Anda di halaman 1dari 23

2.

1 Definisi Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
antara usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat
drastic dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan populasi
lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek
sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut
usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan
secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi,
2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan
fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi
dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage)
adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia
75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia
diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus
karena perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial.
Lansia bervariasi pada tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas
merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat
keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

2.1.1 Kelompok Usia Lanjut


Menurut Nugroho (2008) tidak ada batasan yang berarti
tentang pembagian usia pada lansia. Menurut beberapa
pendapat alhi batasan usia dapat di bedakan berikut :
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada
empat tahap antara lain:
1) Usia pertengahan (middle age0 (45 – 59 tahun0
2) Lanjut usia (eldery) (60 – 74 tahun)
3) Lanjut usia tua (Old) (75 – 90 tahun)
4) Usia sangat tua ( very Old) (di atas 90 tahun)
b. Menurut Masdani, lanjut usia merupakan kelanjutan
usia dewasa kedewasaan dapat di bagi menjadi empat
bagian,yaitu :
1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
2) Fase vertilitas, antara usia 40 -50 tahun.
3) Fase prasenium, antara usia 55 – 65 tahun.
4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup
usia.
c. Menurut setyonegoro, lanjut usia di kekolpmpokan
sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20
– 25 tahun.
2) Usia dewasa penuh ( middle years) atau maturita,
usia 25 – 60/65 tahun.
3) Lanjut usia (geriatic age) usia lebih dari 65/70
tahun, terbagi atas :
- Usia 70 -75 tahun (young Old).
- Usia 75 – 80 tahun (Old)
- Usia lebih dari 80 tahun (very Old).

2.1.2 Kebutuhan Hidup Orang Usia Lanjut

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia


juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup
sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan
akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara
rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan
semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai
banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi
pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan
bahwa kebutuhan manusia meliputi

1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik


atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya.
2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan
akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua,
kebebasan, kemandirian dan sebagainya
3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk
bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga,
kesamaan hobby dan sebagainya
4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan
akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan
5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah
kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani
maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-
masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut
setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar
(Setiati,2000).

Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa


nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang
lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Jika kebutuhankebutuhan tersebut
tidak terpenuhi 6 akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang
lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004)

2.1.3 Teori-teori Proses Menua

Sebenarnya secara individual


1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia
berbeda
2. Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan
yang berbeda
3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk
mencegah proses menua Ada beberapa teori tentang
proses penuaan, antara lain:
1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik
untuk spesies tertentu . Setiap spesies mempunyai di dalam
nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut
suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut
konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal.
Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat
adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )


Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul DNA dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah
terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang
disebut “ teori akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan
sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan organ tubuh
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang
bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh
lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak
stabil radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –
sel tidak dapat regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel–sel yang tua dan usang, reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang
membelah setelah sel- sel mati.
2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia
Perubahan -perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya
cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal,
darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi
khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya
kemampuan atau daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50%
terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
karena meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih
suram atau kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya
adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat, dan
susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang,
menurunnya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung
menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan
kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer, sistolik normal
kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih
90 mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja
sebagai termostat, yaitu menetapkan suhu teratur,
kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:

a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara


fisiologis kurang lebih 35 derajat celcius ini akibat
metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu
meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,
karbodioksida pada arteri tidak berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan
usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal
disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun,
waktu mengosongkan menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun

9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50% fungsi tubulus berkurang.

a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas


menurun sampai 200ml, atau dapat menyebabkan buang
air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria
diatas 65 % tahun c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah
dan hanya didalam pembuluh darah,berkurangnya
produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya
pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya
progesteron, estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya
cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan, kuku
menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas
geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot
kram dan tremor

2.1.5 Lingkup Pelayanan Pada Lansia


Lingkup pelayanan lanjut usia meliputi :
1. Pelayanan berbasis komunitas
Pelayanan pada usia lanjut di masyarakat bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan usia lanjut melalui kegiatan
secara berkelompok/peer group dan meningkatkan kemandirian.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif melalui kegiatan Posbindu, home care
dan asuhan keperawatan komunitas.
a. Pelayanan Kesehatan Lansia Berbasis Institusi
1) Poliklinik geriatrik (rawat jalan) bersifat subspesialistik.
Pelayanan yang diberikan meliputi assesment, pengobatan
sederhana dan konsultasi
2) Bangsal Geriatrik Akut
Pelayanan yang diberikan meliputi assesment kuratif dan
rehabilitatif terutama untuk usia lanjut penderita penyakit akut
dan sub akut : stroke, penyakit jantung, pneumonia, diabet.
3) Bangsal Geriatri Kronis / rawat inap
Merawat usia lanjut dengan penyakit kronis.
4) Panti Werda (Nursing home)
Layanan diberikan pada usia lanjut yang mengalami
ketergantungan fisik, memerlukan bantuan medis secara yang
bersifat intermediate dan keterbatasan keluarga dalam merawat.
5) Konsultasi Geriatri : Layanan Konsultatif pada klien geriatrik .
6) Respite care/tempat peristirahatan
Ditujukan pada usia lanjut dengan gangguan fungsional yang
ringan/mengalami ketergantungan ringan dan tidak
menghendaki tinggal didalam keluarga
7) Perawatan harian/ day care
Adalah pelayanan yang diberikan oleh perawat profesional
kepada usia lanjut di lingkungan masyarakat selama beberapa
jam dalam setiap harinya, ditujukan pada usia lanjut yang
mengalami gangguan atau kemunduran fisik dan kognitif yang
membatasi kemandiriannya!tidak mengalami sakit yang parah
dimana keluarga memiliki keterbatasan sumber daya dalam
merawat.

2.2 Tugas Perkembangan Lansia

Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil


konflik antara perbedaan integritas dan keputusasaan.

1. Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini


membutuhkan pergeseran sistem nilai seseorang, yang
memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang mendefinisikan
kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan
aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara
baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan
okupasi.
2. Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar
lansia mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa
orang, kesenangan dan kenyamanan berarti kesejahteraan fisik.
Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar
dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki
kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan
aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan
ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam
sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan
mental dan rasa menghormati diri sendiri mengabaikan
kenyamanan fisik semata.”
3. Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan
bahwa cara paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun
terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup secara dermawan
dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-
the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan
kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang
daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak
mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan persahabatan
mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman, lebih
bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang
meneruskan hidup setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi,
”individu yang panjang umur cenderung lebih khawatir tentang
apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada
kepribadian mereka sendiri secara egosentris.(Stanley & Beare,
2006).

2.3 Permasalahan Yang Timbul Pada Lansia

Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.


1. Permasalah Umum
a. Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase
kenaikan lansia memerlukan upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28%
(Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan
penduduk lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41% dan
merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin
individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang
melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti
urbanisasi dan popuilasi pada kehidupan dan penghidupan
lansia.
2. Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan
lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial,
ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan
organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut
beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan
menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya penciuman
berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis
yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos masanya
berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh
darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan darah, otot
bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi
menjadi lambat terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu
menurun

b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia


Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat
dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan
yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat
dan inkotenensia.

2.4 Sikap Perawat Pada Lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang
mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia
yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut
usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang
optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam
memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank
keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat
tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan
profesional.

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan


asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk
memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia,
meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena
sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi
asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap
lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman,
adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas
perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat.
Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan
mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat
dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa
bahwa hidup tidak lagi berharga.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang


lansia untuk memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan,
pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan seorang perawat
mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai
anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia
menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali
bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif
bagi klien lansia.

Biru untuk di baca saat presen khusus sikap perawat pada lansia

1. Pendekatan perawatan lanjut usia


a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian
yaitu :
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang
mengalami kelumpuhan atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk
mengadakan pendekatan edukatif pada klien lanjut usia,
perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung
rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita
merupakan upaya perawatan dalam pendekatan sosial.
Memberi kesempatan berkumpul bermartabat. Perawat
gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen
kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk
menciptakan sosialisasi mereka.

2.5 Asuhan Keperawatan Agregat Dalam Komunitas Lansia

1. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan
fisik, fungsi tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan
pada pengkajian unutk etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan
dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).

Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan


keperawatan pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu
penduduk serta delapan subsistem yang mempengaruhinya. Inti
komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan, agama,
keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem
sebagai berikut :.
1) Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demograf kelompok atau komunitas yang terdiri :
jumlah penduduk lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis
kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama, nilai – nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
yang dapat dicontohkan sebagai berikut :

Jumlah penduduk : 987 jiwa

a) Laki – laki : 523 jiwa


b) Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas
berpendidikan hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya
perguruan tinggi.

Suku Bangsa : Suku Jawa


Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan
pasangannya meninggal. Nilai dan kepercayaan : Nilai dan
norma para masyarakat masih mengenal nilai kesopanan,
gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.

Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya


beragama nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim
sejuk atau panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat
mengganggu pernafasan warga atau tidak.

2) Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu
keadaan lansia, contohnya seperti pabrik.

4) Jarak antar rumah/ kepadatan


Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah
ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya
siskamling, satpam atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut
menimbulkan stress atau tidak. Sarana transportasi yang
digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan) untuk melakukan deteksi
dini gangguan atau merawat atau memantau apabila
gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.

f.Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di
komunitas tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga
atau untuk mendapatkan informasi dari luar misalnya televisi,
radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada komunitas.

g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan,
masih bekerja atau tidak, bagaimana dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya
dapat digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
3. Analisis data
a. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat
dapatlah dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang
terdiri dari :

1. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan
normal yang terjadi.

2. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan
sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.

3. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)


Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
serta serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
b. Analisa data

NO DATA PROBLEM ETIOLOGI


1. DS : Hiperglekimia Kebiasaan hidup

- Kader posyandu lansia tidak

mengatakan 35% terkontrol

lansia menderita
diabetes namun jarang
memeriksakan
kondisinya.
DO :
- Lansia
menkonsumsi
makanan dengan
tidak terkontrol
dan hanya berada
di rumah setiap
harinya
2. DS : Hipertensi Ketidakpatuhan

Bidan desa mengatakan lansia dalam

lansia banyak yang mengikuti posyandu

menderita hipertensi lansia

dan lansia malas


mengikuti
posyandu lansia
yang
diselengarakan
setiap bulannya.
3. DS : Resiko kerusakan Perubahan status
integritas kulit
Banyak warga yang kesehatan
mengeluh gatal-
gatal pada tubuhnya.
DO :
Tubuh terlihat bintik
bintik merah.

4. Diagnosa
1. Hiperglikemi berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang
tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam
mengikuti posyandu lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan status kesehatan.
DIAGNOSA TUJUAN ( KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL)
Hiperglikemia Setelah dilakukan 1. Kaji faktor yang 1. untuk mengetahui
berhubungan tindakan menjadi penyebab tanda gejala
dengan keperawatan ketidakstabil an ketidakstabilan glukosa
kebiasaan Selama 4 minggu, glukosa 2. terjadi atau tidak
hidup lansia komunitas 2. Pantau keton urine komplikasi ketoadosis
yang tidak diharapkan 3. Gambarkan diabetik
terkontrol dengan kriteria mengenai proses 3. memberikan sebuah
ditandai hasil : perjalanan penyakit gambaran tetang
dengan 35 % 1. Lansia 4. Pantau tanda gejala masalah yang dialami
lansia mampu terjadinya pasien
menderita mengontr hipoglikemi dan 4. upaya untuk
diabetes ol asupan hiperglikemi mengontrol kadar
makanan 5. Memberikan glukosa dalam darah
sehari penyuluhan 5. merencanakan/
harinya mengenai penyakit melakukan program
dan dapat ulkus diabetik, diit, penyuluhan, pasin
melakukan obat melaksanakan program
sedikit diet, dan menerima
aktivitas. obat resep
2. Lansia rutin
setiap
bulannya
menghadiri
kegiatan
posyandu
lansia yang
diadakan.
Hipertensi Setelah di lakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk mengetahui TTV
berhubungan tindakan 2. Jelaskan batas pasien
dengan keperawatan tekanan darah 2. Memberikan pemahaman
ketidakpatuhan Selama 4 minggu, normal, tekanan tentang peningkatan
lansia dalam diharapkan darah tinggi dan tekanan darah dan efeknya
mengikuti masakah pasien efeknya 3. Untuk mengetahui cara
posyandu dapat teratasi 3. Jelaskan cara mencegah hipertensi
lansia. dengan kriteria hasil mencegah 4. Untuk menghindari
: hipertensi peningkatan tekanan darah
1. Tekanan 4. Anjurkan pasien pasien
darah dalam untuk 5. Kolaborasi dengan tim
rentang normal menghindari medis lainnya
( 140/90 mmHg makanan yang
) mengandung
garam berlebih
5. Kolaborasi
dengan tim medis
lainnya
Resiko Setelah dilakukan 1. Observasi 1. Untuk mengetahui
kerusakan tindakan keadaan kulit keadaan kulit pasien
integritas kulit keperawatan pasien 2. Memberikan
berhubungan Selama 4 minggu, 2. Memberikan pemahaman tentang
dengan diharapkan pemahamanresik mencegah adanya
penurunan masalah pasien o infeksi infeksi
status dapat dengan 3. Anjurkan pasien 3. Untuk mencegah
kesehatan. kriteria hasil : untuk tidak adanya kerusakan kulit
memakai pasien
1. Intergritas kulit
pakaian yang 4. Untuk mencegah
membaik dan
ketat kerusakan kulit pasien
tidak terjadi
perluasan 4. Ubah posisi tiap
kerusakan 2 jam jika tirah
baring

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.

Anda mungkin juga menyukai