Anda di halaman 1dari 10

DRAMA SITI NURBAYA

Prolog : Legenda cerita rakyat yang mengisahkan tentang jalinan kasih tak sampai antara
sepasang insang yang berujung pada kawin paksa.

Scene1:Sepasang kekasih yang telah direstui kedua orangtuanya adalah Pria yang
tampan dan gadis yang cantik jelita sedang bernaung di bawah pohon yang rindang
menghindari panasnya matahari.

Siti Nurbaya :“Kemana ya Syamsul kok belum datang juga.”(Melihat kanan dan
kiri).

Syamsul Bahri :”Adinda….” (Membawa Bunga)

Siti Nurbaya :”Akhirnya uda datang juga. Ada apa uda, ingin bertemu denganku?”

Syamsul Bahri :”Ini sekuntum bunga untukmu..”

SE: Sekumtum mawar merah

Siti Nurbaya :”Terimakasih uda.”(Tersipu malu)

Syamsul Bahri :” Begini dinda, uda ingin melanjutkan pendidikan ke Jakarta setelah
aku selesai sekolah nanti.”

Siti Nurbaya :”Kalau itu yang terbaik, pergilah. Aku akan baik-baik
saja.”(Tersenyum)

SE: Pasto(Aku pasti kembali)

Samsul Bahri :”Dinda, sekitar 2 minggu lagi aku akan ke Jakarta.”

Siti Nurbaya :”Jangan lupa kabarkan aku uda.”

Samsul Bahri :” Tentu saja dinda.”

Scene2: 1 Minggu kemudian di rumah Siti, hanya kesedihan yang dirasakan


karena pujaan hatinya akan meninggalkan dirinya dalam waktu yang cukup lama.

SE:(Nada Sms)

Siti Nurbaya :”Wah.. ada sms. Dari Uda.”


Sayamsul Bahri :” Dinda, maafkan aku telah membuat hatimu terluka, hanya kau
cintaku,walau hanya sekejap mata.”

Siti Nurbaya :” Aku bales ah..Kau lebih dari sekedar bintang-bintang. Kau lebih
dari sekedar sang rembulan Uda.”

SE:Lyla lebih dari bintang

Syamsul Bahri :” Wah.. ternyata Siti suka gombal juga yah.Aku bales ah.. Terima
kasih dinda. Kau segalanya untukku.Aku Sayang padamu dinda.”

Siti Nurbaya :” Aku jadi terharu.”(Mengusap pipi)

Scene3: Datuk Maringgih sangat gundah. Ia iri hati terhadap Bundo Sulaiman (istri
Baginda Sulaiman yang sudah meninggal) karena bisnisnya yang maju. Sehingga
timbullah niat Jahat untuk menjatuhkan Bundo Sulaiman dengan berbagai cara.

Datuk Maringgih :”Aku tidak suka melihat Bundo Sulaiman sukses, Bundoin hari
Bundoin sukses. Berani beraninya dia bersaing denganku. Harus aku jatuhkan bisnisnya.
Pengawal!Pengawal!”

Si Buta dan Si Pitung :” Iya tuan. Siap.!”

Datuk Maringgih :” Pergilah kalian ketoko Sulaiman. Bakar hangus took itu, dan
jangan biarkan apapun tersisa. Aku ingin ia jatuh miskin. Ia harus takluk padaku.”

Si Pitung :” Siap Tuan. Akan segera saya laksanakan.”

SE:Sherina Kertarajasa

Scene4:Si Buta sibuk dengan binatang peliharaanya. Sehingga ia tidak mengetahui


rencana tuannya.

Sesampainya di toko Bundo Sulaiman. Pitung langsung mengambil seribu langkah untuk
segera membakar toko Bundo Sulaiman. Toko pun terbakar. Namun..

Si Buta :” Bau angus apa ini. (sambil mengendus-endus). Ada kebakaran!


Ocit… ada kebaran gawat! Aku harus memadamkannya. Diam disini kau Ocit.”

Scene5: Si Buta pun, langsung menghembuskan nafasnya untuk memadamkan api


yang melahap rumah Bundo Sulaiman. Tiba-tiba..

Si Buta :” Wah sudah tidak bau angus.Beres sudah.”


Si Pitung :”Hai Buta! Kenapa kau padamkan api itu! Kau dengan peliharaanmu sama
saja!”

Si Buta :” Ini bahaya! Aku tidak salah kan?”

Si Pitung :” Kau ini, tidak mendengarkan perintah tuan Datuk Maringgih untuk
membakar ini? Dasar kau. Pergi sana kau!”

Si Buta :” Maafkan aku Pitung. Aku hilaf, ayo Ocit kita pergi. Biar Pitung saja yang
membakarnya. Kata pak ustad itu dosa merusak barang orang lain.”

Si Pitung :” Jangan pergi sampai aku selesai melakukan tugas ini.”

Si Buta :” Oke..Oke.. Aku tunggu sambil Bundoan pisang ya.”

Si Pitung :” Terserah kau.!”

Scene 6: Toko pun terbakar dilahap api. Seluruh kekayaan Bundo Sulaiman turut
lenyap bersama toko miliknya itu. Ia pun jatuh miskin. Lalu Datuk Maringgih berniat
untuk membuat perangkap dengan cara meminjamkan dana untuk membangun bisnis
Bundo Sulaiman kembali. Karena Bundo Sulaiman tidak berprasangka buruk, Bundoa ia
mengiakan untuk meminjam uang ke Datuk Maringgih.

Datuk Maringgih :” Halo kawan lama (sambil berjabat tangan). Bagaimana bisnismu
sekarang? Ku dengar kau lebih hebat dariku?”

Bundo Sulaiman :” Halo Maringgih. Apa kau belum mendengar beritanya? Tokoku
terbakardan semuanya lenyap dilalap api. Bisnisku sekrang… boleh dikatakan rumit,
bahkan hampir bangkrut. Tapi itu tidak akan terjadi jika kau membantuku.”

Datuk Maringgih :” Tentu saja kawan. Tapi ada bunga dan jaminannya. Dan
kuberikau 3 bulan untuk mengembalikannya.”

Bundo Sulaiman :” Soal bunga, aku tak keberatan. Tapi jaminan.. Aku tak bisa
memberikan jaminanya sekarang. Hartaku sudah habis dan….”

Datuk Maringgih :”(memotong pembicaraan) Tenang saja, Bundo . Pakailah uangku


sebanyak mungkin. Jaminan bisa diatur jika bisnismu telah berkembang. Bagaimana?”
(sambil menjulurkan tangan)

Bundo Sulaiman :” Baiklah, kita sepakat.”(menjabat tangan Maringgih)

Scene7: Setelah 3 bulan berlalu, Datuk Maringgih akhirnya datang pada Bundo
Sulaiman untuk menagih hutangnya yang belum terbayar. Disanalah Datuk Maringgih
terpesona melihat kecantikan Siti Nurbaya. Datuk Maringgih meBundosa Bundo
Sulaiman untuk menjadikan Siti Nurbaya sebagai istri mudanya kalau Bundo Siti Nurbaya
tak sanggup untuk membayar hutangnya.
Bundo Sulaiman:”Bagiamana ini dek! Hutang kita sudah banyak sekali kepada datuk
maringgih.”

Rosbaya :”Aduh.. si kurus itu lagi! Biarkan sajalah Bundo.”

Bundo Sulaiman:” Kemana Siti?”

Rosbaya :” Ada di kamar sedang tidur.”

Bundo Sulaiman:” Oh.. yasudahlah.”

Tiba-tiba…

Datuk Maringgih :” Assalamualiakum..”

Bundo Sulaiman :” Waalaikum salam.”

Datuk Maringgih :” Mana Hutangmu!! Aku ingin kau bayar hutang mu sekarang!!”

Bundo Sulaiman:” maaf aku tidak bisa membayar hutangmu Maringgih.”

Datuk Maringgih :”Aku berikan tawaran ! Kawinkan anakmu dengan ku!! Bundoa
semua hutangmu LUNAS!”

Si Buta :” Benar itu, akhirnya tuan nikah lagi.”

Si Pitung :” Diam kau!”

Bundo Sulaiman:”Apakah anakku mau dengan mu yang sudah tua ini? Lagi pula ia sudah
punya kekasih yang bernama Syamsul Bahri.”

Rosbaya :” Betul itu.. mana mau dia dengan mu yang sudah tua peyot sepertimu!”

Datuk Maringgih :”Kurang ajar! Pokoknya mau tidak mau anakmu harus nikah
denganku ! Titik! Ayo kita pergi.”

Scene8: Datuk Maringgih dan para pengawalnya pulang dengan bangga. Namun, di
rumah Siti terjadi perdebatan antara Bundo Sulaiman dan Siti Nurbaya.

Rosbaya :”Dasar tak tau diri! Sudah tua, masih ingin menikah dengan
keponakanku!”

Bundo Sulaiman:” Sudahlah, kita tanya dulu ke Siti. Siti, kemari nak.”

Siti Nurbaya :” Iya Bundo, ada apa?”

Bundo Sulaiman:” Kami ingin meminta tolong kepadamu, demi kelangsungan hidup
kami. Bisakah nak?”

Siti Nurbaya :” Selama Siti bisa, pasti Siti lakukan,Bundo.”

Bundo Sulaiman:” Menikahlah dengan Datuk Maringgih.”


Siti Nurbaya :” Apaaaaaaaa? (Terkejut). Tapi Bundo, aku sudah punya calon yaitu
Syamsul Bahri, orang yang paling aku cintai. “

Rosbaya :”Jangan sampai iya menyentuh Sitiku ini!”

Siti Nurbaya :” Tapi Bundo, apa hutang kita akan lunas jika aku menikah dengan dia?”

Bundo Sulaiman:” Ya, nak. Tapi semua ini terserah padamu.”

Rosbaya :” Resiko kau yang tanggung.”

Siti Nurbaya :”Tapi kita tak punya pilihan kak. Aku tak mau Bundo di bui. Jadi aku setuju
menikah dengannya.”

Bundo Sulaiman:” Terimakasih nak.”

SE: Status palsu

Scene9: Siti mengabarkan keputusannya itu kepada Syamsul Bahri.

Siti Nurbaya :” Uda, maafkan aku.. aku harus menikah dengan Datuk Maringgih karena
hutang Bundoku yang tidak lunas, dan aku harus mematuhi keinginannya. Cepatlah
pulang Uda.. Lawanlah Datuk, Uda. Aku mencintaimu…”

Dikirimlah sms itu ke Syamsul Bahri yang sedang ada di Jakarta.

Syamsul Bahri :” Apa?? Siti mau menikah? Tidak!!! Ini tidak boleh terjadi!! Aku
harus menghalaunya!”

Dan dibalaslah sms Siti

Syamsul Bahri :” Baiklah dinda, Uda akan pulang. Uda akan lawan Maringgih
supaya iya tak menikahimu. Tenanglah dinda..”

Scene10: Siti sangat senang membawa sms itu. Dan iya memberitahu Tantenya dan
Bundonya tentang rencana Syamsul Bahri ingin pulang ke Padang.

Siti Nurbaya :” Kak.. kak Ros!! Uda Syamsul ingin pulang ke Padang!”

Rosbaya :” Apa benar itu Siti?”

Siti Nurbaya :” Benar kak! Aku mengirim sms dan dia akan pulang.”

Bundo Sulaiman:” Syukurlah.. tapi nak, kau tidak boleh bicara dengan Datuk tentang
Syamsul yang ingin pulang. Bisa-bisa iya di bunuh.”

Rosbaya :” Siti, telpon Syamsul sekarang! Cepat! Tak usah banyak tanya.”

Siti Nurbaya :” Untuk apa ka? Baiklah.”


Setelah siti menghubungi.. dan akhirnya di angkat.

Rosbaya :” Syamsul… ini kkak Ros! Syamsul…..” (berbisik dan menjauh dari Siti dan
Bundo)

Scene11: Karena kesal dengan Datuk Maringgih, Rosbaya mempunyai rencana untuk
melawan Datuk Maringgih dan para pengawalnya. Rosbaya mengerahkan semua
pasukannya. Yaitu pasukan Avengers yang terdiri dari sekolompok Ibu-ibu PKK namun
berguna bagi bangsa Indonesia.

Rosbaya :” Kawanku.. dengar!!! Ada berita gawat!!”

Cut Nyak Dien:” Ada apa?” (Dengan logatnya yang khas)

Rosbaya :” Si tua itu berulah lagi.”

Kartini :” Si datuk to? Eneng opo? Berulah? Sama siapa?”

Rosbaya :” Berani-beraninya dia ingin menikahi keponakkanku.”

Iteung :” Atuh itu teh teu bisa diampuni. Kita lawan dia saja lah!”

Cut Nyak Dien:” Kita punya kekuatan kenapa tidak digunakan! Iya tidak?”

Kartini :” Huum!! Bener itu kata Cut! Ayo kita satukan kekuatan!”

Iteung :” Ya, atuh kumaha carana? Kita teh teu punya lelaki. Masa iya
perempuan melawan lelaki.”

Rosbaya :” Tenang.. aku sudah berkoalisi dengan calon adik iparku!”

Kartini :” Apa? berkoalisi? Kaya calon presiden saja. Dengan Datuk? Opo
sopo toh?”

Rosbaya :” Ya enggak lah.. dengan Syamsul Bahri kekasih Siti.”

Iteung :” Susun rencana!”

Cut Nyak Dien:” Nah.. ide bagus itu! Ayo kita susun rencana!”

SE: Tengtongteng..

Scene12: Selagi mereka menyusun rencana, ternyata Syamsul Bahri telah tiba di Padang.
Ia datang menggunakan pesawat jet pribadi miliknya. Dan Syamsul Bahri langsung
menghubungi Siti untuk bertemu di bawah pohon yang sering mereka gunakan untuk
mertemu.

Siti Nurbaya :” Uda… Siti Kangen sama Uda!”


Syamsul Bahri :” Udapun begitu. Siti, benarkah itu yang terjadi? Sungguh aku tak
percaya.”

Siti Nurbaya :” Aku tak berBundosud uda. Aku tetap menyayangi Uda. Aku terpaksa
uda.”

Syamsul Bahri :” Tenang Siti telah ku rencanakan dengan kkak Rosmu. Dan ini cara
untuk memanggil kkak Rosmu dan avengers jika kita diganggu olehnya.”

Siti Nurbaya :” Ternyata inikah yang kau bicarakan dengan kkak Ros ditelfon kemarin
Uda?”

Syamsul Bahri :” Ya.. inilah yang terbaik untuk kita. Aku resah harus menunggu lama.
Aku tetap menunggumu..”

SE: Peterpan-menunggumu

Scene13: Saat mereka asyik berduaan dibawah pohon yang rindang, tiba-tiba datang
Datuk Maringgih yang meBundosa Siti untuk meninggalkan Syamsul.

Datuk Maringgih :” Hei kau Siti! Enak Sekali kau duduk berduaan disini!”

Syamsul Bahri :” Oh.. jadi ada si tua yang sedang ngoceh!”

Datuk Maringgih :” Lancang sekali kau! Dia itu sudah tunanganku! Dia calon istriku!
Pergilah kau atau akan ku bunuh kau! Pitung! Buta! Bunuh dia!”

Syamsul Bahri :” Aku tak takut kepadamu!” (membunyikan alarm)

Scene14: Bundo Sulaiman,Rosbaya, dan pasukannya datang untuk membantu


Syamsul. Dan mereka membawa senjatanya masing-masing. Pertengkaranpun terjadi
antara Datuk dan pengawalnya serta antara Syamsul dan para Avengersnya.

Si Pitung dan Si Buta :” Serangg…”

Tiba-tiba Bundo Sulaiman,Rosbaya, dan pasukannya datang

Bundo Sulaiman :” Lancang kau beraninya keroyokan! Kami pun bisa atas izin Allah.”

Rosbaya :” Pahlawan wanitaku.. marilah kita kerahkan seluruh kemampuan


kita. Musnahkan mereka!”

Cut Nyak Dien :” Keluarkan senjata kalian! Para wanita kuat!”

Kartini :”Gendang saktiku yang mampu menghapus manusia jahat


dari bumi ini! hehehe…”
Iteung :” Ini gamelan sakti milikku.. ini di buat saat dinasti Tsing.
Gamelan ini keramat bagiku. Dan kau Buta! Aku akan menyembuhkan butamu supaya
kau dapat melihat yang baik dan yang buruk!”

Cut Nyak Dien :” Dan aku.. memiliki pistol yang terbuat dari berlian jaman purba!
Jarak sepuluh meter musuh akan mati terbunuh!”

Bundo Sulaiman :” Bundo hanya bisa berzikir.”

Datuk Maringgi :” Banyak bicara!! Serangggggg!”

Rosbaya :” Serang…”

Scene15: Perangpun terjadi.. Dan akhirnya Si Buta sembuh dari penyakitnya dan Pitung
dapat hilang ingatan.

Si Pitung :” Aku punya uang banyak. Aku punya harta! Aku kaya!”

Datuk Maringgi :” Heh! Kenapa semua orang berubah! Kenapa kau Pitung? Buta?”

Si Buta :” Aku dapat melihat Ocit! Aku bisa melihat dunia!”

Si Pitung :” Hahaha.. Buta melihat. Aku kaya!”

Datuk Maringgih :” Sialan!”

Cut Nyak Dien :” Akhirnya dia kalah!”

Kartini :” Kamu dapat hidup bahagia Siti.”

Iteung :” Ya, kau bisa ke Jakarta bersama Syamsul untuk hidup


bahagia disana.”

Siti Nurbaya :” Terimakasih kak.. atas bantuan kalian. Kami bahagia.”

Ternyata Rosbaya dan pahlawannya menang. Datuk Maringgih lari tuggang langgang
meninggalkan merekea. Namun belum selesai, Datuk pun tak hilang akal untuk
menghancurkan hidup Syamsul dan Siti.

Scene16: Singkat cerita, Siti Nurbaya pergi ke Jakarta untuk menyusul Syamsul Bahri
yang telah dahulu ke Jakarta.Tiba-tiba datanglah Datuk Maringgih yang berubah
penampilan menjadi orang arab. Ia memberi lemang ke Siti yang telah diracuni.

Siti Nurbaya :” Siapa kau?”

Datuk :” Nak. Ini ada titipan dari Bundomu lemang. Katanya untuk bekalmu.”

Siti Nurbaya :” Terimakasih pak.”


Scene17: Karena Siti tidak tau lemang itu berisi racun. Iya pun meninggal seketika
saat dijalan. Dan Syamsul Bahri saat mendengar itu sangat sedih. Iya tak mengira
ternyata kekasihnya meninggal karena ingin mendapatkan cinta. Syamsul Bahri
menelfon Bundo untuk membantu iya membalas Datuk untuk kedua kalinya lewat jarak
jauh.

Syamsul Bahri :” Bundo, bantu saya membalas dendam untuk datuk! (menangis)
Kurang hajar dia membunuh kekasihku!” (meraung-raung)

Bundo Slaiman :” Sudahlah nak.. ikhlaskan saja.”

Scene17: Tiba-tiba Rosbaya mendengar perbincangan mereka. Dan Rosbaya mengiyakan


untuk memabalas dendam kembali dengan jarak jauh. Ternyata Datuk Maringgih berada
di Jakarta. Peperangan kedua terjadi. Dengan kiriman bantuan dari Padang Datuk lemah.
Namun…

Datuk Maringgih :” hahhaha… kau kalah Syamsul!”

Syamsul Bahri :” Dasar kau!”

SE: Pedang

Scene18: Syamsul Bahri terkena hunusan pedang Datuk Maringgih. Namun ia masih
dapat meraih lonceng cina dan berhasil mengenai tepat di dada Datuk Maringgih. Tak
ada pemenang dalam duet itu. Sungguh tragis.

Datuk Maringgih :”Rasakan kau anak kemarin sore! Ini untuk merebut calon istriku.”

Syamsul Bahri :”Aaaa…”

Datuk Maringgih :” Rasa……kan”

Syamsul Bahri : (tersenyum menahan sakit) “Jangan senang dulu.”(meraih lonceng


lalu melemparnya)

Epilog: Sungguh tragis kisah ini, kisah dimana semua orang-orang terkasih meninggal,
karena hati kotor dan perselisihan yang dimulai oleh Datuk Maringgih . Kisah dimana
dua remaja yang saling mencintai namun terpisah, yang kemuadian disatukan lagi dalam
alam surga nan jauh diasana. Mereka abadi selamanya.

SE: SOUND EFFECT :)

Anda mungkin juga menyukai