Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR MAMMAE

DI SUSUN OLEH :

SURIANTI, S.Kep

7119491703

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi
pada suatu sel atau jaringan di dalam mammae dimana ia tumbuh secara liar dan
tidak bisa dikontol ( Dr.Iskandar,2007).
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab  pasti  tumor  payudara belum  diketahui.  Namun,  ada 
beberapa  faktor  resiko  yang  telah  teridentifikasi menurut  Dr.Iskandar
(2007) ,  yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita  lebih  beresiko  menderita  tumor  payudara  dibandingkan  dengan 
pria.Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor
payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita  yang  memiliki  keluarga  tingkat  satu  penderita  tumor  payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan  BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan  resiko  tumor  payudara  sampai  85%.  Selain  itu, 
gen  p53, BARD1,  BRCA3, juga  diduga  meningkatkan  resiko  terjadinya
kanker payudara.
4. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar  hormon  yang  tinggi  selama  masa  reproduktif,  terutama  jika 
tidak diselingi  oleh  perubahan  hormon  akibat  kehamilan,  dapat 
meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil  pertama  pada  usia  30  tahun  beresiko  dua  kali  lipat 
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian  kontrasepsi  oral  dapat  meningkatkan  resiko  tumor  payudara.
Penggunaan  pada  usia  kurang  dari  20  tahun  beresiko  lebih  tinggi
dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.
C. Jenis Tumor Mamae
1. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan
2. Tumor ganas
Kanker adalah sel yang telah kehilangan kendali danb mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , liar , dan kerap
kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak.
D. Tanda Dan Gejala
Keluhan penderita tumor payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010):
1.    Mungkin tidak ada
2.    tumor mammae umumnya tidak nyeri
3.    ulkus/perdarahan dari ulkus
4.    erosi putting susu
5.    perdarahan.keluar cairan dari putting susu
6.    nyeri pada payudara
7.    kelainan bentuk payudara
8.    keluhan karena metastase
E. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan cirri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-
sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel normal.
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit banyak, tergantung pada
jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon
dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya
lainnya. Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent”
mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan
pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada
jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran
tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-
kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon
terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau
adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002)
Pathway

Perubahan genetic dalam sel

Sel menjadi abnormal

Poliferasi sel-sel maligna dalam payudara

Tumor Payudara

Cemas

Hormonal Radiasi Mastektomi

Kurang Informasi
Luka Operasi
(trauma jaringan) Kurang
Pengetahuan

Nyeri Tidak adekuat


Kerusakan
pertahanan system
integritas kulit
imun

Emosional distress Kelemahan


Resti infeksi Perubahan penampilan
(ketidakmampuan
mengontrol nyeri)

Gangguan konsep diri


Kehilangan selera makan

Nutrisi kurang dari kebutuhan


F. Pemeriksaan diagnostik
1. Ultrasonografi
dapat membedakan antara masa padat dan kista pada jaringan payudra keras
2. Mammografi
memperlihatkan struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang
terjadi pada tahap awal
3. Scan CT dan MRI
teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara
G. Penatalaksanaan
1.    Pembedahan
a.      Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari
lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan
yang luas dengan kulit yang terkena).
b.     Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara,
semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c.       Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
1)    Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya :
seluruh isi aksial.
2)   Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe
mamaria interna.
2.    Non pembedahan
a.       Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi
pada kanker lanjut pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe
aksila.
b.       Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang
lanjut.
c.       Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen,
antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk,
2002)
H. Komplikasi
1. Perubahan ukuran, bentuk, ataupun tampilan payudara
2. Nyeri dan pembengkakan payudara
3. Pengelupasan kulit di sekitar putting payudara
4. Putting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
I. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya
benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
c. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
d. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
e. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak
kanan
J. Asuhan Keperawatan
1. Pre Operatif
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Tanda-tanad vital
3) Riwayat penyakit : alergi, penyakit paru (asma, PPOM, TB paru),
penggunaan narkoba, alkoholisme, menggunakan obat seperti
kortikosteroid dan obat jantung
4) Riwayat kesehatan keluarga : DM. Hipertensi
5) Status nutrisi : BB, puasa, tinggi badan
6) Keseimbangan cairan dan elektrolit
7) Ada tidaknya gigi palsu, pemakaian lensa kontak, atau cat kuku
dan implan prosthesis lainnya
8) Pencukuran daerha operasi
9) Kolaborasi dengan dokter anestesi tentang pemberian jenis
anestesi dan pemakaian obat anestesi yang akan dilakukan
10) Pemeriksaan penunjung : rontgen, EKG, pemeriksaan
laboratorium (darah lengkap, faal hepar, faa ginjal, masa
pembekuan darah), biopsi, pemeriksaan gula darah
11) Informed consent
12) Penentuan status ASA
b. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2. Intra Operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi
bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Aktivitas
keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal,
yaitu:
      a.   Safety Management (Pengaturan posisi pasien)
Faktor penting yang harus diperhatikan ketika mengatur posisi di ruang
operasi adalah: daerah operasi, usia, berat badan pasien, tipe anastesidan
nyeri. Posisi yang diberikan tidak boleh mengganggu sirkulasi,
respirasi, tidak melakukan penekanan yang berlebihan pada kulit dan
tidak menutupi daerah atau medan operasi.
- Kesejajaran fungsional maksudnya adalah memberikan posisi
yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan
membutuhkan posisi yang berbeda pula, supine
- Pemajanan area pembedahan maksudnya adalah daerah mana yang
akan dilakukan tindakan pembedahan. Dengan pengetahuan
tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan daerah operasi
dengan teknik drapping
- Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi dengan
tujuan untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai
bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
- Memasang alat grounding ke pasien
- Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk
menenagkan pasien selama operasi sehingga pasien kooperatif.
- Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap
seperti : cairan infus, oksigen, jumlah spongs, jarum dan
instrumen tepat.
b.   Monitoring Fisiologis
- Melakukan balance cairan
- Memantau kondisi cardiopulmonal meliputi fungsi pernafasan,
nadi, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen,
perdarahan dll.
- Pemantauan terhadap perubahan vital sign
     c.    Monitoring Psikologis
- Memberikan dukungan emosional pada pasien
- Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur
induksi
- Mengkaji status emosional klien
- Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan)
     d.   Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
- Memanage keamanan fisik pasien
- Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis

       Obat-obat anestesi (Smeltzer, 2002):


1. Obat-obat premedikasi: SA 0,001-0,002 mg/KgBB, Midazolam
0,1-0,2 mg/KgBB, Fentanyl 1-2 mcg/KgBB, Pethidin 1 mg/KgBB
2. Obat antiemetik: Ondansetron 4mg/2mL, Sotatic 10mg/2 mL
3. Obat induksi: Propofol 1,5-2,5 mg/Kg/BB
4. Obat musculorelaksan: Recorium bromide 0,5-1 mg/Kg/BB,
Sucynil Colin 1 mg/KgBB, Roculax 0,5-1 mg/KgBB
5. Obat emergency: Adrenalin injeksi, Epidrin injeksi, Dexamethason
injeksi, Aminophilin injeksi
6. Obat analgetik: Ketorolac 30 mg/ 1 mL, Torasix 30mg/1 mL
7. Obat antidotum: Prostigmin dan narkan
8. Cairan yang diperlukan: Kristaloid seperto ringer laktat, aquadest
25 CC untuk larutan obat, assering. Koloid seperti fimahest atau
gelofusion
Diagnosa Keperawatan
Intra Operatif :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan tekanan
inspirasi danekspirasi karena pemberian agent anastesi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, prosedur invasif
dan truma jaringan.
c. Resiko cidera berhubungan dengan anastesi dan pembedahan.
3. Post Operatif
Fase pasca anesthesia.
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang
pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
a. Mempertahankan ventilasi pulmoner.
Menghindari terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran
pernafasan, diakibatkan penyumbatan oleh lidah yang jatuh,
kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring
trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat
dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala
ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak
atau lendir, harus dilakukan penghisapan dengan suction.
b. Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi
fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari
pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk
meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua
masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka
operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi
c. Masalah psikologis.
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau
kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya
seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang
hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta
pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
d. Mobilisasi fisik.
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk
mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk
mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus
seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
Perawatan post mastektomi
a. Pemasangan plester /hipafik
b. Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi
hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar
tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan
rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri
untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi
dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
c. Plester medial melewati garis midsternal
d. Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
e. Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.
f. Plester superior tidak melewati clavicula
g. Plester inferior harus melewati lubang drain
h. Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti
memotong baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak
mengangu grakkan tangan.
i. Perawatan pada luka eksisi tumor.
j. Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat
seperti BH sehingga menyangga payudara .
k. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka
basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola
penutup (thiersch) tidak boleh dibuka.
l. Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
Pengukuran tensi
Diagnosa Keperawatan
Post Operatif
a. Resiko aspirasi berhubungan dengan status kesadaran, reflek menelan
belum optimal karena pemakaian obat anastesi
b. Resiko cidera berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien
K. Intervensi
1. Pre operatif

DIAGNOSA
NOC NIC
KEP.
Cemas Setelah dilakukan Anxiety reduction :
berhubungan asuhan keperawatan · Tenangkan pasien
dengan peruba selama..... pasien · Jelaskan seluruh prosedurt tindakan kepada
han status menunjukan anxiety pasien dan perasaan yang mungkin muncul
kesehatan control dengan kriteria pada saat melakukan tindakan
hasil: · Berusaha memahami keadaan pasien
1. Pasien · Berikan informasi tentang diagnosa,
kooperatif prognosis dan tindakan
2. Mampu · Mendampingi pasien untuk mengurangi
mengidentifikasikan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan
cemas dengan bahasa · Dorong pasien untuk menyampaikan
tubuh yang tenang tentang isi perasaannya
3. Vital sign in · Kaji tingkat kecemasan
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Ciptakan hubungan saling percaya
· Bantu pasien menjelaskan keadaan yang
bisa menimbulkan kecemasan
· Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal
yang membuat cemas
· Ajarkan pasien teknik relaksasi
· Berikan obat obat yang mengurangi cemas
·
Kurang Setelah dilakukan Teaching : Dissease Process
pengetahuan asuhan keperawatan - Kaji  tingkat pengetahuan klien dan
tentang selama......, keluarga tentang proses penyakit
penyakit, pengetahuan klien - Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,
perawatan,pen meningkat dengan tanda dan gejala serta penyebabnya
gobatan kriteria hasil - Sediakan informasi tentang kondisi klien
kurang 1. Klien mampu - Berikan informasi tentang perkembangan
paparan menjelaskan kembali klien
terhadap apa yang dijelaskan - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
informasi 2. Klien mungkin diperlukan untuk mencegah
kooperative saat komplikasi di masa yang akan datang dan
dilakukan tindakan atau kontrol proses penyakit
- Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan
atau terapi
- Gambarkan komplikasi yang mungkin
terjadi
- Anjurkan klien untuk mencegah efek
samping dari penyakit
- Gali sumber-sumber atau dukungan yang
ada
- Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian nyeri secara
agen injuri asuhan keperawatan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
biologi selama pertemuan, durasi, frekuensi
nyeri klien berkurang - Monitor vital sign
dengan kriteria hasil: - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
1.Nyeri terkontrol untuk mengetahui pengalaman nyeri
2. Klien - Ajarkan teknik
menggunakan teknik - relaksasi nafas dalam untuk mengurangi
non farmakologi nyeri
untuk mengurangi
nyeri
3. Tanda vital
dalam rentang
normal

2. Intra Operatif

DIAGNOSA
NOC NIC
KEP.
Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan Airway and breathing management :
efektif keperawatan selama 1 x 24 - Monitor ventilasi (jalan dan suara
berhubungan jam pasien menunjukan  nafas)
dengan penurunan respiration control dengan - Lakukan management ventilasi
tekanan inspirasi kriteria hasil: dengan head tilt chin leaf / jaw trust
dan ekspirasi 1. Jalan nafas adequat positioning
karena pemberian 2. Suara nafas - Pasang alat bantu nafas : mouth
agent anastesi. vesikuler airway/orofaringeal tube, ET, LMA
3. Saturasi O2 dbn - Monitor keakuratan fungsi ET, LMA
- Lakukan assisted respiration
- Monitor vital sign dan saturasi O2
secara periodik
Resiko infeksi Setelah dilakukanasuhan Infection control management
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 - Kendalikan prosedur masuk kamar
dengan jam, menunjukkan operasi untuk pasien maupun
pembedahan, infection protection, petugas
prosedur invasif enviroment, host and agent - Batasi jumlah personil di kamar
dan truma control  dengan kriteria operasi
jaringan. hasil - Kendalikan sterilitas ruangan dan
1.Terkendalinya nfection peralatan yang dipakai
control - Lakukan cuci tangan bedah,
2.Luka dan keadaan pemakaian jas operasi, pemakaian
sekitar bersih sarung tangan dan duk operasi sesuai
prosedur.
- Terapkan prosedur septik aseptik.
- Lakukan penutupan luka sesuai
prosedur
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Environment kontrol
Resiko cidera Setelah dilakukanasuhan Injury control management
berhubungan keperawatan selama1 x 24 - Anatomis dan imobil position
dengan anastesi jam menunjukkan injury - Pasang groundit kouter dengan benar
dan pembedahan. neuromuscular protection - Melakukan tindakan anastesi sesuai
dengan kriteria hasil : dengan prosedur
·   Tidak terjadi luka baru - Memasang alat bantu pernafasan
diluar organ target sesuai dengan prosedur
·   Instrument terhitung - Hindari manipulasi jaringan
lengkap sebelum dan berlebihan
sesudah operasi. - Penggunaan instrument yang tepat
dan benar
- Perhitungan jumlah instrument
sebelum dan sesudah operasi yang

3. Post Operatif

DIAGNOSA
NOC NIC
KEP.
Resiko aspirasi Setelah dilakukan asuhan Aspiration Precaution :
berhubungan keperawatan selama......, - Monitor tingkat kesadaran dan reflek
dengan status menunjukkan control  menelan
kesadaran, reflek dengan kriteria hasil - Monitor status airway dan bebaskan
menelan belum 1. Airway terkontrol dan airway
optimal karena adequat - Lakukan suctioning jika perlu
pemakaian obat 2. Reflek menelan efektif - Posisikan supinasi atau posisi SIM
anastesi pada operasi jalan nafas
Resiko cidera Setelah dilakukan asuhan Environment Management :
berhubungan keperawatan selama......, - Sediakan lingkungan yang aman dan
dengan tingkat menunjukkan risk control  nyaman
kesadaran pasien dengan kriteria hasil - Posisikan tidur sesuai instruksi medis /
1. Pasien terbebas dari anastesi
cidera - Memasang side trail tempat tidur
2. Pasien komunikatif dan - Hindari dari perabot yang berbahaya
kooperatif - Kaji tingkat kesadaran
- Dampingi selama pasien belum sadar
penuh
- Lindungi arah gerakan dan jangan
lawan gerakan pasien
- Rangsang kesadaran pasien ke Compos
Mentis
- Alat invasif terkontrol
DAFTAR PUSTAKA

Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St.


Louis :Mosby Year-Book

Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi


10.Jakarta:EGC

Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT. Buana Ilmu Populer

Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya

https://www.scribd.com/document/256119672/PATHWAY-Tumor-Mamae , diakses
pada tanggal 13 Januari 2018

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi.
EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah : Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai