PROPOSAL
Oleh :
2018-30-092
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PATTIMURA
2021
BAB I
A. LATAR BELAKANG
1. Bagaimana hubungan CSR dengan kinerja perusahaan dan keterkaitan CSR dengan nilai
perusahaan
2. Apakah implikasi Stakeholder Theory dan Legitimacy Gap terhadap pengungkapan CSR
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Menjelaskan hubungan CSR dengan kinerja perusahaan dan keterkaitan CSR dengan nilai
perusahaan
2. Untuk menjelaskan apakah Implikasi Stakeholder Theory dan Legitimacy Gap Terhadap
Pengungkapan CSR
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Penelitian
• Bagi perusahaan
CSR lebih banyak menitik beratkan pada pemahaman tentang komitmen perusahaan untuk
menjamin keberlanjutannya tidak hanya berorientasi pada pencapaian dari segi finansial namun
juga menjaga hubungan yang serasi dan seimbang dengan nilai, norma,budaya masyarakat
setempat dan lingkungan.
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan Corporate
Social Responsibility sebagai berikut: “Corporate Social Responsibility adalah komitmen
berkelanjutan oleh bisnis untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi sambil meningkatkan
kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas dan masyarakat pada umumnya.”
(Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Memenuhi Harapan yang Berubah)
Definisi CSR menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) dalam
website resminya www.unido.org penjelasan tersebut sebagai "Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan adalah konsep manajemen di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial
dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan interaksi dengan pemangku kepentingan mereka.
CSR umumnya dipahami sebagai cara di mana perusahaan mencapai keseimbangan imperatif
ekonomi, lingkungan dan sosial ("Triple -Bottom-Line Approach"), sekaligus memenuhi harapan
para pemegang saham dan pemangku kepentingan."
2. Model CSR
Terdapat beberapa model yang mendasari sekaligus memperdebatkan tentang CSR, yaitu
model Neoklasik Ekonomi, model Filosofi Moral dan model Hibrid. Ketiga model tersebut
merupakan model pendekatan untuk dipakai sebagai dasar pemahaman perlunya mengaplikasikan
pengungkapan kinerja perusahaan melalui strategi CSR, khususnya model pendekatan yang tepat
adalah menggunakan model Hibrid (Carroll, 1991). Pendekatan yang menggunakan Model
Neoklasik menyatakan bahwa antara CSR dan Kinerja Perusahaan atau kinerja ekonomi
perusahaan memiliki hubungan negatif karena perusahaan menghadapi beberapa ketidakunggulan
kompetitif dari adanya keterbatasan biaya (Aupperle et.al, 1985). Disisi lain, pendekatan dari
Model Filosofi Moral menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya memiliki tanggung jawab
kepada shareholder namun juga kepada stakeholder (Friedman, 1970) serta tidak terdapat
hubungan antara CSR dengan kinerja perusahaan karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan namun juga kesejahteraan
sosial.
3. Konsep The Triple Bottom Line
"Triple bottom line memfokuskan perusahaan tidak hanya pada nilai ekonomi yang mereka
tambahkan, tetapi juga pada nilai lingkungan dan sosial yang mereka tambahkan dan hancurkan.
Dalam arti sempit, istilah 'triple bottom line digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengukur
dan melaporkan perusahaan. kinerja terhadap parameter ekonomi, sosial dan lingkungan".
(Keberlanjutan, 2015).
Teori Legitimasi merupakan teori lain yang melandasi CSR serta berhubungan erat dengan
teori stakeholder. Legitimasi mungkin melibatkan membawa keluaran, metode, dan tujuan
organisasi sesuai dengan pandangan populer tentang apa yang pantas. Korporasi dapat
memutuskan bahwa tidak ada penyesuaian dalam keluaran organisasi, metode, dan tujuan yang
sesuai Legitimasi dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi keluaran organisasi, metode, dan
tujuan dengan persepsi populer tentang apa yang sesuai tanpa upaya apa pun untuk kesesuaian
yang sebenarnya. Upaya legitimasi dapat menghasilkan strategi di mana organisasi berupaya
membawa pandangan populer agar sesuai dengan keluaran, metode, dan tujuan organisasi".
7. Hubungan Csr Dengan Kinerja Perusahaan
Jensen & Meckling (1976: 9) mendefinisikan hubungan signifikansi antara keagenan sebagai
kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) yang
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajer sebagai agent untuk mengatur
penggunaan dan pengendalian dari sumber daya tersebut. Hubungan keagenan dapat timbul antara
pemegang saham dengan manajer (Brigham dan Houston, 2006).
8. CSR dan Nilai Perusahaan
B. TINJAUAN LITERATUR
1. Marsella Eka Puspita, Fakultas Eekonomi dan Bisnis Universitas Ma Chung (2015).
Berdasarkan penelitian dari Marsella Eka Puspita, Fakultas Eekonomi dan Bisnis Universitas
Ma Chung (2015). Dengan judul penelitian Corporate Social Responsibility: Implikasi
Stakeholder Dan Legitimacy Gap Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan. Tujuan penelitian
menjelaskan beberapa signifikansi teori dalam proses pembentukan lahirnya konsep CSR bagi
perusahaan. Tanggung jawab dikomunikasikan oleh perusahaan kepada stakeholder melalui
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR menjadi sinyal yang diberikan pihak
manajemen kepada seluruh stakeholder termasuk calon investor mengenai prospek perusahaan di
masa depan serta menunjukkan nilai lebih yang dimiliki oleh perusahaan atas kepeduliannya
terhadap dampak ekonomi, sosial dan lingkungan yang timbul dari aktivitas perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara masyarakat dan perusahaan terhadap penilaian dan harapan
melahirkan legitimacy gap. Secara teoretikal konsep dapat dijelaskan bahwa pengungkapan CSR
oleh pihak perusahaan dapat meminimalkan Legitimacy gap.
D. MODEL PENELITIAN
Populasi penelitian meliputi seluruh perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek
Indonesia, yang sahamnya aktif diperdagangkan. Jumlah perusahaan manufaktur sebanyak 149
perusahaan yang go public terdiri dari 19 jenis usaha bersumber dari Indonesia Capital Market
Directory/ICMD (Institute of Economics and Financial Research, 2010). Alasan pemilihan satu
kelompok industri yaitu pertama, industri manufaktur sebagai populasi dimaksudkan untuk
menghindari bias yang disebabkan oleh efekindustri (industrial effect). Kedua, sektor manufaktur
memiliki jumlah terbesar perusahaan dibandingkan dengan sektor lainnya di Bursa Efek
Indonesia. Ketiga, perusahaan manufaktur mempunyai dampak lingkungan yang luas. Penelitian
ini melibatkan semua populasi karena keterbatasan jumlah populasi.
Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah jumlah kuesioner yang kembali
dari responden. Subyek penelitian adalah para direktur akuntansi perusahaan dan departemen atau
bagian yang membidangi lingkungan, atau departemen lainnya yang terkait dan relevan dengan
data penelitian. Alasan direktur akuntansi dipilih sebagai salah satu subyek penelitian adalah
direktur akuntansi merupakan yang berperan dalam menentukan kebijakan pos pengeluaran
yang berkaitan dengan program lingkungan perusahaan, dan yang menyusun laporan
keuangan termasuk melakukan pengungkapan lingkungan.
B. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah sebanyak 149 perusahaan yang gopublic terdiri
dari 19 jenis usaha bersumber dari Indonesia Capital Market Directory/ICMD (Institute of
Economics and Financial Research, 2010).
C. PENGUKURAN VARIABEL
• Stakeholders Force.
Definsi operasional stakeholders force dalam penelitian ini yang mengacu pada definisi Eiadat
et. al. (2008) adalah sebagai pengaruh tekanan personal atau kelompok yang berhubungan dengan
perusahaan yang dirasakan oleh pihak manajemen, yangmana personal atau kelompok tersebut
mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung dalam menguasai atau memonitor
aktivitas perusahaan terutama masalah lingkungan.
• Regulasi Lingkungan (Environmental Regulation)
Definisi operasioanl regulasi lingkungan adalah sebagai intervensi pemerintah secara terbuka
terhadap masalah lingkungan untuk mendukung dan mengontrol aktivitas perusahaan yang
berlebihan tentang output, kualitas produk, dan untuk mencegah perusahaan menyampaikan
laporan yang minim untuk kepentingan stakeholders. Regulasi lingkungan terdiri dari
commandand-control regulation dan voluntary normatif. Command-and-control regulation
didefinisikan sebagai regulasi yang lebih bersifat perintah dan dikontrol oleh peraturan dan
standar. Sedangkan voluntary normatif didefinisikan sebagai regulasi yang lebih bersifat fleksibel.
• Komitmen Lingkungan
Definisi operasional komitmen lingkungan adalah sebagai kemauan perusahaan secara aktual
melakukan atau harus melakukan yang berkaitan dengan masalah lingkungan. Komitmen
lingkungan diukur dengan skala Likert tujuh point (1 = sangat tidak setujuh sampai dengan 7 =
sangat setuju) .
item pengungkapan lingkungan, kategori regulasi dan hukum meliputi 6 item, kategori
pengurangan polusi terdiri dari 6 item, kategori pengungkapan pengembangan berkelanjutan
terdiri dari 3 item, dan kategori manajemen lingkungan terdiri dari 9 item pengungkapan
lingkungan.
• Image Perusahaan (Corporate Image)
Definisi operasional image perusahaan (corporate image) dalam penelitian ini mengacu pada
Walker (2010) yaitu sebagai keinginan dari dalam perusahaan untuk memancarkan semua
gambaran tentang aktivitas perusahaan kepada pihak stakeholders eksternal, sehingga muncul
pikiran, perasaaan, kepercayaan, dan kesan tentang perusahaan oleh stakeholders.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner
untuk variabel stakeholders force, regulasi lingkungan (commond-and-control regulation dan
voluntary normative), komitmen lingkungan, dan image perusahaan. Data sekunder bersumber
dari laporan keuangan, laporan tahunan. Data sekunder penelitian berkaitan dengan variabel
pengungkapan lingkungan.
• Analisis Deskriptif
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia, lihat tabel 1 rincian pengiriman dan pengembalian kuesioner.
Adam, C.A., Hill, W.Y., dan Roberts, C.B., 1998, Corporate Social Reporting Practices in Western Europe:
Legitimating Corporate Behaviour?, The Britist Accounting Review, Vol. 30, No. 1, pp 1-21.
Adam, C. A., 2002, Internal Organizational Factors Influencing Corporate Social and Ethical Reporting Beyond
Current Theorizing, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 15, No. 2.
Al-Tuwaijri, A. S., T. E. Christensen, dan K. E. Hughes, 2004, The Relations among Enviornmental Disclosure,
Environmental Performance, and Economic Performance: A Simultaneous Equations Approach. Accounting,
Organizations and Society, No. 29, pp 447-471.
Anderson, E. W., dan Sullivan, M. W., 1998, The Antecedent and Consequences of Customer Satifaction for Firms,
Marketing Science, Vol. 12, pp 125-143.
Belkaoui, A., 1976, The Impact of the Disclosure of the Environmental Effects of Organizational Behavior on the
Market. Financial Management, Vol. 5, No. 4, pp 26-31.
Berry, A.M., dan Rondinelli, D. A., 1998, Proactive Corporate Environmental Management: A Now Industrial
Revolution, Academmy of Management Executive, 12, 2, pp 38-50.
Berthelot, S., Cormier, D., dan Magnan, M., 2003, Environmental Disclosure Research: Review and Synthesis.
Journal of Accounting Literature, 22, pp 1-44.
Cretu, A. E., dan R. J., Brodie, 2007, The Influence of Brand Image and Company Reputation Where
Manufacturers Market to Small Firms: A Customer Value Perspective, Industrial Marketing Management, Vol.
36 (2), pp 230-240.
Cormier D., M. Magnan, Velthoven, B.V., 2005, Environmental Disclosure Quality in large German Companies:
Economic Incentives, Public Pressures or Institutional Conditions? European Accounting Review, Vol. 14, No.
1, pp 3-39.
Cormier D., dan M. Magnan, 2007, The Revisited Contribution of Environmental Reporting to Investors’
Valuation of A Firm’s Earnings: An International Perspective, Ecological Economics, Vol. 62