Anda di halaman 1dari 4

SITI SYERINDIKA AHYATI

20180102347
TUGAS SESI 6 PA2

Alat bantu yang dapat digunakan oleh organisasi atau perusahaan dalam
mempersiapkan diri untuk menangani keberadaan gangguan atau ancaman bencana adalah
Business Continuity Planning (BCP).
BCP merupakan bagian penting dari Business Continuity Management (BCM). Dengan
dilakukannya penyusunan BCP dalam setiap fungsi-fungsi bisnis, perusahaan tersebut akan
sangat dimungkinkan untuk lebih siap dalam menghadapi dan menangani keberadaan
ancaman-ancaman bencana yang mungkin akan dihadapi.
Sayangnya, masih banyak sekali perusahaan yang belum memahami pentingnya
dilakukannya penyusunan Business Continuity Planning (BCP). Berikut kami paparkan
mengenai tujuan dan fungsi BCP serta tahapan pembuatan dokumen BCP.
Business Continuity Planning (BCP) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan PKB
(Perencanaan Kontinuitas Bisnis) adalah metode perencanaan yang digunakan organisasi atau
perusahaan untuk menjaga kelanjutan operasional bisnis sebelum, selama, dan setelah
kejadian gangguan, bencana dan kerusakan yang terjadi.
Dalam menyusun perencanaan BCP, pelaku usaha harus memperhatikan potensi risiko yang
bisa saja menimpa pertumbuhan bisnisnya, baik itu risiko berupa bencana maupun kegagalan
sistem. Dengan pelaksanaan BCP yang baik, sistem penunjang proses bisnis yang dimiliki
perusahaan akan tetap dapat berfungsi dengan baik.
Banyak personel yang harus terlibat dalam pelaksanaan BCP. Oleh karenanya, pembentukan
struktur atau tim pelaksanaan BCP sangat diperlukan. Struktur organisasi tim pelaksana ini
terdiri dari manajer senior, seluruh anggota dari unit bisnis fungsional, divisi sistem informasi
atau teknologi informasi, dan divisi administrasi.
Tujuan Penyusunan BCP
Berikut adalah tujuan BCP (Business Continuity Plan) :
 Perusahaan tetap dapat menjalankan proses bisnisnya dalam situasi normal maupun
kritikal,
 Perusahaan memiliki ketahananan terhadap risiko yang mungkin terjadi
 Menjamin kontinuitas pertumbuhan bisnis ketika perusahaan kehilangan akses
terhadap manusia, fasilitas, sistem informasi, layanan dan sumber daya.
 Mendokumentasikan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan untuk mendukung
proses bisnis saat dalam keadaan kritis
 Mengetahui lama waktu pemulihan (recovery time) fungsi bisnis agar dapat pulih
kembali setelah kejadian gangguan atau bencana
 Mendokumentasikan catatan penting untuk mendukung keberlanjutan bisnis

Hubungan BCP dengan DRP


Selain BCP terdapat DRP (Disaster Recovery Plan) yang memiliki tujuan yang sama,
yaitu untuk menjaga operasional bisnis dan menjaga bsinis dari dampak bencana maupun
gangguan. Meskipun memiliki tujuan yang sama antara Disaster Recovery Plan (DRP) dan
Business Continuity Plan (BCP), kedua metode manajemen risiko tersebut merupakan dua
hal yang berbeda. Berikut ini adalah perbedaan dari BCP dan DRP:
Business Continuity Plan (BCP), yaitu salah satu manajemen risiko yang digunakan
perusahaan tentang bagaimana perusahaan mendefinisikan aset, ancaman dan skenario yang
dapat berdampak bagi pertumbuhan bisnis. Dengan BCP perusahaan dapat mengambil
keputusan-keputusan mengenai bagaimana dan sampai tahapan mana mitigasi risiko
dilakukan. Dengan kata lain, BCP adalah bagaimana perusahaan mencegah terjadinya
gangguan atau bencana.
Disaster Recovery Plan (DRP), yaitu metode yang digunakan perusahaan dalam perencanaan
yang dilaksanakan setelah terjadinya gangguan atau bencana. Dengan kata lain, DRP adalah
metode perencanaan yang dilaksanakan perusahaan apabila gangguan atau bencana terjadi.
Dalam buku pedoman Contingency Planning Guide for Federal Information Systems yang
terbitkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) dijelaskan mengenai
perbedaan BCP dan DRP, yaitu sebagai berikut :

Jenis Tujuan Ruang Waktu Fokus


Perencanaan Lingkup Pelaksanaan

Business Menyediakan Perencanaan Perencanaan Perencanaan fokus


Continuity prosedur dapat dibuat ini perusahaan pada
Plan (BCP) untuk menjaga untuk satu unit dilaksanakan proses bisnis yang
proses proses bisnis setelah dan berjalan
operasional saja atau untuk selama
bisnis dari keseluruhan terjadinya
gangguan proses pada gangguan
yang bersifat perusahaan
signifikan atau organisasi

Disaster Menyediakan Perencanaan Perencanaan Cakupan


Recovery prosedur dibuat untuk ini perencanaan fokus
Plan (DRP) untuk sistem dilaksanakan pada sistem
melakukan informasi yang setelah informasi yang
relokasi mengalami terjadinya dapat
operasional gangguan dan gangguan diimplementasikan
sistem membutuhkan oleh perusahaan
informasi ke relokasi tempat
tempat
alternatif lain
Dari tabel perbedaan diatas dapat disimpulkan bahwa BCP dan DRP memiliki tujuan yang
sama yaitu untuk menjaga keberlangsungan bisnis utama pada suatu organisasi. Namun
cakupan BCP lebih luas yaitu untuk merencanakan keberlangsungan bisnis. Sementara itu
DRP memiliki fungsi untuk mendukung BCP sehingga dapat memulihkan pertumbuhan
bisnis akibat dari adanya gangguan yang terjadi. Cakupan dari DRP hanya terbatas pada
teknologi informasi atau sistem informasinya saja.
Tahapan dalam Pembuatan Dokumen BCP
Untuk memudahkan penyusunan sebuah dokumen BCP, berikut ini kami berikan
tahapan-tahapan yang harus dikerjakan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Project Initiation
Tahapan project initiation yaitu organisasi atau perusahaan mengidentifikasi titik awal
dan akhir dari penyusunan perencanaan, mulai dari tujuan, kebutuhan, dan target-target suatu
proyek.
2. Risk Assessment
Risk Assessment (penilaian risiko) adalah proses yang dilakukan perusahaan untuk
mengidentifikasi risiko atau bahaya potensial dan menganalisa apa yang akan terjadi jika hal
tersebut terjadi. Perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai macam bahaya yang bisa saja
terjadi mulai dari risiko kecil hingga yang besar - seperti bencana alam.
3. Business Impact Analysis (BIA)
Setelah perusahaan menganalisa risiko yang bisa saja terjadi, perusahaan selanjutnya
melakukan analisis terhadap dampak yang harus dihadapi apabila risiko itu terjadi atau biasa
disebut dengan analisa dampak bisnis (business impact analysis).
Perusahaan perlu memahami akan proses mana yang vital dalam suatu bisnis sehingga
operasional perusahaan tetap dapat berjalan. Untuk mewujudkannya, perusahaan harus
mampu menganalisa dampak yang terjadi dari gangguan proses-proses tersebut.
4. Mitigation Strategy Development
Tahapan ini perusahaan akan mengambil langkah-langkah apa saja yang akan
dilakukan untuk mengurangi efek-efek samping atau risiko. Perusahaan perlu membangun
strategi-strategi yang dapat meminimalisir, menghindari atau mentransfer risiko tersebut.
5. BC/DR Plan Development
Pada tahapan ini perusahaan mulai membangun perencanaan business
continuity/disaster recovery yang dimulai dengan membuat outline metodologi perencanaan.
6. Training, Testing, Auditinya BC/DR Plan
Memberikan informasi dan melakukan pelatihan kepada karyawan organisasi atau
perusahaan terkait bagaimana melakukan implementasi dari perencanaan. Serta melakukan
pengujian dan audit dari perencanaan yang telah dibuat.
7. BC/DR Plan Maintanance
Menjaga kevalidan BCP/DRP dengan melakukan peninjauan kembali dan
memperbarui perencanaan apabila ada proses bisnis yang berubah.

Anda mungkin juga menyukai