Anda di halaman 1dari 26

Konsep

Literasi dalam Kurikulum 2013

3 Literasi Sains
3. Sains 4. Digital

rasi 5. Ke
me u
an

Rp
u
2. N

gan

ra 6. Buda
ast y
ad
hasa dan S

an Kewargaa
. Ba

1 n

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Jakarta, 2018
Konsep Literasi Sains dalam K-13
ii
KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai bahasa


tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004), literasi
dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan, menciptakan,
mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan kajian, cetak,
tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan beragam konteks.
Literasi mencakup rentang pembelajaran yang membuat individu mampu
untuk mencapai tujuannya, mengembangkan pengetahuan dan potensinya,
dan berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan.
Perkembangan selanjutnya, literasi tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di
atas. Pada saat ini, berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi,
keuangan, sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta
literasi budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Naskah


ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap pengembangan literasi
dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca daan tulis. Di dalam naskah ini
disajikan tentang de inisi, misi pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan
literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat
diharapkan dari pembaca

Jakarta, November 2017


Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

Konsep Literasi Sains dalam K-13


iii
Konsep Literasi Sains dalam K-13
iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ iii

Daftar Isi .................................................................................................................................... v

Perspektif Literasi ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1

I. De inisi ................................................................................................................................. 3

II. Misi Pedagogis .................................................................................................................. 5

A. Misi Literasi .............................................................................................................. 5

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013........................................................... 6

C. Literasi Sains dalam Pemelajaran Lintas Mata Pelajaran ..................... 7

III. Tujuan Literasi Sains ..................................................................................................... 16

IV. Kompetensi Literasi Sains........................................................................................... 17

V. Perjenjangan Literasi Sains ......................................................................................... 17

VI. Penutup ............................................................................................................................... 20

VII.Daftar Pustaka .................................................................................................................. 20

Konsep Literasi Sains dalam K-13


v
PENDAHULUAN

Perspektif Literasi
Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata pelajaran,
melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi kurikulum. Literasi
dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk mencapai tahap pemaknaan
(interpreting) teks melalui mendengar, membaca, dan mencermati. Meskipun
pende inisian literasi tersebut berada dalam konteks pengajaran bahasa, tetapi
ruang lingkup dari de inisi tersebut dapat berlaku untuk mata pelajaran lain.
PISA (The Programme for International Studet Assessment) mende inisikan
literasi baca tulis sebagai re leksi kompetensi kognitif dari proses penerjemahan
atas struktur dan karakteristik penyajian tekstual sampai dengan pemahaman
pengetahuan tentang fenomena alam. Dalam upaya untuk mengembangkan
pemahaman pengetahuan tersebut, kompetensi metakognitif menjadi sarana
penerjemahan, baik pada tahap pemahaman terhadap struktur dan penyajian
tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam.
Pengajaran bahasa merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan
paragraf dalam bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus
struktur logika cabang ilmu pengetahuan lainnya.

Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas


merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa.
Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial.
Keduanya merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan
mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi
pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang
berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual.
Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan
Konsep Literasi Sains dalam K-13
1
kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka
pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam
proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya
pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca
teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata
pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks.
Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat
secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas
pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas
setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu
mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi
adalah memaknai (interpreting). Secara gra is, penjelasan dari setiap tahap
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan dalam Pengembangan Kompetensi Literasi

Konsep Literasi Sains dalam K-13


2
I. Deϐinisi
Literasi Sains (Scientiϔic Literacy) adalah kemampuan mengidenti ikasi
memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang
untuk mengambil keputusan berdasarkan bukti-bukti sainti ik. Literasi
sains merupakan tujuan utama dari pendidikan sains (Wenning, 2006).
Literasi Sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman
terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi
sains, siswa dapat menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang
dikembangkan dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman
hidupnya sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan
terhadap karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains.
Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah,
kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan material,
intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait
sains.

Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains


melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses
tersebut meliputi: (1) mengidenti ikasi masalah, (2) mengajukan hipotesis,
(3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan prediksi, (4)
melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5) mengumpulkan
dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat dan presisi, (6)
mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk menarik kesimpulan,
(7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang tidak terprediksi, dan
(8) menggunakan perangkat teknologi untuk memublikasikan dan
mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak sebagai bentuk
profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.

Terdapat empat domain literasi sainti ik menurut PISA (2015). Pertama,


domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal, permasalahan
lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain kompetensi menjelaskan
fenomena sains, merencanakan dan mengevaluasi penelitian sainti ik,
menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Ketiga, domain pengetahuan
berhubungan dengan pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan

Konsep Literasi Sains dalam K-13


3
pengetahuan empiris. Keempat, domain afektif berhubungan dengan
ketertarikan siswa dalam sains dan teknologi, menginvestigasi sains dengan
pendekatan sainti ik, persepsi siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan
masalah-masalah lingkungan.

Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya


ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru
merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu “gagasan
kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan kejadian yang
relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam konteks
pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak pencapaian dari
proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang sebagai pengetahuan,
pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains dan proses ilmiah yang
diperlukan dalam pengambilan keputusan personal, berpartisipasi dalam
urusan sosial dan budaya serta produktivitas ekonomi (National Research
Council, 1996). Implementasi Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai
pengalaman sainti ik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami,
serta memaknai hubungan sains, teknologi dan masyarakat yang pada
gilirannya akan berpengaruh pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa
depannya.

Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy)


yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21
(21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21 menggambarkan
proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti seperti keterampilan
berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian masalah (problem solving),
kreativitas (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and
teamwork) sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains
sangat potensial sebagai media untuk mengembangkan sikap positif
seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif (initiative), gigih (persistence),
kemampuan beradaptasi (adaptability), kepemimpinan (leadership) dan
kepedulian sosial dan budaya (social and cultural awareness). pengalaman
sainti ik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


4
Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21
Sumber: World Economic Forum (2015)

Dari berbagai de inisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya
Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains, memahami
proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan proses sains
dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta terbangunnya
sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.

II. MISI PEDAGOGIS

A. Misi Literasi
Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis,
yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan
produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan sains
yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan sikap dan
afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju insan berkarakter.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di sekolah

Konsep Literasi Sains dalam K-13


5
yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai pendekatan yang
inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya adalah collaborative
learning, inquiry based learning, problem based learning, problem solving,
project based learning, dan cooperative learning.

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013


Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam
Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional
untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya
literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.

Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara konseptual,
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. K urikulum 2013 terdiri atas 4
(empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1
dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,
dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan
dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientiϔic approach”.
Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M),
yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi,
mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa
literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri.
Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga sudah
mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa.

Berdasarkan hasil identi ikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu


pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya
berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang
dibangun oleh guru.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


6
C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran
Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi yang
memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat pemaknaan
suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi tersebut tidak
berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu
sebagai muatan pemelajaran.

Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran


sains secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung
pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit
diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai
kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di
berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum
dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman
tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan
konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang
melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan antarkonsep
yang berperan dalam kehidupan.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran

Dalam Mata Pelajaran IPA


• Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai pemahaman
yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya, keanekaragaman,
fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan untuk memahami
keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena belajar adalah proses
untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to see the connections).
Siswa juga diberikan pembelajaran yang mengaplikasikan konsep-
konsep sains di dalam kehidupan sehari-hari.

• Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk


mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan fenomena isis serta memaknai bahwa energi
terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi bentuk

Konsep Literasi Sains dalam K-13


7
lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga membentuk
perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.

• Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa


diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang
berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan mengetahui
organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem organ yang bekerja
sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa dapat memaknainya
dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem organnya dengan baik
sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk


Mata Pelajaran IPA
Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga aspek
literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.

1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan


Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek
mengetahui.

Kelas IV

3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada
hewan dan tumbuhan

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian
tubuh hewan dan tumbuhan

Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta untuk
menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi sains yang
dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan KD 3.1 dan 4.1
dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui pengalaman belajar
siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan fungsi bagian tubuh pada
hewan dan tumbuhan tersebut, siswa dapat menjaga kelangsungan hidup
hewan dan tumbuhan .

Konsep Literasi Sains dalam K-13


8
Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami adalah
sebagai berikut.

Kelas V

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring


makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu


ekosistem

Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem berarti


siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen dalam suatu
ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan pengurai. Aspek
memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada tahap memaknai
ketika siswa mampu menganalisis dampak yang terjadi ketika salah satu
komponen dalam jaring-jaring makanan hilang dan tindakan yang harus
dilakukan siswa untuk menanggulangi masalah tersebut.

Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia,
serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ pernafasan pada
manusia, siswa harus sudah mampu menjaga kesahatan organ pernafasan
dengan cara tidak merokok, berolah raga secara teratur, memakan makanan
yang sehat, dan beristirahat secara teratur.

2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya


Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang Kajian
Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


9
Kelas VI

3.4 Mengidenti ikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya dalam


rangkaian listrik sederhana

4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan


paralel

Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber tegangan,


lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan konduktor sebagai
pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai aspek mengetahui.
Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi aspek memahami ketika
siswa dapat membedakan rangkaian seri dan rangkaian paralel dimana
lampu pada rangkaian parallel tidak akan mati ketika sakelar pada lampu
yang lain terputus. Ketika siswa dapat mengidenti ikasi rangkaian listrik
yang terpasang di rumah adalah rangkaian parallel, dan berupaya untuk
menghemat listrik dirumah dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik
yang tidak terpakai, maka siswa telah mencapai aspek memaknai.

KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang Kajian
Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor dalam


kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi. Ketika siswa
menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat memaknai bahwa
udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan udara panas bergerak
ke atas sebagaimana siswa melakukan percobaan memanaskan air di atas
tungku.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013


untuk Mata Pelajaran Selain IPA

Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya


dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains lintas
kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


10
1. Matematika

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam


mengidenti ikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika
yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Selain itu,
masalah yang diidenti ikasi ditujukan dalam rangka memahami fakta-fakta
alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika antara


lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran isis dan konversi
satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran massa, pengukuran
waktu, pengukuran volume, pengukuran berat, pengukuran kuat arus listrik,
pengukuran volume, pengukuran konsentrasi larutan, beda potensial, besar
hambatan, dan sebagainya. Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri
cara mengukur besaran dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan
yang lain. Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika,
misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam satuan
lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi satuan yang
lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah mengonversi satuan.

Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidenti ikasi hubungan


antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat mengidenti ikasi hubungan
antara luas dan gaya tekan terhadap tekanan pada sebuah benda padat.
Siswa dapat mengidenti ikasi pengaruh kerapatan benda akibat dari massa
dan volume sebuah benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui
persamaan matematika, maupun dapat digambarkan melalui gra ik. Pada
kasus yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan,
kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah sains.

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan


mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains tersebut
digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan
Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman IPA pada

Konsep Literasi Sains dalam K-13


11
kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus berolahraga, adakah
hubungan antara olah raga dengan kesehatan, apakah dampak olah raga
terhadap kesehatan (misalnya denyut jantung dan respirasi, mengambil
napas pada saat berolah raga) dan sebagainya.

Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara olah raga
dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai (mengaplikasikan)
paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus bergerak, harus berolah
raga supaya sehat. Dari sini, siswa diharapkan mampu membuat alat atau
sesuatu yang membuat olah raga itu menjadi menyenangkan, misalnya:
menciptakan lagu untuk mengiringi senam, membuat alat yang digunakan
untuk olah raga, misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan
untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak
badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA
diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan
kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya dibuat gra ik
hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan jenis kegiatan (duduk
santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami sains


dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya tersebut
juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara lain pada
materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran tersebut, siswa
membahas dinamika penduduk dan pengaruh kepadatan penduduk.
Dinamika penduduk terdiri dari natalitas, mortalitas, dan migrasi penduduk.
Fenomena tersebut dapat dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan
dampak sosialnya dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara
dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga
berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas lingkungan
akibat sampah, berkurang persediaan air bersih, persediaan udara bersih,
persediaan lahan pertanian, dan dampak terhadap lingkungan tempat
tinggal. Semua itu dibahas dalam mata pelajaran IPA. Sedangkan dampak
sosialnya dipelajari dalam mata pelajaran IPS.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


12
Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi akibat
interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu, masih banyak
lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS, misalnya:
teknologi dalam lingkungan, bioteknologi, teknologi ramah lingkungan, zat
aditif dan zat adiktif, gunung api, gempa, dan struktur bumi.

4. Bahasa

Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains,


mengidenti ikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam
melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat
memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah
lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada
teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidenti ikasi


pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka harus
menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti, dimaknai sehingga
mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan keterbacaan siswa sangat
memengaruhi kemampuan penguasaan IPA.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga dapat
dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke dalam misalnya
wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana keterbacaannya, tata
bahasanya, susunan kalimatnya, dan sebagainya, sehingga siswa mampu
memaknai pemahaman IPA juga bahasa. Selain itu juga, siswa mampu
membandingkan istilah-istilah sains yang memiliki pengertian berbeda
dari penggunaan sehari-hari, menggunakan konteks IPA dalam berbagai
teks.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


13
5. Sejarah

Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya mempelajari


sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil menemukan konsep
sains. Pada sejarah sains, Aristoteles menjelaskan fenomena bahwa benda
yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo
Galilei adalah seorang astronom penemu teleskop yang mendukung
Nicolaus Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya.
Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang penemu
mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu pertama. Ilmuwan
juga membandingkan penemuan dan inovasi sains dari masa ke masa yang
masih tetap relevan hingga saat ini, contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan
lain sebagainya. Hal ini juga dapat mengilhami siswa untuk belajar keras
yang kelak akan menjadi penemu bidang sains.

6. Seni

Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam membentuk
peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang esensial antara sains dan
seni, keduanya berlandaskan pada proses yang sama, yaitu pengembangan
daya, kreati itas, imajinasi, dan kemampuan sintesis. Dalam berkarya,
seorang saintis dan seniman didorong untuk merepresentasikan alam
sesuai persepsinya. Seorang saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan
bahwa alam tidak serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal
tersebut dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan
asas estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif seorang
saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan seorang seniman
yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel. Dugaan bahwa sains dan
seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa timbulnya aliran-aliran baru
dalam sains dan seni berjalan hampir bersamaan.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan,


keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal
Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran PPKn

Konsep Literasi Sains dalam K-13


14
diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa maupun
tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap mematuhi aturan,
norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga negara yang taat hukum harus
dibangun dalam pembelajaran. Kegiatan melestarikan makhluk hidup,
memelihara hewan dan merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap
peduli terhadap lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.

7. Prakarya

Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat


digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan terasebut,
pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan kegiatan prakarya.
Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang menjadi kerajinan yang
bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus memahami sampah mana
yang bisa didaur ulang dan sampah mana yang tidak dapat didaur ulang
berdasarkan fenomena pembusukan oleh secara sains. Kerajinan tangan
yang dihasilkan, dapat diawetkan sehingga dapat memiliki nilai jual yang
lebih tinggi. Siswa memahami bahwa karya yang dihasilkan di pasaran
nilai jualnya dipertimbangkan berdasarkan estetika dan ketahanan barang.
Warna yang dihasilkan dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya
tidak lain akibat dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan
fenomena pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna
alami dari bahan-bahan organik.

8. TIK

Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya.


Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat mengarah
kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat ini, sudah tidak
bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk pembelajaran sains.
Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk memudahkan mereka
dalam memahami konsep sains. Multimedia lash dapat digunakan untuk
mempelajari sains. Melalui media ini, pembelajaran sains akan lebih
bermakna dengan visualisasi gambar tiga dimensi yang disajikan oleh guru,
misalnya berkaitan dengan fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan

Konsep Literasi Sains dalam K-13


15
memaknai penggunaan alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot
sebagai produk teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan
dalam kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak
Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan berbagai
sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari fenomena gempa
Bumi.

III. TUJUAN LITERASI SAINS


Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad 21.
Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:

1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup makhluk


hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya,
bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang sains;

3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan


merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan dengan
sains;

4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan mengenai


proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang tercakup ke
dalamnya;

5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi lain


seperti iloso is, sejarah, aspek sosial dari sains;

6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan dengan


kehidupan sehari-hari;

7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan


berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan

8. Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif


terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai
dampak penerapan sains di masyarakat.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


16
IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS
Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut:
1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang
makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan
perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat;
2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya
dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain seperti
lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan
3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam
kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.

V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS


Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu proses
yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai dengan
jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar capaian
literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan kesesuaian
dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta kesesuaian
dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan materi


yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi tersebut.
Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan kompetensi
literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu.

Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


17
Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

18
SD SD SMP SMA
Aspek
(Kelas I – III) (Kelas IV – VI) (Kelas VII – IX) (Kelas X – XII)
Mengetahui Pengetahuan Pengetahuan faktual Pengetahuan faktual Pengetahuan faktual tentang
konsep sains faktual tentang tentang sains tentang konsep sains lebih sains lebih kompleks, luas,
sains kompleks dan dalam
Pengetahuan konseptual Pengetahuan konseptual
tentang sains lebih tentang sains lebih kompleks,
kompleks luas, dan dalam
Pengetahuan Pengetahuan Pengetahuan prosedural Pengetahuan prosedural

Konsep Literasi Sains dalam K-13


konseptual konseptual lebih sederhana (kualitatif) tentang sains melibatkan
sederhana tentang kompleks tentang tentang sains yang pengukuran kuantitatif dan
sains sains melibatkan variabel yang akurat dengan variabel yang
diberikan dikontrol

Memahami Mengidenti ikasi Mengidenti i- Menjelaskan fenomena Menggunakan bukti ilmiah


proses sains feno-mena alam kasi isu ilmiah dan isu ilmiah, melalui dari berbagai sumber (bukti
sekitar melalui melalui observasi, langkah-langkah empirik dan literatur) untuk
observasi, mengelompok-kan, membangun hipotesis, membangun kemampuan
mengelom-pokkan, membanding- melakukan eksperimen, berargumentasi dan
membandingkan kan, menalar, mengumpulkan, mengolah, berpikir tingkat tinggi untuk
memutuskan menginterpretasi data, menghasilkan karya/gagasan
dan mengkonstruksi kreatif dan inovatif
pengetahuan
SD SD SMP SMA
Aspek
(Kelas I – III) (Kelas IV – VI) (Kelas VII – IX) (Kelas X – XII)
Memaknai Menggunakan Menggunakan Menggunakan pengetahuan Menggunakan kemampuan
konsep sains untuk konsep sains untuk konseptual dan prosedural ilmiah untuk menyelesaikan
Sains dalam
meningkatkan meningkatkan untuk menyelesaikan masalah terkait sains secara
kehidupan
kepedulian diri kepedulian diri masalah individu dan produktif, kreatif, dan inovatif
sendiri dan sendiri dan masyarakat sekitar terkait dengan berpihak pada
lingkungan lingkungan sains, secara bertanggung kepentingan bersama
jawab

Menggunakan Menunjukkan penghargaan


pengetahuan terhadap kontribusi para
prosedural sains ilmuwan sains dalam
untuk membangun membangun peradaban
tanggung jawab

Konsep Literasi Sains dalam K-13


19
VI. Penutup
Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan
pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada
umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian
yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi
yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan
diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung
oleh seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik
di sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,
memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan.

Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman


bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat
membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi
yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

VII. Daftar Pustaka


Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam
Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the Era
of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90
Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and
Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral Education,
9, 1. Hlm. 23-33.
Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-
contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a language
in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 – 899.
Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and
R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London:
Routledge. Hlm. 112-130.
Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life
in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


20
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku Gerakan
Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013.
Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan Gerakan
Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.
National Research Council (1996). National Science Education Standards.
Washington DC, United States: National Academy Press.
Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www. oecd.
org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf.
Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:
Puskurbuk.
UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and
programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational,
Scienti ic, and Cultural Organization.
Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scienti ic
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component of
scienti ic literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-14.
World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the potential
of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.

Konsep Literasi Sains dalam K-13


21

Anda mungkin juga menyukai