal.
8. Memutar kalorimeter dengan perioda yang konstan. Mengusahakan sistem
tersebut selalu mendekati adiabatic.
9. Mencatat kenaikan suhu setiap 20 (dua puluh) putaran hingga 500 putaran.
10.Melakukan percobaan untuk kalorimeter Alumunium panjang dan Alumunium
pendek.
Catatan:
a. Setiap melakukan pengukuran harus disertai dengan ketelitian alat ukurnya.
b. Pengukuran dilakukan beberapa kali (dalam hal ini minimal lima kali).
IV. Data
Massa Kalorimeter 0.005(gram) Diameter ± 0.005(cm)
No
Al. Besar Al. Kecil Tembaga Al. Besar Al. Kecil Tembaga
1 439,5 220 1020,3 4,85 4,85 4,8
2 439,6 220 1020,5 4,85 4,85 4,85
3 439,6 200,1 1020,5 4,75 4,86 4,9
4 439,7 200,1 1020,4 4,75 4,8 4,8
5 439,7 220 1020,5 4,8 4,85 4,9
rata-
rata 439,62 212,04 1020,44 4,8 4,842 4,85
0,4396 0,2120 1,0204 0,04842 0,0485k
2kg 4kg 4kg 0,048kg kg g
Dengan ;
ct = kalor jenis alumunium = 215 kal/kg oC
π = 3.14
g = percepatan gravitasi = 9.8 m/s2
M = massa beban = 5 Kg
mkal = massa kalorimeter = 438,27.10-3 Kg
Dkal = diameter kalorimeter = 4,9.10-2 m
n = banyaknya putaran
Harga Sesatannya :
∆mkal ∆T2 ∆T1 ∆M ∆D
∆e = + − + + .e
mkal T2 T1 M D
e=
∑e
N
dan sesatannya :
∑e
2
i − N (e ) 2
∆e =
N −1
Dengan menggunakan rumus diatas maka didapatkan e sebesar:
a. Kalorimeter Alumunium Besar 2 lilitan
n TºC ΔTºC e(kal/J) Δe(kal/J)
0,313555 0,1961418
20 31,7 0,1 932 17
0,313555 0,1177528
40 31,8 0,2 932 34
0,313555 0,0916231
60 31,9 0,3 932 73
80 32,2 0,6 0,470333 0,0982402
897 68
0,564400 0,1022105
100 32,5 0,9 677 25
0,627111 0,1048573
120 32,8 1,2 863 63
0,671905 0,1067479
140 33,1 1,5 568 62
0,744695 0,1130863
160 33,5 1,9 337 92
0,766470 0,1136425
180 33,8 2,2 055 21
0,783889 0,1140874
200 34,1 2,5 829 24
0,826647 0,1180299
220 34,5 2,9 456 68
0,836149
240 34,8 3,2 151 0,1180351
0,844189 0,1180394
260 35,1 3,5 046 42
0,851080 0,1180431
280 35,4 3,8 386 65
0,857052 0,1180463
300 35,7 4,1 88 9
0,862278 0,1180492
320 36 4,4 812 13
0,848445 0,1157361
340 36,2 4,6 462 83
0,836149 0,1136801
360 36,4 4,8 151 56
0,841650 0,1139123
380 36,7 5,1 132 35
0,846601 0,1141212
400 37 5,4 015 96
0,851080 0,1143103
420 37,3 5,7 386 56
0,855152 0,1144822
440 37,6 6 541 28
0,858870 0,1146391
460 37,9 6,3 595 56
0,862278 0,1147830
480 38,2 6,6 812 06
0,865414 0,1149153
500 38,5 6,9 371 47
rata- 0,732500 0,188132
rata 609 703
2. Kemudian dengan menggunakan data ehitung maka kita dapat bandingkan dengan
harga elit (0,24 Kal/J) adalah sebagai berikut :
eliteratur − e percobaan
KSR = x 100 %
eliteratur
KP =|100 – KSR| %
a. Kalorimeter Alumunium Besar 2 lilitan
KSR = 205,20859 %
KP = 105,20859 %
b. Kalorimeter Alumunium Kecil 2 lilitan
KSR = 228,008967 %
KP = 128,008967 %
c. Kalorimeter Tembaga 2 ilitan
KSR = 421,71616 %
KP = 321,71616 %
d. Kalorimeter Alumunium Besar 3 lilitan
KSR = 166,187033 %
KP = 66,187033 %
e. Kalorimeter Alumunium Kecil 3 lilitan
KSR = 115,7644 %
KP = 15,7644 %
f. Kalorimeter Tembaga 3 ilitan
KSR = 298,4350163 %
KP = 198,4350163 %
3. Analisa
Dari perhitungan kita mendapatkan KSR yang sangat besar, hal ini
menunjukkan tingkat kesalahan pada praktikum ini sangatlah besar. Kesalahan
yang mungkin terjadi pada praktikum disebabkan oleh beberapa hal yakni :
a. Kecepatan putaran kalorimeter tidak konstan.
b. Diameter yang dihitung adalah diameter luar, pada kenyataanya diameter
yang menyentuh atau berinteraksi dengan tali memiliki perbedaan atau
nilai diameter yang dihitung. Diameter yang seharusnya lebih kecil
dibandingkan dengan diameter yang dihitung.
c. Tali yang bersifat dapat merenggang dan merapat menyebabkan luas
penampang tali yang menyentuh kalorimeter berbeda-beda dan
menyebabkan tegangan tali berubah-ubah.
d. Kawat penghantar panas yang berfungsi untuk mengukur panas,
mengalami gesekan dengan kalorimeter.
e. Kawat penghantar panas yang berfungsi untuk mengukur panas tidak
semuanya berada dalam kalorimeter atau dengan kata lain ada bagian
kawat yang berada diluar kalorimeter yang menyebabkan suhu lingkungan
mempengaruhi dalam pengukuran suhu.
f. Kalorimeter tidak sepenuhnya bersifat adiabatis atau panas kalorimeter
terpengaruh oleh lingkungan. Ini bisa dilihat dari lubang kalorimeter yang
dimasukkan kawat pengukur cukup besar.
mt ( m kal .ct )
e grafik =
M .g .π.D
∑ ∆T ∑ n −∑ n ∑ (n .∆T )
2
i i i i i
nt =
N ∑ n − (∑ n )
2 2
i i
KP =|100 – KSR|%
maka diperoleh persamaan grafik untuk masing-masing kalorimeter :
a. Kalorimeter Alumunium Besar 2 lilitan
y = 0.014n – 0.44
e grafik = 0.0895874 kal/J
KSR=62.67191%
KP=37.32809 %
b. Kalorimeter Alumunium Kecil 2 lilitan
y = 0.03n-0.62
e grafik = 0.091790345 kal/J
KSR=61.75402299%
KP=38.2497701%
c. Kalorimeter Tembaga 2 ilitan
y = 0.023n-0.427
e garafik = 0.1446791kal/J
KSR=39.71706%
KP=60.28294%
d. Kalorimeter Alumunium Besar 3 lilitan
y = 0.017n-0.237
e garafik = 0.108784711kal/J
KSR=54.67303711%
KP=45.32696289%
e. Kalorimeter Alumunium Kecil 3 lilitan
y = 0.027n-0.236
e grafik = 0.0826113kal/J
KSR=65.57862%
KP=34.42138%
f. Kalorimeter Tembaga3 ilitan
y = 0.025n-0.314
e garafik = 0.157259847kal/J
KSR=34.475063%
KP=65.524937%
Dengan sesatannya
∆mkal ∆T2 ∆T1 ∆M ∆D
∆e = + − + + .e
mkal T2 T1 M D
Walaupun nilai yang kita dapat sangat jauh dari nilai sebenarnya atau
memiliki nilai KSR yang sangat besar, hal ini dapat terjadi karena disebabkan
oleh beberapa hal, yakni :
a. Kecepatan putaran kalorimeter tidak konstan.
b. Diameter yang dihitung adalah diameter luar, pada kenyataanya diameter
yang menyentuh atau berinteraksi dengan tali memiliki perbedaan atau
nilai diameter yang dihitung. Diameter yang seharusnya lebih kecil
dibandingkan dengan diameter yang dihitung.
c. Tali yang bersifat dapat merenggang dan merapat menyebabkan luas
penampang tali yang menyentuh kalorimeter berbeda-beda dan
menyebabkan tegangan tali berubah-ubah.
d. Kawat penghantar panas yang berfungsi untuk mengukur panas,
mengalami gesekan dengan kalorimeter.
e. Kawat penghantar panas yang berfungsi untuk mengukur panas tidak
semuanya berada dalam kalorimeter atau dengan kata lain ada bagian
kawat yang berada diluar kalorimeter yang menyebabkan suhu lingkungan
mempengaruhi dalam pengukuran suhu.
f. Kalorimeter tidak sepenuhnya bersifat adiabatis atau p[anas kalorimeter
terpengaruh oleh lingjkkungan. Ini bisa dilihat dari lubang kalorimetr yang
dimasukkan kawat pengukur cukup besar.