Anda di halaman 1dari 8

RUBELLA

DEFINISI DAN ETIOLOGI


Rubella adalah virus saluran nafas. Rubella (berarti ‘merah kecil’) pertama kali dibedakan dari
campak oleh seorang dokter jerman, dan disebut juga german measles. Virus ini menimbulkan gejala
demam akut yang ditandai oleh ruam kulit dan limfadenopati auricular posterior dan suboccipital yang
menyerang anak-anak dan dewasa muda. Ini merupakan eksanthema viral umum yang paling ringan.
Tetapi, infeksi selama awal kehamilan menyebabkan abnormalitas serius pada janin, termasuk
malformasi kongenital dan retardasi mental. Akibat rubella dalam rahim berkenan dengan sindroma
rubella kongenital. Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus RNA dari golongan Togavirus.

MORFOLOGI
Rubella termasuk dalam family Togaviridae genus Rubivirus , dengan ukuran Ө 70 nm, genom RNA (+)
terdiri dari untai tunggal (single stranded) dan intinya dikelilingi oleh selubung lipoprotein. Dan amplop
yang melingkari partikel mengandung dua glikoprotein. rubella tidak ditularkan melalui arthropoda.
Virus ini diinaktivasi oleh pH asam, panas, pelarut organik, dan deterjen

GENOM
Genome beruntai tunggal RNA dari polaritas (+) yang dikelilingi oleh ikosahedral kapsid. RNA-genom
dalam kapsid memiliki panjang sekitar 9'757 nukleotida dan encode selama dua non-struktural serta
tiga protein struktural. The kapsid protein dan dua glikosilasi protein amplop E1 dan E2 menembus tiga
struktural protein

KLASIFIKASI
Virus Rubella, termasuk dalam kumpulan IV ((+) ssRNA) dan merupakan anggota dari family
Togaviridae, adalah satu-satunya anggota genus Rubivirus. Walaupun gambaran morfologis dan sifat –
sifat fisikokimianya menempatkannya dalam kelompok Togavirus, rubella tidak ditularkan melalui
arthopoda.

Virus rubella dapat menyebabkan infeksi rubella postnatal dan rubella kongenital.
A. RUBELLA POSTNATAL

VIRUS RUBELLA 1
Riwayat Penyakit:
 Patogenesis dan Patologi
Infeksi neonatal, dan dewasa terjadi diseluruh mukosa saluran pernafasan atas.
Replikasi virus permulaan mungkin terjadi di dalam saluran pernapasan, diikuti oleh
perkembangbiakan dalam limfonodi servikal. Viremia terjadi setelah 5 – 7 hari
dan berlangsung sampai timbulnya antibody sekitar hari ke 13 – 15. Pembentukan
antibody yang bersamaan dengan penampakan ruang kulit, menunjukkan suatu dasar
imunologis ruang kulit. Setelah ruang kulit timbul, virus tetap dapat terdeteksi hanya di
nasofaring, dimana ia bisa bertahan selama beberapa minggu.

 Temuan Klinis
Rubella biasanya dimulai dengan malaise, demam berderajat rendah, dan ruang
kulit morbilliform yang timbul pada hari yang sama. Ruang kulit dimulai dari wajah dan
meluas keseluruh badan dan ekstremitas, dan jarang berlangsung lebih dari 3 hari. Tidak
terdapat gambaran ruang kulit yang patognomonika untuk rubella. Kecuali terjadi suatu
epidemic, penyakit ini sulit didiagnosis secara klinis, karena ruang kulit yang disebabkan
oleh virus lain (misalnya enterovirus), sama. Terdapat limfadenopati auricular posterior
dan suboksipital. Arthraglia dan arthritis sementara sering terlihat pada wanita.
Walaupun terdapat kesamaan tertentu, arthritis rubella menurut etiologi tidak
berkaitan dengan arthritis rheumeotoid. Penyulit yang jarang meliputi purpura
trombositopenia dan ensefalitis.

 Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis klinis Rubella tidak dapat dipercaya karena banyak infeksi virus yang
menyebabkan gejala yang sama dengan yang ada pada Rubella. Diagnosis pasti
bertumpu pada studi laboratorium spesifik (isolasi virus atau bukti serokonversi).
A. Isolasi dan identifikasi virus
Swab nasofaring dan tenggorokan yang diambil dalam 3-4 hari setelah timulnya
gejala merupakan sumber terbaik untuk virus rubella. Berbagai lini sel kultur
jaringan kera (BSC-1, Vero) atau kelinci (RK-13, SIRC) asli, juga kultur ginjal kera hijau
Afrika primer, bisa dipakai. Rubella menimbulkan efek sinopati yang tidak begitu
mencolok pada kebanyakan lini sel. Dengan menggunakan sel-sel yang di kultur

VIRUS RUBELLA 2
dalam vial, antigen virus dapat terdeteksi dengan imunofluoresen 3-4 hari pasca
inokulasi.
B. Serologi
Tes HI adalah tes standart untuk serolog rubella. Tetapi serum harus diberi
perlakuan tertentu sebelumnya untuk meniadakan penghambat non spesifik
sebelum di tes. Tes ELISA lebih disukai karena tidak membutuhkan perlakuan
tertentu sebelumnya dan dapat disesuaikan untuk mendeteksi IgM spesifik.
Deteksi IgG adalah bukti imunitas, karena hanya ada satu serotype pada virus
rubella. Untuk kepastian yang akurat dari infeksi rubella terkini (sangat penting
untuk kasus pada wanita hamil), kenaikan titer antibody harus terlihat antara dua
sample serum yang diambil setidaknya berjarak 10 hari, atau IgM spesifik rubella
harus terdeteksi dalam specimen tunggal. Pengetesan serologi yang akurat untuk
antibody rubella begitu penting sehingga berbagai perangkat diagnostic dalam
beragam bentuk tersedia di pasaran. Kebanyakan individu tidak mampu menilai
status imunitas mereka secara terpercaya, karena infeksi subklinis sering terjadi dan
ruam kulit yang disebabkan oleh virus lain bisa keliru dengan rubella.

B. RUBELLA KONGENITAL
Riwayat Penyakit:
 PATOGENESIS DAN PATOLOGI
Viremia maternal yang menyebabkaan infeksi selama kehamilan biasa menimbulkan
infeksi plasenta dan janin. Hanya sejumlah terbatas sel janin yang terinfeksi. Walaupun
virus tidak menghancurkan sel, rasio pertumbuhan sel yang terinfeksi menurun,
menyebabkan sel dalam organ yang terkena jumlahnya lebih sedikit pada waktu lahir.
Infeksi biasa menimbulkan kekacauan dan hipoplasia perkembangan organ,
menyebabkan anomali struktual pada bayi baru lahir.
Saat infeksi janin, menentukan luasnya efek teratogenik. Secara umum,semakin
awal infeksi terjadi selama kehamilan adalah yang paling kritis. Infeksi pada bulan
pertama kehamilan menyebabkan abnormalitas janin pada sekitar 50% kasus,
sementara kerusakan yang dapat terdeteksi di temukan pada sekitar 20% janin yang
memperoleh penyakit selama bulan kedua kehamilan dan sekitar 4% janin terinfeksi
selama bulan ketiga.

VIRUS RUBELLA 3
Infeksi rubella internal yang tidak jelas juga dapat menimbulkan kematian janin dan
absorbsi spontan. Infeksi rubella dalam rahim menyebabkan virus menetap secara
kronis pada neonates. Saat lahir, virus dengan mudah terdeteksi dalam sekresi faring,
berbagai organ, aliran serebrospinal urin, dan rectal swab. Eskresi virus biasa
berlangsung selama 12-18 bulan setelah kelahiran, tetapi tingkat pelepasan berangsur-
angsur menurun seiring bertambahnya usia.

 TEMUAN KLINIS
Virus rubella telah diisolasi dari banyak organ dan tipe sel yang berlainan dari
janin yang terinfeksi dalam rahim. Gambaran klinis sindroma rubella kongenital dapat
dikelompokan dalam tiga kategori besar :
1. Efek sementra pada bayi
2. Manifestasi permanen yang bisa timbul saat lahir atau dikenali selama tahun
pertama dan,
3. Abnormalitas perkembangan yang tampak dan berlanjut selama masa anak-anak
dan adolesen.
Kerusakan permanen yang paling sering adalah penyakit jantung kongenital (duktus
arteriosus persisten, stenosis aorta dan pulmoner, stenosis katup pulmoner, defek
septum ventrikuler atau atrial), kebutaan atau parsial (Katarak, glaucoma,
chorioretinitis), dan ketulian neurosensorik. Bayi juga bisa menunjukan gejala retardasi
pertumbuhan sementara, Kegagalan pertumbuhan, hepatosplenimegali, purpura
trombositopeni, anemia, osteitis, dan meningoensofalitis.
Manifestasi perkembangan yang paling sering pada rubella kongenital adalah
retardasi mental sedang sampai berat. Kelainan psikiatri dan manifestasi perilaku bisa
terjadi pada anak usia sekolah dan prasekolah. Manifestasi ensefalitis sindroma rubella
kongenital menetap dan beragam, pada anak usia 9-12 tahun menunjukan kelemahan
belajar yang signifikan, keseimbangan yang buruk, kelemahan otot, dan defisit persepsi
taktil.
Beberapa bayi yang terinfeksi virus tampak normal pada waktu lahir tapi
abnormalitas timbul belakangan. Bayi-bayi ini bisa berperan sebagai sumber penularan
di rumah sakit dan di rumah. Panensefalitis rubella progresif, suatu penyulit yang jarang
timbul pada dasawarsa kedua dalam kehidupan anak-anak dengan rubella kongenital,

VIRUS RUBELLA 4
merupakan suatu deteriorasi neurologis yang berat dan berlanjut pada kematian yang
tak terelakkan. Disebabkan oleh infeksi kronis virus rubella, pasien mempunyai titer
antibodi rubella yang tinggi, dan virus diisolasi dari jaringan otak melalui teknik
penanaman.

 DIAGNOSIS LABORATORIUM
Bayi yang terinfeksi dalam rahim melepaskan banyak virus pada sekresi faring dan
cairan tubuh lainnya sampai berusia 18 bulan. Virus telah banyak di temukan dari
berbagai jaringan pada pengujian postmortem.
Penampakan antibody rubella dari kelas IgM pada bayi merupakan diagnosis rubella
kongenital. Antibodi IgM tidak menembus plasenta,sehingga keberadaan mereka
menunjukan bahwa mereka pasti disintesis oleh bayi pada saat berada dalam rahim.
Anak-anak dengan rubella kongenital menunjukan kelemahan imunitas cell mediated
spesifik untuk virus rubella.

 PENCEGAHAN, PENCEGAHAN dan PENGOBATAN


Rubella adalah penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri dan tidak memerlukan
pengobatan khusus tertentu.
Rubella yang dibuktikan dengan test laboratorium pada 3-4 bulan pertama
kehamilan hampir selalu menyebabkan infeksi janin. Immunoglobulin intra vena (IGIV)
yang disuntikan pada ibu tidak melindungi janin terhadap infeksi rubella karena
biasanya diberikan untuk mencegah viremia.
Tidak ada pengobatan khusus untuk rubella kongenital. Berbagai abnormalitas
dapat diperbaiki dengan pembelahan atau bisa bereaksi terhadap terapi medis.
Perkembangan pesat vaksin rubella dapat mencegah rubella kongenital. Untuk
memberantas rubella dan sidroma rubella kongenital, penting untuk mengimunisasi
wanita pada usia subur seperti juga anak usia sekolah.
Saat ini pencegahan rubella terbaik adalah dengan pemberian vaksin virus hidup
galur RA 27/3. Virus tersebut dilemahkan dengan pemindahan berulang di sel diploid
manusia, WI-38. Vaksin rubella hidup ini disuntikan subkutan sendiri atau bersama

VIRUS RUBELLA 5
dengan vaksin untuk campak dan gondong (vaksin MMR-II). Vaksin ini memberikan
perlindungan 95 %.
Kebanyakan infeksi rubella didapat tidak memerlukan terapi khusus jika komplikasi
terjadi lakukan pengobatan simptomatis dan suportif.

VIRUS RUBELLA 6
KESIMPULAN
Rubella adalah virus saluran nafas. Rubella (berarti ‘merah kecil’). Virus Rubella, termasuk dalam
kumpulan IV ((+) ssRNA) family Togaviridae, genus Rubivirus. Virus rubella dapat menyebabkan infeksi
rubella postnatal dan rubella kongenital. Untuk memberantas atau mencegah rubella dan sidroma
rubella kongenital, penting untuk mengimunisasi wanita pada usia subur seperti juga anak usia sekolah.
atau dengan pemberian vaksin virus hidup galur ra 27/3. Sampai saat ini terapi virus rubella belum
ditemukan.

VIRUS RUBELLA 7
DAFTAR PUSTAKA

 Jawetz, dkk. Mikrobiologi Kedokteran, Buku II. 2005. Jakarta, Salemba Medica
 Staf Pengajar FK Universitas Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Ed.Revisi. 1994.
Jakarta

VIRUS RUBELLA 8

Anda mungkin juga menyukai