O
L
E
H
Listia Rivani (856215436)
PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
PADANG
1. Jelaskan satuan-satuan sintaksis dalam bahasa Indonesia ( kata, frase, klausa, dan
kalimat) beserta contoh dan analisislah kalimat berikut berdasarkan
a. Jenis kata
b. Frasa
c. Kalimat jika terdiri dari :
Jumlah inti
Jumlah pola kalimat
Kalimatnya adalah sebagai berikut :
Petani tua itu sedang membajak sawah ( frasa )
Adik membaca dan kakak menulis (jumlah pola kalimat)
Pena anak itu tiga buah ( jumlah inti)
Jawab
1. KATA
Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah
morfem); tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial
menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase.
Kata dibedakan menjadi dua, yaitu kata penuh (fullword) dan kata tugas (functionword).
1. Kata Penuh
· Yang termasuk kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba,
adjektifa, adverbia, dan numeralia.
· Sebagai kata penuh, kata-kata berkategori nomina, verba, dan adjektifa memiliki makna
leksikal masing-masing, misalnya, kata kucing dan masjid, memiliki makna ‘sejenis binatang
buas’ dan ‘tempat ibadah orang Islam’
· Kata penuh dapat mengalami proses morfologi.
· Kata-kata yang disebut kata penuh memiliki kebebasan yang mutlak, atau hampir mutlak,
sehingga dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis.
· Kata penuh dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis, contohnya, pada kalimat “Nenek
membaca komik.” Kata Nenek mengisi fungsi subjek, kata membaca mengisi fungsi predikat,
dan kata komik mengisi fungsi objek.
2. Kata Tugas
· Yang termasuk kata tugas adalah kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi.
· Kata tugas tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai tugas sintaksis.
Contohnya: kata dan dan meskipun, dan untuk menggabungkan menambah dua kontituen,
dan meskipun untuk menggabungkan menyatakan penegasan.
· Kata tugas mempunyai kebebasan yang terbatas. Sesuai dengan namanya, yaitu kata tugas,
dia selalu terikat pada kata yang ada di belakangnya (untuk preposisi), atau yang berada di
depannya (untuk konjungsi). Kecuali, jika preposisi atau konjungsi itu menjadi topik
pembicaraan, tentu akan tampak bebas.
2. FRASE
Frase lazim didefinisikan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif (hubungan kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-
predikat atau berstruktur predikat-subjek), atau frase lazim juga disebut gabungan kata yang
mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase terdiri lebih dari satu kata dan frase
harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Contohnya: belum makan dan tanah
tinggi.
Dalam pembicaraan tentang frase biasanya dibedakan adanya jenis frase, yaitu:
1. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik merupakan frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku
sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frase di pasar, yang terdiri dari
komponen di dan komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frase ini dapat mengisi
fungsi keterangan.
Frase eksosentris biasanya dibedakan atas frase eksosentris yang direktif atau frase
preposisional dan frase eksosentris nondirektif. Frase eksosentris direktif komponen pertamanya
berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok
kata yang biasanya bergategori nomina. Sedangkan frase eksosentris yang nondirektif komponen
pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan kaum;
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina, ajektifa, atau
verba. Misalnya : si miskin, sang mertua, dan kaum cerdik pandai.
2. Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memeliki
perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat
menggantikan kedudukan keseluruhannya. Misalnya, sedang membaca. Frase endosentrik ini
lazim juga disebut frase modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan
inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Misalnya,
kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam frase sedang membaca dibatasi
maknanya oleh kata sedang sehingga maknanya itu menjadi ‘perbuatan membaca itu tengah
berlangsung’.
3. Frase Koordinatif
Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau
lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan dengan konjungsi
koordinatif, baik yang tunggal maupun konjungsi terbagi. Frase koordinatif ini mempunyai
kategori sesuai dengan kategori komponen pembentuknya.
Frase koordinatif yang tidak menggunkan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frase
parataksis. Contoh: hilir musik, tua muda, pulang pergi, sawah ladang, dan dua tiga hari.
4. Frase Apositif
Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya;
dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan.
3. KLAUSA
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di
dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan
yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat
yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib,
sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.
Kalusa juga berpotensi menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi
sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat. Frase dan kata juga mempunyai potensi untuk menjadi
kalimat kalau diberi intonasi final; tetapi hanya sebagai kalimat minor, bukan kalimat mayor,
sedangkan kalusa berpotensi menjadi kalimat mayor.
Jenis klausa dapat dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi
predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat.
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya
mempunyai subjek dan predikat, dan berpotensi menjadi kalimat mayor. Berbeda dengan klausa
bebas yang mempunyai struktur lengkap, maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak
lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek, objek, atau hanya keterangan
saja. Oleh karena itu, klausa terikat tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
Berdasarkan kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya, dapat dibedakan menjadi
lima, yaitu:
1. Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verba. Misalnya, klausa nenek
membaca, dan sapi itu berlari. Sesuai dengan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya
(1) klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif, seperti nenek membaca
surat. (2) Klausa intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, seperti nenek
menangis. (3) Kalusa reflektif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba reflektif,
seperti nenek sedang berdandan. (4) Klausa resiprokal, yaitu klausa yang predikatnya berupa
verba resiprokal, seperti mereka bertengkar sejak kemarin.
2. Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina,
misalnya petani, dan dosen sintaksis.
3. Klausa adjektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori adjektifa, baik berupa kata
maupun frase. Contohnya: bumi ini sangat luas.
5. Klausa preposisional adalah klausa ynag predikatnya berupa frase yang berkategori
preposisi. Misalnya: nenek di kamar, dan kakek ke pasar baru.
6. Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase numeralia.
Misalnya: gajinya lima juta sebulan.
4. KALIMAT
Kalimat adalah susunan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar yang biasanya berupa
klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Intonasi
final yang merupakan ciri dari sebuah kalimat terdiri dari tiga buah, yaitu intonasi deklaratif,
yang dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik; intonasi interogatif, yang dalam
bahasa tulis ditandai dengan tanda tanya; dan intonasi seru, yang dalam bahasa tulis ditandai
dengan tanda seru.
Contoh:
· Kakek membaca koran di teras.
· Kakek membaca koran di teras, sedangkan nenek membaca buku di kamar.
· Apakah buku yang dibaca oleh nenek?
Jenis Kalimat
1. Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti
Kalimat inti biasanya juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa
inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral, dan alternatif. Kalimat inti dapat diubah
menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses tranformasi.
Contoh:
· Nenek membaca koran.
· Koran dibaca nenek.
2. Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Contoh : Bacalah keras-keras!
Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat itu, dibedakan menjadi kalimat
majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk
bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.
Kalimat majemuk koordinatif merupakan kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki
status yang sama, setara, atau sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koordinatif
secara eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau, dan tetapi, namun
tak jarang hubungan itu hanya secara implisit, artinya tanpa menggunakan konjungsi.
Contoh : Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.
Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-
klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan klausa atasan, dan klausa
yang lain merupakan klausa bawahan. Kedua klausa tersebut biasanya dihubungkan dengan
konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, dan karena.
Contoh : Kalau nenek pergi, kakek pun ikut pergi.
3. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor
Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya
klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu. Jika klausanya lengkap, sekurang-
kurangnyamemiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika
klausanya tidak lengkap, baik hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan
saja, maka kalimat itu disebut kalimat minor.
Contoh kalimat mayor : Kakek adalah seorang petani.
Contoh kalimat minor : Halo!
4. Kalimat Verba dan Kalimat non-Verba
Kalimat verba adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verba, atau kalimat yang predikatnya
berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang
predikatnya bukan kata atau frase verba; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Contoh:
· Dika menendang bola.
· Nenek sedang membaca.
5. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat
Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi uraian lengkap, atau
dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang
menjelaskannya. Misalnya, Mencari pohon besar di Jakarta sangat susah., sedangkan kalimat
terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi
pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks. Biasanya kalimat terikat ini menggunakan
salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis.
Misalnya, Apa yang kamu lakukan di sana?
Wacana Eksposisi
Karangan eksposisi merupakan jenis wacana yang bertujuan untuk menerangkan sesuatu
hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Eksposisi
merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya
menjelaskan pengertian kebudayaan, komunikasi, perkembangan teknologi, pertumbuhan
ekonomi kepada pembaca.
Dalam wacana eksposisi disajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai sebuah
topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori tentang timbulnya suatu
penyakit, dan lainnya. la juga digunakan untuk menjelaskan terjadi sesuatu,
beroperasinya sebuah alat dan sebagainya.
Wacana Persuasi
Karangan persuasi merupakan salah satu jenis wacana yang bertujuan untuk
mempengaruhi mitra tutur guna melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan
penuturnya. Dalam proses mempengaruhi, biasanya digunakan segala daya upaya yang
membuat mitra tutur terpengaruh.
Oleh karena itu, wacana persuasi biasanya menggunakan alasan yang tidak rasional.
Persuasi sesungguhnya merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha
mem- pengaruhi orang lain atau para pembaca. Agar pembaca atau pendengar melakukan
sesuatu bagi orang yang melakukan persuasi, meskipun yang dipersuasi sebetulnya tidak
terlalu percaya akan apa yang diujarkannya itu.
Wacana persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan aspek-aspek psikologis untuk
mempengaruhi orang lain. Contoh jenis dari wacana persuasi yang sering kita temui yaitu
berupa kampanye dan iklan.
Wacana Deskripsi
Karangan deskripsi yaitu suatu bentuk wacana yang bertujuan menyajikan suatu objek
atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek seperti dapat dibayangkan dan dilihat oleh
pembaca. Dan akhirnya pembaca pun seakan-akan dapat merasakannya sendiri.
Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat barang-barang atau
objeknya. Sebuah deskripsi mengenai rumah diharapkan menyajikan banyak penampilan
individual dan karakteristik dari rumah itu, dan beberapa aspek yang dapat dianalisis,
seperti besarnya, materi konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.
Jadi, singkatnya tujuan dari karangan deskripsi yaitu untuk membuat para pembaca
menyadari apa yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan
pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman
langsung.
Wacana Narasi
Karangan narasi adalah salah satu jenis wacana yang di dalamnya berisi cerita. Dalam
wacana narasi terdapat unsur cerita yang penting, seperti pelaku, waktu, peristiwa.
Adanya aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima. Sehingga, pembaca
atau penerima pesan dapat membentuk citra atau imajinasi.
b. Anonim
Kata anonim yang lazim disebut lawan kata berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang berarti
‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’. Secara harfiah berarti’ nama lain untuk benda lain’.
Menurut verhaar, antonim adalah ungkapan ( biasanya berupa kata , tetapi dapat juga berupa
frase atau kalimat ) yang dianggap bermakna kebaikan dari ungkapan lain. Antonim juga disebut
dengan istilah oposisi makna. Ada beberapa jenis oposisi makna , yaitu : oposisi mutlak, oposisi
kutub , oposisi hubungan , oposisi hierarki , dan oposisi majemuk.
1) Oposisi mutlak
Kata-kata yang beroposisi adalah kata-kata yang memiliki pertentangan secara mutlak .
Contoh: laki-laki dengan perempuan
Hidup dengan mati
2. Homonim, Homofon, Homograf, dan Polisemi
Kata Homonim berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang berarti ‘kata’ dan homos yang
berarti’sama’. Secara harfiah homonim berarti, kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda
maknanya.
Contoh:
Hak asasi manusia
Hak sepatu wanita
Bisa ular belang itu sangat berbahaya
Dia pasti bisa melakukannya
Homofon adalah kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan dan maknanya.
Contoh :
Masa dan massa
Sanksi dan sangsi
Homograf adalah kata yang sama ejaannya tetapi lafal dan maknanya berbeda.
Contoh :
Mobil sedan pak bupati berwarna merah
Anak laki-laki kecil itu menangis sedu-sedau.
Polisemi
Polisemi adalah satuan bahasa ( terutama kata atau frase ) yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh :
(1) Mangga arumanis yang bergelantungan itu sudah matang.
. Hiponim
Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno onoma yang berasal dari hypo yang berarti ‘di
bawah’. Dalam kamus linguistik hiponim berarti hubungan antara makna sfesifik dan makna
generik atau antara anggota taksonomi, misalnya anjing, kucing dan kambing merupakan
hiponim dari hewan. Secara semantis hiponim dapat di definisikan sebagai ungkapan (kata, frase,
atau kalimat) yang maknanya di anggap merupakan bagian dari makna ungkapan lain.
Kata mangga, rambutan, durian, jambu merupakan hiponim dari buah. Bila nama-nama itu
tersebut, kita sudah tau bahwa nama-nama tersebut adalah nama buah-buahan.
Kata buah merupakan superordinat dari mangga, rambutan, durian, dan jambu. Sebuah hiponim
dapat menjadi superordinat dari hiponim di bawahnya.
Contoh
Biru tua biru muda biru benhur
Kata biru merupakan hiponim dari warna, tetapi biru juga dapat merupakan superprdinat dari
biru tua, biru muda, biru benhu
5. Jelaskan secara singkat tahap-tahap dalam menyusun kamus sederhana
Jawab
1.Persiapan adalah tahap mengadakan segala sesuatu yang dapat memperlancar
pelaksanaan penyusunan kamus seperti : menyediakan alat tulis, menyediakan sumber
data, penyediaan sumber rujukan
2.Pengumpulan data adalah data yang di peroleh dari sumber data ( buku,majala, surat
kabar ) dikumpulkan secara bersistem dengan cara memindahkannya ke dalam kartu
berukuran 15 cm x 10 cm. pengetahuan dasar yang perlu dikuasai dalam pengumpulan
data adalah dasar-dasar morfologi
3.Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul hasil pemilahan di periksa ulang dan
diseleksi, untuk menentukan data mana yang dimanfaatkan dan mana yang tidak
dimanfaatkan. Tahap-tahap pengolahan data :
a. Pemeriksaan ulang urutan abjad
b. Penyeleksian data
c. Klasifikasi data
d. Pemberian definisi
e. Penyuntingan hasil pemberian definisi