Anda di halaman 1dari 22

RUANG HASIL KALI DALAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah


“Matrik dan Ruang Vektor”
Dosen Pengampu:
Nani Sunarmi, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh:
1. Endah Rusmini (12211173006)
2. Irma Budi Rahmayanti (12211173025)
3. Ririn Rismawati (12211173045)

JURUSAN TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
MEI 2020PEMBAHASAN
A. Ruang Hasil Kali Dalam
Perkalian skalar antara dua vektor yang dinyatakan
dengan
Ú ∙ V́ =|Ú ||V́ | c os θ

θ V́
Dapat ditulis :
Ú ∙ V́ =U 1 V 1+U 2 V 2 +U 3 V 3
Sehingga besar vektor U dapat dinyatakan sebagai
2
|Ú| =U 12 U 22 U 32=Ú ∙ Ú
Jika hasil perkalian skalar dari dua vektor yang tidak
nol, berarti tegak lurus.

Ú ∙ V́ =0 ; θ=40 °

Untuk ruang vektor V di istilahkan dengan perkalian


dalam (Inner Product).
Definisi RHD : Jika Ú =( U 1 ,U 2 , … , U n ) dan
V́ = ( V 1 , V 2 , … ,V n ) vektor pada Rn maka perkalian
dalamnya adalah
⟨ Ú ∙ V́ ⟩=U 1 V 1 +U 2 V 2+ …+U n V n

1
¿ ∑ U1 V 1
i=1
2
Dengan besar vektor |Ú | =⟨ Ú ∙ Ú ⟩
Contoh:
Carilah sudut antara Ú dan V́ dimana Ú = (3,2,1,0)
V́ = (1,2,0,0)
Penyelesaian:
⟨ Ú ∙ Ú ⟩= (3 , 2 , 1, 0 ) ∙ (1 , 2,0,0 )
¿ 3.1+2.2+0+0=7
|Ú|=√ ⟨ Ú ∙ Ú ⟩ =√ 32 +22 +12+ 02=√ 1 4
|V́ |=√ ⟨ V́ ∙ V́ ⟩ =√ 1 2+22 +0 2+0 2=√ 5
⟨ Ú ∙ V́ ⟩ 7 7
c os θ= = =
|Ú||V́ | √1 4 ∙ √ 5 √ 7 0
Ruang hasil kali dalam Rill
Untuk X dan Y, Z pada V dan C skalar rill
1. ⟨ X́ , X́ ⟩ ≥ 0 dan ⟨ X́ , X́ ⟩ =0 jika X́ =0
2. ⟨ Ý , X́ ⟩ =⟨ X́ , Ý ⟩
3. ⟨ C´Y , X́ ⟩ =C ⟨ X́ , Ý ⟩
4. ⟨ X́ + Ý , Z ⟩ = ⟨ X́ , Z ⟩ + ⟨ Ý , X́ ⟩
Ruang vektor rill bersama-sama dengan
perkalian dalam yang membentuk ruang vektor hasil
perkalian dalam rill
Untuk fungsi-fungsi pada Rag C0 [a,b] dapat
dinyatakan perkalian dalamnya yaitu
b
⟨ f , g ⟩ =∫ f ( x ) g ( x ) d x
a
2
Dan |f | = ⟨ f , f ⟩

2
b
¿ ∫ f 2( x) d x
a

Contoh:
Jika f(x) = x g(x) = 3x-1 pada C 0 |0 , 1| dapatkan |f |
dan ⟨ f , g ⟩
Penyelesaian:
1
⟨ f , g ⟩ =∫ f ( x ) g ( x ) d x
0
1
⟨ f , g ⟩ =∫ x ( 3 x−1 ) d x
0
1
⟨ f , g ⟩ =∫ ( 3 x2 −x ) d x
0
1
⟨ f , g ⟩ =x3 − x2 ¿10
2
1 1
⟨ f , g ⟩ =1− =
2 2
1 1
2 1 1
|f | =∫ f 2 ( x ) d x =∫ x . x dx= x 2 ¿10=
0 0 2 2
1
Jadi |f |=

Contoh:
√ 2

Diketahui ¿ Ú , V́ >¿ ad +cf , dimana Ú =(a , b , c ) dan


V́ =(d , e , f ). Apakah ¿ Ú , V́ >¿ merupakan hasil kali
dalam?
Penyelesaian:
Jelas bahwa ¿ Ú , V́ >¿ ( a2 +c 2 ) ≥ 0
MisalkanÚ =( 0 ,2 , 0 ) diperoleh ¿ Ú , Ú >¿ 0 padahal
Ú ≠ 0́ (aksioma terakhir tidak terpenuhi
3
Jadi ¿ Ú , V́ >¿ ad +cf bukan merupakan hasil kali
dalam
B. Himpunan Ortogonal & Ortormal
Suatu himpunan vektor-vektor di dalam sebuah
ruang hasil kali dalam disebut sebagai himpunan
ortogonal (orthogonal set) jika setiap pasangan
vektor yang berbeda di dalam himpunan tersebut
adalah ortogonal. Sebuah himpunan ortogonal yang
vektor-vektornya memiliki norma 1 disebut
ortonormal (orthonormal).
Contoh:
Himpunan Ortogonal pada R3
Misalkan
u1= ( 0 ,1 , 0 ) ,u 2=( 1 ,0 ,1 ) , u3=( 1 , 0 ,−1 )
Dan asumsikan bahwa R3 memiliki hasilkali
dalam Euclidean. Berdasarkan hal ini maka
himpunan vektor S = {u1, u2, u3} adalah ortogonal
karena ⟨ u1 ,u 2 ⟩= ⟨ u 1 , u3 ⟩ =⟨ u2 ,u 3 ⟩ =0.
Jika v adalah sebuah vektor taknol pada sebuah
ruang hasilkali dalam, maka berdasarkan Teorema
6.2.2 bagian (c) yaitu ‖k u‖=|k|‖u‖, vektor
1
v
‖v‖
memiliki norma 1, karena
1 1
‖v‖= 1 ‖v‖=1
‖ ‖| |
‖v‖
v =
‖v‖ ‖v‖
Proses mengalikan sebuah vektor taknol v
dengan nilai resiprok (kebalikan) dari panjangnya
untuk memperoleh sebuah vektor dengan norma 1
4
disebut sebagai menormalisasikan v (normalizing v).
Sebuah himpunan ortogonal yang terdiri dari vektor-
vektor taknol akan selalu dapat dikonversikan
menjadi sebuah himpunan ortonormal dengan cara
menormalisasikan setiap vektornya.
Contoh:
Membentuk sebuah Himpunan Ortonormal
Norma-norma Euclidean dari vektor-vektor dalam
Contoh adalah
‖u1‖=1 ,‖u2‖=√ 2,‖u 3‖= √2
Sebagi konsekuensinya, normalisasi u1, u2, dan
u3 akan menghasilkan
u
v1 = 1 =( 0 , 1 , 0 )
‖u1‖
u 1 1
v 2= 2 =
‖u2‖ √2 √2 (
,0 , )
u3 1 1
v3 = =
‖u3‖ √2 ( , 0 ,−
√2 )
Buktikan bahwa himpunan S = {v1, v2, v3}
adalah ortonormal dengan cara menunjukkan bahwa
⟨ v 1 , v 2 ⟩ =⟨ v 1 , v 3 ⟩ =⟨ v 2 , v ⟩ =0
Dan
‖v 1‖=‖v 2‖=‖v 3‖=1
Di dalam sebuah ruang hasilkali dalam, sebuah
basis yang terdiri dari vektor-vektor ortonormal
disebut sebagai basis ortonormal, dan sebuah basis
yang terdiri dari vektor-vektor ortogonal disebut
sebagai basis ortogonal. Sebuah contoh basis

5
ortonormal yang cukup kita kenal adalah basis
standar untuk R3 yang memiliki hasilkali dalam
Euclidean:
i = (1, 0, 0), j = (0, 1, 0), k = (0, 0, 1)
Basis ini adalah basis yang diasosiasikan dengan
sistem koordinat siku-siku. Secara lebih umum, pada
Rn yang memiliki hasilkali dalam Euclidean, basis
standar
e1 = (1,0,0,..,0),e2 = (0,1,0,...,0),..,en = (0,0,0,..,1)
adalah basis ortonormal.
Teorema 6.3.1
Jika S = {v1, v2, . . . , v3} adalah sebuah basis
ortonormal untuk sebuah ruang hasilkali dalam V,
dan u adalah sebuah vektor sebarang pada V, maka
u=⟨ u , v 1 ⟩ v 1 + ⟨ u , v 2 ⟩ v 2+ …+ ⟨ u , v n ⟩ v n
Bukti
Karena S = {v1, v2, . . . , vn} adalah sebuah basis,
sebuah vektor u dapat dinyatakan dalam bentuk
u = k1v1 + k2v2 + . . . + knvn
Kita akan melengkapi bukti ini dengan
menunjukkan bahwa k i=⟨ u , v i ⟩ untuk i = 1, 2, . . . , n.
Untuk setiap vektor vi di dalam S kita memperoleh
⟨ u , v i ⟩ =⟨ k 1 v 1 +k 2 v 2 +…+ k n v n , v i ⟩
¿ k 1 ⟨ v 1 , v i ⟩ + k 2 ⟨ v 2 , v i ⟩ +…+ k n ⟨ v n , v i ⟩
Karena S = {v1, v2, . . . , vn} adalah sebuah
himpunan ortonormal, kita memperoleh
2
⟨ v i , v i ⟩ =‖v i‖ =1 dan ⟨ v j , v i ⟩ =0 jika j ≠i

6
Oleh karena itu, persamaan di atas untuk ⟨ u , v i ⟩
dapat disederhanakan menjadi
⟨ u , v i ⟩ =k i
Dengan menggunakan terminologi dan notasi,
skalar-skalar
⟨ u , v1 ⟩ , ⟨ u , v2 ⟩ , … , ⟨ u , vn ⟩
Di dalam Teorema 6.3.1 adalah koordinat-
koordinat dari vektor u relatif terhadap basis
ortonormal S = {v1, v2, . . . , vn} dan
u S= ( ⟨ u , v 1 ⟩ , ⟨ u , v 2 ⟩ , … , ⟨ u , v n ⟩ )
Adalah vektor koordinat dari u relatif terhadap
basis ini.
Contoh:
Vektor Koordinat Relatif terhadap Basis
Ortonormal
Misalkan
−4 3 3 4
(
v1 =( 0 ,1 , 0 ) , v 2=
5) ( )
, 0 , , v 3= , 0 ,
5 5 5
Adalah mudah untuk membuktikan bahwa S =
{v1, v2, v3} adalah sebuah basis ortonormal untuk R3
yang memiliki hasilkali dalam Euclidean. Nyatakan
vektor u = (1, 1, 1) sebagai sebuah kombinasi linear
dari vektor-vektor di dalam S, dan tentukan vektor
koordinat (u)S.
Penyelesaian:
−1 7
⟨ u , v 1 ⟩ =1 , ⟨ u , v 2 ⟩ = 5 , dan ⟨ u , v 3 ⟩ = 5
Oleh karena itu, berdasarkan Teorema 6.3.1 kita
memperoleh
7
1 7
u=v 1− v 2+ v 3
5 5
1 −4 3 7 3 4
(
( 1 ,1 , 1 )=( 0 , 1 , 0 )−
5 5 ) ( ,0, +
5 5 5 )
,0,
5
Vektor koordinat dari u relatif terhadap S adalah
1 7
( )
( u ) S=( ⟨ u , v 1 ⟩ , ⟨ u , v 2 ⟩ , ⟨ u , v 3 ⟩ ) = 1 ,− ,
5 5
Catatan
Manfaat Teorema 6.3.1 dapat terlihat jelas dari
contoh ini apabila kita mengingat bahwa untuk basis-
basis bukan ortonormal, kita selalu harus
menyelesaikan sebuah sistem persamaan untuk dapat
menyatakan suatu vektor dalam bentuk sebuah basis.
Basis ortonormal untuk ruang hasilkali dalam
sangat bermanfaat karena sejumlah rumus yang telah
kita kenal berlaku untuk basis-basis semacam ini
sebagaimana akan diperlihatkan oleh teorema berikut
ini.
Teorema 6.3.2
Jika S adalah sebuah basis ortonormal untuk
sebuah ruang hasilkali dalam berdimensi n, dan jika
( u ) S=( u1 , u2 ,… , un ) dan ( v )S=( v 1 , v 2 , … , v n )
maka:
a) ‖u‖= √u12 +u22 +…+un2
2 2 2

b) d ( u , v )= ( u1−v 1 ) + ( u2−v 2 ) +…+ ( u n−v n )
c) ⟨ u , v ⟩=u1 v 1+u 2 v 2+ …+un v n
Catatan
Perhatikan bahwa sisi kanan kesamaan pada
bagian (a) adalah norma dari vektor koordinat (u)S
8
merujuk pada hasilkali dalam Euclidean pada Rn, dan
sisi kanan kesamaan pada bagian (c) adalah hasilkali
dalam Euclidean dari (u)S dan (v)S. Sehingga, dengan
menggunakan basis-basis ortonormal, perhitungan
norma dan hasilkali dalam yang umum dapat
disederhanakan menjadi perhitungan norma dan
hasilkali dalam Euclidean dari vektor-vektor
koordinat.
Contoh:
Menghitung Norma dengan Menggunakan Basis
Ortonormal
Jika R3 memiliki hasilkali dalam Euclidean,
maka norma dari vektor u = (1, 1, 1) adalah
‖u‖=( u . u )1 /2=√ 12+ 12+12 =√ 3
Akan tetapi, jika kita misalkan R3 memiliki basis
ortonormal S seperti yang diberikan di dalam contoh
sebelum ini, maka kita dapat mengetahui dari contoh
itu bahwa vektor koordinat dari u relatif terhadap S
adalah
1 7
(
( u ) S= 1,− ,
5 5)
Norma u juga dapat dihitung dari vektor ini
dengan menggunakan bagian (a) Teorema 6.3.2.
Perhitungan ini menghasilkan
−1 2 7 2 75

‖u‖= 12 + ( ) ()
5
+
5
=
25
= √3

Koordinat-koordinat Relatif terhadap Basis
Ortogonal

9
Jika S = {v1, v2, . . . , vn} adalah sebuah basis
ortogonal untuk sebuah ruang vektor V, maka
normalisasi tiap-tiap vektor di dalam basis ini akan
menghasilkan basis ortonormal
v1 v2 vn
'
S=
{ , ,…,
‖v 1‖ ‖v 2‖ ‖v n‖ }
Sehingga, jika u adalah sebuah vektor sebarang
di dalam V, berdasarkan Teorema 6.3.1 kita akan
memperoleh
v v1 v v2 v vn
⟨ ⟩ ⟨ ⟩
u= u , 1
‖v 1‖ ‖v 1‖
+ u, 2
‖v 2‖ ‖v2‖ ⟨ ⟩
+ …+ u , n
‖v n‖ ‖v n‖
yang berdasarkan Teorema 6.1.1 bagian (c) dapat
dituliskan kembali sebagai
⟨u , v1 ⟩ ⟨u , v2 ⟩ ⟨u , vn ⟩
u= 2
v1 + 2
v 2 +…+ 2
v n (1)
‖v 1‖ ‖v 2‖ ‖v n‖
Rumus ini menyatakan u sebagai sebuah
kombinasi linear dari vektor-vektor di dalam basis
ortogonal S.
Terbukti dengan sendirinya bahwa jika v1, v2,
dan v3adalah tiga vektor taknol pada R3 yang saling
tegak lurus satu sama lainnya, maka tidak satu pun
dari ketiga vektor ini yang terletak pada bidang yang
sama dengan salah satu dari kedua vektor lainnya;
sehingga, vektor-vektor ini bebas linear. Teorema
berikut ini merupakan generalisasi dari hal tersebut.
Teorema 6.3.3

10
Jika S = {v1, v2, . . . , vn} adalah suatu himpunan
ortogonal vektor-vektor taknol pada sebuah ruang
hasilkali dalam, maka S bebas linear.
Bukti
Asumsikan bahwa
k 1 v 1 +k 2 v 2+ …+k n v n =0(2)
Untuk menunjukkan bahwa S = {v1, v2, . . . , vn}
bebas linear, kita harus membuktikan bahwa k 1 = k2
= . . . = kn = 0.
Untuk setiap vi di dalam S, berdasarkan Rumus
(2) kita memperoleh
⟨ k 1 v 1 +k 2 v 2 +…+ k n v n , v i ⟩ =⟨ 0 , v i ⟩ =0
atau secara ekuivalen,
k 1 ⟨ v 1 , v i ⟩ + k 2 ⟨ v 2 , v i ⟩ +…+ k n ⟨ v n , v i ⟩ =0
Dari ortogonalitas S kita memperoleh ⟨ v j , v i ⟩ =0
jika j ≠ i, sehingga persamaan ini dapat
disederhanakan menjadi
k i ⟨ v i , v i ⟩ =0
Karena vektor-vektor di dalam S diasumsikan
sebagai vektor-vektor taknol, ⟨ v i , v i ⟩ ≠ 0 berdasarkan
aksioma positivitas untuk hasilkali dalam. Dengan
demikian, ki = 0. Karena subskrip i adalah sebarang,
kita memperoleh k1 = k2 = . . . = kn = 0; sehingga, S
bebas linear.
Contoh:
Menggunakan Teorema 6.3.3
Dalam Contoh 2 kita telah menunjukkan bahwa
vektor-vektor
v1 =( 0 ,1 , 0 )
11
( √12 , 0 , √12 )
v 2=

1 1
v =( , 0 ,− )
3
√2 √2
Membentuk sebuah himpunan ortonormal
dengan merujuk pada hasilkali dalam Euclidean pada
R3. Melalui Teorema 6.3.3, vektor-vektor ini
merupakan himpunan vektor bebas linear, dan karena
R3 berdimensi tiga, S = {v1, v2, v3} adalah sebuah
basis ortonormal bagi R3 melalui Teorema 5.4.5 yaitu
Jika V adalah suatu ruang vektor berdimensi n,
dan jika S adalah suatu himpunan pada V dengan
tepat n vektor, maka S adalah basis untuk V jika
salah satu dari hal berikut berlaku, S merentang V
atau S bebas linear.
Proyeksi Ortogonal
Di dalam ruang R2 dan R3 yang memiliki
hasilkali dalam Euclidean, secara geometrik dapat
dibuktikan bahwa jika W adalah sebuah garis atau
sebuah bidang yang melewati titik asal ruang, maka
tiap-tiap vektor u di dalam ruang dapat dinyatakan
sebagai jumlah
u=w1 + w2
di mana w1 terletak pada W dan w2 tegak lurus
terhadap W.
Teorema 6.3.4
Teorema Proyeksi
Jika W adalah sebuah subruang berdimensi
terhingga dari suatu ruang hasilkali dalam V, maka

12
setiap vektor u di dalam V dapat dinyatakan dengan
tepat satu cara sebagai
u = w1 + w2 (3)
di mana w1 terletak pada W dan w2 terletak pada
W┴.\
Vektor w1 pada teorema di atas disebut sebagai
proyeksi ortogonal u pada W (orthogonal projection
of u on W) dan dinotasikan dengan projWu. Vektor w2
disebut sebagai komponen u yang ortogonal terhadap
W (component of u orthogonal to W) dan
dinotasikan dengan projW┴u. Dengan demikian,
Rumus (3) di dalam Teorema Proyeksi dapat
dinyatakan sebagai
u = projWu + projW┴u (4)
Karena w2 = u – w1, kita memperoleh
projW┴u = u - projWu
sehingga Rumus (4) juga dapat dituliskan sebagai
u = projWu + (u - projWu) (5)
Teorema 6.3.5
Misalkan W adalah sebuah subruang berdimensi
terhingga dari suatu ruang hasilkali dalam V.
a) Jika {v1, v2, . . . , vr} adalah sebuah basis
ortonormal untuk W, dan u adalah sebuah vektor
sebarang pada V, maka
p rojW u=⟨ u , v 1 ⟩ v 1 + ⟨ u , v 2 ⟩ v 2+ …+ ⟨ u , v r ⟩ v r (6)
b) Jika {v1, v2, . . . , vr} adalah sebuah basis
ortogonal untuk W, dan u adalah sebuah vektor
sebarang pada V, maka

13
⟨u , v1 ⟩ ⟨ u , v2 ⟩ ⟨u , vr ⟩
p rojW u= 2
v1 + 2
v 2 +…+ 2
v r (7)
‖v 1‖ ‖v2‖ ‖vr‖
Contoh:
Menghitung Proyeksi
Misalkan R3 memiliki hasilkali dalam
Euclidean, dan W adalah subruang yang direntang
oleh vektor-vektor ortonormal

v1 =( 0 ,1 , 0 ) dan v 2= ( −45 , 0 , 35 ). Dari (6), proyeksi


ortogonal dari vektor u = (1, 1, 1) pada W adalah
p rojW u=⟨ u , v 1 ⟩ v 1 + ⟨ u , v 2 ⟩ v 2

( −15 )( −45 , 0 , 35 )
¿ ( 1 ) ( 0 ,1 , 0 ) +

4 3
¿ ( ,1 ,− )
25 25
Komponen u yang ortogonal terhadap W adalah
p rojW u=u− p roj W u

( 245 ,1 ,− 235 )
¿ ( 1 ,1 , 1 )−

21 28
¿( , 0 ,
25 25 )
Perhatikan bahwa projW┴u ortogonal terhadap v1
dan v2 sehingga vektor ini ortogonal terhadap setiap
vektor di dalam ruang W yang direntang oleh v1 dan
v2, sebagaimana yang seharusnya.
Menentukan Basis Ortogonal dan Basis
Ortonormal

14
Kita telah melihat bahwa basis ortonormal
memiliki berbagai sifat yang berguna. Teorema kita
berikutnya, yang merupakan hasil terpenting dari
pengkajian kita pada subbab ini, menunjukkan
bahwa setiap ruang vektor taknol berdimensi
terhingga memiliki basis ortonormal. Pembuktian
mengenai hal ini sangatlah penting, karena akan
menyediakan sebuah algoritma atau metode, untuk
mengkonversikan suatu basis sebarang menjadi
sebuah basis ortonormal.
Teorema 6.3.6
Setiap ruang hasilkali dalam taknol berdimensi
terhingga memiliki sebuah basis ortonormal.
Bukti
Misalkan V adalah suatu ruang hasilkali dalam
taknol berdimensi terhingga sebarang, dan misalkan
{u1 , u2 , … , un } adalah basis sebarang untuk V.
Akan cukup kiranya apabila kita dapat menunjukan
bahwa V memiliki sebuah basis ortogonal, karena
vektor-vektor di dalam basis ortogonal itu dapat
dinormalisasikan untuk menghasilkan sebuah basis
ortonormal untuk V . Urutan langkah berikut ini
akan menghasilkan sebuah basis ortogonal {
v 1 , v 2 , … , v n} untuk V.
Langkah 1.
Misalkan v1 = u1
Langkah 2
Kita dapat memperoleh sebuah vektor v 2 yang
ortogonal terhadap v1 dengan menghitung komponen

15
u2 yang ortogonal terhadap ruang W 1 yang direntang
oleh v1 . Dengan menggunakan Rumus (7) :
(u ¿ ¿ 2 , v 1)
v 2 = u2− p roj W u 2 = u2− 2
v1 ¿
1
‖v 1‖
Tentu saja, jika v 2 = 0, maka v 2 bukan
merupakan sebuah vektor basis. Namun tidak
mungkin demikian halnya, karena dari rumus v 2 kita
memperoleh
(u ¿ ¿ 2 , v 1 ) (u ¿ ¿ 2 , v 1 )
u2 = 2
v1 ¿ = 2
u1 ¿
‖v 1‖ ‖u1‖
Yang menjelaskan kepada kita bahwa u2 adalah
kelipatan dari u1, sehingga bertentangan dengan
kebebasan linear dari basis S = {u1 , u2 , … , un }
Langkah 3
Untuk membuat sebuah vektor v3 yang
ortogonal terhadap v1 maupun v 2, kita menghitung
komponen u3 yang ortogonal terhadap ruang W 2
yang direntang oleh v1 dan v 2. Dari (7)
v3 = u3− p roj W u 3 = 2

(u ¿ ¿ 3 , v 1) (u ¿ ¿ 3 , v 2 )
u3 − 2
v 1− 2
v2 ¿ ¿
‖v 1‖ ‖v 2‖
Sebagaimana pada langkah (2), kebebasan linear
dari {u1 , u2 , … , un } memastikan bahwa v3 ≠ 0.
Langkah 4
Untuk menentukan sebuah vektor v 4 yang
ortogonal terhadap v1 , v 2, dan v3 , kita menghitung
komponen u 4 yang ortogonal terhadap ruang W 3
16
yang direntang oleh v1 , v 2, dan v3 . Dari (7) kita
memperoleh
v 4= u 4− p rojW u 4 3

(u ¿ ¿ 4 , v 1 ) (u ¿ ¿ 4 , v2 ) (u ¿ ¿ 4 , v 3)
¿ u4 − 2
v 1− 2
v 2− 2
v 3 ¿ ¿¿
‖v1‖ ‖v 2‖ ‖v 3‖
Apabila kita terus melakukan hal ini, setelah
langkah ke-n kita akan memperoleh himpunan
vekto-vektor ortogonal { v 1 , v 2 , … , v n}. Karena
V berdimensi n dan setiap himpunan ortogonal
bersifat bebas linear, maka himpunan {
v 1 , v 2 , … , v n} adalah sebuah basis ortogonal
bagi V.
C. Proses Gramm-Schmidth
Basis bagi suatu RHD V→ Basis ortonormal bagi V
s= { ć 1 , ć 2 , … , c´n } B= { ẃ1 , ẃ2 , … , ẃn }
Langkah yang dilakukan:
c´1
1. ẃ 1=
|c´1|
2. Langkah kedua c´2 → ẃ 2

Karena ṕ1= p roj ẃ c´2= ⟨ ć 2 , ẃ1 ⟩ ẃ1 dan q́1= c´2 − ṕ 1


1

17
ć 2−⟨ c´2 , ẃ1 ⟩ ẃ 1
Maka ẃ 2=
|ć 2−⟨ c´2 , ẃ1 ⟩ ẃ 1|
3. Langkah ketiga c´3 → ẃ3

ṕ2= p roj w ć 3= ⟨ ć3 , ẃ1 ⟩ ẃ1 + ⟨ c´3 , ẃ2 ⟩ ẃ2 dan q́2= ć3 − ṕ 2
ć 3− ⟨ c´3 , ẃ1 ⟩ ẃ1− ⟨ c´3 , ẃ2 ⟩ ẃ2
Maka ẃ 2=
|ć 3− ⟨ c´3 , ẃ1 ⟩ ẃ1− ⟨ c´3 , ẃ2 ⟩ ẃ2|

Contoh:
1 0 0
Diketahui : B= ú 1 =
{ ( ) ( ) ( )}
1
, ú
1 2 1 3 0
=
1
, ú =
1
B merupakan basis pada RHD Euclides di R3.
Transformasikan basis tersebut menjadi basis
Ortonormal.
Penyelesaian:
Langkah 1
u´ 1 , 1,1 1 1 1
v́1 = 1 =
|u´1| √ 3
= , (,
√ 3 √3 √ 3 )
Langkah 2

18
u´2− p roj v́ ú2
v́ 2= 1

|u´2− p roj v́ ú2| 1

Karena
ú2− p roj v´ u´2=¿ ú2− ⟨ u´2 , v´1 ⟩ v́ 1
1

2
= ( 0 , 1,1 )−
√3 ( √13 , √13 , √13 )
Maka
2 2 1 2 1 2 4 1 1 6
1

−2 1 1
√ √ √(
|u´2 −p roj v´ u´2|= 3 + 3 + 3 = 9 + 9 + 9 = √3
)( ) ( ) √
Sehingga v́ 2= , ,
√ 6 √ 6 √6 ( )
Langkah 3
ú − p roj w ú3
v́3 = 3
|ú3− p roj w ú3|
Karena ú3− p roj w u´3=¿ ú3− ⟨ u´3 , v´1 ⟩ v´1− ⟨ ú3 , v´2 ⟩ v´2
=
1 1 1 1 1 −2 1 1
( 0 , 0,1 )− , ,( − , ,
√ 3 √ 3 √ 3 √3 √6 √ 6 √ 6 √ 6 ) ( )
1 1
= 0 ,− ,
2 2 ( )
Maka
−1 2 1 2 1 1 1
( )()
|u´3 −p rojw ú3|= ( 0 )2 +
1 1
√ 2
+
2
= 0+ + =
4 4 √2 √
Sehingga v́ =( 0 ,− , )3
√2 √ 2
Jadi,

19
1 −2

{( ) ( ) ( )}
0
√ 3 √ 6 −1
1 1
{ v́ 1 , v́ 2 , v´3 } = , , √2
√3 √ 6 1
1 1
√2
√3 √ 6
Merupakan basis ortonormal untuk ruang vektor R3
dengan hasil kali dalam Euclides.

DAFTAR PUSTAKA

20
Gusnedi. 1999. Matriks dan Ruang Vektor. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Tim Dosen. Matriks dan Ruang Vektor. Bandung: Telkom
University.

21

Anda mungkin juga menyukai