Anda di halaman 1dari 43

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

A.Pengertian Keseimbangan Lingkungan dan Konsepnya


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Ekosistem disusun atas dua komponen yaitu biotik dan abiotic. Kedua
komponen saling berinteraksi dalam menjaga keseimbangan lingkungan. Peristiwa
rantai makanan dan jaring makanan adalah contoh interaksi dalam menjaga
keseimbangan lingkungan. Interaksi yang saling membutuhkan antar komponen
biotik dalam rantai makanan dan jaring makanan yang seimbang menyebabkan
tidak ada satupun komponen biotik yang jumlahnya terlalu banyak atau
sedikit.Interaksi terjadi pula antar komponen biotik dengan abiotic bila sesuai dan
berjalan baik.
Keseimbangan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mengatasi
tekanan dari alam maupun dari aktivitas manusia, serta kemampuan lingkungan
dalam menjaga kestabilan hidupnya.keseimbangan lingkungan akan tercapai bila
ada interaksi organisme dengan factor lingkungan dan interaksi antarkomponen
dalam suatu lingkungan dapat berjalan dengan proporsional.Contoh lingkungan
yang seimbang yaitu hutan, karena jumlah masing-masing komponen biotik di
hutan tidak saling mendominasi sehingga terbentuk rantai  dan jaring makanan.
Lingkungan tidak seimbang terjadi bila ada  perubahan berupa pengurangan
fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat
menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem. Adanya gangguan yang
masuk ke dalam suatu lingkungan berada di luar ambang batas toleransi.

B. Suksesi
   Gangguan yang masuk ke dalam suatu lingkungan yang berada  pada
ambang batas toleransi, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu.
Gangguan yang masuk kelingkungan dapat disebabkan oleh alam dan campur
tangan manusia. Contoh yang termasuk gangguan alam seperti, gempa bumi,
badai, tornado dan letusan gunung berapi yang dapat menghancurkan komunitas
biologis. Setelah terjadi gangguanalam, maka lingkungan akan mengalami proses
pemulihan. Komunitas akan mengalami suatu perubahan struktur yang disebut
dengan suksesi.
Suksesi adalah proses perubahan komposisi species dalam suatu komunitas biologi
akibat adanya gangguan pada komunitas. Terdapat dua macam suksesi yaitu:
1. Suksesi primer
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan
hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal
terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah
longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan
endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di
Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus
pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul
pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap
penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan
pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila
tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang
terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan
membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji
yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang
tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh
menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak
menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terns mengadakan
pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga
keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak
menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak
menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga
terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau
dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil
sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

2.Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat
kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari
tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir. Gangguan yang menyebabkan
terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan
manusia. Gangguan alami misalnya angin topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon
besar yang tumbang, aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.

3.Komunitas klimaks
Komunitas klimaks adalah komunitas yang dihasilkan dari proses suksesi.
Didominasi organisme yang memiliki umur panjang, seperti pohon-pohon besar
dan hewan yang memiliki siklus hidup yang panjang.
                                 
C.DAMPAK EKSPLOITASI BERLEBIHAN TERHADAP EKOSISTEM
Beberapa dampak negatif terhadap ekosistem akibat eksploitasi berlebihan
manusia
1.  Fragmentasi dan Degradasi Habitat
Kawasan hutan yang pepohonannya banyak ditebang untuk memenuhi
kesejahteraan manusia atau pembangunan jalan yang melintasi hutan merupakan
contoh fragmentasi habitat. Fragmentasi dan degradasi habitat menyebabkan
munculnya berbagai masalah, antara lain seperti kematian organisme karena
hilangnya sumber makanan dan tempat tinggal dan menurunnya keanekaragaman
spesies pada habitat tersebut
2.  Terganggunya Aliran Energi di Dalam ekosistem
Ketika proses penebangan dan pembakaran hutan selesai, maka kawasan itu
kemudian akan ditanami satu jenis tumbuhan (sistem monokultur), contoh : padi.
Hal itu menyebabkan aliran energi yang semula kompleks, yaitu antara beberapa
jenis produsen, konsumen, dan detritivoria menjadi aliran energi yang lebih
sederhana, yaitu satu jenis produsen, beberapa konsumen, dan detritivoria.
3.  Resistensi Beberapa Spesies Merugikan
Penggunaan pestisida dan antibiotika yang berlebihan untuk membunuh populasi
organism yang merugikan dapat menyebabkan munculnya populasi organisme
yang kebal terhadap pestisida dan antibiotik tersebut.
4.   Hilangnya Spesies Penting di Dalam Ekosistem
Hilangnya satu organisme dapat memberikan dampak yang cukup besar di dalam
ekosistem.a Misal bila di sawah predator untuk memakan tikus seperti elang dan
burung hantu maka akan menyebabkan meningkatnya jumlah tikus.
5. Introduksi Spesies Asing            
Introduksi spesies asing dapat merugikan dalam suatu ekosistem karena spesies
tersebut tidak memiliki predator alami. Contohnya ledakan populasi tanaman
enceng gondok, dikarenakan tidak terdapatnya predator alami (Neochetine
eichhorniae) yang mengontrol pertumbuhan populasi tanaman tersebut.
6. Berkurangnya Sumber Daya Alam Terbaharui
Semua sumber daya alam yang dapat diperbaharui seperti kayu, tanduk, dan gading
jika digunakan dan dieksploitasi secara berlebihan akan menurunkan jumlah dan
kualitas sumber daya alam tersebut.
7.  Terganggunya Daur Materi di Dalam Ekosistem
Meningkatnya aktivitas manusia di dunia berpengaruh terhadap daur biogeokimia.
Contohnya daur karbon yang terganggu akibat semakin banyaknya penggunaan
bahan bakar. Melimpahnya CO2 yang dihasilkan dari proses pembakarandapat
memberikan efek buruk, salah satunya adalah pemanasan global.

D.Upaya Menjaga Keseimbangan Lingkungan


Dilakukan di lingkungan rumah adalah :
1.      Kurangi penggunaan bahan kimia pencemar lingkungan
Mengurangi penggunaan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan seperti
detergen dan 
2.      plastic. Dengan menggunakan detergen ramah lingkungan dan mengurangi
penggunaan kantong plastik pada saat berbelanja dengan cara membawa
kantong/tas belanja dari rumah.
3. Kurangi produksi sampah rumah tangga

Mengurangi sampah kemasan dengan membeli produk yang dapat diisi ulang.
4. Memilah sampah                                                    
Kegiatan memilah sampah dapat dilakukan dengan cara memisahkan sampah
menjadi 3 kategori yakni organik, anorganik, dan B3 (oli,batubatre dll). Sampah
organik diolah menjadi pupuk kompos,  sampah anorganik dapatt didaur ulang
(recycle) atau digunakan kembali (reuse).
5. Hemat penggunaan air
Menyiram tanaman dengan bekas air cucian beras dan mematikan kran air bila
sudah tidak digunakan.
6. Menghemat penggunaan listrik.
Seperti mematikan lampu pada siang hari dan menggunakan lampu hemat
energy.
7. Menghindari pemborosan bahan bakar

Menjaga Keseimbangan Lingkungan yang dapat dilakukan di lingkungan


masyarakat.
1. Melakukan reboisasi.
Menanam pohon di hutan dan sekitar bantaran sungai agar tidak terjadi longsor.
     2.  Melindungi satwa langka
        3.  Bijak dalam bercocok tanam
            Pengendalian hama tanaman dengan memanfaatkan musuh alami dari hama
tersebut.  
         Harus bisa menggunakan pestisida berbahan kimia secara bijak dan
menerapkan sistem  
    rotasi tanaman agar ekosistem di daerah lahan persawahan tetap terjaga
keseimbangannya.
 4. Mengkonsumsi hasil pertanian dan peternakan dalam negeri
Dengan mengkonsumsi hasil peternakan dan pertanian lokal atau dari dalam
negeri, maka akan mengurangi impor daging dan buah- buahan yang bisa saja
membawa telur hama yang belum ada di Indonesia.
5. Melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Kegiatan pembangunan yang bersifat wajib AMDAL yakni memperhatikan
konsekuensi kemungkinan kerusakan lingkungan lebih lanjut ketika melakukan
pembangunan jalan yang membelah hutan

A.Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga
dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak


negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah.penanganan limbah ini tentunya tidak
hanya sekedar mengolahnya/ mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan
jenis limbah dan cara penangannanya klarena dari setiap limbah yang ada
mempunyai cirri berbeda terhadap dampak yang ditimbulkanya.

B.Karakteristik limbah :
Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang
berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

Berukuran mikro

Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/ volumenya.


Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bias terlihat
adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak
sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.

    Dinamis

Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya yang
tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran. Biasanya
limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan tidak diketahui
dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran limbah yang tidak dapat
dilihat

    Berdampak luas (penyebarannya)

Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari
karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan mata
tellanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan yaitu adanya istilah
“Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang yang mengakibatkan
nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena
kerusakan pada saraf). Kejadian ini terajadi di Teluk Minamata dan Sungai Jintsu
karena pencemaran oleh raksa (Hg).

    Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak sekedar
berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat mengakibatkan turunannya
mengalami hal serupa.

Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah juga didukung oleh adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah terhadap lingkungan
diantaranya :

1.Volume Limbah

Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampak yang akan
ditimbulkan semakin besar pula terasa.

2.Kandungan Bahan Pencemar

Kandunngan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan pencemaran lingkungan


apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan pencemaran yang fatal
bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.

3.Frekuensi Pembuangan Limbah

Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya di


karenakan banyaknya industry yang berdiri. Dengan semakin banyak frekuensi
limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan usaha untuk
mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan limbah yang masih
jauh dari harapan kita semua.

C.Sumber dan Jenis Limbah

1.Sumber Utama imbah

Sumber adanya limbah sebenarnya banyak sekali tetapi pada pengelompokannya


sumber limbah terdiri dari :

ØAktivitas manusia

Saat manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang produksi


maka akan timbul suatu limbah karena tidak mampunya pengolahan yang
dilakukan oleh manusia menggunkan mesin dan juga sulitnya untuk mengolah
barang yang tidak berguna menjadi barang yang bias dimanfaatkan untuk
keperluan manusia. Berikut adalah limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia
misalnya :

a)Hasil pembakaran bahan bakar pada industry dan juga kendaran bermotor

b)Pengolahan bahan tambang dan minyak bumi

c)Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian ataupun perumahan

ØAktivitas alam

Selaindari aktivitas diatas pencemaran limbah di bumi juga di timbulkan oleh


aktivitas alam walaupun jumlahnya sangat sedikit pengaruhnya terhadap
lingkungan karena lokasinya yang biasanya bersifat lokal.berikut ini contoh dari
aktivitas alam yang menghasilkan limbah yaitu :

a)Pembusukan bahan organik alami


b)Adanya aktifitas gunung berapi

c)Banjir, longsor serta

d)Aktivitas alam yang lain

Karena kedua aktivitas ini menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan,


manusia di bumi terus mengembangkan teknologi untuk mencegah dampak
pencemaran lingkungan. Walaupun dilain pihak limbah terus meningkat
terutamadiakibatkan oleh aktivitas manusia hal ini didorong oleh beberapa factor
sebagai berikut :

ØPerkembangan industri

Perkembangan industri yang sangat cepat baik pertambangan, transportasi dan


manufakur atau pabrik yang mengahsilkan limbah dalam jumlah yang relative
besar sehingga terjadi pembuangan limbah yang kurang terkontrol karena kurannya
teknologi untuk membuat limbah menjadi barang yang terurai atau ramah
lingkungan

ØModernisasi

Pada saat sekarang perkembangan teknologi untuk menghasilkan barang semakin


marak digunakan dikalangan orang yang mengeluti bidang industry. Hal ini
bertujuan untuk menghasilkan barang dengan cepat tetapi di lain hal
perkembangan teknologi berakibat pada semakin banyaknya limbah yang
dihasilkan oleh teknologi itu sendiri.

ØPertambahan penduduk

Semakin banyaknya penduduk di bumi ini mengakibatkan bertambah


meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal serta meingkatnya jumlah kebutuhan
akan barang. Hal ini dapat menimbulkan berberpa macam masal seperti :

a)Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi

Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi berdampak terhadap


semakin berkurangnya hutan untuk mengurangi kadar pencemaran lingkungan.
b)Penimbunan sampah

Semakin hari kita melihat banyaknya sampah yang menumpuk karena


pembuangannya yang sembarangan dan mungkin juga karena kurang mampunya
tempat pembuangan sampah untuk menampung sampah atau yang biasa disebut
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dalam menampung sampah sehingga sampah
menumpuk di suatu tempat yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan
sekitar

2.Jenis Limbah

Bermacam-macam limbah mungkin akan kita temui di sekitar kita. Pernahkah anda
melihat sampah plastic, kaleng,pecahan kaca, kotoran hewan dan lain sebagainya.
Dari sekian banyaknya limbah ini dapat dikelompokan berdasar sumber dari
limbah ini berasal seperti penjelasan di bawah ini :

ØGarbage yaitu sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk. Misal
limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, restoran dan hotel.

ØRubbish yaitu bahan atau limbah yang tidak mudah membusuk yang terdiri dari

·bahan yang mudah terbakar seperti kayu dan kertas

·bahan yang tidak mudah terbakar seperti klaeng dan kaca

ØAshes yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran kayu,
batubara maupun abu dari hasil industry.

ØDead animal yaitu segala jenis bangkai yang membusuk seperti bangkai kuda,
sapi, kucing tikus dan lain-lain.

ØStreet sweeping yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan
karena perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab.

ØIndustrial waste yaitu benda-benda padat sisa dari industry yang tidak tepakai
atau dibuang. Missal industry kaleng dengan potongan kaleng-kaleng yang tidak
terolah.

D.Contoh Dari Pencemaran Limbah dan Upaya Pengolahannya.


·Dampak Negatif Limbah Sampah Terhadap Lingkungan dan Pemanfaatannya
Kawasan wisata alam merupakan tempat yang menarik untuk dikunjungi, baik oleh
wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yang menyenangi nuansa alami.
Selain itu kawasan wisata alam adalah sarana tempat terjadinya interaksi sosial dan
aktivitas ekonomi.

Untuk menjaring masyarakat dan wisatawan sebanyak mungkin, setiap kawasan


wisata alam harus menjaga keunikan, kelestarian, dan keindahannya. Semakin
banyak kunjungan wisatawan, maka aktivitas dikawasan tersebut akan meningkat,
baik aktivitas sosial maupun ekonomi. Setiap aktivitas yang dilakukan, akan
menghasilkan manfaat ekonomi bagi kawasan tersebut. Namun yang harus diingat
adalah bahwa limbah atau sampah yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat
mengancam kawasan wisata alam.

Sampah apabila dibiarkan tidak dikelola dapat menjadi ancaman yang serius bagi
kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam. Sebaliknya, apabila dikelola
dengan baik, sampah memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan
pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, dan pemanfaatan lain
sebagai bahan pembuatan kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki lahan
kritis di berbagai daerah di Indonesia, dan dapat juga mempengaruhi penerimaan
devisa negara.

Komposisi Sampah

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos;

2. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik
wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman,
kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau
sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah
anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan
gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun
karton;

Di negara-negara berkembang komposisi sampah terbanyak adalah sampah


organik, sebesar 60 – 70%, dan sampah anorganik sebesar ± 30%.
Ancaman Bagi Kawasan Wisata Alam

Dampak negatif yang ditimbulkan dari sampah yang tidak dikelola dengan baik
adalah sebagai berikut:

a. Gangguan Kesehatan:

· Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong
penularan infeksi;

· Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus;

b. Menurunnya kualitas lingkungan

c. Menurunnya estetika lingkungan

Timbulan sampah yang bau, kotor dan berserakan akan menjadikan lingkungan
tidak indah untuk dipandang mata;

d. Terhambatnya pembangunan negara

Dengan menurunnya kualitas dan estetika lingkungan, mengakibatkan pengunjung


atau wisatawan enggan untuk mengunjungi daerah wisata tersebut karena merasa
tidak nyaman, dan daerah wisata tersebut menjadi tidak menarik untuk dikunjungi.
Akibatnya jumlah kunjungan wisatawan menurun, yang berarti devisa negara juga
menurun.

Pengelolaan Sampah

Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang
diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi
pengelolaan sampah. Filosofi pengelolaan sampah adalah bahwa semakin sedikit
dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan
menjadi lebih mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena dampak juga
semakin sedikit.

Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam


adalah:
a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik
dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap
kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.

b. Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:

1). Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah


yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah
lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata.

Berdasarkan hasil, penelitian diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan


composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70%, dapat direduksi
hingga mencapai 25%.

       
2). Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang


berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan
kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas,
plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.

c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan

composting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya mencapai ± 10%,


harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA). Di Indonesia,
pengelolaan TPA menjadi tanggung jawab masing-masing Pemda.

Dengan pengelolaan sampah yang baik, sisa sampah akhir yang benar-benar tidak
dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar ± 10%. Kegiatan ini tentu saja akan
menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam,
mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil
permasalahan sampah yang saat ini dihadapi oleh banyak pemerintah daerah.
Pengelolaan sampah yang dilakukan di kawasan wisata alam, akan memberikan
banyak manfaat, diantaranya adalah:

a. Menjaga keindahan, kebersihan dan estetika lingkungan kawasan sehingga


menarik wisatawan untuk berkunjung;

b. Tidak memerlukan TPS yang luas, sehingga pengelola wisata dapat


mengoptimalkan penggunaan pemanfaatan kawasan;

c. Mengurangi biaya angkut sampah ke TPS;

d. Mengurangi beban Pemda dalam mengelola sampah.

·B. Limbah Plastik

Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia.
Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni
plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic
dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain,
sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali.
Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam
bentuk thermoplastic.

Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat.


Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor
Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton
sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu
tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan
terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya,
peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998)
komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga
adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik
menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus
bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat
membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak
dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan.
(YBP, 1986).

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan
kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah
sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri
membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna.
Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat
ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan
batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang
berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh
aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal
ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di
rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah
plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan
lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih
berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali
sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik
yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan
hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang
mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan
penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang
terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang
masih

malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di
supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung
plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan
atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.

Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)

Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik


seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan
mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di
Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah
dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat
yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian
kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk
pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie,
2001).

Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh
industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai
kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya (Sasse et al.,1995).

Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia


dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual
yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di
Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu
dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini
memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie,
2001).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik


telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses
kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan
bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001).
Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di
pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena
(PP), dan asoi.

Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks

Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai


produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang
sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di
Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon
sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang
dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena
ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).

Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih
terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu
dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan
kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan
plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena
daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel
telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan
memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan
dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks
komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan
menggunakan plastik polipropilena daur ulang.

Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer


termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya
temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C).
·Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda
cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah
rumah sakit.

Sebagaimana termaktub dalam Undang-undang No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-


pokok Kesehatan, bahwa setiap warga berhak memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.

Ketentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan


kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan
penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001).

Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai macam


cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya
pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus (Said dan Ineza, 2002).

Rumah sakit merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan


pelayanan kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit
berupa kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta
jiwa (Said dan Ineza, 2002).

Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda
cair, padat dan gas. Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan
penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah
rumah sakit. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan
rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu (Giyatmi. 2003) :

    Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.


    Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
    Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
    Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang
diperlukan.

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan menyiapkan


perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan
kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di
lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan
Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit.
Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan
fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun harus
disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi
(Barlin, 1995).

Peranan Rumah Sakit Dalam Pengelolaan Limbah

Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan upaya


pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan rawat jalan, rawat nginap, pelayanan
gawat darurat, pelayanan medik dan non medik yang dalam melakukan proses
kegiatan hasilnya dapat

mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya


dimaksud dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar terhadap lingkungan (Agustiani dkk, 1998).

Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan masyarakat,


yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium Virologi dan
Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya sehingga sulit
untuk dideteksi. Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan rumah sakit dapat
berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit bagi para petugas,
penderita maupun masyarakat. Gangguan tersebut dapat berupa pencemaran udara,
pencemaran air, tanah, pencemaran makanan dan minunian. Pencemaran tersebut
merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang dapat mempunyai dampak besar
terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu Pemerintah menyelenggarakan
usaha-usaha dalam lapangan pencegahan dan pemberantasan penyakitpencegahan
dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan
pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya (Karmana dkk, 2003).
Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara terus
menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan,
maka usaha pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan mengalami
kemajuan. Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah
rumah sakit antara lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :

    Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.


    Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.

Sarana pengolahan/pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya berfungsi


menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair, menyalurkan melalui
instalasi saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya melalui instalasi saluran
pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan buangan cair. Dari
instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran pembuangan ke
perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota (Sabayang dkk, 1996).
Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi dan lain
sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaik-baiknya
sehingga kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah sakit dapat
terhindar dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah rumah sakit
tersebut (Sabayang dkk, 1996).

Potensi Pencemaran Limbah Rumah Sakit

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997 diungkapkan


seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian
terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah
sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar
416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi
sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa
limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi
sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa
besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan
kecelakaan serta penularan penyakit (Sebayang dkk, 1996). Rumah sakit
menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa diantaranya membahyakan
kesehatan di lingkungannya. Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5 – 0,6
kilogram per tempat tidur rumah sakit per hari (Sebayang dkk, 1996).
Sementara itu, Pemerintah Kota Jakarta Timur telah melayangkan teguran kepada
23 rumah sakit (RS) yang tidak mengindahkan surat peringatan mengenai
keharusan memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Berdasarkan data dari
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jaktim yang diterima
Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja
yang memiliki IPAL dan bekerja dengan baik. Selebihnya, ada yang belum
memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit

IPAL-nya dalam kondisi rusak berat (Sebayang dkk, 1996).Data tersebut juga
menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja yang memiliki incinerator. Alat
tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa limbah sisa-sisa organ
tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu saja. Menurut Kepala BPLHD
Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran yang
mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga
bulan sekali. Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005
lalu, hanya tiga rumah sakit saja yang memberikan laporan. Menurut Surya, limbah
rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis
noninfeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis.
Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis. Padahal,
limbah medis memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah
nonmedis. Yang termasuk limbah medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi,
limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium. Pasalnya, tangki pembuangan seperti
itu di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan
limbah. Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki
pembuangan seperti itu (Sebayang dkk, 1996).Sementara itu, Kepala Seksi
Penyehatan Lingkungan Sudin Kesmas Jaktim menduga, buruknya pengelolaan
limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi
rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang
diterbitkan Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan
dengan benar. Padahal setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus
memiliki surat pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin
pengolahan limbah cair. Sementara limbah organ-organ manusia harus di bakar di
incinerator. Persoalannya, harga incinerator itu cukup mahal sehingga tidak semua
rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996).
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi
penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah
sakit antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap
pengelolaan lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat
diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan
bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan
rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi
pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak
lagi kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang harus
dilakukan rumah sakit adalah, mulai dan membiasakan untuk mengidentifikasi dan
memilah jenis limbah berdasarkan teknik pengelolaan (Limbah B3, infeksius,
dapat digunapakai atau guna ulang). Meningkatkan pengelolaan dan pengawasan
serta pengendalian terhadap pembelian dan penggunaan, pembuangan bahan kimia
baik B3 maupun non B3. Memantau aliran obat mencakup pembelian dan
persediaan serta meningkatkan pengetahuan karyawan terhadap pengelolaan
lingkungan melalui pelatihan dengan materi pengolahan bahan, pencegahan
pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak gawat darurat (Sebayang dkk,
1996).

Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta


Lingkungan

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul,
maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya
manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang
ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah rumah Sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah
sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain. Sedangkan limbah padat rumah sakit
terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi
dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
pelayanan kesehatan yang kurang memadal, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan

pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk (Said, 1999).


Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan
dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk masing-masing
jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum
pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko
kontaminsai dan trauma (injury). jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian
berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :

a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan di unit-
unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi
infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh karena itu perlu
diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis tersebut ialah
perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan yang
diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.

b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar
dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

c. Limbah Bukan Klinik


Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak
berkontak dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah
tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk
mengangkut dan mambuangnya.

d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti
kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staff
maupun pasien di rumah sakit.

e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah
sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.

Pencegahan Pengolahan Limbah Pada Pelayanan Kesehatan

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,


konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya
pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume
bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengunangi
limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Shahib, 1999). Program
minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih
merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).

Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana


yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain
reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization),
pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste
prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto, 1999).

Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan


pertama kali

karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya
limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah
upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang
akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal
ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah (Hananto,
1999). Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2000) :

    House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
    Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
    Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau
bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
    Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan
bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak
berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan
penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
    Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
    Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang
kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi,
sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian
sebagian unitnya.

Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh


rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-
pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut (Haryanto,
2001) :

    Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu
untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
    Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
    Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
klinik.
    Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah
klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.

Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi


dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :

1. Pemisahan limbah
    Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
    Semua limbahberesiko tinggi hendaknya diberi label jelas
    Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang. Di
beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat
digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat
diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip
berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-
unit lain

2. Penyimpanan limbah
    Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
    Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk
dikumpulkan
    Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna
yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
    Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya

3. Penanganan limbah
    Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup
    Kantung dipegang pada lehernya
    Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai
sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut
kantong tersebut
    Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih
untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)
    Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat
mencederainya di dalma kantung yang salah
    Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah

4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya.
Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik
dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada
kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau
perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang
ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar
(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.

Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding


dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya
penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara
ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) :

    Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak);


    Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24
jam.
    Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas
kuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas
gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan bebas
kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi
konsentrasi maksimum yang telah ditentukan.

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri. insinerator
berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 – 1500o C atau
lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan
untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh
penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakityang berasal
dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa
keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan
klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai (Rostiyanti
dan Sulaiman, 2001).

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur
dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut
(Djoko, 2001) :

    Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.


    Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
    Tambahkan lapisan kapur.
    Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.
    Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.

Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakitumumnya banyak


mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakittersebut. Dari sekian
banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling perlu
diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium
tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu
mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau
dinormalkan sebelum “dilempar” menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto
rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup
berbahaya. Setelah bahan ini digunakan. limbahnya dibuang (Suparmin dkk, 2002).

Teknologi Pengolahan Limbah


Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya
berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti
memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan
air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada
beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut
langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai
mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002).

Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis,


juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan
teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun.
Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh (Suparmin dkk, 2002). Yang sangat menarik dari
permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan
metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang
direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (USEPA) pada
tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola
limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002).

Ozonisasi

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi
atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari
Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan
proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang
dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum
menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika (Berlanga, 1998).

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan
makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan
kerja di perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon
yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya)
serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan
mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge (Berlanga,
1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh berbagai macam
mikroorganisma seperti

bakteri Escherichia coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai


mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung
ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus
membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen
peroxy

(HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air.
Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak
diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers, 1993).

Ozonisasi Limbah cair rumah sakit

Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry,
toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu
dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang
masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986).

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk
dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada
proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi
dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper, 1986).

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini
terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan
pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif.
Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi
menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif
harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air
yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang dengan aman
ke sungai (Harper, 1986).

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah
radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh
melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya). Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh
hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa
organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen
yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk
mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi
berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna
pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik
serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair
rumah sakit (Wilson, 1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses
adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses
penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang
dengan cara dicuci (Wilson, 1986).

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet


atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan
mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi
senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa
kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya
sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga mendekati 100%.
Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah sakittidak hanya
dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan kembali air limbah
yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu juga cukup
ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986).

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif
bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif
itu berupa

cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan
yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit darin pasien ke pekerja, dari
pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat
pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit
dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring
limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator penting yang perlu diperhatikan.
Rumah sakit sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab
pengelolaan limbah yang dihasilkan (Wilson, 1986)
Pencemaran Lingkungan di Sekitar Kita

A. Pengertian
Pengertian pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan
Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau
berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses
alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukkannya.
Definisi yang panjang ini dapat di sederhanakan dengan melihat adanya tiga
unsur dalam masalah pencemaran yaitu sumber perubahan akibat kegiatan
manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi
suatu bahan dalam lingkungan dan merosotnya fungsi lingkungan untuk
menunjang kehidupan.
Merosotnya kualitas lingkungan juga tidak akan menjadi perhatian besar jika
tidak terkait dengan kebutuhan hidup manusia sendiri sehingga bahasan tentang
pencemaran dan konsep penanggulangannya lebih mengarah kepada upaya
mengenai bentuk kegiatan manusia yang menjadi sumber pencemaran.
Salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan adalah mengatur beban
pencemaran dari sumbernya baik sumber pencemaran udara, air maupun limbah
padat sehingga informasi tentang besarnya beban pencemaran dari setiap
sumber amat berguna dalam upaya pengelolaan lingkungan tersebut.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai
aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap
pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana
dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 3,
yaitu :
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah
B. Penyebab dan Akibatnya
I. Pencemaran air
Air merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dibutuhkan oleh
makhluk hidup untuk menopang kelangsungan hidupnya. Selain itu air
dibutuhkan untuk kelangsungan proses industri, kegiatan perikanan,
pertanian dan peternakan. Oleh karena itu apabila air tidak dikelola dengan
baik dan keliru akan menimbulkan kerusakan maupun kehancuran bagi
makhluk hidup.
Secara alami sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui
dan yang mempunyai daya regenerasi mengikuti suatu daur ulang yang
disebut daur hydrologi (Suryani, 1987). Air yang sangat terbatas ini pada
umumnya oleh manusia dipergunakan untuk kebutuhan domestik, industri,
pembangkit tenaga listrik, pertanian, perikanan, rekreasi.
Word Health Organization (WHO) dalam pernyataannya yang berkaitan
dengan air “The Best of All Thing is Water” menunjukan bahwa air itu
sangat penting bagi seluruh kehidupan dan selalu dipandang sebagai barang
yang sangat berharga sehingga perlu dijaga, dilindungi dan dilestarikan.
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa
bumidll juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal
ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan
oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah
organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri
membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam
berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik,
yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
Jenis ukuran pencemaran air antara lain :
1. Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen,
belerang, dll dimana unsur-unsur tersebut cenderung menyerap
oksigen. Oksigen itu dibutuhkan bagi mikroba untuk kehidupannya dan
untuk menguraikan senyawaan organik tersebut sehingga kadar oksigen
akan menurun yang menyebabkan air menjadi keruh dan berbau.
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah ukuran COD atau
kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini akan menunjukan kebutuhan
oksigen yang diperlukan untuk menguraikan kandungan bahan organik
dalam air secara kimiawi khususnya bagi senyawaan organik yang tidak
dapat teruraikan karena proses biologis, sehingga dibutuhkan bantuan
pereaksi oksidator sebagai sumber oksigen.
3. Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak ditemukan mengapung diatas permukaan air
meskipun sebagian terdapat dibawah permukaan air. Lemak dan minyak
merupakan senyawa ester dari turunan alkohol yang tersusun dari atom
karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak sukar diuraikan oleh bakteri tetapi
dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun yang
mudah larut. Adanya minyak dan lemak dipermukaan air akan
menghambat proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi proses
fotosintesa.
4. Nitrogen
Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada umumnya
terdapat dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya menjadi
ammonia. Dalam kondisi aeribik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat
mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nirtat.
5. Suspended Solids (SS)
Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak terlarut dalam air
adalah senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam keadaan
melayang, terapung maupun mengendap. Senyawa ini dijumpai dalam
bentuk organik maupun anorganik. Padatan tidak terlarut ini
menyebabkan air berwarna keruh.
6. Total Disolved Solid (TDS)
Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam air adalah
golongan senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat, dan hidroksida.
Sumber Pencemaran Air
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia, dimana
besar kecilnya pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah
yang dibuang kesungai, baik limbah padat maupun cair.

Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan


menjadi :
1. Effluent industri pengolahan
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk kedalam air
bersumber dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan
dan kegiatan domestik. Dari hasil statistik industri di DKI Jakarta,
sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran air yaitu
agro industri (peternakan sapi, babi dan kambing), industri pengolahan
makanan, industri miniman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia
dasar, industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil
olahan logam dan industri listrik dan gas.
2. Sumber domestik/buangan rumah tangga
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan buangan
rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri melainkan
berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat
hiburan, pasar, pertokoan dan rumah sakit..
Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air
minum, meracuni makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan
danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya.
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian)
telah menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali
(eutrofikasi berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen,
yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air,
menjadi berkurang.  Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka
menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan
aktivitas bakteri menurun.
Upaya Penanggulangan Pencemaran Air
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara
mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize),
mendaur ulang (recycle), serta mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita.
Karena saat ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan
ratusan jenis zat kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak,
membersihkan rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang
bijaksana. Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah
nantinya akan menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif
dan beracun, atau degradable (dapat didegradasi) alam ? Apakah barang
yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia, hewan, dan
tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan ?
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi
pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan
dan dipelihara baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang
tercemar. Walaupun demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif
dan bijaksana.
II. Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan,
ataupun dapat merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi
suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat
alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung,lokal, regional, maupun global.
Sumber pencemar udara dibedakan menjadi dua, yaitu sumber pencemar
primer dan sumber pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi
pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara,
contohnya adalah karbon monoksida yang merupakan hasil
dari pembakaran.
Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi
pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog
fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh.
Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara
dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan
global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat.
Kegiatan – kegiatan manusia juga telah mengakibatkan terjadinya
pencemaran udara tersebut, diantara melalui :
1. Transportasi

2. Industri

3. Pembangkit listrik

4. Pembakaran (perapian, kompor, furnace dan insinerator )


5. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sedangkan sumber alami pencemaran udara antara lain adalah :
1. Aktivitas gunung berapi
2. Gas yang berasa dari rawa-rawa
3. Kebakaran hutan
4. Proses Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Jenis – jenis pencemar udara
a. Karbon monoksida,
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak
berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang
secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini,
terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara
atom karbon dan oksigen.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari
senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon
monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah
api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia
bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi
modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
b. Oksida nitrogen
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam yaitu gas nitrogen
monoksida dan gas nitrogen dioksida. Kedua macam gas tersebut
mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya
bagi kesehatan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal
relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO berada dalam
konsentrasi tinggi.
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 empat kali lebih kuat daripada toksisitas
gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas
NO2adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO 2 akan
membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat
mengakibatkan kematian.
Konsentrasi NO2 lebih tinggi dari 100 ppm bersifat letal pada hewan
percobaan , dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
edema pulmonary. Pemberian sebanyak 5 ppm NO2 selama 10 menit
terhadap manusia mengakibatkan sedikit kesukaran dalam bernafas.
Pencemaran udara oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya
Peroxy Acetil Nitrates (PAN). PAN ini menyebabkan iritasi pada mata
yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN
bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan
terjadinya kanut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat
mengganggu lingkungan.
c. CFC
CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang
mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya.
CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu
toksik.
CFC digunakan sebagai pendingin, bahan bakar untuk aerosol, untuk
menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena atau poliuretana yang
memuai, dan sebagai pelarut untuk pembersihkeringan dan untuk tujuan-
tujuan pengeringan minyak.
Sayangnya, CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang
tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas
klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah
digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan.
CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global, dimana satu molekul
CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali
lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida.
d. Hidrokarbon
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri
dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki
rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai
tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian
dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom
karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih
terperinci, sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu
dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom
karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya
(CnH2·n+2).
e. Ozon
Ozon terdiri dari tiga molekul oksigen dan amat berbahaya pada
kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon dihasilkan melalui
percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan membentuk
suatu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer.
Ozon tertumpu di bawah stratosfer di antara 15 dan 30 km di atas
permukaan bumi yang dikenal sebagai ‘lapisan ozon’. Ozon dihasilkan
dengan pelbagai persenyawaan kimia, tetapi mekanisme utama
penghasilan dan perpindahan dalam atmosfer adalah penyerapan tenaga
sinar ultraviolet (UV) dari matahari.
Ozon (O3) dihasilkan apabila O2 menyerap sinar ultraviolet pada jarak
gelombang 242 nanometer dan disingkirkan dengan fotosintesis dari sinar
bagi jarak gelombang yang besar dari 290 nm. O3 juga merupakan
penyerap utama sinar UV antara 200 dan 330 nm. Penggabungan proses-
proses ini efektif dalam meneruskan kekonstanan bilangan ozon dalam
lapisan dan penyerapan 90% sinar UV.
Dampak pencemaran udara
a. Dampak terhadap kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam
tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar
dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi
saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan
gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan
sebagai toksik dan karsinogenik.
Studi Asia Development Bank ( ADB ) memperkirakan dampak
pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,
perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISPA pada
tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi
4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
b. Dampak pencemaran udara terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di
permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
c. Hujan Asam
PH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer.
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan
membentuk asam dan menurunkan pH air hujan.
Dampak dari hujan asam ini antara lain:
1. Mempengaruhi kualitas air permukaan
2. Merusak tanaman
3. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
4. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
d. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon,
dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam
lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah terjadinya pencairan es di kutub,
perubahan iklim regional serta global dan perubahan siklus hidup flora
dan fauna
e. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3)
terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer
dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul
ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang
pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter
dan dapat mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
Upaya penanganan pencemaran udara
Secara garis besar ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki
pencemaran udara berbentuk gas, yaitu:
1. Absorbsi.
Yaitu melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas
dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi
kadang-kadang dapat juga tidak menggunakan air (dry absorben).
2. Adsorbsi.
Yaitu mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan
dan zat adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat
yang dapat menyerap polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain
Karbon Aktif dan Silikat.
3. Kondensasi.
Yaitu dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan
mencapai titik kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang
bertitik kondensasi tinggi dan penguapan yang rendah (Hidrokarbon
dan gas organik lain).
4. Pembakaran.
Yaitu mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas
Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa
Karbon Dioksida dan air. Adapun proses pemisahannya secara fisik
dikerjakan bersama-sama dengan proses pembakaran secara kimia.
5. Reaksi kimia.
Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.
Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan
Amoniak yang akan bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan
padat yang mengendap. Untuk menjernihkan golongan Belerang
dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang.
Sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat
dilakukan melalui enam konsep :
1. “Membersihkan” (Scrubbing).
Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat scrubbing ada
berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.
2. Menggunakan filter.
Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan filter.
Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat
semipermeable yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan
dengan pembersihan gas dan filter polutan partikel.
3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik.
Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya, sebab langsung ke butir-
butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran listrik
sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel dan
ditampung di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang
telah dibersihkan.
4. Mempergunakan kolektor mekanis.
Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga kinetis atau kombinasi
keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor dipergunakan
gaya sentripetal yang memakai siklon.
5. Program langit biru.
Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik pencemaran
udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan
yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi (baca:
kendaraan bermotor), yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan.
Bahan bakar disel dan premium pembakarannya kurang sempurna
sehingga terjadi polutan yang berbahaya. Dalam program lagit biru, hal
ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah bahan bakar gas
yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah mesin
kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan
bakar gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada
kendaraan bermotor.
6. Menggalakan penanaman pohon.
Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas pertamanan dan
penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran. Sebab
tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan
oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan
kehadiran oksigen.
III. Pencemaran Tanah
Sebagaimana udara dan air, tanah merupakan komponen penting dalam
hidup kita. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan mahluk hidup,
memelihara ekosistem, dan memelihara siklus air. Tanah subur ialah tanah
yang cukup mengandung nutrisi bagi tanaman maupun mikro organisme dan
dari segi fisika, kimia, dan biologi memenuhi untuk pertumbuhan. Namun
tanah subur dapat rusak karena adanya erosi dan pencemaran tanah.
Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan sampah
yang tidak memenuhi syarat (ilegal dumping), kebocoran limbah cair dari
industri atau fasilitas komersial, atau kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah, yang kemudian tumpah ke permukaan tanah.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah
dan udara di atasnya.

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia


masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya
terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar
ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan
pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah.
Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat
kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak
langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah
dan udara di atasnya.
Penyebab Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini, yaitu :
1. Pencemaran tanah secara langsung
Misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian
pestisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat diuraikan seperti
plastik, kaleng, botol, dan lain-lainnya.
2. Pencemaran tanah melalui air
Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan mengubah
susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad yang hidup di dalam
atau di permukaan tanah.
3. Pencemaran tanah melalui udara
Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan
pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga.
Dampak Pencemaran Tanah
a. Dampak pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada
tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan
bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat
menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat
diobati. PCB dan siklodiena terkait pada
keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan
ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang
mengandung klorinmerangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan
ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas,
pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
b. Dampak pada lingkungan
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak
terhadap ekosistemPerubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul
dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang
rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya
bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau
tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada
bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida
makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak
dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada
burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat
kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana
tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan
pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain
bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah
utama.
Penangganan Pencemaran Tanah
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman,
tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah
tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
IV. Pengelolaan Lingkungan
Banyak pendekatan yang dibuat untuk mengelola lingkungan baik di tingkat
perusahaan maupun pemerintah, diantaranya adalah Environmental
Management System (EMS). EMS adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan
perencanaan, implementasi, evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi
sedemikian sehingga tujuan bisnis perusahaan/pemerintah terlaksana secara
padu dan bersinergi.

Tahapan kegiatan EMS adalah :

 Perencanaan, meliputi identifikasi aspek lingkungan dan penetapan


tujuan (goal)
 Implementasi, termasuk pelatihan dan pengendalian operasi;
 Pemeriksaan, termasuk monitoring dan pemeriksaan hasil kerja;
 Evaluasi, termasuk evaluasi kemajuan kerja dan perbaikan sistem.
EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management),
misalnya pada ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan,
organisasi tidak hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa
terjadi.
Kebanyakan penerapan EMS (termasuk didalamnya ISO 14001), akan sukses
jika :
· Didukung oleh manajemen puncak
· Fokus pada peningkatan berkelanjutan
· Sederhana, fleksibel dan dinamis mengikuti perubahan lingkungan
· Socok dengan budaya organisasi
· Kepedulian dan keterlibatan semua pihak
Manfaat EMS
Walaupun penerapan EMS memerlukan biaya dan waktu, namun manfaat yang
bisa dipetik diantaranya :
· meningkatkan kinerja lingkungan
· mengurangi/menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan
· mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam
· mengurangi resiko
· menarik pelanggan dan pasar baru (yang mensyaratkan EMS)
· menaikkan efisiensi/mengurangi biaya
· meningkatkan moral karyawan
· meningkatkan kesan baik di masyarakat, pemerintah dan investor
· meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan
ISO 14000
ISO (International Organization for Standardization), merupakan organisasi non
pemerintah, yang berlokasi di Geneva, Switzerland. ISO memperkenalkan dan
mengembangkan standar internasional, seperti seri ISO 9000 dan ISO 14000.
ISO 9000 mengenai pengelolaan kualitas (quality management), sedangkan ISO
14000 mengenai pengelolaan lingkungan (environmental management).
Aktivitas yang menggunakan standar ISO 14000 menghendaki aktivitas
pengurangan dampak merugikan terhadap lingkungan dan peningkatan menerus
terhadap kinerja lingkungan.
AMDAL
AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact
Assessment) merupakan  perangkat analisis untuk menilai suatu kegiatan
(proposal kegiatan) tidak berdampak merugikan lingkungan, seperti pada
kesehatan, flora, fauna, tata guna lahan, ekonomi, budaya dan sosial.
Amdal juga merupakan sebuah proses perencanaan yang digunakan untuk
menghitung, memprediksi dan menganalisis dampak nyata dari sebuah proposal
(rencana pembangungan) terhadap lingkungan serta untuk menyediakan
informasi yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan apakah
proposal tersebut akan disetujui atau tidak.
Proses AMDAL terdiri dari penyaringan, scoping, pengkajian, mitigasi ,
pelaporan, peninjauan, pengambilan keputusan , pengawasan dan manajemen
dan partisipasi publik.

Anda mungkin juga menyukai