TUBERCULOSIS PARU
Oleh:
RirinDwiSaputri
20360155
Pembimbing:
i
Hal
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................1
1.2. Tujuan Penelitian..............................................................................................1
BAB IVDISKUSI...........................................................................................................39
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Penyakit tuberkulosis atau yang sering di kenal dengan TBC atau TB sudah
dikenal sejak dahulu. Penyakit ini disebabkan oleh kuman atau bakteri
paru, tetapi tak jarang juga menyerang organ lain misalnya kelenjar getah bening,
kulit saluran pencernaan (usus), selaput otak dan lainnya. Sumber penularan yaitu
pasien tuberkulosis BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percikan dahak
1
BAB II
LANDASAN TEORI
M.tuberculosis(Alsagaff dan Mukty, 2006; Amin dan Bahar, 2018; Price, 2006).
2.2 Epidemiologi
dilacak sampai ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini
dikenal sebagai penyebab kematian yang menakutkan. Sampai pada saat Robert
mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan ini adalah
consumption(Alsagaff dan Mukty, 2006; Amin dan Bahar, 2018; Price, 2006).
2
3
kedaruratan global (Alsagaff dan Mukty, 2006; Amin dan Bahar, 2018; Price,
2006).
2.3 Patogenesis
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
Djojodibroto, 2007).
dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang
ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat
tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Djojodibroto, 2007):
tuberkuloma) atau
dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Sarang
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali
dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
● Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti
termasuk pleura.
positif
biakan positif.
M. Tuberculosis
Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai
lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan
beberapa kemungkinan:
b. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang telah menjalani
pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau
c. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
d. Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
● Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto
8
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada
2.4.2 TuberkulosisEkstraparu
lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal,
dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan
spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB
ekstraparu aktif
2.5 Diagnosa
penunjang lainnya.
lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalahparu maka gejala lokal
1. Gejala respiratorik
pada paru dapat menyebabkan nekrosis pada parenkim paru yang akan
darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan dibatukkan keluar dan
terjadilah hemoptisis
● sesak napas
● nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis
pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,
maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
dahak ke luar
2. Gejala sistemik
jaringan atau darah akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag, dan sel
10
atau panas.
● gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun
disebut disini tidak hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi
setiap saat. Namun, pada pagi dan siang hari umumnya penderita
organ yang terlibat.Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6).Pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
1. Bahan pemeriksasan
pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
jarum halus/BJH)
● Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3hari
berturut-turut
dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup
berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut
dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke
laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di
gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke
dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah
pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa
pos.
● Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari
● Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung
● Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman,
misal di dalam dus Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan
● Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
a. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik
13
o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan
dengan cara:
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
o Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posteriorlobus atas paru dan
o Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
o Fibrotik
o Kalsifikasi
biasanya secara klinis disebut luluh paru .Gambaran radiologi luluh paru terdiri
dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk
menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
o Lesi minimal: bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di
ataschondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari
vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru
o PemeriksaanBACTEC
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnyaoleh mesin ini. Sistem
ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup
sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai
lain tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak
dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi
M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons
dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam
● ICT
antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila
setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis
● Mycodot
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan
ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi
spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti
penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi
dengan mudah.
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi
ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak, Saat ini
diagnosis
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
● Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman)
o Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis.Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan
sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif,
19
o Uji tuberkulin
dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu
diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa.Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dariuji yang
didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat
Gambar 1.Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa (Setyanto, 2007; Mansjoer,
2001).
20
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan.Paduan obat yang digunakan terdiri dari
● INH
● Rifampisin
● Pirazinamid
● Streptomisin
● Etambutol
● Kanamisin
● Amikasin
● Kuinolon
● Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat.
o Kapreomisin
o Sikloserino
Paduan Obat
Kategori 1
Pasien TB paru dengan sputum BTA positif dan kasus baru TB paru atau juga TB
dengan sputum BTA negatif tetapi kelianan parunya luas. Pengobatan pada fase awal
(intensif) paduan teridiri dari 2 HRZE. fase lanjutan : 4 HR atau 4 H3R3 atau 6 HE.
Dosis Obat
Menunjukkan dosis obat yang dipakai (di Indonesia) secara harian maupun berkala
Dosis Harian
BB < 50 kg BB > 50 kg Dosis Berkala 3 X
Nama Obat
Seminggu
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rimfampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1000 mg 2000 mg 2-3 g
Streptomisin 750 mg 1000 mg 1000 g
5 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampisin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pyrazinamide (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15
Steptomycin (S) Bakterisid -
(12-18)
15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)
and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan
obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primer pada
tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO
seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain :
dan standar
penggunaan monoterapi
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis
yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami
efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang
mampu menanganiny.
2.7 Komplikasi
Batuk darah
Pneumotoraks
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IdentitasPasien
Pekerjaan : Mahasiswa
No. RM : 697062
3.2 Anamnesis
terakhir semakin sesak dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien masih bisa
tidur dengan menggunakan satu bantal dan suka mengeluh batuk. batuk dialami 1
bulan terakhir sebelum masuk rumah sakit, memberat dalam 3 minggu ini,batuk
berdahar warna lendir berwarna kuning kehijauan,darah tidak dijumpai, bila batuk
Ada demam, sejak dua minggu terakhir, terus menerus dan berkurang bila
banyak terutama pada malam hari.Nafsu makan menurun ada penurunan berat
25
26
Nyeri kepala tidak ada, pusing tidak ada, nyeri menelan tidak ada, Mual
tidak ada, muntah tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nyeri perut tidak ada.
BAB: biasa
tidak ada,riwayat merokok tidak ada,riwayat kontak dengan penderita batuk lama
tidak jelas, riwayat OAT sebelumnya tidak ada,riwayat kontak dengan perokok
ada.
● Sakit sedang
● Gizi kurang
o BB : 45 kg
o TB : 165 cm
● Composmentis
Tanda Vital
● TD : 110/80 mmHg
● Nadi : 88 x/menit
● Suhu : 38C
3.4 PemeriksaanFisis
● Kepala:
● Leher:dalambatas normal
27
● Thorax
Palpasi:
setinggi ICS IX
Perkusi:
Auskultasi:
Bunyi tambahan : Rh +/+ (rhonki basah kasar pada apeks dan medial paru
kanan, rhonki basah pada apeks dan basal paru sinistra) Wh -/-
● Laboratorium
HCT : 31,9%
Limfosit : 17.1%
Neutrofil : 74,9%
SGOT : 59
SGPT : 47
Ureum : 12
Kreatinin : 0,5
Natrium : 146
Kalium : 4,2
Chlorida : 98
Foto Thorax
Thorax PA:
Bercak berawan pada lapangan paru kiri dan paru kanan atas
● INH 1 x 300 mg
● RIF 1 x 450 mg
● Ethambutol 1 x 1000mg
● Pirazinamide 1 x 1000mg.
BAB IV
DISKUSI
Teori Kasus
Anamnesis
1. Gejala Respiratorik
Batuk ≥2 minggu + +
Batuk darah + -
Sesak nafas + +
Nyeri dada + +
2. Gejala Sistemik
Demam + +
Malaise + +
Keringat malam + +
Anoreksia + +
BB menurun + +
PemeriksaanFisik
Suara Napas Bronkial + -
Amforik +/- -
Suara Napas Melemah +/- +
RonkiBasah + +
Tanda Penarikan Paru, Diafragma
+/- -
Dan Mediastinum
Redup + +
Pekak + +
Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan BTA +++ +++
Pemeriksaan Radiologik
Bayangan berawan/nodular di
segmen apikal dan posterior lobus
+ +
atas paru dan segmen superior
lobus bawah
Kavitas, terutama lebih dari satu,
dikelilingi oleh bayangan opak + +
berawan atau nodular
Bayangan bercak milier +/- -
Efusi pleura unilateral (umumnya)
-
atau bilateral (jarang) +/-
PemeriksaanKhusus
Pemeriksaan BACTEC + Tidakdilakukan
PCR + Tidakdilakukan
ELISA + Tidakdilakukan
ICT + Tidakdilakukan
30
31
Mycodot + Tidakdilakukan
PAP + Tidakdilakukan
Imunoglobulin + Tidakdilakukan
PemeriksaanPenujangLainnya
AnalisisCairan Pleura + Tidakdilakukan
PemeriksaanHistopatologiJaringan + Tidakdilakukan
Pemeriksaandarah HB↓ dan Hematrokrit ↓ HB ↓ dan Hematrokrit ↓
Uji tuberculin + Tidakdilakukan
BAB V
KESIMPULAN
Bahwa telah dilaporkan suatu kasus TB paru dimana diagnosis telah ditegakan
32
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H. Mukty, H.A. 2006. Infeksi tuberculosis paru dalam: Dasar-dasar ilmu
penyakit paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Amin Z. Bahar A.2018. Tuberkulosis paru dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.
Departeman Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Djojodibroto Darmanto/ 2007.Tuberkulosis paru dalam: Respirologi respiratory
medicine. Jakarta: EGC.
Mansjoer A. Triyanti K. et all. 2001.Pulmonologi tuberculosis paru dalam: Kapita
selekta kedokteran, Jilid I Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Price SA. Standridge MP. 2006.Tuberkulosis Paru dalam: Patofisiologi Edisi VI.
Jakarta: EGC.
Soeroso Luhur. 2005.Tuberkulosis primer dengan infeksi sekunder dalam: Mutiara
paru atlas radiologi dan ilustrasi kasus. Jakarta: EGC.
WHO. 2003. Treatment of Tuberculosis. Guidelines for National Programmes 3rd ed.
Geneva: WHO.
WHO. 2004. Tuberculosis Fact Sheet no. 104. Available at:
http//www.who.Tuberculosis.htm.